Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORI REKAM MEDIS

2.1 Definisi Rekam Medis


Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008, medical record atau rekam
medis kesehatan adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
pasien, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.

2.2 Manfaat Rekam Medis


Dalam Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 rekam medis sangat bermanfaat
dalam berbagai aspek baik dalam pelayanan kesehatan kepada pasien maupun dalam
bidang yang lain, yaitu :
a) Dalam rangka pengobatan pasien rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan
petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan kepada pasien.
Rekam medis bermanfaat sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga
kesehatan lainnya yang ikut serta memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
b) Dasar dalam peningkatan kualitas pelayanan. Dalam hal ini, rekam medis
merupakan alat yang berguna untuk menganalisa dan mengevaluasi kualitas
program dan pelayanan kesehatan yang telah dilakukan.
c) Bidang pendidikan dan penelitian. Informasi mengenai perkembangan penyakit
pasien, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan medis yang sudah dilakukan
bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan penelitian
di bidang kedokteran, kedokteran gigi, maupun pendidikan kesehatan yang lain.
d) Pembiayaan perawatan pasien. Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan
bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan.
e) Informasi statistik kesehatan. Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan
statistik kesehatan, misalnya untuk mempelajari perkembangan kesehatan
masyarakat dan untuk menentukan prevalensi suatu penyakit dalam masyarakat.
f) Pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik. Rekam medis merupakan alat bukti
tertulis utama, sehingga bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin
dan etik. Dalam hal ini rekam medis bermanfaat untuk melindungi kepentingan
hukum bagi pasien, sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang terlibat

2.3 Isi Rekam Medis


Menurut Permenkes RI No.269/Menkes/PER/III/2008 rekam medis berisi
mengenai identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis, riwayat penyakit, hasil
pemeriksaan laboratorium, diagnosis, persetujuan tindakan medis, tindakan/pengobatan,
catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi hasil
pengobatan. Rekam medis menurut Permenkes RI no.269/ Menkes/ PER/ III/ 2008 juga
berisi ringkasan pulang (discharge summary) atau resume medis. Ringkasan pulang ini
harus dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.

2.4 Kerahasiaan Rekam Medis


Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan
riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga
kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan hanya dapat dibuka dalam hal :
a) Untuk kepentingan kesehatan pasien, misalnya apabila pasien akan berpindah
dokter, untuk konsultasi kepada dokter spesialis, atau untuk kepentingan asuransi
kesehatan;
b) Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
atas perintah pengadilan;
c) Permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri; permintaan institusi/lembaga
berdasarkan ketentuan perundang-undangan
d) Untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang tidak
menyebutkan identitas pasien.
Perlu di garis bawahi bahwa permintaan membuka rekam medis untuk tujuan diatas harus
dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
2.5 Kepemilikan Rekam Medis
Berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien. Apabila pasien meminta isi rekam medis maka
dapat diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan rekam medis dapat
diberikan, dicatat atau disalin oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas
persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien yang berhak untuk itu. Pasien dapat
menerima fotokopi dari rekam medis yang harus dibubuhi stempel, paraf dan tanggal
disetiap lembar fotokopi tersebut.

2.6 Jenis-jenis Rekam Medis


Pelayanan rekam medis memiliki berbagai bentuk, dari tingkatan yang paling
sederhana sampai pada tingkatan yang lebih canggih. Bentuk pelayanan rekam medis
meliputi :
a) Pelayanan rekam medis berbasis kertas
Rekam medis manual (paper based documents) adalah rekam medis yang berisi
lembar administrasi dan medis yang diolah, ditata dan disimpan secara manual.
b) Pelayanan rekam medis manual dan registrasi komputerisasi
Pelayanan rekam medis ini sudah berbasis komputer, tetapi masih terbatas hanya
pada pendaftaran (admission), data pasien masuk (transfer), dan data pasien
keluar termasuk yang meninggal (discharge).
c) Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) terbatas
Pelayanan rekam medis yang diolah menjadi informasi dan pengelolaannya secara
komputerisasi yang berjalan pada satu sistem secara otomatis di unit kerja
manajemen informasi kesehatan.
d) Pelayanan Sistem Informasi Terpadu
Computerized Patient Record (CPR), yang disusun dengan mengambil dokumen
langsung dari sistem image dan struktur sistem dokumen yang telah berubah.
e) Pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) dengan Rekam
Kesehatan Elektronik (EMR)
Sistem pendokumentasian telah berubah dari Electronic Medical Record (EMR)
menjadi Electronic Patient Record sampai dengan tingkat yang paling akhir dari
pengembangan Health Information System, yakni Electronic Health Record
(EHR) Rekam Kesehatan Elektronik.

2.7 Landasan Hukum Rekam Medis


Landasan hukum rekam medis sudah diatur oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 269/MENKES/PER/III/2008. Dalam peraturan tersebut dijelaskan berbagai
macam tentang rekam medis, diantaranya adalah ;
a) Ketentuan umum rekam medis.
b) Jenis dan isi rekam medis
c) Tata cara penyelenggaraan rekam medis
d) Penyimpanan, kerahasiaan, dan pemusnahan rekam medis
e) Kepemilikan, pemanfaatan dan tanggung jawab rekam medis
f) Pengorganisasian rekam medis
g) Pembinaan dan pengawasan rekam medis, dan
h) Ketentuan peralihan rekam medis.

2.8 Rekam Medis Elektronik


Rekam Medis Elektronik adalah Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan
sistem elektronik yang diperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis. Pada
dasarnya RME adalah penggunaan perangkat teknologi informasi untuk pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan serta pengaksesan data yang tersimpan pada rekam medis
pasien di rumah sakit dalam suatu sistem manajemen basis data yang menghimpun
berbagai sumber data medis. Bahkan beberapa rumah sakit modern telah menggabungkan
RME dengan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang
merupakan aplikasi induk yang tidak hanya berisi RME tetapi sudah ditambah dengan
berbagai macam fitur seperti administrasi, dokumentasi medis dan farmasi. RME juga
bermanfaat bagi tenaga kesehatan untuk mencatat, memonitor, dan mengelola pelayanan
kesehatan yang diberikan pada pasien di rumah sakit. Secara hukum data dalam RME
merupakan rekaman legal dari pelayanan yang telah diberikan pada pasien dan rumah
sakit memiliki hak untuk menyimpan data tersebut. Menjadi tidak legal, bila oknum di
rumah sakit menyalah gunakan data tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak
berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien. billing, dokumentasi keperawatan,
pelaporan dan dashboard score card. RME juga dapat diartikan sebagai lingkungan
aplikasi yang tersusun atas penyimpanan data klinis, sistem pendukung keputusan klinis,
standarisasi istilah medis, entry data terkomputerisasi.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 Tentang Rekam Medis pada tanggal 31
Agustus 2022. Peraturan ini merevisi Peraturan Menteri Kesehatan yang sebelumnya,
yaitu Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Kesehatan Republik Indonesia tentang Rekam
Medis. Berikut beberapa alasan pergantian Peraturan Menteri Kesehatan tersebut:
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 sudah tidak sesuai
lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlunya pelayanan
kesehatan, dan kebutuhan hukum masyarakat; Perkembangan teknologi digital di
masyarakat mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan. Pada intinya
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 ini berupaya
untuk menetapkan landasan hukum atau legalitas penyelenggaraan rekam medis
elektronik. Secara umum Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2022 mengatur tiga hal baru yaitu sistem elektronik rekam medis elektronik,
kegiatan penyelenggaraan rekam medis elektronik, dan pengamanan dan perlindungan
data rekam medis elektronik.
Sistem rekam medis elektronik dapat berupa: sistem elektronik yang
dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sistem elektronik yang
dikembangkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri, dan sistem elektronik yang
dikembangkan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang telah terdaftar sebagai
Penyelenggara Sistem Elektronik. (PSE) bidang kesehatan di Kementerian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia. Sistem elektronik yang digunakan untuk mengelola
rekam medis elektronik harus memiliki kompatibilitas (kemampuan satu sistem
elektronik untuk berkomunikasi dengan sistem elektronik lainnya) dan/atau
interoperabilitas (kemampuan sistem elektronik yang berbeda untuk dapat bekerja secara
terintegrasi untuk berkomunikasi atau bertukar informasi). data dengan satu atau lebih
sistem elektronik lainnya, yang menggunakan standar pertukaran data). Interoperabilitas
ini mengacu pada standar sistem elektronik yang dipertahankan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Sistem elektronik harus mengikuti variabel (elemen data
yang terdapat dalam sistem elektronik rekam medis elektronik) dan meta data (definisi,
format, dan kodifikasi) yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Akibatnya, fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rekam medis elektronik
atau Electronic System Operator (PSE) diharuskan mendaftarkan sistem elektronik yang
digunakannya ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Registrasi pasien, pendistribusian data rekam medis elektronik, pengisian
informasi klinik, pengolahan informasi rekam medis elektronik, penginputan data untuk
klaim pembiayaan, penyimpanan rekam medis elektronik, penjaminan mutu rekam medis
elektronik, dan transfer isi rekam medis elektronik termasuk dalam seluruh kegiatan
penyelenggaraan rekam medis elektronik. Data identitas pasien (minimal nomor rekam
medis, nama pasien, dan Nomor Induk Kependudukan) dan data sosial pasien
dicantumkan dalam data pasien ini (minimal terdiri dari: agama, pekerjaan, pendidikan,
dan status perkawinan). Sedangkan pendistribusian data rekam medis elektronik adalah
kegiatan pengiriman data rekam medis elektronik dari satu unit pelayanan ke unit
pelayanan lainnya di fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengisian formulir rekam medis elektronik dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
tenaga medis yang telah memberikan pelayanan kesehatan dan medik kepada pasien
(inilah yang membedakan dengan rangkaian kegiatan lainnya dalam penyelenggaraan
rekam medis elektronik, dimana dilakukan rangkaian kegiatan lainnya oleh perekam
medis dan informasi kesehatan). Informasi klinis ini disajikan dalam bentuk hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan kesehatan lainnya (termasuk
pelayanan medis) yang telah atau akan diberikan kepada pasien. Pengkodean
(pengkodean klasifikasi klinis menurut klasifikasi penyakit dan prosedur medis
internasional terkini/International Statistical Classification of Disease and Related
Health Problems) merupakan salah satu aspek dalam pengolahan informasi rekam medis
elektronik. Pelaporan (meliputi pelaporan internal fasilitas pelayanan kesehatan maupun
eksternal pelaporan fasilitas pelayanan kesehatan kepada dinas kesehatan, Kementerian
Kesehatan, dan stakeholder lainnya); Analisis (analisis data rekam medis elektronik
secara kuantitatif dan kualitatif). Sedangkan penginputan data klaim pembayaran adalah
kegiatan penginputan kode klasifikasi penyakit pada aplikasi pembiayaan berdasarkan
hasil diagnosa dan tindakan yang ditulis oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan.
Kegiatan penyimpanan data rekam medis pada media penyimpanan berbasis
digital di sarana pelayanan kesehatan dikenal dengan penyimpanan rekam medis
elektronik. Dalam kegiatan ini fasilitas pelayanan kesehatan harus memperhatikan dua
hal yaitu penyimpanan rekam medis elektronik harus menjamin keamanan, keutuhan,
kerahasiaan, dan ketersediaan data rekam medis elektronik; dan fasilitas pelayanan
kesehatan harus memiliki cadangan data (backup system). Penjaminan mutu internal
(dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan) dan penjaminan mutu eksternal sama-sama
digunakan dalam penyelenggaraan rekam medis elektronik (dilakukan oleh Pemerintah
dan dapat melibatkan pihak terkait).
Pemindahan isi rekam medis elektronik merupakan kegiatan yang melibatkan
pengiriman rekam medis dalam rangka rujukan pelayanan kesehatan perorangan ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia mengelola platform layanan untuk interoperabilitas dan integrasi data
kesehatan yang digunakan untuk mentransfer isi rekam medis elektronik.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022,
pengaturan tentang pengamanan dan perlindungan data rekam medis elektronik meliputi:
kepemilikan dan isi rekam medis elektronik; pengamanan dan perlindungan data rekam
medis elektronik (meliputi kerahasiaan isi rekam medis elektronik, pengungkapan isi
rekam medis elektronik, pemotongan hak atas isi rekam medis elektronik, dan jangka
waktu penyimpanan rekam medis elektronik). Ada dua arti kepemilikan dan isi rekam
medis elektronik. Untuk memulai, dokumen rekam medis adalah milik fasilitas pelayanan
kesehatan. Artinya, fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas dokumen rekam
medis yang hilang, rusak, dipalsukan, atau digunakan oleh orang atau organisasi yang
tidak berhak. Makna kedua adalah isi rekam medis adalah milik pasien dan dapat
disampaikan kepada keluarga terdekat pasien atau pihak lain dengan seizin pasien. Semua
pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan dan pelayanan medis di fasilitas
pelayanan kesehatan (tidak hanya tenaga kesehatan dan tenaga medis, tetapi juga
pelajar/mahasiswa yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan, kepala dinas kesehatan
yang berkaitan dengan pembiayaan pelayanan kesehatan dan pelayanan medis, dan pihak
lain yang memiliki akses terhadap data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas
pelayanan kesehatan) wajib merahasiakan isi rekam medis elektronik.
Mengenai pengungkapan isi rekam medis elektronik, ada dua pedoman yang
harus diikuti: permintaan pembukaan isi rekam medis harus dilakukan secara tertulis atau
elektronik; dan pembukaan isi rekam medis dibatasi berdasarkan kebutuhan. Pada
dasarnya, isi rekam medis elektronik hanya dapat diungkapkan dengan persetujuan
pasien. Pengungkapan isi rekam medis elektronik tanpa persetujuan pasien memerlukan
persetujuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (dengan mengajukan permohonan
melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia). Persetujuan Menteri Kesehatan RI membebaskan pengungkapan isi rekam
medis elektronik berdasarkan penetapan pengadilan. Apabila pasien dan/atau keluarga
pasien memberitahukan isi rekam medis elektronik kepada masyarakat melalui media
massa, maka pasien dianggap melepaskan hak atas isi rekam medis elektronik tersebut.
Implikasinya, hal ini memberikan kewenangan kepada fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mengungkapkan isi rahasia rekam medis elektronik sebagai hak tanggap.
Data rekam medis elektronik disimpan di fasilitas pelayanan kesehatan minimal
selama 25 tahun sejak tanggal kunjungan terakhir pasien. Kecuali data yang masih
digunakan atau dimanfaatkan, data rekam medis elektronik dapat dimusnahkan setelah
jangka waktu tersebut.
Beberapa pertimbangan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis:
1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022
mewajibkan semua fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tempat praktik
mandiri yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan dan tenaga medis) untuk
menyelenggarakan rekam medis elektronik sesuai dengan peraturan tersebut
paling lambat 31 Desember 2023. Menteri Kesehatan melalui Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan berwenang memberikan sanksi
administratif (teguran tertulis dan/atau rekomendasi pencabutan atau pencabutan
status akreditasi) terhadap pelanggaran fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Menteri Kesehatan Republik Indonesia mewajibkan seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan (termasuk tempat praktik mandiri yang diselenggarakan oleh tenaga
kesehatan dan tenaga medis) untuk menyelenggarakan rekam medis elektronik
sesuai dengan peraturan tersebut paling lambat 31 Desember 2023. Menteri
Kesehatan berwenang mengenakan sanksi administratif (teguran tertulis dan/atau
rekomendasi pencabutan atau pencabutan status akreditasi) terhadap pelanggaran
fasilitas pelayanan kesehatan melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022
merupakan “payung hukum” penyelenggaraan rekam medis elektronik. Regulasi
tersebut bersifat makro karena sifatnya sebagai “payung hukum” dan harus
dijabarkan menjadi regulasi mikro (misalnya: Standar Operasional Prosedur atau
Buku Panduan Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik). Tujuannya agar tidak
terjadi salah tafsir terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 serta mendeskripsikannya secara
komprehensif.
Rekam medis elektronik memang mempunyai banyak manfaat, tetapi
pertanyaannya, apakah penerapan nya mudah? apakah tidak ada kendala dalam proses
perpindahan dari rekam medis konvensional dan bagaimana caranya agar rekam medis
elektronik benar benar dapat membantu fasilitas layanan kesehatan dalam melakukan
pelayanan dan akhirnya dapat membantu menaikkan mutu pelayanan dari fasilitas
kesehatan tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang berkontribusi pada
keberhasilan sistem RME yang pertama adalah dukungan hardware. Faktor dukungan
hardware atau infrastruktur dengan pengadaan besar-besaran seperti laptop, komputer,
tablet untuk fasilitas sistem RME. Faktor yang kedua SDM yang mengerti teknologi
dimana SDM mau belajar hingga familiar menggunakan komputer, aplikasi RME dan
pemahaman tentang informasi teknologi (IT). Fakor yang ketiga yaitu ketelitian
penggunaan RME dimana pengguna harus teliti memasukan kanta kunci, memasukan
identitas pasien, ketelitian instruksi dokter, dan yang lainnya. Fakor yang keempat yaitu
pelatihan dan dukungan teknis. Pada tahap awal RME dikenalkan kepada para dokter
lewat komite medis dan para user seperti perawat, laborat, radiologi, gizi, farmasi,
dimana setelah dipaparkan para user memberikan evaluasi dan masukan RME,
selanjutnya dilakukan ujicoba, apakah terdapat kekurangan dan diperbaiki sampai sistem
RME sesuai dengan fasilitas kesehatan tersebut. Fakor yang kelima yaitu sumber daya
keuangan yang memadai, dimana biaya awal untuk pembuatan sistem RME atau migrasi
tidaklah sedikit. Dari mulai sarana, prasarana, pelatihan, pemeliharaan semua harus
diperhitungkan dengan matang. Fakor yang keenam yaitu partisipasi anggota organisasi,
partisipasi penggunaan RME oleh Pengguna/user yaitu kemauan kuat dari dokter senior
untuk menggunakan RME, perawat, farmasi, ahli gizi, dalam menggunakan RME
merupakan support untuk berjalannya sistem RME dengan baik. Kontribusi penggunaan
RME oleh pengguna seperti melakukan pengisian atau dokumentasi pada RME dengan
disiplin, sesuai prosedur, lengkap dan saling mengingatkan. Partisipasi yang lain
keterlibatan staf dalam modifikasi RME, seperti difarmasi untuk pengembangan
elektronik prescribing, sistem One Day Dose (ODD) dan pengembangan asuhan gizi.
Sementara kontribusi pengembangan RME oleh pengguna seperti aktif memberikan
masukan-masukan pengembangan dan perbaikan sistem RME. Fakor yang ketuju yaitu
dorongan penggunaan RME oleh pimpinan, pada awal penggunaan RME ada unsur
paksaan/wajib menggunakan RME, direktur memberikan dukungan dan melakukan
supervisi, sampai ke jajaran dibawahnya para manajer memberikan dukungan
pelaksanaan penggunaan RME sampai semua user menjadi terbiasa.
Dalam proses pergantian sesuatu tentunya kita akan selalu membandingkan manakah
yang lebih baik. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari Rekam Medis Elektronik
dibandingkan Rekam Medis Konvensional ;
1) Kelebihan
a) Tingkat kerahasiaan dan keamanan dokumen elektronik semakin tinggi dan
aman. Salah satu bentuk pengamanan yang umum adalah RME dapat
dilindungi dengan sandi sehingga hanya orang tertentu yang dapat membuka
berkas asli atas salinannya yang diberikan pada pasien, ini membuat
keamanannya lebih terjamin dibandingkan dengan rekam medik konvensional.
b) Penyalinan atau pencetakan RME juga dapat dibatasi, seperti yang telah
dilakukan pada berkas multimedia (lagu atau video) yang dilindungi hak cipta,
sehingga hanya orang tertentu yang telah ditentukan yang dapat menyalin atau
mencetaknya.
c) RME memiliki tingkat keamanan lebih tinggi dalam mencegah kehilangan
atau kerusakan dokumen elektronik, karena dokumen elektronik jauh lebih
mudah dilakukan ‘back-up’ dibandingkan dokumen konvensional.
d) RME memiliki kemampuan lebih tinggi dari hal-hal yang telah ditentukan
oleh Permenkes Nomor 269 Tahun 2008, misalnya penyimpanan rekam medik
sekurangnya 5 tahun dari tanggal pasien berobat (pasal 7), rekam medik
elektronik dapat disimpan selama puluhan tahun dalam bentuk media
penyimpanan cakram padat (CD/DVD) dengan tempat penyimpanan yang
lebih ringkas dari rekam medik konvensional yang membutuhkan banyak
tempat & perawatan khusus.
e) Kebutuhan penggunaan rekam medik untuk penelitian, pendidikan,
penghitungan statistik, dan pembayaran biaya pelayanan kesehatan lebih
mudah dilakukan dengan RME karena isi RME dapat dengan mudah
diintegrasikan dengan program atau software sistem informasi rumah sakit
atau klinik atau praktik tanpa mengabaikan aspek kerahasiaan. Hal ini tidak
mudah dilakukan dengan rekam medik konvensional.
f) RME memudahkan penelusuran dan pengiriman informasi dan membuat
penyimpanan lebih ringkas. Dengan demikian, data dapat ditampilkan dengan
cepat sesuai kebutuhan.
g) RME dapat menyimpan data dengan kapasitas yang besar, sehingga dokter
dan staf medik mengetahui rekam jejak dari kondisi pasien berupa riwayat
kesehatan sebelumnya, tekanan darah, obat yang telah diminum dan tindakan
sebelumnya sehingga tindakan lanjutan dapat dilakukan dengan tepat dan
berpotensi menghindari medical error.
h) UU ITE juga telah mengatur bahwa dokumen elektronik (termasuk RME) sah
untuk digunakan sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum.
2) Kekurangan
a) Membutuhkan investasi awal yang lebih besar daripada rekam medik kertas,
untuk perangkat keras, perangkat lunak dan biaya penunjang.
b) Waktu yang diperlukan oleh key person dan dokter untuk mempelajari sistem
dan merancang ulang alur kerja.
c) Konversi rekam medik kertas ke rekam medik elektronik membutuhkan
waktu, sumber daya, tekad dan kepemimpinan.
d) Risiko kegagalan atau malfungsi sistem Komputer.
e) Keterbatasan SDM atau pengguna.

https://law.ui.ac.id/catatan-sederhana-untuk-permenkes-no-24-tahun-2022-tentang-
rekam-medis-oleh-wahyu-andrianto-s-h-m-h/#:~:text=Peraturan%20Menteri
%20Kesehatan%20Republik%20Indonesia%20Nomor%2024%20Tahun
%202022%20merupakan,terhadap%20penyelenggaraan%20rekam%20medis
%20elektronik.

Anda mungkin juga menyukai