Anda di halaman 1dari 49

BAB II

KERANGKA PEMIKIRANDAN
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Kajian Ilmiah

A. Pengertian Analisis

Menurut Dirjen Yanmed (1997 : 72),

“Analisis adalah segenap rangkaian perbuatan pikiran yang mencegar


suatu hal secara mendalam, terutama mempelajari bagian-bagian dari
mutu kebutuhan untuk mengetahui ciri, hubungan dan peranan dalam
kebutuhan yang dibuat”.

B. Konsep Rekam Medis

1. PengertianRekamMedis

Menurut Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008,“

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan

pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien”.

Menurut Depkes RI (2006 : 10 ),

“Rekam medis merupakanKeterangan baik tertulis maupun yang


terekam tentang identitas, anamnesa, pemeriksaan fisik,
laboraturium, diagnosa, serta segala pelayanan dan tindakan medis
yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan rawat inap, rawat
jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat”.
Menurut Huffman (1994:28) mengemukakan bahwa:

The medical record is “a pertinent facts of patient’s life and health


history, including past and present illness (es) and treatment (s),
written by the health professionals contributing to that patients’s
care”.

8
(Rekam Medis saat ini adalah “fakta yang berkaitan dengan

keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta

saat ini yang tertulis oleh profesi kesehatan yang memberikan

pelayanan kepada pasien tersebut”).

2. TujuanDibuatnyaRekamMedis

Menurut Depkes RI (2006 : 13), Tujuan Dibuatnya Rekam

Medis adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam

rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik

dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil

sebagaimana yang diharapkan.

3. KegunaanRekamMedis

Menurut Depkes RI (2006 : 13) kegunaan rekam medis

dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

a. Aspek Administrasi

Suatu rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan

tanggung jawab tenaga medis dan paramedis dalam mencapai

tujuan pelayanan kesehatan.

b. Aspek Medis

Suatu rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.

9
c. Aspek Hukum

Suatu rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas

dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan hukum serta

penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan hukum.

d. Aspek Keuangan

Suatu rekam medis mempunyai nilai keuangan, karena

isinya mengandung data/informasiyang dapat digunakan

sebagai aspek keuangan.

e. Aspek Penelitian

Suatu rekam medis mempunyai nilai penelitian,

karena informasi yang dikandungnya dapat digunakan sebagai

bahan penelitian dan pengembangan

ilmupengetahuan dibidang kesehatan.

f. Aspek Pendidikan

Suatu rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan

kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang diberikan

kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai

bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pemakai.

g. Aspek Dokumentasi

Suatu rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus

10
didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan

pertanggungjawaban laporan rumah sakit.

Kegunaaan rekam medis secara umum adalah sebagai alat

komunikasi dokter antara tenaga ahli lainya, sebagai dasar dalam

pemberian pelayanan kepada pasien, sebagai tanda bukti pelayanan

yang telah di berikan, sebagai bahan untuk penelitian dan

pengembangan penyakit dan pengobatan serta sebagai aalat bukti

hukum bagi pasien maupun rumah sakit.

4. DasarHukumPenyelenggaranRekamMedis

Dasar-dasar hukum penyelenggaraan rekam medis adalah

sebagai berikut :

a. UU KESEHATAN No.36 tahun 2009, tentang Kesehatan.

b. Keputusan Menteri Kesehatan no. 034/Birhup/1972 tentang

Perencanaan dan Pemeliharaan Rumah Sakit.

c. PERMENKES No 269 tahun 2008 tentang Rekam

Medis/Medical Records

d. SE Direktorat Jendral Pelayanan Medik No:

HK.00.06.1.5.01160 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan

Formulir Rekam Medis Dasar dan Pemusnahan Arsip Rekam

Medis.

e. Undang-Undang RI no. 29 Tahun 2004, Tentang Praktik

Kedokteran.

11
f. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1996, Tentang Wajib

Simpan Rahasia Kedokteran.

g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 377/Menkes/SK/III/2007,

Tentang Standar Profesi Perekam Medis.

h. Keputusan Dirjen Yanmed No. 78 Tahun 1991, Tentang

Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Rekammedis Di Rumah

Sakit.

i. Medical Staff By Law No. 631/Menkes/SK/IV/2005.

5. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

Menurut Depkes RI (2006:45) yang membuat/mengisi rekam

medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya :

1) Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi spesialis yang

melayani pasien di rumah sakit.

2) Dokter tamu yang merawat pasien di rumah sakit.

3) Residan yang sedang melaksanakan kepanitraan klinik.

4) Tenaga paramedis perawatan dan tenaga paramedis non perawatan

yang langsung terlibat didalamnya antara lain : Perawat, Perawat

Gigi, Bidan, Tenaga laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata

Rontgen, Rehabilitasi Medis dan lain sebagainya.

5) Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi yang

berupa tindakan/konsultasi kepada pasien yang membuat rekam

medis adalah dokter yang ditunjuk oleh direktur Rumah Sakit.

12
6. Ketentuan Pengisian Rekam Medis

Menurut Depkes RI (2006:45) rekam medis harus dibuat

segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima

pelayanan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Setiap tindakan konsultasi yang dilakukan terhadap pasien,

selambat-lambatnya dalam waktu 1 X 24 jam harus ditulis

lembaran rekam medis.

2) Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/tenaga

kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya dan ditulis

nama terangnya serta diberi tanggal.

3) Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran

ditandatangani dan menjadi tanggungjawab dokter merawat

atau dokter pembimbingnya.

4) Catatan yang dibuat oleh residens harus diketahui oleh dokter

pembimbingnya.

5) Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulis

dan melakukannya pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.

6) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak dibolehkan.

7. Isi Rekam Medis

Isi rekam medis merupakan catatan mengenai pasien yang

datang berobat atau konsultasi kesehatan pada pelayanan kesehatan

seperti rumah sakit, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan

lainnya, termasuk data tentang identitas dan data medis seorang

13
pasien. Secara umum isi rekam medis dapat dibagi dalam 2

kelompok data, yaitu: data medis (data klinis) dan data non-medis

(data sosiologis).

Yang termasuk data medis adalah segala data tentang

riwayat penyakit,hasil pemeriksaan fisik,diagnosis,pengobatan atau

tindakan,catatan dokter,perawat serta hasil pemeriksaan penunjang

seperti laboratorium,rontgen,dan sebagainya. Data ini merupakan

data yang bersifat rahasia (confidential) sehingga tidak dapat

dibuka kepada pihak ketiga tanpa izin dari pasien yang

bersangkutan kecuali jika ada alasan lain berdasarkan peraturan

atau perundang-undangan yang memaksa dibukanya informasi

tersebut. Sedangkan data yang termasuk kepada data non-medis

(data sosiologis) adalah segala data yang tidak berkaitan langsung

dengan data medis, seperti data identitas, data sosio ekonomi,

alamat dan sebagainya.

8. Koding

a. Pengertian Koding

Koding adalah kegiatan pemberian kode dengan

menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf dan angka

yang mewakili komponen data. Dengan diresmikanya satandar

klasifikasi diagnosa internasional oleh WHO pada tahun 1994

yang dilanjutkannya dengan diterbitkannya 3 jilid buku

klasifikasi tentang penyakit dan masalah yang berhubungan

14
dengan kesehatan (ICD-10) pada tahun 1996, Indonesia sebagai

negara anggota Who melalui departemen kesehatan, telah

mewajibkan instansi pelayanan kesehatan untuk menerapkan

standar klasifikasi ICD-10.

Kewajiban ini diikat dengan diberlakukannya 2 (dua)

surat keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh DIRJEN YANMED

NO HK.00.05.1.4.0744 tentang penggunaan ICD-10 di rumah

sakit, yang di tetapkan tanggal 19 februari 1996, dan

diberlakukannya SK Mentri Kesehatan RI No.

50/MENKES/SK/I/1998 tentang pemberlakuan klasifikasi

statistik internasional mengenai penyakit revisi kesepuluh yang

ditetapkan tanggal 13 januari 1998.

Kecepatan dan ketepatan koding dari diagnosa sangat

tergantung kepada:

a. Tenga medis dalam menegakan Diagnosa,

b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode,

c. Tenaga kesehatan lainya.

Penetapan diagnosa srang pasien merupakan kewajiban,

hak dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait dan

tidak boleh diubah, oleh karenanya diagnosa yang ada dalam

rekam medis harus di isi dengan lengkap dan jelas sesuai dengan

arahan yang ada pada buku ICD-10.

15
Tenaga rekam medis sebagai seorang pemberi kode

bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu diagnosa

yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karenanya untuk

hal yang kurang jelas atatu yang tidak lengkap, sebelim koding

di tetapkan, komunikasikan terlebih dahulu kepada dokter yang

menetapkan diagnosa tersebut. Setiap pasien yang telah selsai

mendapatkan pelayanan, baik rawat jalan, rawat darurat maupun

rawat inap, maka dokter harus menetapkan diagnosa akhir.

b. Kegiatan Koding

Kegiatan dan tindakan diagnosa yang ada dalam rekam

medis harus diberi kode dan selanjutnya di indeks agar

memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk

menunjang fungsi perencanaan, manajemen dari riset bidang

kesehatan.

Kelengkapan dan kelencaran rekam medis di unit rawat

jalan dan di ruang rawat inap tergantung kepada kerjasma

tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang ada di masing-

masing unit kerja tersebut. Hal ini seperti di jelaskan pasal 3

dan 4 PERMENKES RI NO.269/MENKES/PER/III/2008

tentang Rekam Medis.

Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam

medis, petugas rekam medis harus membuat koding sesuai

dengan klasifikasi yang tepat. Diisamping kode penyakit,

16
berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai klasifikasi

masing-masing:

a. Koding penyakit (ICD-10)

b. Pembedahan/Tindakan (ICD-10 CM/ICPM)

Yang perlu dikoding dari rekam medis adalah:

a. Diagnosa Utama

1) Suatu keadaan diagnosa yang menyebabkan pasien

tersebut dirawat di rumah sakit.

2) Diagnosa yang menggunakan fasilitas dan paengobatan

paling banyak.

3) Diagnosa yang menyebabkan lama rawat.

b. Diagnosa Sekunder

1) CO-Morbities (Suatu kadaan/penyakit yang diderita

sebelum masuk masuk perawatan).

2) Complication (Suatu keadaan/penyakityang timbul

dalam perawatan).

c. Prosedur berdasarkan (ICD-9 CM / ICPM)

1) Prosedur operasi/tindakan.

2) Prosedur non operasi seperti CT-Scan, MRI, USG.

17
9. Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Bagan 1.1

Alur Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

TPPRJ

Lama Baru
Kunjungan
Bawa Tidak
KIB Input Identitas sosial pasien,
Buat KIUP, KIB dan Siapkan
Catat di buku RM baru
Cari di KIUP /
Kunjungan Komputer
KIB
KIUP
Pasien Rekam Medis Baru
Cari Rekam Medis di
rak

Rekam Medis

Pengiriman Rekam
Catat di buku
Medis Ke Poliklinik
Register Poliklinik

Catatan dokter poliklinik Ruang Pengolahan


(pengisian rekam medis) Rekam Medis

Lengkap Indeks Koding File


Assembling

Tidak Lengkap Sumber: Depkes RI (2006:37)


Kelengkapan

18
C. Konsep Kelengkapan Isi Rekam Medis

1. Pengertian Kelengkapan Rekam Medis

Kelengkapan dokumen rekam medis adalah suatu

keharusan yang harus dilengkapi oleh petugas rekam medis

sebagai data/dokumen identitas pasien serta perjalanan penyakit

dalam format-format status rekam medis.

Syarat Rekam Medis yang Baik dan Berkualitas, Menurut

Hatta (Sabarguna, 2004:64) untuk mendukung rekam medis

menjadi berguna maka diperlukan rekam medis yang :

a) Lengkap, meliputi :

 Informasi yang cukup mengenal pasien.

 Memberikan alasan dalam penetapan diagnosa dan

perawatan.

 Mencatat seluruh hasil pemeriksaan.

b) Akurat

c) Terintegrasi (adanya kesinambungan antara data yang satu

dengan data yang lainnya).

2. Ketentuan Kelengkapan Rekam Medis

Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/Per/III/2008

tentang Rekam Medis, disebutkan bahwa rekam medis yang

lengkap harus berisi keterangan mengenai rawat jalan dan rawat

inap pasien. Adapun isi rekam medis rawat jalan menurut

Permenkes No. 269 tahun 2008 pasal 3 ayat (1) sampai dengan

19
(3) , Isi rekam rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan

sekurang-kurangnya memuat :

d. Identitas pasien, yang memuat : nama lengkap, tanggal lahir,

usia, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status

pernikahan, dan agama;

e. Tanggal dan waktu berobat;

f. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan

riwayat penyakit;

g. Hasil pemeriksaan medis dan penunjang medis;

h. Diagnosis;

i. Rencana penatalaksanaan;

j. Pengobatan dan/atau tindakan;

k. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien;

l. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga

kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan;

m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram

klinik; dan

n. Persetujuan tindakan bila di perlukan.

3. Jenis Analisis Kelengkapan Rekam Medis

Menurut Huffman (1999 : 22),

“Analisis Kelengkapan Rekam Medis adalah suatu review area


tertentu catatan medis untuk mengidentifikasi defisiensi spesifik.
Area yang ditentukan biasanya tertulis di dalam suaatu prosedur
yang dikembangkan bersama oleh manajer informasi kesehatan
dan penyedia layanan kesehatan sesuai dengan aruran staf medis
dan kebijaksanaan administratif dan fasilitas yang bersangkutan

20
dan standar dari badan-badan pemberi lisensi, akreditasi dan
sertifikasi”.
Adapun Jenis Analisis Kelengkapan Rekam Medis, yang

digunakan untuk mengetahui kelengkapan rekam medis di suatu

rumah sakit, yaitu :

a. Analisis Kuantatif

1) Pengertian Analisis Kuantitatif

Menurut Depkes RI (2006 : 79),

“Analisa Kuantitatif adalah analisa yang ditunjukan


kepada jumlah lembaran-lembaran rekam medis sesuai
dengan lamanya perawatan meliputi kelengkapan lembar
medis, paramedis, dan penunjang medis sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan".
2) Metode Analisa Kuantitatif

Dalam metode ini analisa kuantitatif dititik beratkan pada

4 (empat) kriteria yaitu:

a) Menelaah kelengkapan data sosial pasien (demografi),

meliputi informasi tentang identitas pasien ; (a) Nama

lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama

ayah/suami/marga/she; (b) Nomor pasien; (c) Alamat

lengkap; (c) Usia; (d) Orang yang dapat dapat

dihubungi dan (f) Tanda tangan persetujuan.

b) Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada.

c) Menelaaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga

kesehatan maupun tenaga lain yang terlibat dalam

pelayanan kepada pasien sehingga infoormasi dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum.

21
d) Menelaah tata cara mencatat (administratif) yang

meliputi adanya tanggal, keterangan waktu, menulis

pada baris yang tetapserta menerapkan cara koreksi

yang benar. Keempat unsur ini merupakan hal yang

paling sering di sepelekan dalam pencatatan sehingga

pelaksanaanya diidentikan dengan tingkat kedisiplinan

pengisi rekaman.

3) Tujuan Analisa Kuantitatif

Tujuan Analisa Kuantitatif, menurut Huffman

(1999:23)

a) Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat

dikoreksi dengan segera pada saat pasien masih

dirawat, dan item kekurangan belum terlupakan,

untuk menjamin efektifitas kekurangan isi rekam

medis di kemudian hari. Yang dimaksud dengan

dengan koreksi ialah perbaikan sesuai keadaan yang

sebenarya terjadi.

b) Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap

yang mudah dapat dikoreksi dengan adanya suatu

prosedur sehingga rekam medis menjadi lengkap

dan dapat dipakai untuk pelayanan pada pasien,

melindungi, dari kasus hukum, memenuhi peraturan

dan untuk analisa statistik yang akurat.

22
c) Kelengkapan rekam medis sesuai dengan peraturan

yang ditetapkan jangka waktunya, perizinan,

akreditasi, keperluan sertifikat lainya.

d) Mengetahui hal-hal yang berpotensi untuk

membayar ganti rugi.

4) Komponen Analisis Kuantitatif

Komponen Analisis Kuantitatif, menurut Huffman (!

999:23) terdiri dari:

a) Memeriksa identifikasi pasien pada setiap lembar

rekam medis.

Setiap formulir rekam medis harus ada

identitas pasien ( No. Rekam Medis, Nama), bila ada

lembaran rekam medis yang tanpa identitas harus

direview untuk menentukan milik siapa lembaran

atau formulir tersebut. Dalam hal ini dengan

Concurrent Analysis akan leih mudah untuk

dilengkapi dilakukan dari pada Restrospective

Analysis.

b) Adanya semua laporan yang penting yaitu :

(1) Pada komponen ini akan memeriksa laporan-

laporan dari kegiatan pelayanan yang diberikan

ada atau tidak ada.

23
(2) Laporan yang ada di rekam medis, dibagi

menjadi dua yakni laporan umum dan khusus.

Laporan umum sepertilembar riwayat pasien,

pemeriksaan fisik,catatan perkembangan,

observasi klinik, ringkasan penyakit. Dan

laporan khusus, seperti laporan operasi,

anestesi, dan hasil-hasil pemeriksaan

laboratorium.

(3) Dalam laporan tersebut pencatatan tanggal dan

jam pencatatan menjadi penting karena ada

kaitanya dengan peraturan seperti lembar

riwayat pasien dan pemeriksaan fisik harus diisi

> 24 jam sesudah pasien masuk rawat inap,

maka agar lengkap harus dilakukan analisis

ketidaklengkapan dengan cara concurrent

karena apabila dengan retrospective

pemeriksaan yang tidak lengkap diketahui

sebelum pasien pulang, sedangkan aturan

pemeriksaan fisik harus diisi < 24 jam, sehingga

rekam medis tersebut dapat dilengkapi lagi atau

dengan deficiency.

c) Review Autentifikasi

24
Pada komponen ini analisis kuantitatif

memeriksa autentifikasi dari pencatatan berupa

tanda tangan, nama jelas termasuk cap/stempel atau

kode seseorang untuk komputerisasi, dalam

penulisan nama jelas harus ada tittel/gelar

profesional (dokter, perawat).

Dalam autentifikasi tidak boleh ditanda

tangani oleh orang lain selain dari penulisnya,

kecuali bila ditulis oleh dokter jaga atau mahasiswa

maka ada tanda tangan si penulis ditambah

countersign oleh supervisior dan ditulis telah

direview dan dilaksanakan atas instruksi dari atau

telah diperiksa oleh atau diketahui oleh pihak yang

terkaitan.

d) Review Pencatatan

Pada komponen ini akan dilakukan, beberapa

kegiatan analisis kuantitatif, berupa:

(1) Pemerikasaan pada pencatatan yang tidak

lengkap dan tidak dapat dibaca, sehingga dapat

dilengkapi dan diperjelas.

(2) Memeriksa baris pembaris dan bila ada barisan

yang kosong digaris agar tidak diisi belakangan.

25
(3) Bila ada yang salah pencatatn, maka bagian

yang salah digaris dan dicatatan tersebut masih

terbaca, kemudian diberi keterangan

disampingnya bahwa catatan tersebut salah.

b. Analisis Kualitatif

1) Pengertian Analisis Kualitatif

Menurut Dirjen Yanmed (2006 : 80),

“Analisis Kualitatif adalah analisis yang ditujukan kepada


mutu dan setiap rekam medis. Petugas akan mengambil
dan menganalisa kualitas rekam medis pasien sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan. Analisis kualitatif
meliputi penelitian terhadap penelitian terhadap pengisian
rekam medis baik oleh staf medis, paramedis, dan unit
penunjamg medis lainya”.
Ketidaklengkapan dalam pengisian rekam medis

akan sangat mempengaruhi mutu rekam medis, mutu

rekam medis akan mencerminkan baik teidaknya mutu

pelayanan di suatu rumah sakit. Pembuatan resume bagi

pasien yang dirawat merupakan cerminan mutu rekam

medis serta pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

tertentu. Dokter, perawat daan tenaga kesehatan yang lain

yang menangani pasien wajib melengkapi rekam medis

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

26
2) Tujuan Analisis Kualitatif

Tujuan analisis kualitatif menurut Huffman (!

999:25) yaitu:

a) Mendukung kualitas informasi.

b) Merupakan aktifitas dari Risk Management.

c) Membantu dalam memberikan kode penyakit dan

tindakan yang lebih spesifik yang sangat penting untuk

penelitian medis, studi administrasi dan untuk

penagihan.

d) Meningkatkan kualitas pencatatan, khususnya dapat

mengakibatkan ganti rugi pada masa yang akan datang.

e) Kelengkapan Informed Consent sesuai dengan

peraturan.

f) Identifikasi catatan yang tidak konsisten.

g) Mengingatkan kembali tentang pencatatan yang baik

dan memperlihatkan pencatatan yang kurang.

3) Komponen Analisis Kualitatif

Komponen analisis kualitatif, menurut Huffman (!

999:27) terdiri dari:

a) Review kelengkapan dan kekonsistenan diagnosa

diantaranya:

(1) Diagnosa saat masuk / alasan saat masuk rawat.

(2) Diagnosa tambahan.

27
(3) Preoperative diagnosis.

(4) Postoperative diagnosis.

(5) Phatological diagnosis.

(6) Clinical diagnosis.

(7) Diagnosis akhir / utama.

(8) Diagnosa kedua.

b) Review kekonsistenan pencatan diagnosa

Konsistensi meruupakn suatu penyesuaian /

kecocokan antara satu bagia dengan bagian lain dan

dengan seluruh bagian, dimana diagnosa dari awal

sampai akhir harus konsisten, 3 hal yang harus

konsisten yaitu catatan perkembang, instruksi dokter,

dan catatan obat.

c) Review pencatatan hal-hal yang dilakukan saat

perawatan dan pengobatan.

Rekam medis harus menjelaskan keadaaan

selama pasien dirawat, dan harus menyimpan seluruh

hasil pemeriksaan dan mencatat tindakan yang telah

dilakukan pada pasien contohnya : hasil tes normal,

pasien dalam keadaan baik, pasien telah diberikan

penjelasan dan petunjuk.

d) Review adanya informed consent yang seharusnya

ada.

28
Pada komponen ini menganalisa surat

persetujuan dari pasien apakah sudah diisi dengan

benar dan lengkap sesuai dengan prosedur dan

peraturan yang dibuat secara konsisten.

e) Review cara / praktek pencatatan.

Pada komponen ini akan dilakukan review

cara pencatatan, seperti :

(1) Waktu pencatatan harus ada, tidak ada waktu

kosong antara dua penulisan, khususnya pada saat

emergency. Tidak ada pencatatan pada suatu

periode tidak hanya catatanya saja yang tidak ada

tetapi juga meningkatkan resiko kegagalan dalam

pengobatan dan malpraktek.

(2) Mudah dibaca, tulisan harus bagus, tinta yang

digunakan harus tahan lama, penulisan dilakukan

dengan hati-hati dan legkap.

(3) Mengunakan singkatan yang umum, perlu

dibuatkan pedoman untuk singkatan-singaktan

yang digunakan sehingga semua tahu tentang arti

singkatan tersebut.

(4) Tidak menulis komentar / hal-hal yang tidak ada

kaitanya dengan pengobatan pasien / kritik /

hinaan.

29
(5) Bila ada kesalahan lebih baik dibiarkan dan

kemudian dikoreksi, jangan di tipp ex.

f) Review hal-hal yang berpotensi menyebabkan

tuntutan ganti rugi.

Rekam medis harus mempunyai semua catatan

mengenai kejadian yang dapat menyebabkan /

berpotensi tuntutan kepala institusi pelayanan

kesehatan baik oleh pasien maupun pihak ketiga.

4. Pengontrolan Rekam Medis Yang Tidak Lengkap

Pengontrolan rekam medis yang tidak lengkap

menurut Huffman (!999:32) dapat dilakukan dengan cara:

a. Statistik Ketidaklengkapan

Menurut Huffman (1999:32), ketidaklengkapan dapat

dihitung dengan cara :

1) Incomplete Medical Record

Incomplete Medical Record (Inc.MR) adalah rekam

medis dengan kekurangan yang spesifik yang masih

dapat dilengkapi oleh pemberi pelayanan kesehatan.

Dapat dicari dengan cara :


Inc.MR

Inc.MR Rate= x 100 %

Jml pasien pulang/peroide

30
2) Deliguent Medical Record

Deliguent Medical Record (D.MR) adalah rekam medis

yang masih tidak lengkap sesudah melewati batas waktu

tersebut. Dapat dicari dengan cara :


D.MR

D.MR Rate= x 100 %

Rata-rata Jml pasien pulang/peroide

3) Angka Ketidaklengkapan Catatan Medis (KLPCM)

(Depkes RI : )

Angka Ketidaklengkapan Catatan Medis (KLPCM)

merupakan salah satu indikator mutu kualitas pelayanan

suatu rumah sakit, dapat di cari dengan cara :

Total RM yang belum lengkap & benar dalam 14 hr/bln

x 100%

Total pasien yang termasuk pada bulan tersebut

b. Pencatatan Kekurangan Dari Rekam Medis

Mencatat semua item pertanyaan yang tidak

lengkap, kemudian merekap mana yang paling banyak yang

tidak lengkap, dan dilaporkan ke direktur / komite medis.

c. Penyimpanan Rekam Medis Yang Tidak Lengkap

Penyimpanan rekam medis yang tidak

lengkapdilakukan dengan cara terpisah dari rekam medis

yang lengkap, dengan diberi petugas yang harus melengkapi.

31
d. Final Chart Check

Final Chart CheckBerguna untuk pengontrolan rekam

medis yang telah dilakukan. Rekam medeis perlu lengkap

tepat waktu karena angka incomplete medical record atau

angka ketidaklengkapan pengisian catatan medis yang

diketahui akan menurunkan kualitas pelayanan kesehatan

yang mempengaruhi akreditasi dan kualitas rumah sakit.

D. Konsep Jamkesmas

1. Pengertian Jamkesmas

Askeskin merupakan salah satu program pemerintah yang

memberikan akses kepada masyarakat miski untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk

mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan

kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan

melalui penugasan kepada PT ASKES (Persero) berdasarkan SK

No. 1241/Menkes/SK/XI/2004, tentang penugasan PT ASKES

(Persero) dalam pengelolaan pemeliharaan kesehatan bagi

masyarakat miskin.

32
Pada tahun 2008 Program Askeskin berubah menjjadi

Jaminan kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), ini sesuai dengan

Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat yang

dikeluarkan oleh Mentri Kesehatan dengan SK No.

125/Mekes/SK/II/2008.

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayananan

kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini

diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam

rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi

masyarakat miskin. Pada hakekatnya pelayana kesehatan terhadap

masyarakat miskin menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan

bersama oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota berkewajiban memberikan kontribusi

sehingga menghasilkan pelayanan yang optimal.

Menurut PERMENKES RI Nomor 40 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat,

pelaksanaan program jamkesmasmengikuti prinsip-prinsip

penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu

dikelola secara nasional, nirlaba, portabilitas, transparan, efisien

dan efektif. Pelaksanaan program jamkesmas tersebut merupakan

upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi

sampai dengan diserahkannya program jaminan kesehatan kepada

33
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sesuai UU

Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial.

2. Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Jamkesmas

a. Tujuan Penyelenggaraan Jamkesmas

Tujuan umum penyelenggaraan jamkesmas menurut

UU RI No.40 tahun 2004, adalah meningkatkan akses dan mutu

pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan

tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal dan efisien.

Tujuan khusus penyelenggaraan jamkesmas menurut UU

RI No.40 tahun 2004 , yaitu:

1) Meninkankan cakupan masyarakat miskinan tidak mampu

yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta

jaringannya dan di Rumah Sakit.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin.

3) Agar terselenggara pengelolaan keuangan yang transparan

dan akuntabel.

b. Sasaran Dalam Program Penyelenggaran Jamkesmas

Sasaran program jamkesmas menurut UU RI No.40 tahun

2004,adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh

Indonesia. Penyelenggaraan pelayana kesehatan bagi

34
masyarakat miskin mempunyai arti penting karena 3 alasan

pokok, yaitu:

1) Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat

miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin mutlak mengingat kematian bayi dan kematian

balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggai dibanding pada

keluarga miskin.

2) Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga

keutuhan integrasi bangsa dan meningkatkan upaya

pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan

kepentinag politis internasional untuk menggalang

kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna

menurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi

keluarga miskin.

3) Hasil studi menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang

baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula dengan

demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil.

Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin

memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun

strstegi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang

peduli terhadap penduduk miskin.

35
3. Prinsip Penyelenggaran Jamkemas

Menurut UU RI No.40 tahun 2004, penyelenggaraan

pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip-

prinsip :

a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-

mata meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin

b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan staandar pelayanan

medik yang ‘cost effective’ dan rasional.

c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan protabilitas dan

ekuitas.

d. Transparan dan akuntabel.

4. Manfaat Penyelenggaraan Jamkesmas

Adapun manfaat penyelenggaraan Jamkesmasmenurut UU RI

No.40 tahun 2004, sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit

1) Salah satu cara untuk meningkatkan standar pelayanan

kesehatan.

2) Secara objektif memantau pelaksanaan Program Quality

Assurance.

3) Bisa mendapatkan informasi mengenai variasi pelayanan

4) Dapat mengevaluasi pelayanan

5) Dapat mempelajari proses perawatan pasien

6) Adanya rencana perawatan yang tepat

36
b. Bagi Pasien

1) Memberikan prioritas perawatab pada pesien berdasarkan

tingkat keparahan penyakit

2) Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih

baik

3) Mengurangi resiko yang dihadapi pasien

4) Mempercepat pemulihan dan meminimalasi kecacatan

c. Bagi Departemen Kesehatan RI

1) Dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja rumah

sakit

2) Benchmarking

3) Area untuk audit klinis

4) Mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur pelayanan

(SOP)

5) Menstandarisasi proses pelayanan kesehatan di rumah

sakit

5. Landasan Hukum

Pelaksanaan programjamkesmasberdasarkan pada :

a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H dan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional.

37
c. Undang–Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun

2008

d. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan

e. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara.

f. Undang-Undang RI no. 29 Tahun 2004, Tentang Praktik

Kedokteran

g. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

h. PERMENKES RI Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

125/Menkes/SK/II/2008, tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Jika mencermati peraturan–peraturan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa penyelenggaraan program Jamkesmas

telah sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.

E. Konsep Pengklaiman Jamkesmas

1. Pengertian Pengklaiman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 956),

“Mengklaim adalah meminta atau menuntut pengakuan atas

38
sesuatu fakta bahwa seseorang (suatu organisasi, perkumpulan,

negara, dan sebagainya) berhak memiliki atau mempunyai atas

sesuatu”. Sedangkan “Pengklaiman adalah proses, cara, perbuatan

mengklaim”.

2. Pengertian Pengklaiman Jamkesmas

Pengklaimanjamkesmas adalah suatu proses meminta

penggantian tarif pengobatan yang telah di dapatkan pasien selama

berobat dengan cara pembayaran menggunakan jamkesmas. Untuk

pengajuan pengklaiman jamkesmas dibutuhkan kelengkapan

administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan, administrasi

keuangan serta rekam medis pasien yang lengkap.

3. Komponen Dalam Pengklaiman Jamkesmas

Adapun komponen yang diperlukan dalam pengklaiman

jamkesmas yaitu sebagai berikut:

1) Lembar verifikasi

2) Photo copy kartu jamkesmas

3) Photo copy kartu keluarga

4) Photo copyKTP

5) SKP (Surat Keabsahan Peserta)

6) SJP (Surat Jaminan Pelayanan)

7) Photo copyResume (Untuk Rawat Inap)

8) Photo copyhasil penunjang medis, seperti rontgen,

laboraturium, farmasi atau resep dan sebagainya.

39
9) Photo copypersetujuan tindakan medis (jika ada)

4. Proses Pengklaiman Jamkesmas

Menurut Permenkes no 40 tahun 2012, proses pengklaiman

jamkesmas yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kebenaran dokumen identitas peserta

Jamkesmas oleh PT.Askes (Persero);

b. Pemeriksaan Surat Rujukan dan Penerbitan SKP oleh

PT. Askes (Persero)dan SJP oleh fasilitas kesehatan

lanjutan;

c. Memastikan dikeluarkannya rekapitulasi pengajuan

klaim oleh petugasrumah sakit sesuai dengan format

yang ditentukan;

d. Pemeriksaan kebenaran penulisan diagnosis, prosedur,

nomor kode;

e. Rekapitulasi pertanggungjawaban dana fasilitas

kesehatan lanjutan yangsudah layak bayar;

f. Menandatangani rekapitulasi pertanggungjawaban

dana fasilitaskesehatan lanjutan;

g. Memastikan Direktur rumah sakit/Kepala Balai

Kesehatanmenandatangani rekapitulasi laporan

pertanggungjawaban dana;

h. Membuat laporan hasil pekerjaan bulanan kepada Tim

PengelolaJamkesmas Kabupaten/Kota (Format

sebagaimana terlampir dalamFormulir 11)

40
5. Verifikasi

Menurut Permenkes no 40 tahun 2012, “Verifikasi adalah

kegiatan menguji kebenaran administrasi pertanggungjawaban

pelayanan yang telah dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan”.

Tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolhnya hasil

pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin yang

menerapkan prinsip kendali dan kendalin mutu.

Tiap-tiap RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM akan

ditempatkan pelaksana verifikasi yang jumlahnya diperhitungkan

dari jumlah tempat tidur yang tersedia di

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM dan beban kerja.

Verifikasi program jaminan kesehatan masyarakatmeliputi:

verifikasi administrasi kepesertaan, administrasi pelayanan dan

administrasi keuangan.

Pelaksana Verifikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari

di RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM berdasarkan beban

kerja di bawah koordinasi Tim Pengelola Jamkesmas

Kabupaten/Kota. Pelaksana Verifikasi ditetapkan oleh Kepala

Dinas Kesehatan atas nama Menteri Kesehatan yang ditugaskan

untuk melaksanakan penilaian administrasi klaim yang diajukan

pemberi pelayanan kesehatan (PPK), dengan mengacu kepada

standar penilaian klaim, dan memproses klaim sesuai dengan hak

dan tanggung jawabnya.

41
F. Pengertian Menunjang

Menurut Ali dan Muhtar (1996: 493), “menunjang merupakan hal

dalam menopang atau membantu kelancaran usaha atau proses”.

G. Pengertian Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis,

menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk

memulihkannya (Wikepedia, 2008). Sedangkan menurut Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 269/MENKES/PER/III/2008

tentang rekam medis, pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter.

H. Konsep Rawat Jalan

1. Pengertian Rawat Jalan

Menurut Feste (Azwar,1996 : 75),

“Rawat jalan adalahsalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran


yang dibutuhkan oleh pasien, dimana rumah sakit menyediakan
ruangan (poliklinik) untuk pasien berobat jalan, selanjutnya pasien
tersebut setelah mendapatkan pemeriksaan ditentukan apakah dapat
langsung pulang atau harus rawat inap”.
Menurut Boy Sarbaguna (2004 : 90),

“Rawat jalan adalah salah satu bentuk muka yang mengisi rawat
inap, maka mutu pelayanan harus dijaga dan di kembangkan. Selain
pasien ulang (kontrol), pasien rawat inap akan ke rawat jalan maka
mutu pelayanan harus berkesinambungan ada, hal ini membuat
pasien tidak kapok”.

42
Rawat jalan juga menyangkut banyak pasien dalam waktu

relatif bersamaan sehingga pengaturan waktu dan kecepatan akan

berperan penting. Petugas yaitu dokter dari berbagai disiplin akan

bekerja bersamaan, maka pengaturan pendukung dan kecepatan

kemudahan yang dapat diterima, harus dapat diberikan.

2. Formulir Rekam Medis Rawat Jalan

Menurut Depkes RI (2006 : 54), formulir rekam medis yang

digunakan di unit pelayanan rawat jalan, biasanya dalam bentuk

kartu pemeriksaan pasien dimana informasi mengenai identitas

pasien, diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien

seperti anamnesa, terapi dicatat di dalam kartu tersebut untuk pasien

rawat jalan perlu dibuat lembaran ringkasan poliklinik yang lazim

disebut identitas dan ringkasan poliklinik.

I. Konsep Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh

masyarakat perlu disertai dengan adanya peningkatan mutu

pelayanan kesehatan. Peningkatan kesehatan harus disertai adanya

sarana penunjang yang memadai. Salah satu sarana penunjang

tersebut adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah

Sakit. beberapa pengertian rumah sakit yang dikemukakan oleh

para ahli, diantaranya:

43
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia NO. 44 Tahun

2009 Tentang Rumah Sakit bahwa,

“ Rumah sakit adalah Institusi pelayanankesehatan bagi masyarakat


dengan karateristiktersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembanganilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yangharus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yanglebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agarterwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”.

Menurut American Hospital Assosiation ( Azwar, 1996:82),

“Rumah Sakit adalahSuatu organisasi yang melalui tenaga medis


profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang
permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien”.

Menurut Permenkes No. 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang

Rumah Sakit di Lingkungan Depkes,

“Rumah Sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan


yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang memberikan
pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri
dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif untuk orang-
orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan sarana upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan
serta dapat dimanfaatkan untuk tenaga kesehatan dan penelitian”.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas dan fungsi rumah sakit menurut undang-undang RI No.

44 tahun 2009 pasal 4, adalah:

a. Tugas Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna.

b. Fungsi Rumah Sakit

44
Rumah sakit pemerintah harus melaksanakan fungsi

sosialnya dengan menyediakan fasilitas untuk merawat

penderita yang kurang mampu atau tidak mampu sekurang-

kurangnya 75 persen dari kapasitas tempat tidur yang tersedia

dan untuk rumah sakit swasta 25 persen dari kapasitas tempat

tidur yang tersedia.

Fungsi pelayanan yang harus diberikan rumah sakit,

dan ada 4 fungsi dalam pemberian pelayanan tersebut ,yaitu:

a) Fungsi pelayanan pasien.

b) Pelayanan komunitas berupa suatu kerjasama dengan

pihak-pihak luar dai rumah sakit yang biasanya berupa

upaya-upaya preventif, promotif dan rehabilitatif.

c) Pendidikan terutama bagi rumah sakit besar yang

berfungsi sebagai tempat pendidikan dan penelitian.

d) Pelayanan informasi.

Keempat fungsi pelayanan pasien ini, merupakan

fungsi dari sebuah rumah sakit untuk meningkatkan mutu

pelayanan suatu penyembuhan/pemulihan dalam waktu yang

diharapkan cepat dan tepat.

2.2 Metodologi Peneltian dan Teknik Pengumpulan Data

A. Metode Penelitian

45
Menurut Sugiyono (2008 : 1), “Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”.Dalam menentukan penelitian ini penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Menurut Sugiyono (2008 : 9),

“Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi”.
Menurut Sugiyono (2008 : 13), Penelitian deskriptif itu sendiri

“adalah penelian yang dilakukan untuk menggetahui nilai variabel

mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel

yang lain”. Adapun menurutSuharmadi, (2011)Studi deskriptif

menjelaskan karakteristik suatu fenomena yang dapat digunakan sebagai

dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis

Tujuan studi ini untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan

fenomena yang diamati.Studi ini membantu peneliti untuk :

a. Menjelaskan karakteristik subyek yang diteliti,

b. Mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu,

c. Menawarkan ide untuk pengujian atau penelitian selanjutnya.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

46
Menurut Sugiyono (2008 : 90), Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang yang ditetapkan peneliti

untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi

bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda yang lain.

Dalam penelitian ini populasi yang dipilih penulis adalah

rekam medis rawat jalan pasien jamkesmas pada bulan Maret 2013

sebanyak 154 berkas. Populasi dipilih dalam periode tersebut diatas

dari waktu penelitian, agar data yang diperoleh lebih up to date dan

mengambarkan kondisi terakhirdari kualitas kelengkapan rekam

medis.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008 : 91), “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, apa

yang dipelajari dari sampel tersebut kesimpulanya akan dapat

diberlakukan untuk populasi”. Untuk itu sampel yang diambil dari

populasi harus betul-betul respresentativ/mewakili. Maka untuk

menentukan jumlah sampel pada penelitian ini penulis menggunakan

rumus perhitungan ukuran sampel dari Slovin yang di kemukakan

oleh Umar (2005 : 78), yaitu:

n=
1+ N.e2

47
Keterangan:

n = Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi

e = Tingkat/ukuran Kritis (10%)

n=

1+ N.e2

154

1+154.(0.1)2

= 60 Rekam Medis

Berdasarkan pehitungan sampel seperti diatas maka di

peroleh hasil 60 berkas, sebagai sampel yang akan di jadikan objek

peneletian.

C. Definisi Operasional

Menurut Setiadi (2007 : 165), “Definisi operasional merupakan

penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam

penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca

dalam mengartikan makna penelitian”.Dalam penelitian ini terdapat 2

(dua ) variabel yang akan dikaji, yaitu:

1. Variabel Bebas (Variable Independen)

48
Menurut Sugiono (2008 : 39), Variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen.

2. Variabel Terikat (Variable Dependen)

Menurut Sugiono (2008:40), Variabel terikatmerupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas.

Tabel 2.1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Subvariabel Indikator


1. Analisa Analisa yang a. Identifikasi  No. Rekam

Kuantitatif ditunjukan pasien pada Medis dan

kepada setiap RM. Identitas Pasien,

jumlah meliputi : Nama

lembaran Pasien, Alamat

rekam medis Lengkap, Jenis

sesuai dengan Kelamin, Status

lamanya Perkawinan,

perawatan Agama dan

meliputi Pekerjaan.

kelengkapan b. Adanya semua  Tanggal Berobat,

lembar laporan penting. Catatan

medis, Pemeriksaan

paramedis, T,N,R,S,BB,

49
dan Anamnesa,

penunjang Diagnosa, Terapi

medis sesuai dan Tindakan.

dengan c. Review  Tanda tangan,

prosedur autentifikasi. nama jelas

yang termasuk

ditetapkan cap/stempel

petugas yang

bertanggung

jawab pengisian

RM

(dokter,perawat)

d. Review catatan.  Memeriksa

pencatatan tidak

lengkap dan tidak

dapat dibaca.
2. Pengklaiman Suatu proses a. Komponen  Adanya Lembar

Jamkesmas meminta Pengklaiman verifikasi

penggantian Jamkesmas  AdanyaPhoto

tarif copy kartu

pengobatan jamkesmas

yang telah di  AdanyaPhoto

dapatkan copy kartu

pasien selama keluarga

50
berobat  AdanyaPhoto

dengan cara copy KTP

pembayaran  Adanya SKP

menggunaka  Adanya SJP

n jamkesmas.  AdanyaPhoto

copy Resume

(Rawat Inap)

 AdanyaPhoto

copy hasil

penunjang medis.

 AdanyaPhoto

copy persetujuan

tindakan.

51
b. Proses  Pengecekan

pengklaiman kebenaran

Jamkesmas dokumen

identitas peserta

program

jamkesmas.

 Pengecekan

adanya surat

rujukan dan

penerbitan SKP

oleh pihak

ASKES.

 Proses

memastikan

dikeluarkanya

data entry

rekapitulasi

pengajuan klaim

oleh petugas RS.

 Pengecekan

kebenaran

penulisan paket/

diagnosa,

prosedur, No.

52
Berdasarkan definisi operasional variabel diatas, maka penulis membuat

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Tabel 2.2

Kerangka Pemikiran

Analisis Kuantitatif Rekam Medis Pengklaiman Jamkesmas

1. Identifikasi pasien pada setiap 1. Komponen pengklaiman

rekam medis. Jamkesmas.

2. Adanya semua laporan penting 2. Proses pengklaiman Jamkesmas.

dalam rekam medis rawat jalan. 3. Verifikasi.

3. Review autentifikasi.

4. Review catatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang penulis perlukan dalam pembuatan

Tugas Akhir ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengmpulan data

sebagai berikut :

1. Wawancara

Menurut Notoatmodjo (2005:102), ”Wawancara adalah suatu

metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian atau bercakap-cakap berhadapan muka

dengan orang tersebut (face to face)”.

53
Wawancara yang dilakukan penulis bertujuan untuk

pengumpulan data dengan menanyakan langsung mengenai

informasi yang dibutuhkan kepada petugas rekam medis rawat jalan,

khususnya petugas analisis kelengkapan dan petugas rekam medis

yang membuat laporan pengklaiman jamkesmas.

2. Observasi

Menurut Notoatmodjo (2005 : 93), “Observasi adalah suatu

prosedur yang terencana, yang antara lain meeliputi melihat dan

mencatatjumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya

dengan masalah yang diteliti”.

Teknik ini dimaksudkan untuk meneliti serrta mengetahui

tentang fenomena yang terjadi di rumah sakit, khususnya tentang

kelengkapan rekam medis pasien rawat jalan guna menunjang

pengklaiman Jamkesmas. Keunggulan observasi, adalah adanya

keadaan yang nyata, tak dapat secara utuh dimanipulasi, maka akan

menjadi laporan fakta yang berguna dalam kualitas pelayanan dan

informasi yang akurat.

Dalam pengamatan yang dilakukan saat Praktek Kerja

Lapangan (PKL) pada tanggal 04 Maret sampai 04 Mei 2013,

penulis mengumpulkan data dengan mengamati objek penulisan dan

ikut serta dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh petugas. Hal

ini dilakukan semata untuk mengetahui pelaksanaan kelengkapan

54
rekam medis pasien rawat jalan guna menunjang pengklaiman

jamkesmas di rumah sakit.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan disini penulis membaca,

mempelajari, serta memahami tentang teori-teori yang berkaitan

dengan masalah kelengkapan rekam medis pasien rawat jalan guna

menunjang pengklaiman jamkesmas di rumah sakit, hal ini ditujukan

untuk memperkuat hasil penelitian.

E. Teknik Pengelolaan Data

Pengelolaan data kualitatif dalam penelitian akan melalui tiga

kegiatan analisis yakni sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan

data, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan

data, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis dilapangan. Dalam kegiatan reduksi data dilakukan pemilihan-

pemilihan mengenai bagian data yang perlu diberi kode,bagian data

yang harus dibuang, dan pola yang harus dilakukan peringkasan.

Dalam reduksi data dilakukan penajaman data, penggolongan

data, pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu,

pengorganisasian data untuk bahan menarik kesimpulan. Reduksi data

dilakukan dengan cara seleksi data yang ketat, pembuatan ringkasan,

55
dan menggolongkan daa menjadi suatu pola yang lebih luas dan

mudah dipahami.

2. Penyajian Data

Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasiyang

tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering

digunakan adalah dalam bentuk naratif, matriks, grafik, dan bagan.

3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Sejak langkah awal dalam pengumpulan data, peneliti sudah

mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat atau disusun

menjadi suatu konfigurasi tertentu. Pengolahan data kualitatif tidak

akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara bertahap

dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data.

56

Anda mungkin juga menyukai