Anda di halaman 1dari 16

IMPLEMENTASI ELECTRONIC HEALTH RECORD

DI RUMAH SAKIT: PANDANGAN IDI

DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes*


PB IDI 2006-2009

Seminar Nasional
“Electronic Health Record Menuju Rumah Sakit Berkualitas Global”:
Universitas INDONUSA Esa Unggul
Jakarta, 25 Juli 2009
DAFTAR RIWAYAT-HIDUP-SINGKAT

Nama : DR. Dr. Fachmi Idris, M. Kes.


Alamat Kantor : - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Jl. Samratulangi, No. 29, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3900277
- Bagian IKM-IKK FK UNSRI, Jl May Mahidin, Palembang

RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAl (Terakhir)


1998 – 2003 : Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana UI (Lulus dengan predikat Cum Laude)

ORGANISASI

Profesi
- Ikatan Dokter Indonesia (NPA: 32.552)
a. Ketua Umum PB IDI (2006 – 2009)
b. Ketua Terpilih PB IDI / Wk. Ketua Umum (2003 – 2006)
c. Sekretaris Jenderal PB IDI (2000 – 2003)
d. Sekretaris I PB IDI (1997 – 2000)

- Confederation Medical Association Asia Oceania (CMMAO)


a. President Elect (2007-2009)

RIWAYAT KEPEGAWAIAN / PEKERJAAN


1. 1 Februari 1995 – 1 Juli 1995 : Kepala Puskesmas Makarti Jaya, Sungsang
MUBA Sumatera Selatan. (Dokter PTT)
2. 1 Maret 1995 – Sekarang : Pengajar FK UNSRI, Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat /Kedokteran Pencegahan.
3. 10 November 2003 – Sekarang : Pengelolaan Kerjasama UNSRI – Bidang Kerjasama Nasional
5. 12 April 2004 – Sekarang : Sekretaris Bagian IKM & IKK FK UNSRI.
6. Lain-lain :
s.d Sekarang : - Dewan Jaminan Sosial Nasional (Unsur Tokoh/Ahli Jaminan Sosial)
- Dewan Pengawas RS Moh Husin Palembang (BLU)
- Dosen Tamu pada Mata Kuliah Regulasi Kesehatan,
Program MMR Universitas Gajah Mada.
- Dosen Tamu pada Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan,
Program Magister Hukum Kesehatan Universitas Hasanudin
PENGANTAR
SUMPAH DOKTER
(Butir 5)
Saya akan merahasiakan segala sesuatu
yang saya ketahui kepada orang lain
karena pekerjaan saya dan karena
keilmuan saya saya sebagai dokter.
KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
(Pasal 14)
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
penderita, bahkan juga setelah penderita
itu meninggal dunia.

Dasar: Hubungan Kepercayaan Dokter-Penderita.


Penderita menaruh kepercayaan sepenuhya kepada dokter yang memeriksanya, tanpa
perasaan takut atau khawatir, bahwa dokter tersebut akan ‘bocornya’ hal-hal
mengenai penyakitnya kepada orang lain.
Four Major Ethical Principles*
(Healing the Sick Guidelines)

Beneficence The obligation of healthcare providers to


help people in need

Non The duty of healthcare providers to do


maleficence no harm

Autonomy The right of patients to make choices


regarding their health care

Justice The concepts of treating everyone in a


fair manner

Source: Underatanding Health Policy (A Clinical Approach). Bodenheimer & Grumbach, Lange Pub
Justice merujuk pada hak-hak universal kemanusiaan. Salah
satunya: kebebasan untuk menyampaikan keinginannya (speak
freely); termasuk right to information.

Kebijakan World Medical Association (WMA) Declaration on the


Rights of the Patient, tentang hak pasien terkait dengan informasi
atas dirinya:

Kebijakan WMA yang pertama.


 
Pasien berhak untuk mendapatkan informasi atas catatan medis
yang tertuang di dalam rekam medisnya (berhak untuk
diinformasikan secara lengkap tentang status kesehatannya
termasuk fakta-fakta medisnya). Namun tidak termasuk dalam
hak ini adalah rekam medis pasien yang dimiliki pihak ketiga.

Dilema: Etika dan Hak atas Informasi


Dilema: Etika dan Hak atas Informasi
Kebijakan WMA yang ke dua.

Pasien punya hak atas informasi namun dengan pengecualian.


Informasi medis dapat ditahan dokter apabila cukup alasan kuat
dari sisi profesi kedokteran bahwa informasi tersebut akan
berdampak serius pada kesehatan pasien. Misal kalau informasi
tersebut diberikan, pasien jadi pesimis, tidak lagi memiliki
harapan, bahkan sampai tingkat ekstrim menjadi ingin bunuh diri.
 

Kebijakan WMA yang ke tiga.

WMA meminta dokter untuk mempertimbangkan agar informasi


medis tersebut diberikan dengan cara yang “pantas” dengan
memperhitungkan situasi dan kondisi pasien dan dengan berbagai
upaya agar pasien dapat mengerti dan mencerna informasi
tersebut.
Kebijakan WMA yang ke empat.

Pasien berhak untuk tidak diinformasikan tentang kondisinya.


Namun permintaan tersebut harus tertuang dalam permintaan
yang eksplisit. Kecuali informasi tersebut untuk kepentingan
orang banyak, misal penyakitnya dapat menular ke orang lain,
maka permintaan tersebut dapat digugurkan.

Kebijakan WMA yang kelima.

Pasien punya hak untuk memilih siapa saja yang boleh mewakili
untuk mendapatkan informasi atas catatan medis dirinya

Dilema: Etika dan Hak atas Informasi


TENTANG “HER”
World Medical Association Statement
on the Use of Computer in Medicine
• National medical associations should take all possible steps to insure the
privacy, the security and confidentiality of information on their patients;
• It is not a breach of confidentiality to release or transfer confidential
health care information required for the purpose of conducting scientific
research, management audits, financial audits, program evaluations, or
similar studies, provided the information released does not identify,
directly or indirectly, any individual patient in any report of such research,
audit or evaluation, or otherwise disclosed patient identities in any
manner;
• National medical associations should oppose any effort to enact
legislation on electronic data processing which could endanger or
undermine the right of the patient to privacy, security and
confidentiality. Effective safeguards against unauthorized use or
retransmission of social security numbers and other personal information
must be assured before such information enters the computer;
• Medical data banks should never be linked to other central data banks.

Based on Resolution adopted by the 27th World Medical Assembly, Munich Federal Republic of Germany, October 1973 and amended by the 35th
World Medical Assembly Venice, Italy, October 1983 and rescinded at the WMA General Assembly, Pilanesberg, South Africa, 2006
Pasal 52 (d) UU No 29 Tahun 2004.
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik
kedokteran, mempunyai hak:
mendapatkan isi rekam medis.
Pasal 47 UU No 29 Tahun 2004.
• Dokumen rekam medis merupakan milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
kesehatan, sedangkan isi rekam medis
merupakan milik pasien.
• Rekam medis harus disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
• Ketentuan mengenai rekam medis diatur
dengan Peraturan Menteri.
PENUTUP
CONFIDENTIALITY
 (THE WORLD MEDICAL ASSOCIATION DECLARATION ON ETHICAL CONSIDERATIONS
REGARDING HEALTH DATABASES)
• All physicians are individually responsible and accountable for the
confidentiality of the personal health information they hold. Physicians
must also be satisfied that there are appropriate arrangements for the
security of personal health information when it is stored, sent or received,
including electronically.
• In addition, medically qualified person(s) should be appointed to act as
guardian of a health database, to have responsibility for monitoring and
ensuring compliance with the principles of confidentiality and security.
• Safeguards must be in place to ensure that there is no inappropriate or
unauthorised use of or access to personal health information in
databases, and to ensure the authenticity of the data. When data is
transmitted, there must be arrangements in place to ensure that the
transmission is secure.
• Audit systems must keep a record of who has accessed personal health
information and when. Patients should be able to review the audit record
for their own information.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai