Anda di halaman 1dari 39

MODUL 5 : BIOETIKA

Muhammad Farras Hadyan


Skenario

PERDARAHAN SETELAH KHITAN

Seorang ibu datang membawa anaknya usia 7 tahun ke dokter B untuk


dilakukan khitan. Kemudian dokter langsung melakukan tindakan khitan
tanpa melakukan anamnesis yang lengkap dalam rekam medis dan tanpa
melakukan persetujuan sebelum tindakan (inform consent) kepada ibunya.
Tiga jam kemudian ibu datang kembali dengan membawa anaknya disertai
perdarahan yang cukup banyak pada tempat khitan.
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan kaidah dasar bioetika

2. Memahami KODEKI

3. Memahami Undang-Undang Kesehatan, praktek, dan


hukum kedokteran

4. Mempertimbangkan aspek etika dalam penanganan pasien


sesuai standar profesi

5. Menjelaskan pengertian malpraktek

6. Menjelaskan rekam medis dan inform consent


Rumusan masalah

1. Apakah tindakan yang dilakukan dokter kepada pasien


tersebut sudah benar dan sesuai hukum?
2. Bagaimana cara melakukan anamnesis yang lengkap?
3. Apakah urgensi melakukan anamnesis dalam suatu praktik
kedokteran?
4. Apa yang dimaksud rekam medis?
5. Fungsi rekam medis?
6. Apa itu inform consent dan apakah urgensi dan fungsinya?
7. Ketika anak yang dikhitan tersebut terjadi perdarahan yang
cukup banyak, hukum apa yang berlaku pada dokter yang
melakukan praktik tersebut?
Rumusan Masalah

8. Apakah kaidah dasar bioetik?


9. Apakah isi dari KODEKI?
10. Undang-undang apa saja yang mengatur tentang kesehatan, praktek
dan hukum kedokteran?
11. Bagaimana aspek etika dalam penanganan pasien sesuai standar
profesi?
12. Definisi malpraktek dan undang-undang apa yang mengaturnya?
"Informed Consent is the decision, which must be written, dated and signed, to
take
part in a clinical trial, taken freely after being duly informed of its nature,
significance,
implications and risks and appropriately documented, by any person capable of
giving consent or, where the person is not capable of giving consent, by his or her
legal representative; if the person concerned is unable to write, oral consent in the
presence of at least one witness may be given in exceptional cases, as provided for
in national legislation."
The Informed consent form must contain adequate information to meet the
necessary
requirements. In most cases, an information sheet should be attached. It is
recommended that drafts of the consent form and the information sheet are
submitted to the Commission with the application. In almost all cases the
above
drafts have to be available when applying for local ethics committee opinion
and
approval from national competent authorities, prior to the start of the
proposed
research.
Aspek Etika dalam Penanganan Pasien
Hubungan Dokter Pasien

Autonomy : Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,


terutama hak otonom pasien yang melahirkan inform consent

Beneficinece : Prinsip moral yang mengutamakan tindakan


yang ditujukan untuk kebaikan pasien

Non Maleficience : Prinsip moral yang melarang tindakan


memperburuk keadaan pasien “primum non nocere” atau
“above all do no harm”

Justice : Prinsip moral yang mementingkan fairness dan


keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan
sumber daya
Prinsip Hubungan Dokter-Pasien

Veracity : Berbicara benar, jujur, dan terbuka

Fidelity : Loyalitas dan Promise keeping

Privacy : Menghormati privasi pasien

Confindentally : Menjaga kerahasiaan pasien


Perjalanan Sifat Hubungan

Paternalistik : Prinsip kebapakkan dengan prinsip utama adalah


beneficience

Kontraktual

Inform consent sebagai kontrak antara dokter dengan pasien


dimana tercipta hak dan kewajiban
Hubungan biomedis aktif-pasif/hubungan medik

Dokter : pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran

Pasien : Orang sakit yang membutuhkan bantuan dokter

Superioritas dokter terlihat jelas

Dokter bertindak aktif dan pasien bertindak pasif

Tampa berat sebelah


HUBUNGAN DOKTER -
PASIEN

Prinsip utama hubungan


 Autonomy

 Beneficience

 Non maleficience

 Justice
HUBUNGAN DOKTER –
PASIEN
 Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination) --
melahirkan inform consent

 Prinsip Beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan


yang ditujukan ke kebaikan pasien.

 Prinsip non Maleficience, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan


memperburuk keadaan pasien, “primum non nocere” atau “above all
do no harm”.

 Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan


keadilan dalam besikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya
(distributive justice)
HUBUNGAN DOKTER –
PASIEN
 Veracity (berbicara benar, jujur dan terbuka)
 Fidelity (loyalitas dan promise keeping)
 Privacy (menghormati hak privasi pasien)
 Confidentially (menjaga kerahasiaan pasien)
Perjalanan Sifat Hubungan :

 Paternalistik -- kebapakan, dengan prinsip moral


utama adalah: beneficence
 Kontraktual (1972-1975)
 Virtue -- Inform consent

Konsekuensi suatu hubungan-- Hak & Kewajiban


Esensi
 Hubungan yang unik
 Berlangsung hubungan biomedis aktif-pasif
 Di sisi lain ada tuntutan hubungan setara berdasar
kepercayaan.
Hubungan biomedis aktif-pasif / hubungan medik

 Dokter : pihak yang mempunyai keahlian di bidang


kedokteran
 Pasien :orang sakit yang membutuhkan bantuan
dokter
 Superioritas dokter jelas terlihat
 Hanya ada kegiatan dokter, pasien tetap pasif
 Tampak berat sebelah dan tidak sempurna
Hubungan atas dasar kepercayaan

 Percaya bahwa dokter akan berupaya maksimal


 Percaya terhadap kredibilitas (expertness &
trusworthiness)
 Tanpa adanya kepercayaan pasien, upaya
penyembuhan dokter akan sia-sia
 Hubungan dokter-pasien
Pola dasar hubungan dokter dan pasien

 Mutual Participation
 Guidance – Cooperation
 Activity – passivity
Mutual Participation
 Berdasarkan pemikiran, setiap manusia memiliki
harkat & martabat yang sama
 Pasien secara sadar aktif dan berperan dalam
pengobatan terhadap dirinya
 Tidak dapat diterapkan pada pasien
berpendidikan&sosial rendah, pada anak, gangguan
mental
Guidance – Cooperation
 Membimbing kerjasama seperti orang tua &
remaja
 Apabila keadaan pasien tidak terlalu berat
 Pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta
kemauan sendiri
 Dokter tidak semata-mata menjalankan kekuasaan
 kerjasama pasien diwujudkan dg turuti
nasehat/anjuran dokter
Activity – passivity
 Pola hubungan seperti orang tua-anak
 Pola hubungan klasik
 Dokter seolah dapat sepenuhnya melaksanakan
ilmunya tanpa campur tangan pasien
 Motivasi altruistic (untuk kepentingan umum)
 Berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya
terancam,tidak sadar, gangguan mental berat
Hak Dan Kewajiban Pasien

Hak Pasien Dalam Pengobatan

The rights to health care


The rights to self determination
World Medical Association
Declaration of Lisbon on the Rights of the Patient (1991)
 Hak memilih dokter secara bebas
 Hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam
membuat keputusan klinis dan etis
 Hak untuk menerima atau menolak pengobatan
setelah menerima informasi yang adequate
 Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya
 Hak untuk mati secara bermartabat
 Hak untuk menerima atau menolak dukungan
spiritual atau moral
Undang-Undang Kesehatan:
 Hak atas informasi
 Hak atas second opinion
 Hak untuk memberikan persetujuan atau menolak
suatu tindakan medis
 Hak untuk kerahasiaan
 Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
 Hak untuk memperoleh ganti rugi
Hak Pasien Dalam Pengobatan

 Merupakan hak asasi, The Right of Self


Determination (pilihan)
 Karena kondisinya, pasien berada pada posisi
yang lebih lemah
 Hubungan yang terjadi biasanya lebih bersifat
paternalistik (kebapakan)
 Perlu payung undang-undang untuk melindungi
pasien
 Dulu tidak perlu
Menurut konsep WHO terdapat tambahan hak pasien yang
berupa :

 mendapatkan pelayanan medis tanpa mengalami


diskriminasi
 menerima atau menolak untuk dilibatkan dalam
penelitian, dan jika bersedia ia berhak
memperoleh informasi yang jelas tentang
penelitian tersebut
 mendapat penjelasan tentang tagihan biaya yang
harus dia bayar
Kewajiban Pasien dalam pelayanan Medis

 memberikan informasi yang lengkap dan jujur


tentang masalah kesehatannya
 mematuhi nasehat dan petunjuk dokter
 mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana
pelayanan kesehatan
 memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang
diterima
( Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran)
Hubungan hukum antara dokter dan pasien

 Dokter dan pasien adalah 2 subjek hukum yang


terkait dalam hukum kedokteran
 Ke duanya membentuk baik hubungan medik
maupun hubungan hukum
 Pelaksanaan keduanya diatur dalm peraturan tertentu
agar terjadi keharmonisan dalam pelaksanaannya
 Hubungan hukum antara dokter dan pasien ada 2
macam :
1. Hubungan karena kontrak ( transaksi terapeutik )
2. Hubungan karena undang-undang
Hubungan karena kontrak (transaksi terapeutik)

 Hubungan paternalistik vs hubungan seimbang/partner


 Dokter dan pasien masing-masing mempunyai
kebebasan dan mempunyai kedudukan yang setara
 Kedua pihak mengadakan perikatan/perjanjian
 kedua pihak harus melaksanakan peranan atau
fungsinya
 Peranan tersebut bisa berupa hak dan kewajiban.
 Dalam kontrak terapeutik, hubungan dimulai dengan
tanya jawab (anamnesis)
Tindakan medik tidak bertentangan dengan hukum bila
memenuhi syarat :

 mempunyai indikasi medis, untuk mencapai


suatu tujuan yang konkret
 dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku
di dalam ilmu kedokteran.
 harus sudah mendapat persetujuan dulu dari
pasien
Dalam ilmu hukum dikenal
dua jenis perjanjian, yaitu:

 Resulta at verbintenis,
yang berdasarkan hasil kerja
 Inspanning verbintenis,
yang berdasarkan usaha yang maksimal.
Hubungan Karena Undang-Undang
(Zaakwarneming)

 Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar


 dokter dapat bertindak atau melakukan upaya medis
tanpa seizin pasien
 menurut ketentuan pasal 1354 KUH Perdata disebut
Zaakwarneming
Kesetaraan dalam hubungan dokter-pasien

 Dokter maupun pasien memiliki hak yang sama untuk


mengutarakan maksud dan harapannya

 Hubungan dokter-pasien bukanlah merupakan hubungan atasan-


bawahan

 Dokter tidak boleh memperlakukan pasien sebagai objek dari


pekerjaannya

 Dokter diharapkan memberikan peluang kepada pasien untuk


mengutarakan dan menerima informasi dengan jelas dan bebas
sehingga terbinalah komunikasi yang efektif dan efisien

 Perlu dilakukan juga penyuluhan atau edukasi agar menjadi


pasien yang cerdas
Tipe dokter dalam memberikan pelayanan

 Enggan menjawab walau pasien bertanya


Tidak kooperatif. Pasien sulit mempercayai
 Bersedia menjawab apabila ditanya dan hanya menjawab sebatas
pertanyaan pasien
Tipe ini mungkin tidak membuka peluang kepada pasien
bertanya kalau menganggap pendidikan pasien rendah
 Bersedia menjawab pertanyaan pasien, mau bertanya serta
menambah informasi-informasi lain yang sesuai dengan tujuan
kesehatan pasien
Merupakan gambaran yang diharapkan, ideal, sabar mendengar
dan pandai menggali informasi, pandai berempati, sehingga
pasien percaya penuh kepada dokter dalam upaya penyembuhan
penyakitnya
Pasien yang cerdas

Di negara maju pasien diharapkan mempersiapkan diri sebelum


berkunjung kedokter dengan mengisi formulir riwayat kesehatan
( health Story ) sejujur-jujurnya. Antara lain :
1. kondisi kesehatan diri dan riwayat penyakit keluarga
2. Kebiasaan kehidupan sehari.
3. Masih mengkonsumsi obat-obatan tertentu
4. Pernah mengalami operasi
5. Kehamilan
6. Melampirkan dokumen hasil pemeriksaan yang pernah dilakukan
KODEKI

Baca sendiri ….
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai