TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Variabel penelitian (teori dasar atau teori khusus yang berhubungan
dengan topik yang dibahas, riset penelitian sebelumnya/state of art)
2.2. Kerangka Teori
2.3. Kerangka Konsep
2.4. Hipoptesis Penelitian (bila ada)
2.5. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif (Uraian atau Dibuat dalam bentuk tabel)
Dalam pelayanan kesehatan terutama yang dilakukan para dokter di rumah sakit
peranan catatan rekam medis sangat penting dan melekat dengan kegiatan pelayanan,
sehingga ada ungkapan bahwa rekam medis adalah orang ketiga pada saat dokter
menerima pasien (Hanafiah dan Amir, 1997). Hal ini dapat dipahami karena catatan
tersebut akan berguna untuk merekam keadaan pasien, hasil pemeriksaan serta
tindakan pengobatan yang diberikan pada waktu itu. Catatan atau rekaman ini
menjadi sangat berguna untuk mengingatkan kembali dokter akan keadaan hasil
pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk
berobat ulang setelah beberapa hari, beberapa bulan bahkan beberapa tahun
kemudian. Dengan adanya rekam medis, maka dokter bisa mengingat atau mengenali
pelayanan yang lain kepada pasien baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Rekam
Pengadilan dapat diyakinkan bahwa rekam medis tidak dapat disangkal kebenarannya
dan dapat dipercaya, karena keseluruhan atau sebagian informasinya dapat dijadikan
sebagai permulaan dasar pembuktian jika terjadi gugatan. Rekam medis yang
informatif seyogyanya memuat data yang jelas, terstruktur dan akurat dari segala
yang telah diobservasi, dikaji pada penderita dan diambil tindakan pada penderita
yang bersangkutan.
rekam medis harus berisi tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan dan
tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Dokumen rekam medis harus dapat
riset, edukasi serta statistik kesehatan yang biasa disingkat dengan CI ALFREDS
(1997) adalah :
a) Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut
kepada pasien.
d) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap
Sosialisasi mengenai undang-undang ini telah ada kalau dilihat di media-media baik
umum maupun media khusus seperti majalah kedokteran, maupun oleh IDI atau
menguntungkan juga bagi rumah sakit antara lain pembatasan pemberian izin praktek
hanya di 3 tempat sehingga diharapkan para dokter dapat lebih banyak waktunya di
satu sarana pelayanan kesehatan. Disamping itu pada pasal 46 dinyatakan tentang
kewajiban membuat rekam medis oleh dokter dan dokter gigi.Pada pasal 79
dinyatakan bahwa bagi setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak
membuat rekam medis seperti yang dimaksud pada pasal 46, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.50.000.000.00
yang lengkap harus berisi keterangan mengenai rawat jalan dan rawat inap pasien.
perawatan, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir perawatan
pasien, evaluasi pengobatan dan perawatan. Selain itu harus tercantum secara jelas
Rekam medis dasar untuk pasien rawat inap terdiri dari lembaran-lembaran umum
misalnya : (1) ringkasan masuk dan keluar ; (2) anamnesa dan pemeriksaan fisik ; (3)
(5) catatan perawat bidan/ asuhan keperawatan ; (6) hasil pemeriksaan laboratorium/
Lembaran khusus misalnya : (1) lembaran kontrol istimewa ; (2) laporan operasi ; (3)
laporan anesthesia ; (4) riwayat kehamilan; (5) catatatan/ laporan persalinan, (6)
Identifikasi bayi.
terdiri dari dua kategori yaitu lembaran rekam medis dasar dan lembaran
surat perintah rawat ; (2) surat persetujuan dirawat (SPD) ; (3) lembaran catatan
identitas/sosial pasien ; (4) anamnese dan pemeriksaan fisik ; (5) lembaran catatan
nosokomial dan grafik suhu,tensi dan pernafasan; (6) ringkasan masuk ; (7) instruksi
penempelan hasil penunjang ; (10) lembaran untuk tempelan surat rujukan; (11)
catatan harian makanan dan obat; (12) lembaran konsultasi; (13) resume keluar; (14)
lembaran asuhan keperawatan dan Lembaran Khusus lainnya yang antara lain terdiri
dari (1) informed consent; (2) pemeriksaan jasmani; (3) lembaran gambaran khusus;
(4) lembaran laporan anesthesi; (5) laporan pembedahan; (6) laporan catatan
persalinan.
Pelayanan rekam medis merupakan bagian dari program pengendalian mutu rumah
sakit (Depkes, 1994) dan merupakan salah satu pelayanan yang dinilai dalam
akreditasi rumah sakit. Jika dikaitkan dengan kualitas mutu maka rekam medis
mempunyai hubungan yang sangat erat. Kualitas pelayanan medis sangat erat
hubungannya dengan data rekam medis. Kualitas pelayanan medis yang dimaksud
antara lain pelayanan medis bagi pasien rawat inap, karena kualitasnya dapat diukur
dengan data rekam medis. Mutu pelayanan rumah sakit bukan hanya dituntut oleh
pasien tetapi juga oleh pihak lain diantaranya adalah pemberi jasa kesehatan,
pembayar atau pihak ketiga dalam hal ini asuransi/ penjamin, manajemen rumah
Rekam medis yang berkualitas berarti rekam medis tersebut berisi data yang lengkap,
evaluasi obyektif terhadap kinerja pelayanan kesehatan dan dapat menjadi basis
pendidikan, penelitian dan pengembangan. Arti dari pernyataan di atas adalah bahwa
sebuah rekam medis yang bermutu, selalu terisi lengkap data, dan mampu diolah
jam harus ditulis dalam lembaran rekam medis, standar pengembalian rekam medis
pasien pulang rawat maksimal 2 x 24 jam. Dari indikator kelengkapan rekam medis,
seseorang dapat menilai kualitas suatu pelayanan kesehatan. Rumah sakit yang
memberikan pelayanan yang berkualitas tentu akan memiliki kinerja rekam medis
Rekam medis yang bermutu diperlukan untuk persiapan evaluasi/ audit medis
terhadap rekam medis. Mutu rekam medis yang baik memenuhi indikator-indikator
seperti : (1) kelengkapan isinya ; (2) keakuratan isinya ; (3) tepat waktu dan (4)
pemenuhan aspek persyaratan hukum. Tinggi rendahnya mutu rekam medis sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sumber daya rumah sakit antara lain tenaga, sarana,
Guna memperoleh kualitas rekam medis yang optimal perlu dilakukan analisis rekam
medis dengan cara melihat rekam medis yang dihasilkan oleh staf medis dan
dengan demikian rumah sakit maupun staf medis dapat terhindar dari gugatan mal
praktik. Menurut Depkes (1997) dalam menganalisa mutu rekam medis digunakan
dua cara yaitu analisa kuantitas (jumlah/kelengkapan) dan analisa kualitas (mutu).
setiap berkas rekam medis. Menurut (Huffman, 1994) ada tiga jenis analisis dokumen
informasi rekam medis, yaitu analisis kuantitatif, analisis kualitatif dan analisis
tidak lengkap, misalnya tidak ditemukannya laporan patologi jaringan yang telah
dikeluarkan pada waktu operasi. Komponen dasar dalam analisis kuantitatif rekam
medis mencakup (1) mengkoreksi identifikasi pasien pada setiap formulir misalnya
nama dan nomor rekam medis, (2) ketersediaan semua laporan yang perlu misalnya
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, catatan kemajuan, (3) otentifikasi bisa berupa
tanda tangan, stempel yang hanya dipegang oleh pemiliknya atau kode akses
komputer (PIN), dan (4) pencatatan yang baik. Analisis kualitatif untuk
mengidentifikasi dokumentasi yang tidak konsisten atau tidak akurat, misalnya pada
waktu analisis kualitatif ditemukan bahwa sebuah komplikasi belum tercatat, atau
item yang seharusnya dituliskan pada kolom kanan lembaran catatan telah diisi pada
kolom kiri. Analisis statistik mencakup peringkasan data dari catatan medis untuk
tuntutan-tuntutan, maka nilai berkas rekam medis pasien kian bertambah penting.
Karena dapat dipakai sebagai bahan bukti baik oleh dokternya, perawatnya maupun
rumah sakit. Berkas rekam medis adalah milik rumah sakit dan harus disimpan
dengan baik, sehingga apabila dikemudian hari timbul tuntutan maka rumah sakit
dapat mempergunakan rekam medis sebagai bukti yang terpenting dalam rekam
medis adalah pengisiannya yang harus dilakukan secara lengkap dan langsung pada
waktunya dan tidak ditunda-tunda. Dilihat dari segi hukum, maka rekam medis jika
diisi dengan baik, benar, lengkap dan tepat pada waktunya akan memberikan
gambaran yang jelas tentang apa apa yang telah dilakukan dan juga akan merupakan
dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang
diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis dari staf lain di rumah sakit.
Dia mengemban tanggungjawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam
medis (Samil, 1994). Namun demikian catatan yang dibuat perawat juga dapat
dipakai sebagai bukti di depan pengadilan. Karena dari catatan tersebut dapat
terungkap apa yang sebenarnya telah terjadi dan apa yang telah dilakukan dan apa
(wanprestasi) dapat digugat di depan hakim, dikatakan lalai apabila tidak memenuhi
2. Rekam medis dibuat oleh dokter dan atau tenaga kesehatan lain yang memberi
3. Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien
mendapat pelayanan.
4. Setiap pencatatan kedalam rekam medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan
6. Pembetulan kesalahan catatan dilakukan pada tulisan yang salah dan diberi
7. Rekam medis harus disimpan oleh petugas yang ditunjuk oleh pimpinan sarana
pelayanan kesehatan.
8. Rekam medis dapat dipakai sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.
pengobatan yang sempurna kepada pasien rawat inap, rawat jalan maupun pasien
gawat darurat. Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab akan mutu pelayanan medis
di rumah sakit yang diberikan kepada semua pasien. Direktur Rumah Sakit dapat
sekali menghilangkannya jika tidak sesuai lagi dengan penggunaannya. Rekam medis
sangat penting dalam mengemban mutu pelayanan medis yang diberikan rumah sakit
termasuk standar pelayanan rekam medis (Depkes, 1994). Jenis formulir rekam
medis rawat inap, petugas yang bertanggung jawab terhadap kelengkapan pengisian
rekam medis dan waktu pengembaliannya diatur dalam standar pelayanan rekam
medis. Selain itu rumah sakit harus melengkapi pimpinan, staf, fasilitas, peralatan dan
biaya yang memadai agar dapat mengelola rekam medis dengan baik. Agar standar
yang ditetapkan dapat dijalankan sampai pada tingkat pelaksana maka harus
dilakukan sosialisasi.
Rumah sakit juga bertanggung jawab untuk memelihara suasana yang kondusif agar
rekam medis yang sesuai dengan kebutuhan, terdapat tempat pengelolaan rekam
medis yang memadai, terdapat mekanisme kontrol untuk memantau kinerja rekam
medis, dan terdapat system yang jelas dalam hubungan pengisi dengan pengelola
rekam medis.
2.2. Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari
pada manusia itu sendiri. Secara lebih operasiol perilaku dapat diartikan suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subyek tersebut
(Notoatmodjo, 1993).
Menurut Notoatmodjo (2003), terbentuknya suatu perilaku baru pada orang dewasa
dimulai dari kawasan kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan respons
dalam bentuk sikap, kemudian akan menimbulkan respons yang lebih jauh dalam
bentuk perilaku.
Green dan Marshall (2005) menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau
perilaku.
terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat. Beberapa komponen yang
termasuk faktor predisposisi yang berhubungan langsung dengan perilaku, antara lain
pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan menyadari kemampuan dan
Faktor pendukung merupakan faktor yang sudah ada dan dapat memungkinkan
umpan balik (feed back) dan dukungan sosial. Dalam perencanaan pasien, sebagai
pendorong ini dapat positif atau negatif tergantung dari sikap dan perilaku orang
Menurut Walgito (2003) perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu
sendiri dan lingkungan dimana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong
oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Beberapa teori mengenai
1. Teori Insting ; teori ini dikemukakan oleh McDougall yang menyatakan bahwa
perilaku itu disebabkan karena insting. Insting merupakan perilaku yang innate,
perilaku yang bawaan dan ini akan mengalami perubahan karena pengalaman.
2. Teori Dorongan (drive theory) ; teori ini bertitik tolak bahwa organisme itu
kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme
berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau
3. Teori Insentif (incentive theory) ; teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa
perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan
4. Teori Atribusi ; teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang.
Apakah perilaku ini disebabkan oleh disposisi internal (misalnya motif, sikap
dsb) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Frizt Heider.
5. Teori Kognitif ; apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti
bersangkutan.
Tim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu
a. Pengetahuan
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang
terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap obyek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau obyek lain.
orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umunya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah,
Yogyakarta,1995 Dr. Amri Amir dan Sumarno dalam makalahnya yang berjudul
bahwa pada umumnya dokter membuat resume pada rekam medis dengan
mengemukakan gejala, tindakan juga keadaan pasien pada saat keluar Rumah Sakit.
tangan. Hanya sebagian kecil Rumah Sakit yang membuat resume sebagaimana
mestinya.
Waruna (2003) dalam penelitiannya tentang rekam medis di Rumah Sakit Santa
sakit tersebut secara rata-rata sebesar 78,6 %, padahal rekam medis sudah ada sejak
rumah sakit ini didirikan 70 tahun yang lalu. Usia, masa kerja dan waktu yang
tersedia di RS tidak mempengaruhi persentase rekam medis yang diisi oleh dokter.
Hariyanti (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kelengkapan rekam medis
di Rumah Sakit Islam Aisyiyah (RSIA) Malang selama tahun 2001 2002 rata rata
51,94%.
Landasan teori yang diambil adalah model perilaku menurut Green. Teori Green
menganalisa perilaku yang menyatakan bahwa perilaku ditentukan atau terbentuk dari
(3) faktor-faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi. Dalam diagram teori Green ini digambarkan sebagai
berikut :
Faktor Predisposisi:
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan Genetik
Nilai
Persepsi
Faktor Pendorong :
Sikap dan Perilaku dari Perilaku individu,
- Orang lain kelompok atau Tingkat
- Teman sebaya masyarakat Kesehatan
- Petugas lain
- Orang tua
Faktor Pendukung :
Ketersediaan sarana Faktor – faktor
dan prasarana lingkungan :
Rujukan Fisik
Peraturan-peraturan Sosial
Keterampilan Ekonomi
Adapun alasan peneliti memilih teori Green, karena dirasa sangat tepat untuk
dimana satu dengan yang lain saling mendukung sedang kebanyakan teori perilaku
yang lain hanya menganalisa perilaku dari satu sudut pandang saja seperti
Faktor Predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
Faktor Pendorong
- Dukungan petugas Pencatatan Rekam
lain Medis
Faktor Pendukung
- Fasilitas dan Sarana
- Peraturan - peraturan
(pengetahuan, sikap) dokter spesialis dan PPDS, faktor pendorong (dukungan petugas
perilaku dokter dalam pencatatan rekam medis di RSUP H Adam Malik setelah
rekam medis.
item yang ada pada daftar check list ada yang tidak diisi.