Anda di halaman 1dari 16

Materi Kuliah Tanggal 19/12/22 ( Rekam Medis)

Materi Kuliah Tanggal 19/12/22 ( Rekam Medis)

A. Definisi Rekam Medis


B. Tujuan Rekam Medis
C. Kegunaan Rekam medis
D. Fungsi dan mafaat Rekam Medis
E. Tujuan Rekam Medis
F. Isi Rekam Medis
G. Klasifikasi RM
H. Issue Terkini tentang Rekam Medis di RS Indonesia dan Global
I. Tantangan Rekam Medis Elektronik
J. Hubungan administrasi dengan Rekam Medik

A. Definisi REKAM MEDIK


Dengan demikian menurut Hayt and Hayt, suatu rekam medis itu ialah himpunan fakta-fakta
yang berhubungan dengan sejarah/riwayat kehidupan pasien, sakitnya, perawat/pengobatannya.
Dalam pengertian yang luas (lebih luas) rekam medik ialah suatu himpunan data ilmiah dari banyak
sumber, dikoordinasikan pada satu dokumen dan yang disediakan untuk bermacam-macam kegunaan,
personel dan impersoanl, untuk melayani pasien dirawat, diobati , ilmu kedokteran, dan masyarakat
secara keseluruhan. ( Buku Ajar Rekam Medik Unhas)
Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 749s/Menkes/Per XII/1989 tentang
Rekam Medis/Medical Records, yang dimaksud rekam medis ialah berkas yang berisikan catatan,
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayaran lain kepada
pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Pasal 1 huruf a).
Dalam Penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dengan rekam
medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam
medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Kedua
pengertian rekam medis diatas menunjukkan perbedaan yaitu Permenkes hanya menekankan pada
sarana pelayanan kesehatan, sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan
pengaturan rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana kesehatan
maupun di luar sarana kesehatan.
Dari beberapa Pernyataan di atas dapat di simpulkan Rekam Medis adalah berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain (yang diberikan) kepada pasien (yang dipergunakan serta tersedia) pada suatu sarana
pelayanan kesehatan selama mendapatkan perawatan di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat
inap.
Rekam Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

B. Tujuan Rekam Medis


Tujuan Rekam Medis Ada banyak pendapat tentang tujuan dan kegunaan rekam kesehatan. Salah satu
cara untuk mengingatnya secara mudah digunakan akronim mnemonik ‘ALFRED’ (administrative,
legal, financial, riset, edukasi, dan dokumentasi) yang berarti mempunyai nilai untuk kepentingan
administratif, hukum (legal), finansial, riset, edukasi, dan dokumentasi) (Hatta, 1985) yang di
jelaskan sbb:
1. Aspek Administrasi Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi
(Nilai guna administrasi adalah nilai guna arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi
pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga/instansi pencipta arsip.), karena isinya menyangkut
tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis ; Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut masalah adanya
jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung
data/informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan. Perincian
5. Aspek Penelitian Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena isinya
menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
6. Aspek Pendidikan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis
yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebahai bahan/referensi
pengajaran di bidang profesi si pemakai.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber
ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan
laporan rumah sakit (Depkes RI, 1997).

C. Kegunaan Rekam Medis


Dibagi menjadi 2 yaitu tujuan utama dan tujuan sekunder;
1. Tujuan utama (primer) RK terbagi dalam 5 (lima) kepentingan yaitu untuk:
a. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya
pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan
pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya.
b. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan. Dengan demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan
tentang terapi, tindakan, dan penentuan diagnosis pasien. Rekam kesehatan juga sebagai
sarana komunikasi antartenaga lain yang samasama terlibat dalam menangani dan merawat
pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan
mengelola risiko manajemen. Selain itu rekam kesehatan setiap pasien juga berfungsi
sebagai tanda bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu
rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data/informasi rentang
pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.
c. Manajemen pelayanan, rekam kesehatan yang lengkap memuat segala aktivitas yang teriadi
dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit,
menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.
d. Menunjang pelayanan, rekam kesehatan yang rinci akan mampu menjelaskan aktivitas yang
berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi pelayanan di RS,
menganalisis kecenderungan yang terjadi dan mengomunikasikan informasi di antara klinik
yang berbeda.
e. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan
yang diterima pasien. Inflcrmasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar,
baik secara tunai atau melalui asuransi.

2. Tujuan sekunder
Tujuan sekuder rekam kesehatan ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan sePutar
pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebiiakan.
Adapun yang dikelompokkan dalam kegunaan sekunder adalah kegiatan yang tidak berhubungan
secara spesifik antara pasien dan tenaga kesehatan (Dick, Steen, dan Detmer 1991, hlm.76-77).

Edukasi
Mendokumentasikan pengalaman profesional di bidang kesehatanMeyiapkan sesi
pertemuan dan presentasiBahan pengajaran
Peraturan (regulasi)
Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)Membantu pemasaran pengawasan
(surveillance)Menilai kepatuhan sesuai standar pelayananSebagai dasar pemberian
akreditasi bagi profesional dan rumah sakitMembandingkan organisasi pelayanan kesehatan
Riset
Mengembangkan produk baruMelaksanakan riset klinisMenilai teknologiStudi keluaran
pasienStudi efektivitas serta analisis manfaat dan biaya pelayanan pasienMengidentifikasi
populasi yang berisikoMengembangkan registrasi dan basis/pangkalan data (data
base)Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
Pengambilan Kebijakan
Mengalokasikan sumber – sumberMelaksanakan rencana strategisMemonitor kesehatan
masyarakat
Industri
Melaksanakan riset dan pengembanganMerencanakan strategi pemasaran

D. Fungsi dan Manfaat Rekam Medik


1. Fungsi Rekam Medis
Fungsi rekam medik secara lengkap adalah sebagai “adminitrative value, legal value, finacial
value, research value, educational value dan documentary value.” Karena fungsi rekam medik
itulah, maka di negara-negara besar atau di negara-negara maju telah ditentukan satu standar baku
bai pembuatan rekam medis yang mencerminkan kualitas/mutu/derajat pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh sang pengobat pada sang penderita. Fungsi rekam medis di Indonesia bisa dilihat
dalam Pasal 14 Permenkes Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989, yaitu dapat dipakai untuk :
a. dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
b. bahan pembuktian dalam perkara hukum;
c. bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;
d. dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan
e. bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.
Rekam medis yang diisi oleh para pihak dalam transaksi terapeutik menampilkan mutu
kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Oleh karena itu, menurut kepustakaan, dapat dikaji
bahwa untuk memenuhi persyaratan bagi satu rekam medis/haruslah ditandatangani oleh semua
pelayan medik yang terlibat sebagai para pihak dalam trnsasi terapeutik.

2. Manfaat Rekam Medis :


a. Pengobatan Pasien Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan
dan menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis
yang harus diberikan kepada pasien.
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik
kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk
bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran
dan kedokteran gigi.
d. Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan
pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat
dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
e. Statistik Kesehatan Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan,
khususnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan
jumlah penderita pada penyakit-penyakit tertentu.
f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam medis merupakan alat bukti tertulis
utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

Selain manfaat di atas, berdasarkan Permenkes No.269 tahun 2008 pada pasal 13 ayat 1,
rekam medis dapat dimanfaatkan sebagai dokumen yang berisi pemeliharaan dan pengobatan
pasien, sebagai alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin dan etika kedokteran dan
kedokteran gigi, untuk kebutuhan pendidikan dan penelitian, sebagai dasar pembayaran atas
pelayanan kesehatan yang telah diberikan serta untuk statistik Kesehatan.

E. Tujuan Rekam Medik


Pengaturan Rekam Medis bertujuan untuk menurut PERMENKES Nomor 24 Tahun 2022 ttg Rekam
Medis :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;
2. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Rekam Medis;
3. Menjamin keamanan, kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data Rekam Medis; dan
4. Mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan Rekam Medis yang berbasis digital dan
terintegrasi.

F. Isi Rekam Medis menurut PERMENKES Nomor 24 Tahun 2022 ttg Rekam Medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
1. identitas Pasien;
2. hasil pemeriksaan fisik dan penunjang;
3. diagnosis, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan; dan
4. d. nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.

Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan untuk sarana pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya memuat:
1. identitas pasien;
2. Tanggal dan waktu;
3. Hasil anamnese mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit;
4. Hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis;
6. Rencana penatalaksanaan;
7. Pengobatan dan atau tindakan;
8. Pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien;
9. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klini; dan
10. Persetujuan tindakan bila diperlukan

Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan dan perawatan satu hari untuk sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat:
1. identitas pasien;
2. Tanggal dan waktu;
3. Hasil anamnese mencakup se<< keluhan & riwayat penyakit;
4. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis;
5. Diagnosis;
6. Rencana penatalaksanaan;
7. Pengobatan dan atau tindakan;
8. Persetujuan tindakan bila diperlukan;
9. Catatan observasi klinis dan pengobatan;
10. Ringkasan pulang (discharge summary);
11. nama dan tanda tangan dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan;
12. Pelayanan lain yg.dilakukan o.tenaga kesehatan tertentu;
13. pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.

Isi rekam medis untuk pasien rawat Gawat Darurat untuk sarana pelayanan kesehatan
sekurang-kurangnya memuat:
1. identitas pasien;
2. kondisi saat pasien tiba di saryankes
3. Identitas pengantar pasien
4. Tanggal dan waktu;
5. Hasil anamnese mencakup semua keluhan & riwayat penyakit;
6. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
7. Diagnosis;
8. Pengobatan dan atau tindakan;
9. Ringkasan kondisi pasien seb.meninggalkan yan UGD dan rencana tindak lanjut
10. nama dan tanda tangan dokter dan dokter gigi dan tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan
11. Sarana tramsportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke saryankes lain; dan
12. Pelayanan lain yang telah diberikan pada pasien;

Isi rekam medis untuk pasien dalam keadaan bencana sekurang-kurangnya memuat Sekurang-
kurangnya berisi:
1. Isi RM UGD +
2. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan;
3. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal;dan
4. Identitas yang menemukan pasien

G. Klasifikasi RM
1. Rekam Medis Konvensional
Rekam medis bukanlah suatu catatan ataupun rekaman dokumentasi semata. Rekam
medis merupakan suatu berkas data yang berisikan antara lain identitas pasien, anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosis, dan segala tindakan yang telah dan akan dilakukan serta segala
informasi administratif lainnya.
Penting sekali untuk selalu memperhatikan prinsip pelayanan berkesinambungan
(continuity of care) dan selalu menjaga kejelasan dan kelengkapan dari suatu rekam medis.
Semua pengaturan mengenai rekam medis konvensional adalah seperti yang tertuang di dalam
Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
Kewajiban penulisan dengan jelas dan lengkap sudah disebutkan dalam Permenkes ini.
Contoh kasus yang perlu diingat adalah kasus ‘Larrimore vs Homeopathic Hospital Association
of Delmore, 1962’.10 Kemudian mengenai pentingnya pembubuhan tanda tangan dan/atau paraf
ini, Hayt dan Hayt dengan tegas menyebutkan bahwa tanda tangan seorang dokter yang merawat
itu, sangatlah relevan jika kasus tersebut sampai di meja pengadilan.
Kemudian dalam proses pembetulan suatu catatan. Disinipun tanda tangan dan/atau paraf
sangatlah penting untuk dibubuhkan. Karena jika tidak dilakukan, dapat dianggap sebagai suatu
tindakan perusakan alat bukti, dan dalam hal ini, alat bukti yang dimaksud adalah rekam medis.1
Dan H.L. Hirsch, seperti dikutip oleh Guwandi, mengatakan bahwa lebih baik seseorang
dianggap telah melakukan kesalahan(error) dalam pencatatan daripada menghadapi tuduhan telah
melakukan tindakan pemalsuan ataupun pemanipulasian (penipuan) dari suatu isi rekam medis.
Jelaslah disini bahwa tindakan pembetulan yang dilakukan dengan benar, sangatlah penting.
Kerahasiaan dan keamanan data rekam medis konvensional, merupakan unsure penting
lainnya dari suatu rekam medis. Hal ini selain sudah disebutkan dalam Permenkes ini, juga telah
disebutkan sebagai salah satu kewajiban rumah sakit dalam Pasal 29 ayat (1) poin m dan Pasal 32
poin i Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Sedangkan mengenai manfaat rekam medis, juga secara jelas telah tertuang dalam Pasal
13 ayat (1) Permenkes ini. Rekam medis konvensional ini, disisi lain mempunyai beberapa
kelemahan. Yang pertama adalah berhubungan dengan manajemen dan penyimpanan rekam
medis, dimana membutuhkan ruang, waktu dan biaya yang terus bertambah.
Kelemahan kedua berhubungan dengan tidak dapat terbacanya tulisan seorang dokter
atau dokter gigi. Hal ini selain mengakibatkan dapat terjadinya ketidakefisiensian pelayanan
kesehatan, juga dapat mengakibatkan suatu kejadian yang fatal, yaitu sebagai contoh dapat
terjadinya suatu kesalahan pemberian jenis ataupun dosis obat.
2. Rekam Medis Elektronik
Electronic Medical Record (EMR) adalah sebuah sistem yang berisi riwayat kesehatan
dan penyakit pasien, hasil tes diagnostik, data-data medis yang lain dan informasi biaya
perawatan. EMR akan meningkatkan pelayanan kesehatan oleh pemberi pelayanan dalam
perawatan pasien, tetapi pengelola pelayanan kesehatan harus mengeluarkan biaya yang cukup
tinggi untuk menyediakan sistem tekhnologi informasi untuk menggunakan EMR. Implementasi
ini tidak dapat terjadi dengan tiba-tiba tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama.
Implementasi EMR merupakan sebuah proses dan proyek besar dari sistem tekhnologi informasi
karena penuh dengan tantangan pengelola tidak selalu dapat menerima tantangan dan mengatur
dengan efektif dan kritis agar dapat melakukan perubahan sistem informasi dan tekhnologi baru.
Pada akhirnya tekhnologi informasi elektronik yang baru diharapkan dapat meningkatkan provasi
dan confidentiality. EMR sudah digunakan di berbagai rumah sakit di dunia sebagai pengganti
atau pelengkap rekam kesehatan berbentuk kertas. Di Indonesia dikenal dengan Rekam Medis
Electronik (RME). Sejak berkembangya E-Health, EMR menjadi pusat informasi dalam sistem
informasi rumah sakit, (Katherine Kerpen, 2004).
idealnya sebuah rekam medis berisi data riwayat kesehatan pasien dari mulai ia lahir
hingga saat ini. Namun karena sistem yang ada di Indonesia sekarang ini terkait informasi
kesehatan belum terintegrasi dan belum didukung sepenuhnya oleh Teknologi Informasi, maka
data-data pasien tersebut terpisah-pisah dan terbagi tergantung pada tempat dimana ia
mendapatkan pelayanan kesehatan pertama kali. Jadi seandainya seorang pasien jatuh sakit di
kota lain, maka dia akan dibuatkan rekam medis baru oleh rumah sakit dimana ia berobat dan
riwayat kesehatannya akan diulang ditanyakan oleh dokter, syukurlah jika ia masih mampu diajak
berbicara, tetapi seandainya tidak?. Melihat pentingnya sebuah rekam medis, maka sudah saatnya
semua rumah sakit di Indonesia membangun Rekam Medis Elektronik (RME) dan akan lebih
berdaya guna jika semua rekam medis itu terkoneksi didalam jaringan komputer seluruh rumah
sakit di Indonesia. Sebenarnya Rekam Medis Elektronik (RME) bukan merupakan wacana baru
bagi penyelenggara pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
Beberapa rumah sakit bahkan berani menyatakan telah mengimplementasikan RME di
dalam manajemennya. Bagi rumah sakit yang belum memiliki RME umumnya berargumentasi
sudah berkeinginan untuk memiliki RME tetapi masih terbentur beberapa kendala organisasi
seperti: biaya, budaya kerja, teknis dan sumber daya. Pada dasarnya RME adalah penggunaan
perangkat teknologi informasi untuk pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta peng-akses-
an data yang tersimpan pada rekam medis pasien di rumah sakit dalam suatu sistem manajemen
basis data yang menghimpun berbagai sumber data medis. Bahkan beberapa rumah sakit modern
telah menggabungkan RME dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
yang merupakan aplikasi induk yang tidak hanya berisi RME tetapi sudah ditambah dengan fitur-
fitur seperti administrasi, billing, dokumentasi keperawatan, pelaporan dan dashboard score card.
RME juga dapat diartikan sebagai lingkungan aplikasi yang tersusun atas penyimpanan data
klinis, sistem pendukung keputusan klinis, standarisasi istilah medis, entry data terkomputerisasi,
serta dokumentasi medis dan farmasi.
RME juga bermanfaat bagi paramedis untuk mendokumentasikan, memonitor, dan
mengelola pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien di rumah sakit. Secara hukum data
dalam RME merupakan rekaman legal dari pelayanan yang telah diberikan pada pasien dan
rumah sakit memiliki hak untuk menyimpan data tersebut. Menjadi tidak legal, bila oknum di
rumah sakit menyalah gunakan data tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak berhubungan
dengan pelayanan kesehatan pasien. Rekam Medis Elektronik (RME) berbeda dengan Rekam
Kesehatan Elektronik (RKE). RKE merupakan kumpulan dari RME pasien yang ada di masing-
masing rumah sakit (pusat pelayanan kesehatan). RKE dapat diakses dan dimiliki oleh pasien
serta datanya bisa digunakan di pusat pelayanan kesehatan lain untuk keperluan perawatan
berikutnya. RKE baru bisa terwujud jika sudah.
Rekam Medis Elektronik (EMR) adalah aplikasi yang akan membantu dalam merekam
data klinis secara elektronik, membuat keputusan, menempatkan dan menerima pesanan,
membuat permintaan ke apotek, merekam hasil rontgen dan laboratorium, dan juga
mendokumentasikan kegiatan klinis. Sistem EMR dapat digunakan di sebagian besar pengaturan
klinis yang mencakup praktik pribadi dokter, fasilitas keperawatan, dan rawat jalan, rawat inap,
trauma, pengaturan perawatan intensif dan terkelola. Sistem EMR membutuhkan penggunaan
sistem komputer bersama dengan jaringan. Jaringan akan memastikan transfer dan penyimpanan
informasi kesehatan. Masyarakat Sistem Informasi dan Manajemen Kesehatan (HIMSS) telah
merencanakan penerapan dan penggunaan sistem EMR di Amerika Serikat dalam 7 tahap. Saat
ini pelaksanaan ESDM berada pada tahap 2 dan tahap 3. Pada tahap 6, sekitar 100% rumah sakit
akan ditanggung. Pada tahap 7, akan dibangun jaringan regional dan nasional yang akan
mengintegrasikan semua sistem ESDM dan memastikannya.

J. Issue Terkini tentang Rekam Medis di RS Indonesia dan Global


Rekam medis pasien mulai beralih menjadi berbasis elektronik dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis. Melalui kebijakan
ini, fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) diwajibkan menjalankan sistem pencatatan riwayat
medis pasien secara elektronik. Proses transisi dilakukan sampai paling lambat 31 Desember 2023.
PMK dimaksud merupakan kerangka regulasi pendukung dari implementasi transformasi
teknologi kesehatan yang menjadi bagian dari pilar ke-6 Transformasi Kesehatan. Kebijakan ini hadir
sebagai pembaharuan dari aturan sebelumnya yaitu PMK nomor 269 tahun 2008 yang dimutakhirkan
menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pelayanan, kebijakan dan hukum
di masyarakat

“Kementerian Kesehatan menyadari perkembangan teknologi digital dalam masyarakat yang


mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan, sehingga rekam medis perlu
diselenggarakan secara elektronik dengan prinsip keamanan dan kerahasiaan data dan informasi,” ujar
Setiaji pada Konferensi Pers secara virtual terkait Pemanfaatan Rekam Medis Elektronik di Jakarta,
Jumat (9/9).
Rekam medis elektronik ini, lanjut Setiaji, harus diperkuat dengan beberapa regulasi lain
seperti Telemedisin, kemudian penerapan bioteknologi, dan juga teknologi yang lain dengan
menggunakan dasar rekam medis elektronik.
Diharapkan seluruh fasyankes dapat siap beradaptasi di tengah misi Kemenkes RI untuk
mentransformasikan layanan kesehatan dengan terus meningkatkan kapabilitas dan menjaga integritas
layanan kesehatan untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang lebih baik
“Tahun ini kita akan melakukan pemetaan terhadap seluruh fasilitas kesehatan berdasarkan
Indeks Kematangan Digital. Nanti bisa diketahui Faskes mana yang sudah siap atau yang belum siap.
Itu nanti ada levelnya, dan kemudian dari situlah kita gunakan untuk menerapkan kebijakan ini,” ucap
Setiaji.
Selanjutnya, pasien berhak mendapatkan isi rekam medis miliknya dan pemberian akses atas
persetujuan pasien. Fasyankes rujukan memiliki hak akses terhadap isi rekam medis elektronik
seorang pasien atas persetujuan pasien.
Fasyankes wajib terhubung melalui platform terintegrasi dengan SATUSEHAT yang telah
disediakan oleh Kementerian Kesehatan.
Dikatakan Setiaji, terkait SDM, Kemenkes akan memfasilitasi fasilitas-fasilitas kesehatan
khususnya di Puskesmas yang tidak memiliki kemampuan SDM secara digital. Program ke depan
Kemenkes akan menambah SDM digital di Puskesmas untuk membantu menerapkan digitalisasi.
Sementara untuk rumah sakit, lanjut Setiaji, dengan adanya digitalisasi ini tidak perlu
menambah SDM yang banyak karena sebenarnya akan menginput rekam medis adalah dokter-dokter
yang memeriksa dan kemudian dibantu oleh perawatnya.
“Jadi itu sebenarnya tidak perlu lagi menambah SDM. Justru tantangannya adalah bagaimana
meminta dokter atau perawat untuk menginput data hasil diagnosisnya langsung ke sistem ini. Jadi
sebenarnya tidak ada penambahan SDM baru,” ungkap Setiaji.
Rekam medis elektronik ini dapat diakses oleh pasien melalui aplikasi PeduliLindungi.
PeduliLindungi ini bukan hanya untuk COVID-19 tetapi dapat digunakan juga untuk mengakses
seluruh layanan kesehatan.
“Jadi begitu rumah sakit atau pihak lain ingin mengakses data – data medis yang
bersangkutan itu akan muncul di dalam PeduliLindungi dalam versi yang baru yang di dalamnya ada
informasi layanan kesehatan,” ujar Setiaji.
Selanjutnya, bagi masyarakat yang tidak memiliki ponsel pintar atau aplikasi PeduliLindungi
bisa mengakses langsung di fasilitas layanan kesehatan.
Perlindungan data pasien dijamin terjaga karena perlindungannya bukan hanya ada di dalam
sistem yang dilakukan di Kemenkes tetapi juga dilakukan di fasilitas layanan kesehatan.
“Tentunya ini menjadi critical dan oleh karena itu kami saat ini juga sudah melakukan
piloting di beberapa rumah sakit dan menyiapkan panduan bagaimana mengamankan data dan
kemudian bagaimana menyiapkan rekam medis elektronik yang terstandar dan kemudian bisa dijaga
keamanannya,” tutur Setiaji.

Fakta Perkembangan Teknologi Rekam Medis di Berbagai Negara


Rekam medis merupakan salah satu unsur penting dalam pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan
kesehatan sebuah rumah sakit sangat dipengaruhi oleh dukungan teknologi rekam medis yang diterapkan.
Setiap tindakan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter, perawat, maupun tenaga kesehatan
lainnya harus dicatat secara akurat dan dikelola dalam suatu sistem rekam medis. Catatan medis tersebut
selain membantu pengambilan keputusan dan tindakan bagi dokter, juga berperan sebagai riwayat
penanganan kesehatan yang telah diberikan oleh rumah sakit.

Teknologi rekam medis yang diterapkan dalam dunia kesehatan terus berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Saat ini, kesehatan telah menerapkan teknologi rekam medis berbasis digital.
Namun ketika pertama kali muncul, rekam medis dibuat secara manual pada lembaran-lembaran kertas.
Lalu bagaimana perkembangan rekam medis di berbagai negara?

Perkembangan Rekam Medis di Amerika


Pencatatan medis secara manual dianggap tidak efisien. Rumah sakit harus menggunakan banyak kertas
untuk membuat catatan medis bagi pasien. Ketika teknologi komputer mulai berkembang, teknologi
rekam medis elektronik mulai dikembangkan untuk menggantikan pencatatan medis yang manual. Pada
tahun 1967, RS Latter Day Saints menjadi rumah sakit pertama di Amerika yang mulai
menggunakan Electronic Health Record (EHR). Platform aplikasi yang mereka gunakan
dinamakan Health Evaluation Through Logical Programming (HELP).

Pada tahun 1970an, pemerintah Amerika mulai menggunakan aplikasi komputer di rumah sakit dan
lembaga-lembaga pemerintahan. Namun pada waktu itu, aplikasi yang digunakan hanya mencatat
penagihan dan penjadwalan secara umum. Sebagai upaya untuk menciptakan efisiensi dan mengurangi
kesalahan medis serta meningkatkan integrasi catatan kesehatan, pada tahun 1988 pemerintah Amerika
melakukan investasi besar-besaran untuk pengembangan teknologi rekam medis elektronik. Total dana
yang dikeluarkan pemerintah waktu itu mencapai $1.02 miliar.

Pada tahun 2004, Presiden Amerika saat itu, George W Bush berkomitmen untuk menyediakan sistem
rekam medis elektronik bagi warga masyarakat yang dapat didapatkan pada fasilitas pelayanan kesehatan
umum. Dengan teknologi rekam medis elektronik,  kualitas perawatan kesehatan masyarakat dihadapkan
dapat meningkat. Penggunaan rekam medis elektronik juga bertujuan untuk mencegah kesalahan medis,
mengurangi dokumen kertas, serta meningkatkan efisiensi administrasi dan kualitas perawatan kesehatan.

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, pengembangan teknologi rekam medis mendapat respon
positif dari masyarakat dan tenaga medis. Dari tahun 2001 hingga 2011, jumlah dokter yang
menggunakan sistem rekam medis elektronik mengalami peningkatan tajam dari yang awalnya 18% saja
menjadi 57%. Rekam medis elektronik terus mengalami peningkatan pada tahun 2013, 72% dokter
menggunakan tablet mereka untuk mengakses platform telemedis elektronik.

Saat ini, catatan rekam medis di Amerika hampir tidak menggunakan kertas sama sekali. Dengan
teknologi rekam medis yang diterapkan, catatan pasien menjadi lebih mudah diakses. Dokter dapat
mengakses seluruh catatan medis pasien yang dibutuhkan dalam mendukung proses diagnosis dan
pengambilan keputusan perawatan selama proses pemeriksaan.

Perkembangan Rekam Medis di Hongkong


 Teknologi rekam medis elektronik sudah digunakan pada berbagai fasilitas kesehatan Hongkong sejak
tahun 2000an. Saat itu, rekam medis elektronik sudah diterapkan pada sekitar 30% dari fasilitas kesehatan
yang ada di Hongkong, yaitu 42 rumah sakit umum dan 120 klinik pemerintah.

Pada tahun 2016, rekam medis elektronik mulai diterapkan pada rumah sakit swasta. Sistem rekam medis
tersebut mampu menghubungkan berbagai data pasien mulai dari data demografis, prosedur, diagnosis,
obat, alergi, hasil laboratorium, radiologi, imunisasi, pemeriksaan khusus, rujukan, dan sebagainya.
Hingga tahun 2018, lebih dari catatan medis 860.000 warga Hongkong sudah tercatat secara digital.

Perkembangan Rekam Medis di India


 Malaysia telah mengembangkan penggunaan teknologi rekam medis elektronik sejak tahun 1993. Rekam
medis elektronik di Malaysia pertama kali digunakan di Rumah Sakit Selayang pada tahun 1999. Pada
waktu itu, rekam medis elektronik hanya digunakan di rumah sakit besar yang berkapasitas minimal 450
tempat tidur. Namun sejak tahun 2008, rekam medis elektronik sudah diterapkan di rumah sakit
Kementerian Kesehatan yang tersebar di berbagai daerah. Teknologi rekam medis yang diterapkan
mampu menyimpan informasi pasien yang berkaitan dengan data demografi, surat rujukan, catatan
pemulangan, hingga hasil laboratorium pasien.

Perkembangan Rekam Medis di Indonesia


 Meskipun teknologi telemedis elektronik sudah lama digunakan di berbagai negara di dunia, termasuk
beberapa negara Asia Tenggara, masih sedikit fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia yang sudah
menggunakan sistem rekam medis elektronik. Salah satu Rumah Sakit yang sudah menggunakannya
adalah Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, yang mulai mengembangkan teknologi rekam
medis elektronik yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) sejak
tahun 2016. Namun, dalam aplikasinya, instalasi Rekam Medik RSKO Jakarta masih tetap menggunakan
catatan kertas.

Saat ini, setidaknya terdapat 78 Rumah Sakit yang telah menggunakan teknologi rekam medis
elektronik. Namun, mayoritas masih belum menggunakannya secara penuh. Beberapa catatan
medis pasien masih menggunakan catatan kertas. Dalam rangka menyambut digitalisasi Industri
4.0 di Indonesia, semua rumah sakit BUMN ditargetkan dapat menerapkan sistem rekam medis
elektronik.
Rumah sakit dapat memanfaatkan AVIAT SIREM untuk mendukung digitalisasi rekam medis. AVIAT
SIREM dilengkapi dengan berbagai fitur yang memudahkan untuk menambah data pasien, pengguna
aplikasi (petugas medis dan kesehatan) dan pengelolaan data pribadi. Proses pengelolaan rekam medis
dapat dijalankan dengan lebih cepat dibandingkan saat masih menggunakan rekam medis catatan manual.

H. Tantangan Rekam Medis Elektronik

Di Indonesia penggunaan inovasi RME boleh dikatakan masih berjalan ditempat. Beberapa alasan
mengapa RME tidak berkembang cepat adalah:
1. Banyak pihak yang mencurigai bahwa rekam medis elektronik tidak memiliki payung hukum
yang jelas, khususnya berkaitan dengan penjaminan agar data yang tersimpan terlindungi
terhadap unsur privacy, confidentiality maupun keamanan informasi secara umum. Secara teknis,
teknologi enkripsi termasuk berbagai penanda biometrik (misal: sidik jari) akan lebih protektif
melindungi data daripada tandatangan biasa. Tetapi masalahnya bukan pada hal-hal teknis
melainkan pada aspek legalitas. Pertanyaan yang sering muncul adalah: sejauhmanakah rumah
sakit mampu memberikan perlindungan terhadap keamanan data pasien dari tangan orang-orang
yang tidak bertanggungjawab?, sejauhmanakah keabsahan dokumen elektronik? Bagaimana jika
terjadi kesalahan dalam penulisan data medis pasien. Semua pertanyaan itu sering mengganggu
perkembangan RME. Untuk itu diperlukan regulasi dan legalitas yang jelas, namun sayangnya
pembuatan regulasi itu sendiri tidak dapat menandingi kecepatan kemajuan teknologi informasi.
Di beberapa negara bagian di AS, beberapa rumah sakit hanya mencetak rekam medis jika akan
dijadikan bukti hukum. Di Wan Fang Hospital, Taipei justru sebaliknya, rumah sakit selalu
menyimpan rekam medis tercetak yang harus ditandatangani oleh dokter sebagai hasil printout
dari RME pasien.
2. Tantangan berikutnya adalah alasan klasik seperti ketersediaan dana. Aspek finansial menjadi
persoalan penting karena rumah sakit harus menyiapkan infrastruktur Teknologi Informasi
(komputer, jaringan kabel maupun nir kabel, listrik, sistem pengamanan, konsultan, pelatihan dan
lain-lain). Rumah sakit biasanya memiliki anggaran terbatas, khususnya untuk teknologi
informasi.
3. RME tidak menjadi prioritas karena rumah sakit lebih mengutamakan sistem lain seperti sistem
penagihan elektronik (computerized billing system), sistem akuntansi, sistem penggajian dsb.
Rumah sakit beranggapan bahwa semua sistem itu lebih diutamakan karena dapat menjamin
manajemen keuangan rumah sakit yang cepat, transparan dan bertanggung jawab. RME bisa
dinomor duakan karena sistem pengolahan transaksi untuk fungsi pelayanan medis masih dapat
dilakukan secara manual. Tidak ada kasir rumah sakit yang menolak pendapat bahwa komputer
mampu memberikan pelayanan penagihan lebih cepat dan efektif dibanding sistem manual.
Sebaliknya, berapa banyak dokter dan perawat yang percaya bahwa pekerjaan mereka akan
menjadi lebih cepat, lebih mudah dan lebih aman dengan adanya komputer?
2. Jelas ada perbeadaan antara rekam medis konvensional dan rekam medis elektronik,
sehingga kekuatan pembuktian dari keduanyapun akan berbeda. Di dalam Permenkes
Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, memang telah disebutkan
mengenai terdapatnya dua jenis rekam medis yaitu rekam medis konvensional dan rekam
medis elektronik. Namun mengenai rekam medis elektronik ini, tidaklah diatur secara
lengkap dan terperinci. Di dalam Pasal 2 ayat (2) Permenkes Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis disebutkan bahwa penyelenggaraan
rekam medis dengan menggunakan teknologi informasi elektronik akan diatur lebih lanjut
dalam suatu peraturan tersendiri.
3. Peraturan tersendiri tersebut sampai saat ini belumlah ada. Padahal keperluannya sangatlah
mendesak, hal ini didasari karena banyak rumah sakit (terutama di kota-kota besar di
Indonesia) yang mulai menggunakan rekam medis elektronik (electronic medical record –
eMR) karena perkembangan teknologi dan informasi serta tuntutan perbaikan mutu
pelayanan kesehatan. Alasan lain untuk menggunakan rekam medis elektronik ini adalah
pertimbangan business-marketing (contoh dengan menggunakan rekam medis elektronik
juga membawa konsekuensi terhadap efisiensi tempat penyimpanan berkas serta menjadi
ramah lingkungan [karena status paperless]).
4. Hal lain yang juga penting, yang mendasari pemikiran bahwa keperluan peraturan tersebut
mendesak, adalah peran rekam medis sebagai suatu berkas alat bukti tertulis yang sah
dalam pembuktian masalah-masalah hukum, etik dan disiplin. Peran fungsi ini dengan jelas
disebutkan sebagai salah satu manfaat dari rekam medis dalam Permenkes Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.
 Maka dari itu, suatu rekam medis, baik konvensional maupun elektronik, harus
dipastikan dapat digunakan sebagai alat bukti tertulis yang sah. Dalam lalu lintas
keperdataan, alat bukti tulisan merupakan salah satu dari lima alat bukti yang sah. Hal
ini sesuai dengan Pasal 1866 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan alat bukti
tulisan (berkas/surat) merupakan alat bukti yang utama.
 Kemudian dalam ruang lingkup hukum pidana, surat juga merupakan salah satu dari
lima alat bukti yang sah. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum di dalam Pasal 183
dan 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dalam pembuktian suatu perkara,
dibutuhkan minimal 2 alat bukti yang sah, serta keyakinan hakim.
 Hal ini sesuai dengan sistem pembuktian yang berlaku di Indonesia yaitu pembuktian
menurut undang-undang secara negatif (negatief wettelijk stelsel). Di dalam sistem ini,
seperti sudah disebutkan sebelumnya, kesalahan seseorang (terdakwa) ditentukan oleh
adanya keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara dan alat bukti yang ditentukan
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
 Lebih lanjut, sudah disebutkan juga bahwa rekam medis harus dibubuhi identitas nama
dari dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang mengisi berkas tersebut,
waktu pengisiannya dan kemudian harus ditandatangani. Keaslian suatu alat bukti
tulisan dapat menjadi masalah apabila tidak jelas payung hukumnya.
 Sehubungan dengan hal ini, untuk rekam medis elektronik, akan memerlukan pedoman
peraturan yang jelas mengenai penggunaannya. Tanda tangan elektronik, misalnya,
yang meskipun sudah disebutkan definisinya dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, namun masih menunggu pengaturan
lebih lanjut, dalam bentuk Peraturan Pemerintah untuk pelaksanaannya.
 Dengan mulai meningkatnya kasus-kasus dugaan malpraktik, yang tidak terselesaikan
melalui proses mediasi, peran manfaat rekam medis sebagai salah satu alat bukti yang
sah di pengadilan, makin dirasakan kebutuhannya. Rekam medis yang lengkap berisikan
kronologis riwayat perjalanan kesehatan seorang pasien menjadi salah satu kunci
penyelesaian kasus-kasus dugaan malpraktik.
 Namun akan diperlukan suatu kejelasan, sesuai dengan asas kepastian hukum, akan
penggunaan kedua jenis rekam medis ini, sebagai alat bukti yang sah. Kejelasan akan
kekuatan pembuktian kedua jenis rekam medis ini, dapat diperoleh apabila terdapat
suatu peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.
K. Manfaat RME
1. Manfaat Umum,
RME akan meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit. Para
stakeholder seperti pasien akan menikmati kemudahan, kecepatan, dan kenyamanan pelayanan
kesehatan. Bagi para dokter, RME memungkinkan diberlakukannya standard praktek kedokteran
yang baik dan benar. Sementara bagi pengelola rumah sakit, RME menolong menghasilkan
dokumentasi yang auditable dan accountable sehingga mendukung koordinasi antar bagian dalam
rumah sakit. Disamping itu RME membuat setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung
jawab dan wewenangnya.

2. Manfaat Operasional, manakala RME diimplementasikan paling tidak ada empat faktor
operasional yang akan dirasakan;
a. Faktor yang pertama adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika
dengan sistem manual pengerjaaan penelusuran berkas sampai dengan pengembaliannya
ketempat yang seharusnya pastilah memakan waktu, terlebih jika pasiennya cukup banyak.
Kecepatan ini berdampak membuat efektifitas kerja meningkat.
b. Yang kedua adalah faktor akurasi khususnya akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual
orang harus mencek satu demi satu berkas, namun sekarang dengan RME data pasien akan
lebih tepat dan benar karena campur tangan manusia lebih sedikit, hal lain yang dapat dicegah
adalah terjadinya duplikasi data untuk pasien yang sama. Misalnya, pasien yang sama
diregistrasi 2 kali pada waktu yang berbeda, maka sistem akan menolaknya, RME akan
memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal
ini menjaga agar data lebih akurat dan user lebih teliti.
c. Ketiga adalah faktor efisiensi, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh,
sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
d. Keempat adalah kemudahan pelaporan. Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita
waktu namun sangat penting. Dengan adanya RME, proses pelaporan tentang kondisi
kesehatan pasien dapat disajikan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita
dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

3. Manfaat Organisasi,
karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan
waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal
seperti itu, menjadi berubah. Seringkali data RME diperlukan juga oleh unit layanan yang lain.
Misal resep obat yang ditulis di RME akan sangat dibutuhkan oleh bagian obat, sementara semua
tindakan yang dilakukan yang ada di RME juga diperlukan oleh bagian keuangan untuk
menghitung besarnya biaya pengobatan. Jadi RME menciptakan koordinasi antar unit semakin
meningkat. Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi
meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem
manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian dianalisa, maka
dengan RME analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru datanya
dicetak. Hal ini menjadi penghematan biaya yang cukup signifikan dalam jangka panjang

L. Hubungan Antara administrasi dengan Medical record


Ditinjau dari pengertian secara luas yaitu fungsi administrasi secara luas ( Keperanatan atau
Instansi administrasi), dan pengertian unsur unsur pokok adminkes.

Administrasi dalam arti sempit : pelayanan kegiatan tata usaha, seperti surat menyurat.
Kearsipan dll

Administrasi dalam arti luas dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

1. Sudut Proses (Administrasi sebagai suatu proses)


Artinya merupakan keseluruhan proses yang terdiri dari kegiatan-kegiatan, pemikiran-pemikiran, proses
perencaan, proses penggereakan , s/d proses pencapaian tujuan. pengaturan-pengaturan yang dimulai dari
penentuan tujuan sampai pelaksanaan kegiatan. Untuk mencapai tujuan seseorang harus memikirkan
terlebih dahulu, apa yang akan dicapai dan bagaimana cara mencapainya serta saran dan prasarana yg
akan digunakan untuk mencapai sebuah tujuan

2. Sudut Fungsional (Administrasi sebagai fungsi)

Artinya bahwa administrasi merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk tercapainya suatu tujuan.
Kegiatan yang bersifat administrasi adalah kegiatan atau tindakan yang bersifat mellihat ke depan,
merencanakan dan memikirkan tujuan, memperkirakannya, menentukan kebijaksanaan, memberi
pimpinan, mengambil keputusan, member bimbingan, dan mengatur sumber daya yang ada.

3. Sudut Institusional (Kepranataan/Kelembagaan)

Yaitu merupakan kumpulan orang-orang, baik secara perorangan ataupun kelompok yang secara kesatuan
menjalankan proses dan kegiatan ke arah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

1. Unsur Pokok Administrasi Kesehatan


Jika diperhatikan batasan administrasi kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas,
segera terlihat bahwa  dalam batasan tersebut dikemukakan setidak-tidaknya 5 unsur pokok
yang peranannya amat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan
administrasi kesehatan. Kelima unsur pokok yang dimaksud ialah masukan (input), proses
(process), keluaran (output), sasaran (target), serta dampak (impac). (Azwar Azrul,1993).

a. Masukan
Yang dimaksud dengan masukan (input), dalam administrasi adalah segala sesuatu yang
dibutuhkanuntuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasi. Masukan ini dikenal pula
dapat melaksanakan pekerjaan administrasi (tools of administration). Masukan dan/atau
perangkat administrasi tersebut banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting
adalah : a) Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat. Komisi
Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat memebedakan masukan dan/atau
perangkat administrasi atas tiga macam, yaitu :

1) Sumber
Yang dimaksud dengan sumber (resources) adalah segala sesuatu untuk
menghasilkan barang atau jasa. Sumber ini secara umum dapat dibedakan atas
tiga macam, yakni :

2) Sumber tenaga
Sumber tenaga (Labour Resources) dibedakan atas dua macam, yakni tenaga ahli
(skilled) seperti Dokter, dokter gigi,Bidan, Perawat serta tenaga tidak ahli
(unskilled), seperti pesuruh, penjaga malam dan pekerjakasar lainnya.

3) Sumber modal
Sumber modal (Capital Resources) banyak macamnya. Jika disederhanakan
dapat dibedakan atas dua macam, yakni modal bergerak (working capital) seperti
uang dan giro serta modal tidak bergerak (fixed capital) seperti bangunan, tanah,
dan sarana kesehatan.

4) Sumber alamiah
Yang dimaksud dengan sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu
yang terdapat dialam yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.
(Azwar Azrul,1993)
Koontz dan Donnels membedakan masukan dan/atau perangkat administrasi atas
empat macam, yakni manusia (man), modal (capital), manajerial (managerial) dan
teknologi (technology).( Azwar Azrul,1993)
Pembagian lain yang banyak dikenal dimasyarakat ialah yang disebut sebagai 4M,
yakni manusia,(man), uang(money), sarana (material), dan metode (methodh) untuk
organisasi yang tidak mencari keuntungan serta 6M, yakni manusia (man), uang (money),
sarana (material), metode (metodh), pasar (market) serta mesin (machianery) untuk
organisasi yang mencari keuntungan.
2. Proses
(process) dalam administrasi adalah langkah-langkah yang harus mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses ini dikenal dengan nama fungsi administrasi (function of administration).
Pada umumnya proses dan ataupun fungsi administrasi ini merupakan tanggung jawab
pimpinan.( Azwar Azrul,1993).
Dalam praktek sehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi administrasi
ini sering disederhanakan menjadi 4 macam saja, yaitu :
 Perencanaan (planning) yang didalamnya termasuk penyusun anggaran belanja.
 Pengorganisasian (organizing) yang didalamnya termasuk penyusunan staf.
 Pelaksanaan (implementing) yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian,bimbingan, penggerakan dan pengawasan.
 Penilaian (evaluation) yang didalamnya termasuk penyusunan laporan. (Azwar
Azwar,1993)
3. Keluaran
Yang dimaksud dengan keluaran (output) adalah hasil dari suatu pekerjaan administrasi.
Untuk administrasi kesehatan, keluaran tersebut dikenal dengan nama pelayanan kesehatan
(health service). Pada saat ini pelayanan kesehatan tersebut banyak macamnya, secara umum
dapat dibedakan atas 2 macam.
 Pelayanan kedokteran (medical sevices)
 Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services).
4. Sasaran
Yang dimaksud dengan sasaran (target group) adalah kepada siapa keluaran yang dihasilkan,
yakni upaya kesehatan tersebut ditujukan. Untuk administrasi kesehatan sasaran yang
dimaksudkan disini dibedakan atas 4 macam, yakni perseorangan, keluarga , kelompok dan
masyarakat. Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) atau pun bersifat sasaran
tidak langsung (indirect group target). ( Azwar Azrul,1993)
5. Dampak
Yang dimaksud dengan dampak adalah akibat yang ditimbulakn oleh keluaran, untuk
administrasi kesehatan, dampak yang diharapkan adalah makin meningkatnya derjat
kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan ini hanya akan dapat dicapai apabila kebutuhan dan
tuntutan perseorangan, keluarga dan kelompok dan/atau masyarakat terhadap kesehatan,
pelayanan kedokteran serta lingkungan yang sehat dapat terpenuhi. Kebutuhan dan tuntutan
ini adalh sesuatu yang terdapat pada pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan (health
consumer).
a) Kebutuhan Kesehatan
Kebutuhan kesehatan pada dasarnya bersifat objektif dan karena itu untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan ‘perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat
objektif, maka munculnya kebutuhan kesehatan sangat ditentukan oleh masalah
kesehatan nyata yang ditemukan dimasyarakat. Jika diketahui bahwa munculnya suatu
penyakit sebagaimana dikemukakan oleh  Gordon dan LE Richt 1950 sangat ditentukann
oleh faktor utama, yakni: pejamu (host), penyebab penyakit (agent) serta lingkungan
(environment), maka dalam upaya menemukan kebutuhan kesehatan, perhatian haruslah
ditujukan kepada ketiga faktor tersebut. (Azwar Azrul,1993)

b) Tuntutan Kesehatan
Berbeda halnya dengan kebutuhan, tuntutan kesehatan (health demande) pada dasarnya
bersifat subjektif oleh karena itu pemenuhan tuntutan kasehatan tersebut hanya bersifat
fakultatif, dengan perkataan ini terpenuhi atau tidaknya tuntutan kesehatan perseorangan,
keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat tidak terlalu menetukan tercapai atau
tidaknya kehendak untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena tuntutan kesehatan
bersifat subjektif, maka munculnya tuntutan kesehatan tersebut dipengariuhi oleh faktor-
faltor bersifat sujektif pula.( Azwar Azrul,1993).

Anda mungkin juga menyukai