Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 adalah “Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat”.
Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa
“Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan”.
b. Fungsi Rumah Sakit
Menurut Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit untuk menjalankan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
a) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan; dan
d) penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan;
2. Rekam medis
a. Pengertian rekam medis
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan
yaitu Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan
pengaturan rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas,
berlaku baik untuk sarana kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.
b. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertib
administrasi dlam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Tanpa didukung suatu system pengelolaan rekam medis
yang baik dan benar, tidak tercipta tertib administrasi rumah sakit
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi
merupakan salah satu factor yang menentukan di dalam upaya
pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2006).
c. Kegunaan Rekam Medis
Berdasarkan manual rekam medis tahun 2007 kegunaan rekam
medis ada 6 yaitu :
1) Pengobatan Pasien
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien.
2) Peningkatan Kualitas Pelayanan Membuat Rekam Medis bagi
penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan lengkap akan
meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis
dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
3) Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan
medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan
pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan
kedokteran gigi.
4) Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan
bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan
pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien.
5) Statistik Kesehatan Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit-penyakit tertentu.
6) Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam medis
merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam
penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.
d. Kepemilikan dan Tanggung Jawab Rekam Medis
Berdasarkan Permenkes No. 269 / MENKES / PER / III / 2008
BAB V pasal 12 bahwa kepemilikan rekam medis dijabarkan sebagai
berikut :
Ayat (1) berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.
Ayat (2) isi rekam medis merupakan milik pasien.
Ayat (3) isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dalam bentuk ringkasan rekam medis
Ayat (4) ringkasan rekam medis sebagaiaman dimaksud pada ayat (3)
dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau orang
yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau
keluarga pasien yang berhak untuk itu.
Sesuai UU Praktik Kedokteran, berkas rekam medis menjadi
milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan
isi rekam medis dan lampiran dokumen menjadi milik pasien
e. Kelengkapan Isi Berkas Rekam Medis
Menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.
269/Menkes/Per/III/2008 pasal 3 ayat 2 Sebuah rekam medis harus
mampu menyajikan informasi tentang pelayanan dan kesehatan di
rumah sakit.Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan
jelas atau secara elektronik.Rekam medis berisi tentang semua
tindakan terhadap pasien baik pasien rawat jalan, rawat inap, dan
gawat darurat.
Isi rekam medis rawat jalan pada pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya berisi :
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Pelayanan lain yag telah diberikan kepada pasien
9) Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ontodogram klinik
10) Persetujuan tindakan bila diperlukan Isi rekam medis rawat jalan
dan perawatan satu hari pada pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya brisi :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan
l. Pelayanan lain yang dilakukan tenaga kesehatan tertentu
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan ontodogram klinik
Isi rekam medis gawat darurat pada pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya berisi :
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesa, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila diperlukan
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang (discharge summary)
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan
tertentu yang memberikan pelayanan
12) Pelayanan lain yang dilakukan tenaga kesehatan tertentu
13) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lainnya (Permenkes RI,
2008).
3. BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
a. Pengertian BPJS
Pengertian BPJS menurut UU No.24 Tahun 2011 tentang BPJS
adalah Badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden
dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) Bulan di Indonesia.
b. Fungsi dan Tugas Pokok BPJS
Menurut UU No.24 Tahun 2011 fungsi BPJS adalah
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.Jaminan kesehatan
menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan
prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan. sedangkan
tugas pokok BPJS adalah :
1) Melakukan dan/atau menerima pendaftaran pasien
2) Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi
Kerja
3) Menerima bantuan Iuran dari pemerintah
4) Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta
5) Mengumpulkan dan mengelola data Peserta Program Jaminan
Sosial
6) Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan
sesuai dengan ketentuan Program Jaminan Sosial; dan
7) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program
Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat
c. Peserta BPJS Kesehatan
Peserta BPJS dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1) Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan untuk
fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayarkan
oleh pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan yang
ditetapkan pemerintah dan diatur melalui peranturan pemerintah.
Yang berhak menjadi peserta PBI adalah yang mengalami cacat
total. (Perpres No 101 Tahun 2011)
2) Peserta Non PBI (Penerima Bantuan Iuran) jaminan kesehatan yang
terdiri dari Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya,
Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, Bukan
pekerja dan anggota keluarganya. Peserta bukan PBI Jaminan
Kesehatan sebagaimana yang dimaksud merupakan peserta yang
tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu (sesuai
Perpres No 12 Tahun 2013)
BPJS kesehatan hanya dapat menanggung paling banyak 5
(lima) anggota keluarga dan apabila Peserta memiliki anggota keluarga
lebih dari 5 (lima) orang termasuk peserta, dapat mengikutsertakan
anggota keluarga yang lain dengan membayar iuran tambahan.
4. Klaim BPJS
Menurut UU No 3 tahun 1992 Ada dua cara yang bisa di tempuh
bila berencana untuk mengklaim BPJS Ketenagakerjaan. Pertama, datang
langsung ke kantor BPJS Ketenagakerjaan. Kedua, melakukan proses
klaim elektronik melalui situs resmi BPJS Ketenagakerjaan alias e-Klaim.
proses e-Klaim ini merupakan pelayanan berbasis teknologi yang
disediakan untuk memudahkan para peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pertama harus membuat akun di situs resmi BPJS Ketenagakerjaan
melalui link berikut sso.bpjsketenagakerjaan.go.id/registrasi.bpjs.
Kemudian isi data pribadi seperti nomor KPJ aktif, nama, tanggal
lahir, nomor e-ktp, dan lain lain.
2) Setelah mengisi semua data pribadi, peserta akan mendapat email
berisi kode aktivasi. Masukkan kode aktivasi tersebut pada kolom
yang tersedia, lalu klik tombol Submit
3) Peserta akan diarahkan ke laman BPJS Ketenagakerjaan Personal
Service. Kemudian, peserta perlu memilih menu e-Klaim JHT.
Laman ini hanya bisa diakses oleh pengguna yang akunnya telah
terverifikasi. Untuk itu, pastikan dua langkah sebelumnya telah
selesai dengan benar.
4) Tahap selanjutnya setelah peserta memilih menu e-Klaim JHT,
akan ditampilkan form Pengajuan Klaim Elektronik
5) Apabila semua data di atas terisi dengan lengkap, peserta akan
menerima SMS atau email pemberitahuan nomor PIN. peserta
hanya perlu mengisi lengkap formulir yang muncul setelah laman
“Pengajuan Klaim Elektronik”.
6) Bila peserta telah melakukan kelima tahap di atas, proses
berikutnya adalah menunggu panggilan untuk datang ke kantor
cabang BPJS sesuai yang peserta pilih.
Validasi pada umumnya membutuhkan waktu selama satu pekan.
peserta perlu membawa dokumen-dokumen asli yang telah peserta
tersebut unggah saat mendaftar e-Klaim BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan menggunakan jalur online, antrean peserta tidak akan
terlalu lama. Proses selanjutnya, peserta akan dipanggil untuk
mengurus proses transfer saldo BPJS Ketenagakerjaan yang
membutuhkan waktu normal 10 hari kerja sampai dana JHT
dikirim ke rekening peserta tersebut .
5. Verifikasi BPJS
a. Alur Verifikasi

FASILITAS VERIFIKATOR BPJS

KESEHATAN BPJS KESEHATAN

1. Verifikasi 1. Formulir
Administrasi
Pengajuan
Kepesrtaan
Klaim
2. Verifikasi
Administrasi 2. Data
1. BERKAS KLAIM
Pelayanan
Extensible
2. FILE TEXT
3. Verifikasi Markup
Pelayanan
Language
4. Verifikasi
menggunakan 3. Persetujuan

Software Verifikasi klaim

Tabel 1.1

Alur verifikasi BPJS

Sumber: Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim BPJS Direktorat Pelayanan 2014


b. Tahap Verifikasi administrasi klaim
Menurut UU Nomor 40 tahun 2004 pasal 24 ayat 2 berikut tahap
verifikasi administrasi klaim :
a. Verifikasi administrasi kepesertaan meliputi meneliti kelengkapan
berkas yaitu SEP, dengan data yang diinput dalam aplikasi INA
CBG’s.
b. Pelayanan IGD,pelayanan rawat sehari maupun pelayanan bedah
sehari (One Day Care) termasuk rawat jalan.
c. Episode rawat inap adalah rangkaian pelayanan jika pasien
mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien
telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal / ruang rawat inap
dan atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan
kurang dari 6 jam dan secara administasi telah menjadi pasien.
d. Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses
perawatan rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut
termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah
dilakukan dirawat jalan atau gawat daurat.
e. Pada kasus CMGs khusus adalah :
a) Special drug’s
b) Special procedure
c) Special prosthesis
d) Special investigation
e) Special chronic
f. Apabila bayi lahir sehat maka tida memiliki kode diagnose
penyakit.
g. Untuk kasus pasien yang dating untuk control ulang dengan
diagnosa yang sama seperti kunjungan sebelumnya dan terapi di
rawat jalan dapat menggunakan kode “Z” sebagai diagnose utama
dari kondisi tersebut.
c. Alur dokumen rekam medis pada pasien BPJS

DRM dari Assembling Coding

bangsal BPJS BPJS

Verifikasi Input kedalam


FILLING
BPJS Aplikasi INA
CBG’s

Tabel 1.2
Alur Dokumen Rekam Medis pada Pasien BPJS
Sumber: Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim BPJS Direktorat Pelayanan 2014

Keterangan :

1) Dokumen Rekam Medis yang berasal dari bangsal khususnya untuk


pasien rawat inap yang menggunakan BPJS akan diserahkan kebagian
Assembling BPJS.
2) Setelah DRM diserahkan kebagian Assembling BPJS, petugas
Assembling akan mengeneliti kelengkapan dokumen dengan
menggunakan lembar checklist
3) Proses Assembling selesai, dokumen akan diberikan kebagian koding
untuk diteliti kode penyakit sesuai diagnosa
4) Bagian yang penting yang membedakan dengan pasien non BPJS
adalah penginputan data yang akan pada dokumen kedalam applikasi
INA CBG’s. Pemasukan data ini juga mengetahui berapa klaim yang
akan didapatkan pasien sesuai diagnose yang tertulis pada DRM
5) Kemudian setelah proses input, akan diserahkan pada bagian verifikasi
BPJS. Pada pihak ini berfungsi untuk meneliti kembali apakah
dokumen layak untuk mendapatkan klaim dari BPJS
6) Proses terakhir adalah memasukan dokumen kedalam rak filling.

6. Kelengkapan administrasi klaim berkas BPJS


Menurut Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim BPJS Direktorat
Pelayanan 2014 Pedoman Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan, Panduan Praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan
BPJS Kesehatan diajukan kepada kantor cabang/kantor operasional
kabupaten/kota BPJS kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum antara lain sebagai berikut:
a. Rekapitulasi pelayanan
b. Berkas pendukung masing-masing pasien, yang terdiri dari:
1) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
2) Surat perintah rawat inap
3) Resume medis yang ditandatangani oleh Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP)
4) Bukti pelayanan lain yang ditandatangani oleh DPJP (bila
diperlukan), misal:
a) Laporan operasi
b) Protocol terapi dan regimen (jadwal pemberian obat)
pemberian obat khusus
c) Perincian tagihan rumah sakit
d) Karakterist (manual atau automatic billing)
e) Berkas pendukung lain yang diperlukan
Adapun persyaratan klaim yang dipersyaratkan Rumah sakit
sudah sesuai dengan Petunjuk Teknis, Pedoman Pelaksanaan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Panduan Praktis Administrasi
Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan, yaitu antara lain:
a. SEP (Surat Eligibilitas Peserta)
b. Laporan Individual Pasien
c. Rekam Medis Laporan Penunjang Pasien
d. Resume medis
e. Formulir Verifikasi JKN (INA CBG’s)
f. Surat Keterangan (Surat perintah rawat inap, surat emergency,
surat rujukan)
g. Identitas Pasien (Kartu Tanda Penduduk dan kartu BPJS)

4. Rawat Inap
A. Pengertian Rawat Inap

Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien


dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Selama
pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pasien (Posma 2001 yang dikutip dari Anggraini (2008).

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses


perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit
tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit.
Perawatan rawat inap adalah perawatan pasien yang kondisinya
memerlukan rawat inap. Kemajuan dalam pengobatan modern dan
munculnya klinik rawat komprehensif memastikan bahwa pasien hanya
dirawat di rumah sakit ketika mereka betul-betul sakit, telah mengalami
kecelakaan, pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat
karena penyakitnya.

Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan


ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang
sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah
sangat mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di
Unit Rawat Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang
merawatnya, bila pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam
rumah sakit, atau menginap di rumah sakit.

Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural


yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan
rawat inap. Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan
kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari
beberapa fungsi pelayanan.

Pelayanan rawat inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk


rumah sakit yang menempati tempat tidur perawatan untuk keperluan
observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik dan atau pelayanan
medik lainnya (Depkes RI 1997 yang dikutip dari Suryanti (2002)).

Pelayanan rawat inap di rumah sakit meliputi: (Depkes RI 1997)


1. Kamar perawatan
1) Kelas II (dua) rumah sakit umum pemerintah, atau
2) Kelas III (tiga) di rumah sakit TNI/Polri/BUMN/Swasta
2. Lama hari rawat ditanggung maksimum 60 hari/kasus/tahun kalender,
termasuk 20 hari/ kasus/tahun kalender untuk perawatan khusus.
3. Visit dokter yang merawat maksimum 1x sehari
4. Konsultan dokter spesialis yang diperlukan secara medis
5. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis yang merujuk pada
standar obat JPK PT Jamsostek (Persero)
6. Pemeriksaan penunjang diagnostic seperti laboratorium, rontgen,
elektromedis, dan patologi.
7. Tindakan medis
8. Perawatan khusus (ICCU,ICU,HCU,NICU, dan ICU anak)
9. Operasi sesuai klasifikasi operasi dengan penyetaraan setinggi-
tingginya setara dengan operasi besar
10. Alat kesehatan tidak habis pakai (pin, plate, screw, korset, collar neck,
intra ocular lens, double j, peritoneal stein, dan jaringan untuk hernia)
ditanggung oleh PT JAMSOSTEK (persero) sebesar 60% nilai barang,
atau setinggi-tingginya Rp 500.000,- sisanya ditanggung oleh peserta.
Standar pasien rawat inap dibagi dalam 3 kelompok :

a. Pasien yang tidak urgen, penundaan perawatan pasien tidak akan


menambah gawat penyakitnya.
b. Pasien yang urgen tetapi tidak gawat darurat dapat dimaksudkan ke
dalam daftar tunggu.
c. Pasien gawat darurat langsung dirawat.
Gawat darurat pasien yang sudah diseleksi pemeriksaan kegawatannya
dapat dirawat pada ruangan khusus sebelum dikirim ke ruangan rawat bisa
di rumah sakit dan system penyelenggaraan rekam medic dimulai dari
pengumpulan data saat penerimaan pasien selanjutnya data didistribusikan
menurut jenis pelayanan yang dibutuhkan pasien (unit pelaksanaan
pelayanan).

B. Tujuan Pelayanan Rawat Inap

Adapun tujuan pelayanan rawat inap yaitu : (Depkes RI 1997)

1. Membantu penderita memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehubungan


dengan penyembuhan penyakitnya
2. Mengembangkan hubungan kerja sama yang produktif baik antara unit
maupun antara profesi
3. Menyediakan tempat/latihan/praktek bagi siswa perawat
4. Memberikan kesempatan kepada tenaga perawat untuk meningkatkan
keterampilannya dalam hal keperawatan
5. Meningkatkan suasana yang memungkinkan timbul dan
berkembangnya gagasan yang kreatif.
6. Mengandalkan evaluasi yang terus menerus mengenai metode
keperawatan yang dipergunakan untuk usaha peningkatan.
7. Memanfaatkan hasil evaluasi tersebut sebagai alat peningkatan atau
perbaikan praktek keperawatan dipergunakan.
C. Klasifikasi Rawat Inap di Rumah Sakit
Klasifikasi rawat inap di rumah sakit yaitu sebagai berikut : (Depkes RI
1997)
a. Klasifikasi perawatan rumah sakit telah ditetapkan berdasarkan tingkat
fasilitas pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, yaitu seperti
berikut:
1) Kelas utama (termasuk VIP)
2) Kelas I
3) Kelas II dan Kelas III
b. Klasifikasi pasien berdasarkan berdasarkan kedatangannya
1) Pasien baru
2) Pasien lama
c. Klasifikasi pasien berdasarkan pengirimnya
1) Dikirim oleh dokter rumah sakit
2) Dikirim oleh dokter luar
3) Rujukan dari puskesmas dan rumah sakit lain
4) Datang atas kemauan sendiri
B. Kerangka konsep

Dokumen Rawat Inap Tindaklanjutan


(RITL) E-claim
a. Berkas asli (fisik)
 SEP (ttd pasien/keluarga)
 Resume Medis Ketidaklengkapan Kepatuhan perawat
b. Soft copy/Scan syarat klaim BPJS terhadap kelengkapan
 Surat perintah rawat inap klaim berkas BPJS
 Laporan tindakan 1. Lengkap
1. Patuh
 Hasil pemeriksaan penunjang 2. Tidak Lengkap 2. Tidak patuh
 Resume biaya tagihan
(Billing)

Faktor – faktor ketidaklengkapan


Berkas rekam medis pasien rawat inap

Keterangan : = variabel yang di teliti

= variabel yang tidak di teliti

Gambar 1.1
Kerangka konsep

Anda mungkin juga menyukai