Anda di halaman 1dari 17

DOSEN PENGAMPU : NISKA SALSIANI SINTA,S.KM.,Kes,M.

Kes

JUDUL: “AUDIT DOKUMEN REKAM MEDIS ANALISI KUANTITATIF”

Disusun oleh:
Nama: Adinda Agustina
Program Studi: Rekam Medis
POLITEKNIK BAUBAU
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah in
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakangut
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas
pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh
dokter atau dokter gigi mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam
rangka palayanan kesehatan.
Tinjauan rekam medis merupakan salah satu contoh dari program menjaga mutu
retrospektif, yaitu menilai penampilan pelayanan Kesehatan dari rekam medis dengan cara
membandingkan semua catatan yang ada dalam rekam medis tersebut dengan standar yang
telah ditetapkan. Kegiatan ini sering disebut dengan audit rekam medis, audit rekam medis
ini mempunyai 2 metode yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatf
Rekam medis dikatakan bermutu jika memenuhi kriteria: kelengkapan isi,
keakuratan, ketepatan waktu dan pemenuhan aspek hukum Pengkajian mutu rekam medis
untuk penilaian kelengkapan rekam medis dilakukan dengan menggunakan analisis
kuantitatif yang dilaksanakan dengan mengevaluasi kelengkapan berbagai jenis formulir dan
data/informasi. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai kelengkapan dan keakuratan
rekam medis rawat inap dan rawat jalan yang dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan [6].
Analisis kuantitatif adalah telaah atau review bagian tertentu dari isi rekam medis
dengan maksud menemukan kekurangan khusus dari isi rekam medis yang berkaitan dengan
pendokumentasian rekam medis .

B. Tujuan umum
Untuk mengetahui hasil analisis kuantitatif kelengkapan pengisian dokumen Rekam medis
Rawat Inap pada kasus umum di RS Politeknik Baubau

C. Tujuan khusus
1) Untuk mengetahui kelengkapan identifikasi pasien pada setiap lembaran rekam medis
Rawat Inap, kasus umum di RS Politeknik Baubau.
2) Mengetahui kelengkapan laporan penting kasus umum di RS Politeknik Baubau
3) Mengetahui kelengkapan autentikasi pada dokumen RS, Rawat Inap, dan kasus umum di
RS Politeknik Baubau
4) Mengetahui kelengkapan Pendokumentasian pada dokumen RM, Rawat Inap, kasus
umum di RS Politeknik Baubau
5) membuat SOP Analisis Kuantitatif dokumen RM di RS Politeknik Baubau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan teori
1) Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
1) Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan rawat darurat.
2) Menurut American Hospital Association (1974)
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan
kedokteran, asuhan keperawatan, yang berkesinambungan, diagnosis utama serta pengobatan
penyakit yang diterima oleh pasien. (Manajemen Pelayanan Kesehatan 2012:100)
3) Menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai
sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau
dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan kesehatan (Depkes ,RI 2004)
4) Menurut WHO (World Health Organization)
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehaan dengan
fungsi menyediakan pelayanan paripurna komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif)
dan pencehagan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medis
b. Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009, rumah sakit mempunyai
fungsi sebagai :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan Kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan peroangan melalui pelayanan kesehatan
paripurna
3) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangam serta penapsiran teknologi bidang
kesehatan dalam rangkan peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
c. Tugas Rumah Sakit
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta
pelaksanaan upaya rujukan
Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit
umum menyelenggarakan kegiatan :
1) Pelayanan medis
2) Pelayanan asuhan keperawatan
3) Pelayanan penunjang medis dan non medis
4) Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan
5) Pendidikan, penelitian dan pengembangan
6) Administrasi umum dan keuangan
Untuk menjalankan tugas tersebut perlu adanya dukungan dari unit-unit pembantu
yang mempunyai tugas spesifik, diantaranya adalah unit rekam medis. Unit rekam medis
bertanggungjawab terhadap pengelolaan data pasien data pasien menjadi informasi kesehatan
yang berguna bagi pengambilan keputusan

2).Rekam Medis
a. Pengertian rekam medis
1) Berdasarkan PERMENKES no 269/MENKES/PER/III/2008
Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas
pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelyanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
2) Menurut Departemen Kesehatan RI
Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang
identitas, anamnesa, penentuan fisik laboratorium, diagnose segala pelayanan dan tindakan
medis yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan
maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat
3) Menurut Kamus Umum Bahasa Indoinesia (KUBI)
Rekam medis adalah hasil rekaman yang berupa keterangan hasil pengobatan pasien,
sedangkan rekam kesehatan adalah perekaman yang berupa keterangan mengenai kesehatan
pasien.
4) Menurut Huffman (1994)
Rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana,
dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan , yang
memuat
pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang
cukup untuk mengidentifikasi pasien,membenarkan diagnosis, dan pengobatan serta
merekam hasilnya.

b.manfaat rekam medis

Manfaat kegunaan rekam medis secara umum yaitu sebagai pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pasien, alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran gigi,
penegakan etika kedokteran, keperluan pendidikan, penelitian, sebagai dasar pembiayaan
kesehatan dan data statistik kesehatan. Dalam pemanfaatan rekam medis sebagai keperluan
pendidikan dan penelitian yang menyebutkan identitas pasien maka perlu persetujuan secara
tertulis dari pasien atau ahli warisnya dan harus dijaga kerahasiaanya. Maka dari itu dalam
pemanfaatan rekam dalam bidang pendidikan dan penelitian tidak perlu mencantumkan
nama pasiennya atau cukup dengan menggunakan istilah Tn X atau Ny. X. Apabila
pemanfaatan rekam medis untuk keperluan pendidikan dan penelitian dilakukan untuk
kepentingan negara, maka tidak diperlukan persetujuan pasien.

Bagi pasien sendiri rekam medis juga bermanfaat sebagai syarat untuk melakukan
reimbursement atau pembayaran kembali dari pihak asuransi kepada pasien. Biasanya pihak
asuransi akan meminta bukti pelayanan kesehatan apa saja yang diberikan rumah sakit
kepada pasien. Pasien bisa meminta salinan rekam medisnya atau resume medis kepada
rumah sakit untuk kepentingan pembayaran kembali kepada pihak asuransi. Selain sebagai
pembiayaan kesehatan pasien, rekam medis juga bermanfaat bagi pasien yang ingin
mengetahui riwayat kesehatan, riwayat penyakit yang diderita, serta riwayat pengobatan apa
saja yang didapat. Dengan terselenggaranya rekam medis di sarana pelayanan kesehatan,
maka mutu pelayanan kesehatan bisa dijaga kualitasnya. Rekam medis harus diisi secara
lengkap dan akurat agar aspek kegunaan atau manfaatnya bisa digunakan oleh sarana
pelayanan kesehatan dan pasien. Maka dari itu rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
harus menjaga kualitas data yang ada di dalam rekam medis pasien, begitu pula pasien
apabila ingin berobat ke rumah sakit harus memberikan data yang lengkap kepada pihak
rumah sakit. Dengan data rekam medis yang lengkap dan akurat maka rekam medis bisa
dirasakan manfaatnya bagi rumah sakit, pasien serta untuk kepentingan umum.
c. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah menunjang tercapainya tertibadministrasi dalam rangka
upaya peningkatan pelayanan Kesehatan dirumah sakit. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi rumah sakit akan
berhasil sebagaimana yang diharapkan.
c. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari berbagai aspek, antara
lain :
1) Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis
dalam mencapai pelayanan kesehatan.
2) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan / perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
3) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karenaisinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
4) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung data /
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.

5) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karenaisinya menyangkut data /
informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahun dibidang kesehatan.
6) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data / infomasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan / referensi
pengajaran dibidang profesi si pemakai.
7) Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya meyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah

3.Analisi kuantitatif Rekam Medis

a. Pengertian Analisis Kuantitatif


Analisis kuantitatif merupakan telaah atau review bagian tertentu dari isi rekam
medis dengan maksud menemukan kekurangan, khususnya yang berkaitan dengan
pendokumentasian rekam medis. Penulisan/ pendokumentasian rekam medis ini diatur oleh
kepala bagian rekam medis atau informasi kesehatan bersama dengan pemberi pelayanan
kesehatan terkait. Menurut Gemala Hatta dalam buku Pedoman Manajemen Informasi
Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan (2013) kegiatan analisis kuantitatif dimaksudkan
untuk menilai kelengkapan dan keakuratan rekam kesehatan rawat inap dan rawat jalan yang
dimiliki oleh sarana pelayanan kesehatan.

b.Komponen Analisi Kuantitatif


1) Review Identifikasi Pasien, terdiri dari:
a) Nama lengkap pasien : nama pasien harus terdiri dari nama sendiri dan nama
keluarga(suami/ayah/marga). Sebaiknya nama keluarga pasien dicantumkan di muka, diikuti
tanda koma dan nama sendiri.
b) Nomor pasien : diberlakukan sistem enam digit dengan membubuhkan garis tanda
penghubung pada setiap dua digit
c) Alamat lengkap : alamat yang dihuni pasien setiap hari saat ini.Tulis nama jalan/gang,
nomor rumah, RT/RW, wilayah kota, kode pos.
d) Usia : usia pasien saat ini yang diperoleh secara lisan dari pasien atau berdasarkan data
identitas (KTP).
e) Orang yang dapat dihubungi yaitu keluarga atau rekan terdekat yang sewaktu-waktu dapat
dihubungi manakala pasien membutuhkan bantuan.
f) Tanda tangan persetujuan: bila ada tindakan intervensi. Setiap lembar rekam medis
mencantumkan identitas pasien, minimal terdiri dari nama pasien dan nomor rekam
medisnya. Bila ada lembaran yang tanpa identitas harus di revisi untuk menentukan milik
siapa lembaran tersebut. Jika suatu formulir terdiri dari beberapa lembar maka harus
dicantumkan identitas pasien pada setiap lembarnya. Jika suatu formulir memiliki format
cetakan bolak-balik, maka harus dicantumakan identitas pasien pada masing-masing muka
dari formulir tersebut. Hal ini untuk menghindari “hilang”nya identitas pasien apabila
formulir yang aslinya bolak balik tersebut digandakan menjadi tidak bolak-balik. Identitas
pasien pada lembar rekam medis dapat dilengkapi dengan: nama, nomor rekam medis,
tanggal lahir/umur, jenis kelamin dan alamat lengkap Kelengkapan ini sesuai dengan
kebijakan dan kebutuhan pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan
2) Review Laporan Penting
Dalam analisis kuantitatif bukti rekaman yang dapat dipertanggungjawabkan secara
lengkap yaitu adanya data/info kunjungan yang memuat alasan, keluhan pasien (kalau ada),
riwayat pemeriksaan, data tambahan (lab) USG,EKG,EMG dll, diagnosis/kondisi,rujukan
(kalau dilaksanakan). Dalam Permenkes Nomor 269 tahun 2008 memuat isi rekam medis
laporan penting antara lain adanya hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan
dan riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik, diagnosis, rencana
penatalaksanaan, pengobatan dan/atau tindakan, persetujuan tindakan bila diperlukan,
catatan observasi klinis dan hasil pengobatan serta ringkasan pulang (discahrge summary).
3) Review Autentikasi
Rekam medis dikatakan memiliki keabsahan bilamana tenaga kesehatan yang
memeriksa pasien atau surat persetujuan yang diberikan pasien/wali dalam rekam medis
diakhiri dengan membubuhkan/mengabsahkan tanda tangan. Dalam Permenkes Nomor 269
tahun 2008 dijelaskan bahwa setiap pencatatan kedalam rekam medis harus dibubuhi nama,
waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung.
4) Review Pencatatan, terdiri dari:
a) Tanggal : terdiri dari hari, bulan, tahun.
b) Waktu adalah saat tenaga kesehatan memberikan pelayanan kesehatan ke pasien.
c) Baris tetap : aturan penulisan yang dilakukan dimulai dari baris teratas dan turun secara
bertahap, setingkat demi setingkat hingga baris terbawah.
d) Koreksi : dalam rekam medis dilakukan dengan cara menarik garis lurus di atas tulisan
yang salah. Cantumkan nama jelas dan tanda tangan korektor, tanggal kejadian, tidak
menghapus atau mencoret kata yang salah, misalnya dengan tip-ex atau distip. Dalam
Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang rekam medis menyebutkan pembetulan hanya
dapat dilakukan dengan cara mencoret tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan
dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga Kesehatan tertentu yang bersangkutan. Dalam
pencatatan atau penulisan rekam medis, terdapat daerah ‘lompatan’ yang seharusnya
diberikan garis untuk mencegah adanya penambahan, kesalahan- kesalahan tulisan atau
singkatan-singkatan yang tidak sesuai ketentuan juga tata cara membenarkan kesalahan,
penyedia pelayanan dianjurkan membuat satu garis tunggal melewati setiap baris yang salah,
menambahkan catatan yang menjelaskan kesalahan tersebut, membuat tanggal dan
menandatanganinya kemudian membuat entri yang benar secara kronologis untuk
menunjukan entri mana yang diga

c.Tujuan Analisis Kuantitatif


Menurut Rano Indradi S. dalam buku Rekam Medis (2017) tujuan
analisis kuantitatif rekam medis adalah:
1.Menentukan sekiranya ada kekurangan agar dapat dikoreksi dengan segera pada saat
pasien dirawat, dan item kekurangan belum terlupakan, untuk menjamin efektivitas
kegunaan isi rekam medis di kemudian hari. Yang dimaksud dengan koreksi ialah perbaikan
sesuai keadaan yang sebenarnya terjadi.
2.Untuk mengidentifikasi bagian yang tidak lengkap yang dnegan mudah dapat dikoreksi
sesuai prosedur yang berlaku.

d.Waktu Pelaksanaan analisis kuantitatif


Menurut Rano Indradi S. dalam buku Rekam Medis (2017) petugas yang ditunjuk untuk
melaksanakan analisis kuantitatif rekam medis haruslah tenaga rekam medis yang paham
tentang:
1) Jenis-jenis formulir rekam medis yang digunakan di rumah sakit tersebut.
2) Jenis-jenis formulir rekam medis yang harus ada dalam setiap berkas pasien sesuai
dengan kasusnya.
3) Pihak yang berhak mengisi lembar-lembar rekam medis sesuai waktu dan kewenangan
masing-masing.
4) Pihak yang harus melegalisasi atau menandatangani setiap isian
e. Kriteria Analisis Kuantitatif Rekam Medis
Dengan metode ini analisis kuantitatif dititikberatkan pada empat kriteria yaitu:
1) Menelaah kelengkapan data sosial pasien (demografi): meliputi informasi tentang identitas
pasien:
(a) nama lengkap yang terdiri dari nama sendiri dan nama ayah/ suami/marga; (b)nomor
pasien; (c) alamat lengkap; (d) usia; (e) orang yang dapat dihubungi dan (f) tanda tangan
persetujuan.
2) Menelaah kelengkapan bukti rekaman yang ada.
3) Menelaah tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga kesehatan maupun tenaga lain yang
terlibat dalam pelayanan kepada pasien sehingga informasi dapat dipertanggungjawabkan
secara hukum.
4) Menelaah tata cara mencatat (administratif) yang meliputi adanya tanggal, keterangan
waktu, menulis pada baris yang tetap serta menerapkan cara koreksi yang benar. Keempat
unsur ini merupakan hal yang sering disepelekan dalam pencatatan sehingga pelaksanaannya
diindentikkan dengan tingkat kedisiplinan pengisi rekaman.
5. KERANGKA TEORI ANALISI KUANTITATIF

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis data.
Apa perbedaan antara pengolahan data dan analisis data? Ibarat memasak, pengolahan data
mirip dengan mempersiapkan bumbu agar dapat dimasak. Dalam penelitian, data yang akan
dianalisis harus diolah terlebih dahulu agar dapat dianalisis. Pengolahan data penelitian
sering disebut dengan manajemen data. Tujuan utama dari manajemen data adalah
memastikan bahwa data yang dikumpulkan telah tervalidasi, tersimpan dengan baik, dan
dapat dilakukan manipulasi1 untuk kebutuhan analisis. Hasil analisis sangat ditentukan oleh
ketepatan peneliti dalam mengolah data.
Analisis data sering disebut dengan analisis kuantitatif, analisis statistik, atau uji
statistik. Disebut analisis kuantitatif karena yang dianalisis adalah data-data yang
dikuantifikasikan dengan model matematis. Disebut analisis statistik karena umumnya data
tersebut dianalisis menggunakan metode statistik, meskipun banyak juga dengan metode
kuantitatifnya. Disebut uji statistik karena umumnya analisis data ditujukan untuk menguji
hipotesis terutama pada penelitian dengan desain studi korelasi atau asosiasi. Kegiatan
pengolahan dan analisis data saat ini dapat dikerjakan dalam satu paket aplikasi komputer
statistik (SPSS, Stata, Minitab, dll). Pada modul ini penulis tidak akan secara mendalam
membahas bagaimana penggunaan aplikasi tersebut, namun lebih kepada landasan teoritis
bagaimana data penelitian diolah dan dianalisis.

PENGUMPULAN PENGOLAHAN
ANALISI DATA
DATA DATA

KESIMPULAN & HASIL ANALISIS


PEMBAHASAN
SARAN

Gambar 1. Proses Penelitian Sejak Pengumpulan Data hingga Kesimpulan/Saran


 PENGUMPULAN DATA

Data yang telah dikumpulkan tidak serta merta langsung dapat dianalisis karena dibutuhkan
tahapan agar hasil penelitian memiliki validitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan
pengolahan data adalah:
a. Mengidentifikasi ada tidaknya data yang kosong (missing) sehingga dapat diambil tindakan
selanjutnya. Tindakan tersebut antara lain dilakukan pengumpulan data kembali untuk
melengkapi data yang kosong, atau melakukan penyesuaian terhadap sampel yang kurang, atau
melakukan penyesuaian analisis jika data yang kosong tetap dilakukan pengujian
b. Melakukan kodifikasi atau coding terhadap data yang telah dikumpulkan sesuai dengan
Definisi Operasional yang telah ditetapkan.
c. Menentukan limit (cut-off) hasil ukur jika peneliti tidak memiliki standar dalam
mengkategorisasikan pengukuran. Biasanya dilakukan jika menggunakan data kategorik.
Umumnya peneliti melakukan uji normalitas untuk menentukan mean atau median data sebagai
cut-off point. Beberapa peneliti juga menentukan standar deviasi (2sd, 3sd) untuk menentukan
batas atas dan batas bawah.
d. Mengetahui adanya data pencilan (outlier) yang dapat mempengaruhi hasil analisis. Beberapa
analisis statistik sangat sensitif terhadap data-data yang jauh nilai tengah sehingga harus
dilakukan uji outlier dengan metode tertentu.
e. Melakukan uji asumsi statistik yang dibutuhkan sebagai persyaratan melakukan analisis.
Misalnya: uji kesesuaian distribusi, uji kolinearitas, uji multikolinearitas dan sebagainya. Namun
beberapa peneliti menganggap bahwa uji ini merupakan bagian analisis statistik sehingga tidak
dianggap sebagai pengolahan data

 ANALISI DATA

Analisis data dilakukan jika proses pengolahan data telah dilakukan dengan lengkap. Dilihat dari
jumlah pasangan variabel yang dianalisis, maka analisis terbagi menjadi tigamyaitu analisis
univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat jika jumlah variabel yang dianalisis hanya satu macam. Pengertian satu macam
disini bukan jumlahnya hanya 1 tetapi yang dimaksud adalah jenis variabelnya hanya 1 macam
(tidak ada variabel dependen dan independen). Bisa saja variabel yang dianalisis ada 4,5,6 dan
seterusnya namun peneliti memperlakukan semua variabel tersebut sama yaitu sebagai variabel
dependen.
Analisis univariat menggunakan metode statistik deskriptif untuk menggambarkan parameter
dari masing-masing variabel. Parameter tersebut antara lain nilai tengah (mean, median, modus),
dan nilai dispersi (varians, standar deviasi, range). Beberapa peneliti juga menggunakan uji
statistik 1 sampel/kelompok untuk mengetahui normalitas data (nilai p-value), estimasi
parameter/interval, homogenitas, dan sebagainya.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan jika variabel yang dianalisis terdiri dari dua macam yaitu dependen
dan independen. Biasanya digunakan pada desain penelitian korelasi, asosiasi, dan eksperimen 2
kelompok. Analisis ini bertujuan menguji hipotesis penelitian yang diajukan peneliti.
Uji statistik yang dipakai tergantung pada jenis datanya apakah kategorik atau numerik. Lalu
apakah data tersebut berpasangan (dependen) atau tidak berpasangan (independen). Misalnya: uji
chi-square dipakai jika jenis data variable dependen dan independen sama-sama kategorik.
Selain melakukan uji korelasi, dalam analisis bivariat yang bersifat epidemiologis dilakukan
perhitungan risiko terhadap kasus/masalah kesehatan. Misalnya: menghitung odds ratio, relative
risk, dan prevalence odds ratio.
3. Analisis Multivariat
Selanjutnya jika variabel yang dianalisis melibatkan lebih dari 2 variabel maka analisis data yang
dilakukan disebut dengan analisis multivariat. Analisis ini ada yang bersifat faktorial atau
analisis faktorial (seluruh variabel dianggap sama posisinya), dan yang bersifat determinan
(terdapat variabel dependen, independen, bahkan ada konfonding atau perancu).
Pada analisis faktorial peneliti berupaya mengetahui korelasi antara seluruh variable
(multikolinieritas) dengan menggunakan metode perhitungan matriks. Analisis ini umumnya
dipakai dalam menentukan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian, atau untuk
mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan kuesioner ke dalam faktor atau komponen.
Pada analisis determinan, analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variable independen
mana yang paling berpengaruh terhadap masalah penelitian atau variabel dependen. Namun jika
desain yang diterapkan bukan penelitian eksperimen, maka hasilnya tidak menunjukkan
hubungan sebab-akibat. Pada analisis multivariat juga dapat dihitung besarnya risiko atau
koefisien beta yang menunjukkan kecenderungan variabel independen mempengaruhi variable
dependen
 PEMILIHAN UJI STATISTIK

Pada analisis data, peneliti melakukan uji statistik untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Peneliti tidak dapat begitu saja memilih uji statitistik tanpa mengetahui terlebih dahulu
karakteristik datanya. Pada dasarnya, pemilihan uji statistik bisa
dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pemilihan uji statistik berdasarkan jenis variabel
Tabel 1 menyajikan bagaimana uji statistik dipilih berdasarkan jenis variabelnya yang terbagi
atas variabel dependen dan independen (Jackson, 2020). Penjelasan table tersebut adalah sebagai
berikut:
- Kolom (1) menjelaskan jumlah variabel dependen dalam penelitian. Pada table terdapadua jenis
jumlah variabel dependen yaitu hanya 1 dan lebih dari 1 variabel (>1).
- Kolom (2) menjelaskan tipe data dari variabel dependen. Pada tabel ada tiga pilihan yaitu
numerik (jika skala interval/ratio), kategorik (jika skala nominal/ordinal) dan campuran numerik-
kategorik yang disingkat num+kat. Anda harus memahami perbedaan jenis data ini, yang sudah
dijelaskan pada kuliah statisitik dasar
- Kolom (3) menjelaskan jumlah variabel independen dalam penelitian. Pada table terdapat dua
jenis jumlah variabel independen yaitu hanya 1 dan lebih dari 1 variabel (>1).
- Kolom (4) menjelaskan tipe data dari variabel independen. Pada tabel ada tiga pilihan yaitu
numerik (jika skala interval/ratio), kategorik (jika skala nominal/ordinal) dan campuran numerik-
kategorik yang disingkat num+kat. Anda harus memahami perbedaan jenis data ini, yang sudah
dijelaskan pada kuliah statisitik dasar
- Kolom (5) menjelaskan jumlah kelas/kelompok/grup dari variabel kategorik. Jadi kolom 5
tidak berlaku untuk variabel numerik. Pada tabel ada pilihan 2 (untuk data dikotomi/binomial,
“ya” atau “tidak”, atau 0 dan 1) dan pilihan >2 (untuk data polinomial atau peringkat/ordinal).
- Kolom (6) menjelaskan pasangan data yang akan diuji. Pengertian “berpasangan” di sini adalah
pengukuran antara dua kelompok (intervensi & kontrol) atau pengukuran antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi (pre & post test) dengan sampel/responden yang sama. Sering juga
disebut dengan dependent sample. Pengertian “tidak berpasangan” kebalikan dari penjelasan
terdahulu, dan sering disebut dengan independent sample.
- Kolom (7) menjelaskan asumsi yang harus dipenuhi pada uji parametrik yaitu apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Jika terpenuhi pada menggunakan statistik parameterik, jika
tidak terpenuhi maka menggunakan uji statistik non-parameterik. Kondisi ini hanya terjadi jika
jumlah variabel dependen dan independen sama-sama 1 (satu).
- Kolom (8) menjelaskan jenis uji statistik yang dipakai. Nama uji statistik yang tertulis pada
tabel 1 mungkin berbeda dengan nama yang tertera pada buku referensi lain, tetapi fungsinya
sama
2. Pemilihan uji statistik berdasarkan tujuan analisis (uji hipotesis)
Pemilihan uji statistik juga dapat dilakukan berdasarkan tujuan analisisnya atau uji hipotesis
yang dipakai. Tabel 2 menjelaskan pemilihan uji statistik yang dimulai dari tujuannya.
Kelebihannya dibanding tabel-1 adalah pada tabel-2 disertakan juga uji statistik untuk univariat
atau satu sampel. Tabel-2 terdiri dari kolom-kolom sebagai berikut:
- Kolom (1) menjelaskan tujuan analisis atau penelitian yang terdiri dari uji mean, uji median, uji
proporsi, uji varians, uji homogenitas, uji distribusi, uji random, uji outlier, uji independensi, uji
korelasi/asosiasi, uji efek, uji estimasi.
- Kolom (2) menjelaskan jumlah sampel/kelompok yang akan diuji. Pada kolom ada pilihan: satu
(univariat), dua (bivariate), dan > dua (multivariat)
- Kolom (3) menjelaskan jenis data yang akan diuji. Pada tabel ada pilihan Interval/Ratio
(numerik), Ordinal, dan Nominal.
- Kolom (4) menjelaskan tentang uji statistik yang dipakai. Untuk mengetahui lebih
mendalam tentang pengertian uji tersebut, Anda dapat membacanya di buku David Sheskin pada
daftar pustaka (Sheskin, 2003).

REFERENSI
Jackson, M. (2020). Interactive Statistical Test Flowchart. Statsflowchart.Co.Uk.
http://www.statsflowchart.co.uk/ Sheskin, D. J. (2003). Handbook of Parametric and Non-
Parametric Statistical Procedures (3rd ed.). Chapman & Hall/CRC
BAB III
METODE ILMIAH

Anda mungkin juga menyukai