Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL WAWANCARA

MINI RISET

‘‘TRADISI SADRANAN BERSIH MAKAM’’

Nama : Sinta Dewi Astuti

Nim : 211221155

Kelas : BKI / 3C

Mata kuliah : Islam Budaya Jawa

Dosen pengampu : M. Abdul Kohar, S.Kom. I.,MA

A. Waktu dan tempat kegiatan

Wawancara dengan narasumber dilakukan pada :

 Hari/Tanggal : Minggu 27 November 2022

 Waktu : 14.00 WIB

 Tempat : Ngrandu Mudal RT/03 RW/04 Kec. Boyolali, Kab.


Boyolali, Jawa Tengah

B. Laporan hasil wawancara

Narasumber : Bpk Mujimin (masyarakat yang mengikuti tradisi sadranan)


(74 tahun )

Pewawancara : Sinta Dewi Astuti

C. Hasil wawancara dengan narasumber

Sebelum melaksanakan kegiatan wawancara saya meminta izin terlebih


dahulu dan menjelaskan tujuan dilaksanaknnya wawancara tersebut. Infomasi
yang saya dapatkan ketika wawancara mengenai tradisi sadranan adalah
syimbol adanyabersih makam menjelang Ramadhan.
1. Biasanya tradisi sadranan dilaksanakan pada bulan apa dan
dilaksana dimana ?

Jawaban : Setiap menjelang Ramadan, tepatnya bulan Sya’ban,


masyarakat jawa selalu melakukan tradisi Sadranan, budaya ini sangat
dijaga selama ratusan tahun. Dalam kelender jawa Bulan Ramadan disebut
dengan Bulan Ruwah dan juga Bulan Hijriah disebut dengan Bulan Safar,
tradisi ini adalah bisa disebutkan dengan hasil Jawa dengan Islam. Kata
dari sadranan berasal dari kata ‘Sraddha’ yang bermakna keyakinan dari
masyarakat tersebut. Acara tersebut diadakan setiap 1 tahun 2 kali dan
biasanya peziarah membawa bunga yaitu bunga mawar karena
mengharapkan rahmat Allah SWT untuk ahli kubur dan jugabunga telasih
sebagai lambing adanya hubungan yang akrab antara peziarah dan arwah.
Kemudian acara tersebur dilaksanakan daerah desa Sidorejo, Mliwis,
Cepogo, dan Boyolali, tetapi yang lebih kental pelaksanaan tradisi
sadranan hanya wilayah Cepogo dan sekitarnya, menanggapi tersebut,
pemerintah daerah Cepogo menjadi festival budaya tahunan Kecamatan
Cepogo.

2. Bagaimana rangkaian acara dari tradisi sadranan?

Jawaban : Acara tersebut yaitu biasanya dengan membersihkan dari


kotoran dan rerumputan, makam-makam atau yang dinamakan besik kubur
sanak keluarga yang sudah meninggal dengan tabur bunga, kemudian
melakukan doa bersama dengan zikir tahlil agar roh-roh tenang dialam
akhirat, dan membacakan surat yasin dan doa. Kemudian tidak hanya
kirim doa saja puncaknya berupa kenduri selametan dimakam leluhur.
Masyarakat sekitar juga membawa makanan dari rumah dengan tujuan
untuk makan bersama dan disodaqohkan, makan yang dibawa berupa
makanan tradisional, seperti ayam inkung, sambel goring ati, urap sayur
dengan lauk rempah, perkedel, tempe, dan tahu bacem, dan lain
sebagainya.

3. Tujuan melaksanakan tradisi sadranan?

Jawaban : Masyarakat melakukan tradisi sadranan percaya


membersihkan makam adalah symbol dari pembersihan diri menjelang
bulan Ramadan, dan juga bentuk bukti kepada para pendahulu yang sudah
meninggal. Dan acara tradisi sadranan juga mengirim doa untuk para
leluhur. Tidak hanya itu sadranan juga mengingatkan akan kematian,
mengunjungi/ziarah merapakn bentuk sesorang akan mengingat datangnya
kematian, tujuan masyarakat yaitu untuk mempererat tali persaudaraan.

4. Bagaimana cara melestarikan tradisi sadranan dijaman milenial


seperti saat ini?

Jawaban : Acara tradisi sadranan ini sudah membudaya sejak ratusan


tahun ( sejak nenek moyang ) masyarakat sampai saat ini masih menjaga
melerstarikan budaya local indonesia yaitu sebagai upaya pelestarian
budaya karena sebagai kepercayaan adat sejak dahulu.

5. Hal unik apa saja yang ada di tradisi sadranan?

Jawaban : Ada keunikan didaerah Cepogo yaitu tradisi sadranan dimana


setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri, warga setempat melakukan ziarah
kubur dengan kirim doa, bersih-bersih makam, dan menabur benga, stelah
itu warga setempat bekunjung ke rumah-rumah, disitu juga disediakan
aneka minum dan makanan.

D. Hasil Observasi
E.
F. Nilai Islam dari Sadranan
Hasil wawancara yang dapat diterima yaitu masyarakat mampu melestarikan
warisan nenek moyang, wujud terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebagai wadah silaturahmi, perwujudan sikap rukun, perwujudan sikap
hormat, kehidupan beragama, dan perwujudan sikap keseimbangan kehidupan
social. Masyarakat mengadakan sadranan tersebut bertujuan untuk beribadah
dan menyembah hanya kepada Allah SWT, serta kirim doa masyarakat yang
telah tiada. Tujuan untuk menjaga Silaturahmi agar lebih rukun dan damai.
G. Analisis
H. Pendapat Penulis Tentang Sadranan
Dari pendapat saya terait tradisi nyadran bersih makam adalah adat budaya
jawa yang sejak ratusan tahun sudah diadakan, dan juga masyarakat sangat
antusias melestarikannya. Karena diadakan tradisi nyadran bersih makam agar
kita saling kirim doa leluhur sanak keluarga yang sudah meninggal, ada itu
simbah, atau orang tua, dan atau juga saudara, masyarakat datang untuk
membersihkan makam agar terlihat bersih.
I. Cara menyikapi

 Foto Wawancara :

 Foto Pelaksanaa :

Anda mungkin juga menyukai