Anda di halaman 1dari 34

PBL KASUS 6

ETIKA PROFESI KEDOKTERAN

KELOMPOK D2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2011

CLAUDIA TIKA MARETY


HELEN ANINCE HERETRINGGI
CHRISTOFORUS GUNARTO
REVINDA AVISANTIA
PRITA TRI EPRIANTI
ABRAHAM MASSIE
YUANDINI FEBRI KHAIRUNNISA
AMIRA KAMARRUDIN
NUR NABIHAH IBRAHIM
RONALD WIBAWA

(10-2007-153)
(10-2007-169)
(10-2007-180)
(10-2007-187)
(10-2007-194)
(10-2007-201)
(10-2007-218)
(10-2007-284)
(10-2007-292)
(10-2007-299)

KASUS 6

Seorang pasien bayi dibawa orang tuanya datang ke tempat


praktek dokter A, seorang dokter anak. Ibu pasien bercerita
bahwa ia adalah pasien seorang dokter obgyn B sewaktu
melahirkan dan anaknya dirawat oleh dokter C. Baik dokter B
maupun C tidak pernah mengatakan bahwa anaknya menderita
penyakit atau cedera sewaktu lahir dan dirawat disana. Sepuluh
hari pasca lahir, orangtua bayi menemukan benjolan di pundak
kanan bayi.

Setelah diperiksa dokter anak A dan pemeriksaan radiologi


sebagai penunjangnya, pasien dinyatakan menderita fraktur
clavikula kanan yang sudah berbentuk kalus. Kepada dokter A
mereka meminta kepastian apakah benar telah terjadi patah
tulang tersebut sewktu kelahiran, mereka akan menuntut dokter
B karena telah mengakibatkan patah tulang dan dokter C karena
lalai tidak mendiagnosanya. Mereka juga menduga dokter C
kurang kompeten sehingga sebaiknya ia merawat anaknya ke
dokter A saja. Dokter A berpikir apa yang sebaiknya ia katakan.

KALUS
1. hiperplasia lokal dari stratum korneum dari
epidermis akibat tekanan atau gesekan.
2. jaringan tulang yang tidak teratur tenunan
terbentuk sekitar ujung patah tulang, yang
diserap sebagai perbaikan selesai (kalus.
sementara), dan akhirnya digantikan oleh
tulang sejati (kalus. definitif).
Sumber :
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/callus

1. Seorangg bayi menderita patah tulang


klavikula kanan yg sudah berbentuk kalus.
2. Keluarga pasien ingin menuntut dr.B
karena mengakibatkan patah tulang dan dr.C
karena lalai dalam mendiagnosa.

PRINSIP ETIKA
KEDOKTERAN

Seorang bayi

menderita patah tulang


klavikula kanan yg
telah berbentuk kalus
akibat kelalaian dokter.

HUBUNGAN
KESEJAWATAN

HUBUNGAN
DOKTER DAN
PASIEN

Seorang bayi menderita patah tulang


klavikula kanan yg tlh berbtk kalus akibat
kelalaian dokter.

PRINSIP

ETIKA KEDOKTERAN
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN DOKTER DAN PASIEN
HUBUNGAN KESEJAWATAN
DAMPAK HUKUM
SOLUSI

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Prinsip otonomi:
Prinsip moral yag menghormati hak-hak pasien terutama
hak otonomi pasien ( the rights to self determination).
Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin
informed consent.
Prinsip beneficence :
Prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan kearah kebaikan.
Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk
kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi
baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya (
mudharat).

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Prinsip non-maleficence :
Prinsip moral yang melarang tindakan memperburuk
keadaan pasien. Prinsip ini dekenal sebagai primum
non cerere atau above all do no harm.
Prinsip justice:
Prinsip moral yang mementingkan fairness dan kebaikan
dan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya ( distributive justice ).

ETIKA KLINIK TERDIRI :


1.

2.
3.
4.

Medical indication
Patient preferences
Quality of life
Contextual features

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

medical indication dimasukkan semua prosedur diagnostic


dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi keadaan
pasien dan mengobatinya.
patient preferences kita memperhatikan nilai ( value)
dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang
akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah otonomi.
Topic quality of life merupakan aktualisasi salah satu
tujuan kedokteran yaitu memperbaiki, menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup insane.
contextual features dibahas pertanyaan etik seputar
aspek non medis yang mempengaruhi keputusan.

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Kode Etik Kedokteran Indonesia

Kewajiban Umum:

Pasal 1: Setiap dokter harus menjunjung tinggi,


menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.
Pasal 2: Setiap dokter harus senantiasa berupaya
melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi
yang tertinggi.
Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya,
seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian
profesi.
Pasal 4: Setiap dokter harus menghindarkan diri dari
perbuatan yang bersifat memuji diri.

PRINSIP ETIKA KEDOKTERAN

Pasal 5: Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan


daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien.

Pasal 6: Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam


mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal
yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Pasal 7: Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan


pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pasal 8: Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus


mengutamakan kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) serta berusaha menjadi
pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

Pasal 9: Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat


di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus
saling menghormati

INFORMED CONSENT

Informed consent adalah suatu cara komunikasi yang


efektif antara dokter dengan pasien untuk memutuskan
tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan
terhadap pasien.

Informed consent memiliki 3 elemen, yaitu :

1.
2.

Threshold element
Information element
> Standar Praktek Profesi
> Standar Subyektif
> Standar pada reasonable person
Consent Element

3.

INFORMED CONSENT

1.
2.
3.
4.
5.

Doktrin informed consent tidak berlaku


pada lima keadaan yaitu:
Keadaan darurat medis
Ancaman terhadap kesehatan masyarakat
Pelepasan hak memberikan consent (waiver)
Clinical privilage
Pasien yang tidak kompeten memberikan
consent

Contoh Informed Consent :


SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

Umur/Tgl Lahir :

Alamat

Telp

(L/P)

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang


tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari :

Nama

Umur/Tgl Lahir :

(L/P)

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis


berupa.
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan
dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai
penjelasan yang diberikan.
Jakarta,.20
Dokter/Pelaksana,

Yang membuat pernyataan,

()

(..)

HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Jenis hubungan dokter-pasien sangat dipengaruhi oleh


etika profesi kedokteran, sebagai konsekuensi dari
kewajiban-kewajiban profesi yang memberikan batasan
atau rambu-rambu hubungan tersebut. Kewajibankewajiban tersebut tertuang didalam prinsip-prinsip moral
profesi, yaitu
autonomy ( menghormati jak-hak pasien )
beneficence ( berorientasi kepada kebaikan pasien )
non maleficence ( tidak mencelakakan atau memperburuk
keadaan pasien )
justice ( meniadakan diskriminasi ) yang disebut sebagai
prinsip utama
veracity ( kebenaran = truthful information )
fidelity ( kesetiaan )
Privacy
confidentiality ( menjaga kerahasiaan ) sebagai prinsip
turunannya

HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Berdasarkan hubungan kontrak di atas, muncullah hak-hak


pasien yang pada dasarnya terdiri dari 2 hak, yaitu :

1.

The rights to health care

2.

The rights to self determination

UU Kesehatan menyebutkan beberapa hak pasien, sperti hak


atas informasi, hak atas second opinion, hak untuk memberikan
persetujuan atau menolak suatu tindakan medis, hak untuk
kerahasiaan, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dan
hak untuk memperoleh ganti rugi apabila ia dirugikan akibat
kesalahan tenaga kesehatan.

Undang-Undang Praktik Kedokteran pasien memiliki hak untuk


mendapatkan penjelasan lengkap tentang rindakan medis
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 45 ayat (3), meminta
pendapat dokter lain, mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan mendapatkan
isi rekam medis.

HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Hak dan Kewajiban Pasien

Didalam mendapatkan layanan kesehatan, pasien mempunyai hak


dan kewajiban seperti yang terdapat dalam UU.Republik
Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran Pasal 52,
dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, pasien
mempunyai hak yaitu :

Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat 3.

Meminta pendapat dokter.

Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

Menolak tindakan medis.

Mendapat isi rekam medik.

HUBUNGAN DOKTER PASIEN


HAK PASIEN:
Hak atas informasi
Hak memberikan persetujuan
Hak atas rahasia kedokteran
Hak atas pendapat kedua( second opinion)
KEWAJIBAN PASIEN
Kewajiban memberi informasi kepada tenaga kesehatan, agar
dapat diambil keputusan yang tepat
Kewajiban untuk melaksanakan nasehat yang diberikan oleh
tenaga kesehatan
Kewajiban memberikan ganti rugi jika ada tindakan pasien yang
merugikan
Kewajiban untuk berhubungan dengan tenaga kesehatan, pasien
harus berterus terang bila timbul masalah.

HUBUNGAN DOKTER PASIEN


HAK DOKTER
Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar profesi medis dan standar prosedur operasional
Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional
Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya
Menerima imbalan jasa
KEWAJIBAN DOKTER
Kewajiban melindungi pasien sebagai makhluk hidup insani.
Kewajiban untuk secara tulus mempergunakan ilmu dan keterampilannya
untuk kepentingan pasien
Kewajiban memberikan kesempatan kepada pasien untuk beribadah dan
berhubungan dengan keluarganya
Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang diri
pasien
Kewajiban memberikan pertolongan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan

HUBUNGAN DOKTER PASIEN

Model Hubungan Dokter-Pasien

Paternalistic Model

Hubungan ini telah mengabaikan nilai otonomi pasien, di mana dokter


dianggap berwenang secara menyeluruh untuk melakukan tindakan
terhadap diri pasien untuk kesembuhannya dan pasien hanya bersetuju
dengan tindakan dokter

Informative Model

Model komunikasi ini menggambarkan dokter menyampaikan semua


informasi yang diperlukan kepada pasien. Informasi itu berisi manfaat dan
resiko berbagai pengobatan berdasarkan bukti yang sah

Interpretive Model
Model ini mengasumsikan bahwa dokter dan pasien membuat keputusan
bersama, terutama mengenai pengobatan medis

Deliberative Model
Model komunikasi ini menempatkan pasien sebagai subjek yang mempunyai
latar belakang sosial budaya, nilai-nilai, harapan, perasaan.

HUBUNGAN KESEJAWATAN

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat:


Pasal 14: Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 15: Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien
dari teman sejawat, kecuali dengan persetujuan atau
berdasarkan prosedur yang etis.
Pasal 16: Setiap dokter harus memelihara kesehatannya,
supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 17: Setiap dokter harus senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran/kesehatan.

DAMPAK HUKUM
Dampak Penuntutan
Penuntutan hukum dilakukan kepada dokter yang diduga
melakukan kelalaian medic. Namun, penuntutan juga
berdampak negative.
Pada gugatan ganti rugi melalui sidang pengadilan akan
meningkatkan legal cost, akibat adanya baiay proses
persidangan, pengacara dan success fee.
Tekanan psikologis pada dokter yang diduga melakukan
kelalaian medis dapat terjadi diakibatkan penuntutan yang
terjadi. Litigation stress syndrome dapat diderita para
dokter yang pernah mengalami penuntutan dengan derajat
yang bervariasi.

DAMPAK HUKUM

Malpraktik Medis
Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik
pemahaman bahwa malpraktik dapat terjadi karena
tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada
misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-kemahiran/ ketidak-kompetenan
yang tidak beralasan.

Professional misconduct yang merupakan kesengajaan


dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan
etik, ketentuan disiplin profesi, hokum administrative,
serta hukum pidana dan perdata : seperti melakukan
kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, penahanan
pasien, pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran,
keterangan palsu,, berpraktek tanpa SIP, berpraktek di
luar kompetensinya, dll.

DAMPAK HUKUM

Pasal 55 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang


Kesehatan : (1) setiap orang berhak atas ganti mgi akibat
kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
Pasal 1365 KUH Perdata : setiap perbuatan melanggar
hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut
Pasa11366KUH Perdata : setiap orang bertanggungjawab
tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya,
tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kurang hati-hatiannya.
Pasa11367KUH Perdata : seorang tidak saja
bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya.

SOLUSI

Untuk mengatasi kasus ini , pemeriksaan ulang harus dilakukan


untuk mendiagnosis apakah benar fraktur klavikular terjadi
pada pasien tersebut.

Pemeriksaan radiografi klavikula AP dapat dilakuakn untuk


mendiagnosis.

Gejala klinis juga dapat membantu dokter A dalam menegakkan


diagnosis bayi tersebut. Beberapa gejala klinis fractur klavicula
greenstick :

1.

Gerakan tangan kanan dan kiri tidak sama.

2.

Refleks motorik asimetris.

3.

Bayi akan menangis pada perabaan kalvicula.

4.

Gerakan pasif tangan yang sakit.

5.

Riwayat persalinan yang sukar.

SOLUSI

Jika saya sebagai dokter A dilihat dari kodeki yang ada


khususnya pada :
Pasal 14 yang berisi setiap dokter memperlakukan
sebagaimana yang ia ingin diperlakukan
Pasal 15 yang berisi setiap dokter tidak boleh
mengambil alih pasien dari teman sejawat kecuali
dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang
etis
Dengan pengertian diatas adanya suatu hasil yang tidak
diharapkan dari tindakan medis seperti kasus diatas yaitu
: dimana hasil pemeriksaan radiologi oleh dokter
spesialis anak berinisial dr. A menyatakan ditemukannya
fraktur klavikula kanan yang sudah berbentuk kalus pada
bayi tersebut.

SOLUSI

Orangtua bayi menduga hal diatas diakibatkan oleh dr. B


sebagai spesialis kandungan yang membantu dalam proses
kelahiran bayinya. Akan tetapi hal tersebut tidak dikatakan
oleh dr. C sebagai spesialis anak yang merawat bayinya
sehingga menurut ibu sang bayi telah terjadi kelalaian
karena dr.C tidak dapat menemukan kelainan pada bayi
tersebut secara cepat waktu Ia merawatnya. 1
Ditinjau dari segi uraian diatas , maka sebagai dr.A
sekaligus teman sejawat dari dr.B dan dr.C tidak dapat
menyimpulkan hasil dari tindakan medis tersebut apakah
merupakan kelalaian medik atau bukan. Karena suatu hasil
yang tidak diharapkan dari tindakan medis sebenarnya
dapat diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu:

SOLUSI

Hasil dari suatu perjalan penyakitnya sendiri, tidak


berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan
dokter
Hasil dari suatu resiko yang tak dapat dihindari, yaitu
resiko ynag tak dapat diketahui sebelumnya atau resiko
yang meskipun telah diketahui sebelumnya tetapi
dianggap acceptable sebagaimana telah diuraikan diatas.
Hasil dari suatu kelalaian medik

Hasil dari suatu kesengajaan.

SOLUSI

Karena itu perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut


bagaimana proses kelahiran bayi yang ditangani oleh dr.
B dan yang mendapatkan perawatan oleh dr.C .
Jadi sebagai dokter A. Saya hanya bisa memberikan
solusi berupa terapi lebih lanjut antara lain :
Bayi jangan banyak digerakkan.
Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit dan
abduksi lengan dalam stan hoera menopang bahu
belakang dengan memasang ransel verband.

SOLUSI

Rawat bayi dengan hati-hati.


Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan
cara mengajarkan pada ibu cara pemberian ASI dengan
posisi tidur, dengan sendok atau pipet).
Rujuk bayi ke rumah sakit.
Umunya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus
bertambah beberapa bulan (6-8 minggu) terbentuk tulang
normal.

KESIMPULAN
Malpraktek

dan kelalaian dokter adalah


kesalahan medis yang menyebabkan
penderitaan kepada pasien. Malpraktek
medis terjadi bila penyedia layanan
kesehatan bertindak dengan cara lalai ketika
merawat kondisi medis. Malpraktek medis
dapat menyebabkan dari tindakan komisi,
(tidak pantas diambil oleh dokter) atau
kelalaian (kegagalan untuk mengambil
tindakan yang tepat).

Anda mungkin juga menyukai