PENDAHULUAN
B. SUMBER DAYA
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia untuk melakukan pelayanan rekam medis dan
informasi kesehatan di Puskesmas diupayakan dilakukan oleh petugas
perekam medis dengan latar belakang pendidikan minimal DIII Rekam Medis.
Kompetensi tenaga RMIK di Puskesmas harus mampu menjalankan 7
kompetensi yang telah diatur dalam standar profesi (Kepmenkes No 377
tahun 2007 tentang standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan)
sebagai berikut:
a) Mampu melakukan klasifikasi dan kodefikasi penyakit, masalah-masalah
yang berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis.
b) Mampu melakukan tugas dalam memberikan pelayanan rekam medis
dan informasi kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan
perundangan dan etika profesi yang berlaku.
c) Mampu mengelola rekam medis dan informasi kesehatan sebagai
pengambilan keputusan dibidang kesehatan.
d) Mampu mengelola mutu rekam medis
e) Mampu menggunakan statistik kesehatan untuk menghasilkan informasi
dan perkiraan (forcasting) yang bermutu sebagai dasar perencanaan dan
pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan.
f) Mampu mengelola kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penataan dan pengontrolan urusan rekam medis.
g) Mampu berkolaborasi inter dan intra profesi yang terkait dalam
pelayanan kesehatan.
2. Sarana, prasarana dan alat
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk
meningkatkan kualitas pelayanan RMIK adalah sebagai berikut :
a. Ruangan, perlu diperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, kelembaban,
penataan.
b. Tempat penyimpanan, perlu diperhatikan tempat penyimpanan yang tidak
mudah terbakar, tahan dan air, terlindung dari hewan pengerat, ukuran
memadai.
c. Alat elektronik; disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan.
d. Formulir; perlu diperhatikan pengadaan formulir agar senantiasa tersedia.
e. ATK atau bahan operasional habis pakai yang harus disediakan adalah
formulir pencatatan, tinta printer, alat tulis kantor, kertas, media
penyimpanan data elektronik (CD, flashdisk).
BAB III
SISTEM REKAM MEDIS DASAR
B. Sistem penomoran
1. Pemberian nomor rekam medis
Pemberian nomor rekam medis adalah memberi ciri khas kepada pasien
yang berkunjung ke Puskesmas. Tujuan pemberian nomor rekam medis
adalah:
a) Memberi ciri yang unik kepada setiap rekam medis untuk membedakan
secara tegas antara rekam medis seorang pasien dengan rekam medis
pasien lainnya.
b) Menunjukkan kemana dan dimana rekam medis seorang pasien
disimpan, karena nomor rekam medis dijadikan pedoman dalam
penyimpanan
c) Mengetahui/mengadakan pengawasan atas jumlah rekam medis seluruh
pasien.
d) Memudahkan komunikasi dengan bagian-bagian terkait.
Sistem pemberian nomor rekam medis ada 3 (tiga) jenis:
a) Sistem nomor seri (Serial Numbering System)
Sistem nomor seri adalah pemberian nomor baru setiap kunjungan ke
setiap unit pelayanan di Puskesmas
b) Sistem nomor unit (Unit Numbering System).
1) Sistem ini memberikan satu unit nomor rekam medis kepada pasien
baik rawat jalan, gawat darurat maupun rawat inap. Pada kunjungan
pertama kali, pasien akan diberi satu nomor rekam medis yang akan
dipakai selamanya untuk kunjungan seterusnya dan rekam
medisnya tersimpan dalam satu folder dengan nomor yang sama.
2) Apabila seorang pasien memperoleh nomor ganda, maka yang
menjadi patokan adalah nomor yang memuat informasi terbanyak.
3) Sistem Penomoran di Puskesmas menggunakan numerik dengan
pemberian nomor secara unit.
C. Sistem penyimpanan
Penerapan sistem penyimpanan di Puskesmas adalah sistim
desentralisasi yang mempunyai keuntungan dalam efisiensi waktu ,sehingga
pasien mendapat pelayanan lebih cepat dan beban kerja yang dilaksanakan
petugas lebih ringan.
a) Cara penjajaran rekam medis
Cara penjajaran rekam medis dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu :
1) Nomor langsung (Straight Numberical filling System)
Cara penjajaran nomor langsung (Straight Numerical Filing System)
adalah penyimpanan secara berturut sesuai dengan urutan nomornya.
Contoh : 465023
465024
465025
465026
465027 dst.
Keuntungannya :
a)) Sangat mudah untuk mengambil sekaligus 50 bh Rekam Medis yang
berurutan di rak untuk kepentingan Pendidikan, Penelitian dan untuk
mengambil Rekam Medis yang tidak aktif.
b)) Mudah untuk melatih petugasnya.
Kelemahannya :
Petugas harus memperhatikan seluruh nomor sehingga mudah terjadi
kekeliruan menyimpan.
2) Angka tepi (Terminal digit filling system)
Sistem penjajaran yang digunakan adalah penjajaran angka tepi
(terminal digit filing system). Cara ini tidak direkomendasikan untuk
penjajaran dengan volume rekam medis yang sedikit. Pelaksanaan yang
tidak benar dapat menimbulkan masalah dan kerahasiaan unit rekam
medis terancam.
Sistem penjajaran angka tepi yaitu dimulai dari jumlah rekam medis
yang terdiri dari 6 (enam) angka yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
Dua kelompok angka paling kanan disebut kelompok angka pertama
(primary digit), kelompok angka 19 tengah disebut kelompok angka kedua
(secondary digit), dan kelompok paling kiri, disebut kelompok angka ketiga
(tertiary digit).
Contoh: 26 03-60
26 -- --. (angka ketiga) tertiary digit
-- 03 – (angka kedua) secondary digit
-- -- 60 (angka ketiga) primary digit
Untuk keperluan penjajaran rekam medis dipergunakan 10 (sepuluh) unit
rak dengan 100 subunit, dan setiap subrak terdiri dari 6 saf yan dapat
diatur sebagai berikut:
1)Setiap kelompok angka pertama yang terdiri dari 100 kelompok
ditempatkan pada masing-masing subrak, subrak pertama akan
ditempati kelompok angka pertama), subrak kedua 01, subrak
ketiga 02 dan seterusnya subrak terakhir akan ditempati kelompok
angka 99
2) Kelompok angka kedua yang juga terdiri dari 100 kelompok angka
akan ditempat di tiap saf pada subrak, sehingga saf pertama paling
kanan atas akan ditempati kelompok angka pertama 00, subrak
kedua 01, subrak ketiga 02 dan seterusnya kelompok angka terakhir
akan ditempati kelompok angka 99.
3) Kelompok angka ketiga dari masing-masing nomor rekam medis
menunjukkan lokasi rekam medis yang tersusun berdasarkan nomor
kelompok 00, 01 dan seterusnya kelompok angka terakhir akan
ditempati kelompok angka 99
4) Pada setiap subrak akan terdapat susunan penjajaran rekam medis.
Subrak pertama yang ditempati angka pertama 00 akan terdapat
jajaran sebagai berikut:
Contoh :
46-52-02 98-05-26 98-99-30
47-52-02 99-05-26 99-99-30
48-52-02 00-06-26 00-00-31
49-52-02 01-06-26 01-00-31
50-52-02 02-06-26 02-00-31
b) Sortir / pemeriksaan kelengkapan rekam medis
Setiap ruang penyimpanan seharusnya mempunyai kumpulan
pembatas untuk rekam medis, biasanya disebut sortir. Rekam medis yang
dikembalikan dari klinik rawat jalan akan dilengkapi pencatatannya setelah
pasien rawat inap selesai perawatan, harus disortir dalam rak tersendiri
sehingga mudah ditemukan jika dibutuhkan.
Rak sortir harus diberi nomor, dibagi menjadi 10 sampai 20 bagian
dan rekam medis ditempatkan di bagian nomor yang benar. Hal ini
memudahkan mendapatkan rekam medis dalam masa tunggu.
c) Waktu penyimpanan
Waktu penyimpanan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 269/Menkes/Per/III/2008, pasal 9 adalah lamanya
penyimpanan rekam medis sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua)
tahun, terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat atau dipulangkan.
Setelah batas waktu 2 (dua) tahun sebagaimana termaksud dalam ayat (1)
dilampaui, rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik (informed consent). Ringkasan pulang dan
persetujuan tindakan medik yang dimaksud dalam ayat (2) akan disimpan
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dibuat ringkasan tersebut.
Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang seperti yang dimaksud
dalam ayat (1) dan (3), dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh
pimpinan puskesmas.
Sistem penyimpanan harus dipikirkan tentang data medis dan master
data terkait dengan rekam medis yang ada di sistem informasi kesehatan di
puskesmas, tentang sistim back-up data dan pemusnahan data. Hal ini harus
disusun bersama dengan Bagian Teknologi Informasi Kab/Kota.
a. Pengertian
Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
c. Penjelasan
Penjelasan tentang tindakan kedokteran harus diberikan langsung
kepada pasien dan/atau keluarga terdekat, baik diminta maupun tidak
diminta. Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang yang tidak
sadar, penjelasan diberikan kepada keluarganya atau yang mengantar.
Penjelasan tentang tindakan kedokteran sekurang-kurangnya mencakup:
2. Pengolahan data
Pengolahan data menggunakan rujukan dari Kementerian Kesehatan RI
yakni SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas).
Pengolahan data bertujuan untuk mengubah data yang telah dikumpulkan
menjadi informasi yang dibutuhkan untuk berbagai tujuan tertentu.
Pengolahan data di Puskesmas dilakukan oleh masing-masing setiap bagian
program setiap akhir bulan. Dari setiap program kemudian melakukan
rekapitulasi data secara manual dengan menggunakan tabel seperti yang
dicatat dalam lembaran formulir LB sesuai laporan bulanan (laporan bulanan
sentinel/ Sistem Surveilans Terpadu).
Validasi data atau koreksi data dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengolahan data oleh masing-masing bagian yang membuat
laporan. LB1 (data kesakitan), LB2 (LPLPO), LB3 (kegiatan gizi, imunisasi,
KIA, P2M), LB4 (data kegiatan puskesmas) oleh petugas SP2TP yang
ditunjuk oleh kepala puskesmas.
Data diolah lagi secara komputer dengan menggunakan program SP2TP
setelah diolah secara manual dalam pencatatan laporan di lembar form LB,
kemudian dibuat tabulasi data yaitu dari data yang telah dikumpulkan/
diterima dibuat master tabel (tabel utama) yang merupakan kumpulan data
dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam grafik atau tabel.
Setiap akhir bulan laporan yang dikerjakan oleh petugas Puskesmas
Pembantu dikirim ke Puskesmas Induk untuk selanjutnya dikirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang dilengkapi dalam bentuk softcopy.
Informasi yang dapat disajikan melalui sistem SP2TP antara lain : jumlah
10 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan, yang dapat menjadi acuan dalam
membuat laporan tahunan Puskesmas.
2. Penyajian data
Data yang sudah dikumpukan dalam bentuk tabel-tabel kemudian diolah
untuk memudahkan dalam melakukan analisis dan penyajian informasi.
Hasil pengolahan tersebut disajikan melalui perhitungan statistik sederhana
dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan lain-lain disertai
dengan narasi analisisnya.