Anda di halaman 1dari 12

PERADABAN ZAMAN DAMPAKNYA KEHADIRAN PATUNG GARUDA WISNU

KENCANA TERHADAP WISATAWAN DAN MASYARAKAT LOKAL

Dimas Aryo Putro (203404516001)*,Erwindi Saputra (203404516052)*, Fauzi Achmad


Riyadi (20340451608)*, Fadlur Rahman Zain (203404516039)
Prodi Pariwisata Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Nasional
Email : fachmad008@gmail.com

ABSTRAK

Pada tahun 2018 Indonesia memiliki ikon pariwisata yaitu patung Garuda Wisnu Kencana yang
terletak di Bali yang mana juga merupakan destinasi wisata paling terkenal di Indonesia,
kehadiran ikon pariwisata ini tentunya diharapkan dapat menunjang peningkatkan jumlah
wisatawan ke Bali dan Indonesia terutama untuk wisatawan mancanegara. Penelitian ini
membahas Peradaban zaman dampaknya kehadiran Patung Garuda Wisnu Kencana terhadap
wisatawan dan masyarakat lokal. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk
mengetahui tentang dampak apa saja yang dimiliki atau dicari wisatawan terhadap Patung
Garuda Wisnu Kencana. Adapun metode-metode pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan metode observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan kuisioner. Penelitian
ini bertujuan mengetahui (1) Pro dan kontra awal mula rencana pembangunan patung Garuda
Wisnu Kencana (2) Pengaruh Garuda Wisnu Kencana terhadap perekonomian masyarakat Bali
(3) Inspirasi dan proyek pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana.

Kata Kunci : Peradaban, Wisatawan dan Masyarakat

ABSTRAC

In 2018, Indonesia has a new tourism icon, namely Garuda Wisnu Kencana Statue, which
located in Bali, the most famous tourist destination in Indonesia. The presence of this tourism
icon is certainly expected to support increasing numbers of tourists to Bali and Indonesia,
especially for foreign tourists This study discusses the real-time Civilization of the presence of
the Garuda Wisnu Kencana Statue for tourists and local communities. This research is
motivated by the need to know about the impact that tourists have or are looking for on the
Garuda Wisnu Kencana Statue. The data collection methods in this study were carried out by
observation, interviews, literature studies, and questionnaires. This study aims to determine
(1) the initial pros and cons of the plan to build the Garuda Wisnu Kencana statue (2) The
influence of the Garuda Wisnu Kencana on the Balinese economy (3) Inspiration and the
Garuda Wisnu Kencana statue construction project.

Keywords : Civilization, Tourist and Society


1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan


Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum, Kementrian Dalam Negeri yang dipublikasikan oleh
Badan Pusat Statistik, Indonesia memiliki 17.504 pulau. Mulai dari Pulau Weh sampai Pulau
Liki, Kota Sabang sampai Kabupaten Marauke.

Diantara Pulau Weh sampai Pulau Liki terdapat Pulau Bali atau yang dikenal sebagai
Pulau Dewata yang merupakan salah satu pulau yang terkenal di Indonesia. Tidak hanya itu
dikenal dikalangan dunia. Buktinya Pulau Bali dinobatkan sebagai pulau kedua terbaik di dunia
menurut situs Travel and Leisure. Pengertian Pembangunan Pada dasarnya pembangunan
secara umum adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang lebih
baik berdasarkan norma norma tertentu. Mengenai pembangunan para ahli mendefinisikan
yang beragam seperti halnya perencanaan. Istilah dari pembangunan bisa saja memiliki arti
yang berbeda beda oleh satu orang dengan orang lainnya, daerah satu dengan daerah lainnya,
negara satu dengan negara lain. Namun secara umum berdasarkan hasil kesepakatan bahwa
pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi B.,
2005). Adapun beberapa pengertian lainnya menurut beberapa ahli.

Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerindah, menuju modernitas dalam
rangkan pembinaan bangsa/Nation Building (Siagian, 1994). Sedangkan menurut para ahli
lainnya memberikan 17 pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai suatu proses perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana (Ginanja
Kartasasmita,1994).
Salah satu objek wisata yang menjadi daya tarik di Pulau Bali adalah Garuda Wisnu
Kencana (GWK). GWK adalah maskot Bali, yakni patung berukuran raksasa Dewa
Wisnuyang sedang menunggangi tunggangannya, Garuda, setinggi 12 meter. GWK
mempunyai eksotika yang tidak dijumpai di tempat lain. Eksotika GWK terletak di bentuk
bangunan dan keindahan lingkungan yang menakjubkan. Selain menikmati eksotika dari
GWK, pengunjung juga bisa belajar tentang sejarah yang berkaitan tentang GWK dan budaya
masyarakat Bali. GWK juga merupakan lokasi kunjungan spiritual, tempat melaksanakan
berbagai kesempatan, bahkan dapat juga digunakan sebagai tempat santap malam di bawah
naungan bintang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengulas tentang eksotika GWK
secara rinci.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, adapun rumusan masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah :

1. Apa pro dan kontra awal mula rencana pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana?
2. Apa pengaruh Garuda Wisnu Kencana terhadap perekonomian masyarakat Bali?
3. Bagaimana inspirasi dan proyek pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pro dan kontra awal mula rencana pembangunan patung Garuda Wisnu
Kencana
2. Untuk mengetahui pengaruh Garuda Wisnu Kencana terhadap perekonomian masyarakat
Bali
3. Untuk mengetahui inspirasi dan proyek pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana

4. KAJIAN TEORI

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha


atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa
(nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan 17 pengertian yang
lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system


sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefinisiskan pembangunan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Sama halnya dengan Portes, menurut Deddy
T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
diinginkan.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat,


ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional) dan mikro.
Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan
dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah
semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

5. METODE PENELITIAN

Dalam pengumpulan data dalam jurnal ini membuat sebuah perancangan Peradaban
Zaman Dampaknya Kehadiran Patung Garuda Wisnu Kencana Terhadap Wisatawan Dan
Masyarakat Lokal, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu sebuah metode untuk
meneliti dan memahami individu maupun kelompok berdasarkan permasalahan yang terjadi
(Creswell, 2018, hlm.4). Metode pengumpulan data kualitatif yang penulis gunakan antara lain
adalah wawancara, FGD, observasi, studi eksisting, dan studi alur. Penulis juga mengumpulkan
dokumentasi keadaan lapangan dengan foto, video dan rekaman dengan narasumber terkait

6. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Masa Awal Pembangunan GWK

Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) memiliki tinggi 121m dan dibangun di atas
lahan seluas sekitar 60 hektar di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,
Bali. Faktanya tinggi GWK melebihi patung Liberty yang ada di Amerika dan proses
pembuatannya memakan waktu kurang lebih 28 tahun. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2018,
acara syukuran yang bertajuk Swadharman Ning Pertiwi tujuannya untuk merayakan
penyelesaian pembutan patung. Swadharman Ning Pertiwi memiliki arti untuk persembahan
seseorang kepada tanah kelahirannya. Perayaan dan syukuran ini merupakan peringatan
terhadap perjuanga Panjang Nyoman Nuarta sebagai pematung.

Pada awalnya I Nyoman Nuarta yang merupakan gagasan pembuatan GWK sempat
diminta oleh Menteri Pariwisata. Pos dam Telekomukasi yang saat itu dijabar oleh Joop Ave
untuk memban-gun patung yang nantinya akan dipasang di Bandara Ngurah Rai, Bali. Pada
tahun 1993 Presiden Soeharto melegalisasikan pembuatan patung GWK dan diberikan bantuan
dana untuk membangun GWK.

Pro dan Kontra Masa Pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana

Setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Soeharto, Nuarta sudah menggunakan


hasil penjual sejumlah karya seninya yang guna hasil dari penjualan karyanya dapat membeli
lahan tandus bekas lokasi penambangan kapur liar seluas puluhan hektar di Desa Ungasan.
Lahan itu berada pada ketinggian 276 meter di atas permukaan laut.
Patung Garuda Wisnu Kencana sudah dirancang sejak 1989, yakni sekitar 28 tahun
(1989-2018). Namun pada tahun 1998 terjadi krisis moneter dan lengsernya Presiden Soerharto
yang menyebabkan Patung Garuda Wisnu Kencana terhenti. Pada saat itu pembangunan baru
sampai pada tangan, kepala dewa wisnu, dan kepala garuda.

Pada tahun 2000 I Nyoman Nuarta mengadakan sebuah pameran Garuda Wisnu
Kencana Expo, pada pameran tersebut ia menunjukan kepada masyarakat 3 potongan patung
yang sudah dibuatnya sekaligus mengumumkan kepada khalayak masyarakat bahwa patung
GWK belum selesai dibuat dan terhenti sejak 2 tahun lalu terhitung saat tahun 1998. Segala
upaya I Nyoman Nuarta untuk bisa melanjutkan pembangunan GWK serta mencari investor
yang bersedia menanam di kawasan tersebut. Pada tahun 2009 setelah terhenti nya selama 9
tahun, Gubernur Bali mengizinkan pembangunan GWK dan dilanjutkan masa pembangunan
sekaligus diberikan sejumlah dana. Namun proyek tersebut terhenti Kembali selama 4 tahun
lamanya atas ditolak nya oleh DPRD.

Di tahun 2013 I Nyoman Nuarta yang memiliki 82 % saham Garuda Wisnu Kencana
Cultural Park seluas 80 hektare dijual ke perusahaan swasta yaitu PT.Alam Sutera Reality Tbk
dengan harga rendah. Namun perusahan PT.Alam Sutera Reality menunjuk perusahaan
PT.Siluet Nyoman Nuarta milik I Nyoman Nuarta sebagai yang memimpin dari proyek patung
GWK mulai dari nol dengan mengeluarkan dana 450 milyar rupiah.

Proses pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana dikerjakan di Kota Bandung tempat
kerjanya I Nyoman Nuarta. Desain patung sendiri terdiri dari 24 segmen dengan total modul
sebanyak 754. Bahan yang digunakan patung adalah logam dan kuningan, kemudian kedua
bahan ini dilapisi dengan zat asam patina.

Dalam proses pembuatannya patung dibagi menjadi 25 segmen dengan ketinggian


setiap segmen memiliki 3 meter. Modul yang sudah selesai langsung dikirim ke Kabupaten
Badung, Bali dengan menggunakan truk sekitar 250 truk yang membawa 754 modul. Pada
awalnya patung memiliki ketinggian 75 meter, namun untuk terkesan mewah dan berkelas
dibangunlah Gedung sebagai pondasi dari patung setinggi 45 meter. Gedung tersebut
digunakan sebagai ballroom sehingga tidak terbangun sia sia. Dari kesan inilah keistimewaan
Garuda Wisnu Kencana menjadi salah satu tempat favorit di Pulau Bali.

Menurut masyarakat sekitar salah satu penyebab tersendatnya pembangunan patung


GWK ialah terkait nilai spiritualitas masyarakat setempat. Yang dimana menurut masyarakat
Hindu, Dewa Wisnu seharusnya menghadap ke Utara, namun patung GWK pada saat itu malah
menghadap ke arah sebaliknya, yaitu arah selatan yang merupakan arah dari Dewa Brahma.
Selain itu, hal yang juga menjadi faktor utamanya lamanya proses pembuatan patung GWK itu
sendiri dikarenakan kurangnya pendanaan pada saat itu.

Dari sejak perancangan, membangun dan melalui tahap renovasi dalam merancang
serta segala jatuh bangunnya dalam pembuatan patung GWK dan upaya I Nyoman Nuarta yang
harus bersabar untuk mewujudkan impiannya untuk membangun GWK dengan begitu akhirnya
rampung sudah dan diresmikan oleh Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo pada tanggal 22
September 2018.

Inspirasi dan Proyek pembuatan Patung Garuda Wisnu Kencana

Ide awal pembuatan patung GWK tersebut berasal dari permintaan Dirjen Pariwisata
saat itu, Saat itu Joop Ave meminta Nuarta untuk membangun patung setinggi lima meter untuk
ditempatkan di bandara NgurahRai. Namun, Nuarta berpendapat patung setinggi lima meter
terlalu nanggung. Menurut Nuarta, Bali sebagai ikon pariwisata nasional dan penyumbang
devisa besar negara seharusnya memiliki ikon seni yang besar sehingga bisa membanggakan
Indonesia di mata dunia.

Selain itu, Nuarta pun kerap merasa miris Ketika tempat peribadahan menjadi tontonan
turis. Maka, Nuarta berinisiatif untuk membangun suatu ikon yang mengandung nilai spiritual
masyarakat Hindhu yang dikhususkan untuk pariwisata tanpa mengganggu ritual peribadahan.

Untuk mewujudkan rencana itu, Nuarta merogoh kocek hasil penjualan sejumlah
karyanya guna membeli lahan tandus bekas lokasi penambangan kapur liar seluas puluhan
hektare di Desa Ungasan. Lahan itu berada pada ketinggian 276 meter di atas permukaan laut.
Nuarta merancang patung GWK sejak tahun 1989. Dua puluh delapan tahun merancang dan
membangun Patung GWK merupakan waktu yang sangat lama.Banyaknya kendala membuat
Nuarta harus terus bersabar untuk mewujud kanimpiannya membangun GWK. Beredar kabar
salah satu penyebab tersendatnya pembangunan patung GWK ini terkait dengan nilai
spiritualitas masyarakat setempat. Menurut masyarakat Hindu, Dewa Wisnu seharusnya
menghadap ke utara. Namun, patung Garuda Wisnu Kencana malah menghadap kearah
sebaliknya, yaitu arah selatan yang merupakan arah dariDewa Brahma. Selain itu, kurangnya
pendanaan menjadi factor utama lamanya proses pembangunan patung GWK. Restu
membangun GWK telah dikantongi Nuarta dari Presiden Soeharto pada tahun 1993.Lalu, padat
ahun 1997, Nuarta meletakan batu pertama sebagai penanda awal dibangunnya patung GWK.

Namun, krisis moneter dan pergolakan yang terjadi pada 1998 membuat impiannya
membangun patung GWK harus terhenti.Bertahun-tahun, mega proyek tersebut harus
mangkrak.Berbagai upaya terus dilakukan untuk tetap membangun patung GWK. Pada tahun
2000, Nuarta membawa potongan patung yang belum jadi di acara Expo GWK. Namun, tak
membuahkan hasi ljuga. Dia bahkan sempat menawarkan untuk menghibahkan asetnya seluas
80 hektare tersebut kepada negara senilai Rp1,2triliun. Dia menghadap Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono untuk memrosesnya. Sangat disayangkan, pergantian presiden harus
menghentikan langkahnya untuk menempuh jalu ini.

Barulah pada tahun 2013, Nuarta menjual 82% aset GWK kepada PT. Alam Sutera
dengan harga yang murah. Bukan berarti diamerugi, tapi dari situlah Nuarta justru bisa
meneruskan impiannya membangunpatung GWK. PT. Alam Sutera memang membeli murah,
tapi juga membantu pendanaan pembangunan Garuda Wisnu Kencana diharapkan
mampu menjadi obyek wisata yang dapat menarik minat turis mancanegara untuk dating ke
Indonesia. Patung ini juga akan digunakan sebagai patung penyambutan wisatawan yang
berkunjung ke Pulau Bali karena akan terlihat sangat jelas dan mengagumkan dari pesawat
Ketika memasuki Pulau Bali. Selain itu, patung ini diproyeksikan untuk mengikat tataruang
dengan jarak pandang sampa idengan 20 km sehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa
Dua, hingga Tanah Lot I Nyoman Nuarta menyebutkan bahwa pesan moral dari pembuatan
patung GWK yaitu untuk setiap manusia, khususnya masyarakat Indonesia, agar mempunyai
misi penyelamatan lingkungan, dan bisa menjaga alam.

Ekonomi Pariwisata Patung Garuda Wisnu Kencana

Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat daerah sebenarnya bersifat paradoks. Pada


satu pihak, pariwisata dapat menggairahkan perkembangan kebudayaan asli, bahkan dapat juga
menghidupkan kembali unsure kebudayaan yang hampir dilupakan. Pada lain pihak, pariwisata
tadi mengubah motivasi berbagai unsure kebudayaan, seperti ritual yang tadinya
dipersembahkan karena motivasi tradisi, menjadi motivasi yang bersifat komersil.
Berbicara mengenai aspek penawaran pariwisata itu sendiri tentunya sangat bergantung
pula pada penciptaan kesempatan kerja. Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah mereka yang
memiliki keterampilan teknis dan manajerial know-how. Maksudnya adalah, mereka dapat
mengetahui seluk-beluk mengenai dunia pariwisata, bukan orang yang awam dan tentunya
professional. Maka jelaslah pula, bahwa sifat pendidikan dan latihan yang diperlukan haruslah
berdasarkan spesialisasi dan bukannya melebar. Penulis sangat menekankan bahwa tenaga
kerja memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mengembangkan industry pariwisata
Indonesia. Selain tenaga kerja yang memadai, infrastruktur atau prasarana juga berperan
penting dalam menciptakan industry pariwisata yang menguntungkan. Oleh sebab itu, statistic
kepariwisataan, yang banyak dicantumkan oleh penulis, sangat diperlukan guna memantau
peningkatan industry pariwisata di Indonesia. Dengan mengetahui informasi statistic tersebut
pemerintah dapat mengarahkan perkembangan sector untuk kepentingan rakyat seoptimal
mungkin.

Pariwisata menyangkut kepentingan segala lapisan masyarakat, baik langsung maupun


tidak langsung. Pariwisata tidak boleh dianggap hanya sebagai urusan dari satu instansi
pemerintah saja. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus mencakup masalah-
masalah infrastruktur sarana dan fasilitas, social kebudayaan, lingkungan, dan sktor-sektor
lainnya. Dalam hubungan ini, pariwisata harus ditangani oleh pemerintah sebagai suatu
kesatuan yang utuh dan terpadu

Menurut Spillane, industry pariwisata pada akhirnya membawa keuntungan dan


kerugian sendiri. Di satu pihak, memang benar bahwa sektor pariwisata selalu menghasilkan
pendapatan yang besar dari negara. Namun, di sisi lain, tak hanya satu kerugian yang
didapatkan oleh pemerintah. Paling tidak ada dua kerugian, yaitu yang berasal dari sektor
kultural dan prekonomian. Spillane mejelaskan bahwa kerugian pada sektor perekonomian
terjadi apabila tidak adanya koordinasi antar stake-holder dalam menjalankan industry.
Kesimpulan

Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) memiliki tinggi 121m dan dibangun di atas

lahan seluas sekitar 60 hektar di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,

Bali. Faktanya tinggi GWK melebihi patung Liberty yang ada di Amerika dan proses

pembuatannya memakan waktu kurang lebih 28 tahun. Tepat pada tanggal 4 Agustus 2018.

Ide awal pembuatan patung GWK tersebut berasal dari permintaan Dirjen Pariwisata

saat itu, Saat itu Joop Ave meminta Nuarta untuk membangun patung setinggi lima meter untuk

ditempatkan di bandara NgurahRai. Namun, Nuarta berpendapat patung setinggi lima meter

terlalu nanggung. Menurut Nuarta, Bali sebagai ikon pariwisata nasional dan penyumbang

devisa besar negara seharusnya memiliki ikon seni yang besar sehingga bisa membanggakan

Indonesia di mata dunia.


Daftar Pustaka

Dharma, Fajar Mulya. 2019. Pengaruh Pembangunan Wisata Garuda Wisnu Kencana Terhadap
Ekonomi di Indonesia.

Aldi, Raihan, dan Reni Ayu Noviani. 2020. Mengapresiasi Karya Seni Rupa Patung Garuda
Wisnu Kencana.

Mybalitrips, 2022. I Nyoman Nuarta : Sosok dibalik mahakarya Garuda Wisnu Kencana
(GWK). https://mybalitrips.com/id/blog/gwk/ pada tahun 2022.

Rahmadianto, Sadam. 2015. Apresiasi Seni Rupa.


http://sadamrahmadian.blogspot.com/2015/10/makalah-apresiasi-seni-rupa.html pada 29 Juli
2015

Kunjana, Gora. 2019. Sejarah Panjang Pembangunan GWK.


https://investor.id/archive/sejarah-panjang-pembangunan-gwk. Pada 13 Januari 2019.

Sukarelawanto, Ema. 2017. Ini Alasan Nyoman Nuarta Membuat Patung GWK.
https://kabar24.bisnis.com/read/20171026/78/703159/ini-alasan-nyoman-nuarta-membuat-
patung-gwk . Pada 26 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai