Anda di halaman 1dari 3

Definisi etika profesi

Anang Usman, SH., MSi

Menurut Anang Usman, SH., MSi, etika profesi adalah sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka
kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang
membutuhkannya dengan disertai refleksi yang seksama.

Siti Rahayu

Menurut Siti Rahayu (2010), pengertian etika profesi adalah kode etik untuk profesi tertentu dan
karenanya harus dimengerti selayaknya, bukan sebagai etika absolut.

Kaiser

Menurut Kaiser (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7), pengertian etika profesi adalah sikap hidup berupa
keadilan untuk memberikan pelayanan professional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban
dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap
masyarakat.

PRINSIP ETIKA PROFESI :

Terdapat beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan kode etik profesi.
Adapaun prinsip-prinsip etika profesi adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Tanggung Jawab

Setiap profesional harus bertanggungjawab terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan dan juga
terhadap hasilnya. Selain itu, profesional juga memiliki tanggungjawab terhadap dampak yang
mungkin terjadi dari profesinya bagi kehidupan orang lain atau masyarakat umum.

2. Prinsip Keadilan

Pada prinsip ini, setiap profesional dituntut untuk mengedepankan keadilan dalam menjalankan
pekerjaannya. Dalam hal ini, keadilan harus diberikan kepada siapa saja yang berhak.

3. Prinsip Otonomi

Setiap profesional memiliki wewenang dan kebebasan dalam menjalankan pekerjaan sesuai
dengan profesinya. Artinya, seorang profesional memiliki hak untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dengan mempertimbangkan kode etik profesi.
4. Prinsip Integritas Moral

Integritas moral adalah kualitas kejujuran dan prinsip moral dalam diri seseorang yang dilakukan
secara konsisten dalam menjalankan profesinya. Artinya, seorang profesional harus memiliki
komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat.

FUNGSI DAN TUJUAN ETIKA PROFESI

Menurut Undang-Undang RI No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan
sehari-hari. Mengacu pada hal tersebut, maka fungsi dan tujuan etika profesi adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Kode Etik Profesi

 Sebagai pedoman bagi semua anggota suatu profesi tentang prinsip profesionalitas yang
ditetapkan.
 Sebagai alat kontrol sosial bagi masyarakat umum terhadap suatu profesi tertentu.
 Sebagai sarana untuk mencegah campur tangan dari pihak lain di luar organisasi, terkait hubungan
etika dalam keanggotaan suatu profesi.

2. Tujuan Kode Etik Profesi

 Untuk menjungjung tinggi martabat suatu profesi.


 Untuk menjaga dan mengelola kesejahteraan anggota profesi.
 Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
 Untuk membantu meningkatakan mutu suatu profesi.
 Untuk meningkatkan pelayanan suatu profesi di atas keuntungan pribadi.
 Untuk menentukan standar baku bagi suatu profesi.
 Untuk meningkatkan kualitas organisasi menjadi lebih profesional dan terjalin dengan erat.

CONTOH ETIKA PROFESI :

. Kewajiban Dokter

 Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien.
 Memberikan rujukan bagi pasien ke dokter lain yang memiliki keahlian yang lebih baik
bila diperlukan.
 Menjaga kerahasiaan pasien, bahkan setelah pasien tersebut meninggal dunia.
 Memberikan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ada pihak lain yang
bertugas dan mampu melakukannya.
 Meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kedokteran.

2. Larangan Bagi Dokter


 Memuji kemampuan atau keahlian diri sendiri.
 Ucapan atau tindakan yang dapat melemahkan daya tahan pasien.
 Mengumumkan dan melakukan suatu teknik kedokteran yang belum diuji kebenarannya.
 Melepaskan kemandirian profesi karena pengaruh tertentu.
 Mengambil alih pasien tanpa persetujuan teman sejawat.
 Menetapkan imbalan atas jasanya secara tidak wajar.
 Melakukan diskrimininasi dalam melakukan pelayanan.
 Melakukan kolusi dengan perusahaan farmasi.
 Mengabaikan kesehatannya sendiri.
 Mengeluarkan keterangan palsu, meskipun diminta oleh pasien.
 Melakukan pelecehan seksual terhadap pasien atau orang lain.
 Membocorkan rahasian pasien kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai