Anda di halaman 1dari 22

Hubungan Dokter-Pasien

Selama berabad-abad hubungan dokter-pasien tidak setara, jarak sosial dan pendidikannya sangat jauh. Dokter sangat paternalistik dan dominan, layaknya seorang ayah yang serba tahu (father knows best), atau bahkan sok tahu terhadap anaknya yang dalam posisi tergantung, yang tak tahu apa-apa atau dianggap tak perlu tahu apa-apa mengenai dirinya.

Relasi dan Komunikasi Efektif Dokter-Pasien


Taufik Suryadi
Dosen Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan FK Unaya

Hubungan Dokter-Pasien

1. 2. 3. 4.

Dengan berkembangnya bioetika kedokteran maka mau tidak mau konsep dasar Hubungan dokter-pasien (HDP) juga harus ikut berubah. HDP sekarang menjadi: Hubungan kepercayaan Hubungan kebutuhan Hubungan keprofesian Hubungan hukum

Hubungan Dokter-Pasien

Hubungan kebutuhan: masyarakat butuh pertolongan dokter, dokter butuh masyarakat sebagai subjek profesinya. Hubungan kepercayaan: masyarakat percaya dokter akan merahasiakan segala sesuatu tentang dirinya. Hubungan keprofesian: interaksi dan kerjasama antara profesional dengan penerima jasa profesional itu Hubungan hukum: hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya.

Kapan Hubungan Dokter-Pasien dimulai?


Penentuan kapan HDP dimulai sangatlah penting, karena akan menyangkut aspek etik dan hukum. Secara yuridis HDP dimasukkan kedalam golongan kontrak. Suatu kontrak adalah pertemuan pikiran (meeting of minds) dari dua orang mengenai satu hal (solis).

Hubungan Dokter-Pasien mempunyai dua ciri:


1.

2.

Adanya suatu persetujuan (consensual, agreement) atas dasar saling menyetujui dari pihak dokter dan pasien tentang pemberian pelayanan pengobatan. Adanya suatu kepercayaan (fiduciary) karena hubungan kontrak tersebut berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain.

Persyaratan HDP
harus ada persetujuan (consent) dari pihak-pihak yang berkontrak. harus ada suatu objek yang merupakan substansi dari kontrak (contract). harus ada suatu sebab (cause) atau pertimbangan (consideration)

Relasi Dokter-Pasien

Relasi dokter-pasien merupakan masalah inti dalam praktik kedokteran. Komunikasi yang baik akan membangun relasi yang baik dan relasi yang baik akan memudahkan kerja dokter, menghindari kesalahpahaman yang mungkin akan timbul.

Bentuk relasi dokter-pasien

Activity-Passivity, bentuk ini terjadi kalau pasien betulbetul sakit atau tidak ada harapan lagi. Pasien tidaklah menyadari situasi dan tidak terlibat dalam proses pengobatan. Guidance-Cooperation, ditujukan pada keadaan tidak terlalu akut, dimana pasien sakit tetapi masih menyadari situasi dan bisa terlibat dalam proses pengobatan. Mutual Parcipitation, ditujukan pada pasien yang menderita penyakit kronis. Pasien secara aktif mengikuti proses pengobatan dimana kedudukan dokter pasien adalah sama.

Komunikasi Efektif

Di Indonesia sebagian besar dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Dari sisi pasien, pasien umumnya merasa dalam posisi lebih rendah dihadapan dokter (superiorinferior), sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.

Komunikasi Efektif
Menurut Kurzt (1998) dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:

Diseased

centered communication style atau doctor centered communication style. Illness centered communication style atau patient centered communication style.

Komunikasi Efektif

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi
pasien yaitu

Empati.

Komunikasi Efektif

Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut:


kemampuan

kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien menunjukkan efektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien.

Integritas pelayanan kedokteran


Inner heart Attention, Love Moral

Humanities

bioethics

norms law

discipline

Hak-hak pasien
Hak

mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik (right to health care) the best health service professional standards, satisfaction, Medikolegal Hak menentukan nasib sendiri (right to self determination) hak otonomi, psikososial, etikolegal, human right (humaniora)

Hak-hak otonomi pasien


Informasi Persetujuan Kerahasiaan Pendapat ahli lain (second opinion) Hak mendapat pelayanan terbaik

Hak mendapat pelayanan terbaik


Aman. Sedapat mungkin Dokter meminimalkan angka kematian (death), morbiditas (disease),cacat (disability), ketidaknyamanan (discomfort), serta ketidakpuasan (dissatisfaction). Informatif. Pasien & keluarganya berhak mendapatkan informasi tentang keadaan penyakitnya dan tindakan medik yang akan dilakukan. Efektif. Menghasilkan morbiditas dan mortalitas seminimal mungkin.

Hak mendapat pelayanan terbaik


Efisien. Biaya pelayanan dan perawatan seminimal mungkin. Mutu tinggi. Pelayanan sesuai dengan standar profesi. Manusiawi. Pasien diperlakukan sebagai makhluk biopsikososial secara utuh. Memuaskan. Keluhan pasien dan keluarganya tidak ada. Perlindungan hukum

Kewajiban pasien
Memberi informasi yang benar Mentaati petunjuk dan nasehat dokter Memeriksakan diri sedini mungkin Menandatangi persetujuan tindakan medis Percaya dan yakin kepada dokter Mematuhi peraturan RS Membayar imbalan dan biaya

Hak tenaga kesehatan (Dokter)


Melakukan kegiatan yang sesuai dengan keahlian atau wewenangnya. Memperoleh perlindungan hukum dan melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya Menolak tindakan medis yang bertentangan dengan hukum, etik, agama dan hati nurani Mengakhiri kontrak terapeutik dengan pasien yang tidak yakin lagi pada dirinya

Hak-hak Dokter lainnya


Informasi Privasi Kerahasiaan Hak atas balas jasa Hak membela diri Membangun profesi berkelanjutan

Email: abiforensa@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai