Anda di halaman 1dari 20

INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR

Filed under: PENDIDIKAN Tinggalkan komentar


November 5, 2011

EVALUASI HASIL BELAJAR


A. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan
nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek
(Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3).
Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum
dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,
keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen.
Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang
berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses
pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang
dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar
adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap,
minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut
dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di
sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang
telah dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh
pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian
evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan,
dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang
dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan
ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan
penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan
pembelajaran secara kualitatif.

Evaluasi hasil belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes
dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu
yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-
test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar secara klasik
tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang
peserta didik.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik
kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan
perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang
telah meluluskan. Tes, pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan,
diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum
dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
1. Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini
kompetensi diartikan sebagai:
1) Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
2) Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan perilaku.
3) Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif,
psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung
sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
a. Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap
siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata pelajaran. Kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif, psikomotorik, dan afektif.
b. Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan
keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang
harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan
kompetensi oleh siswa.
c. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi
judgeman dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau uraian,
sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes objektif dapat
berbentuk jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai
variasi: bisaa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes
uraian yang juga disebut dengan tes subjektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas,
dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau non-tes, guru harus mengacu
pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non-tes agar instrumen
yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang
baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
d. Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan
instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang
sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelaksanaan
pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud
guru dan siswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
e. Analisis dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul.
Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan
kompetensi, sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil
belajar siswa. Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan
penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas
dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau
informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring guru harus
mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang
digunakan.
f. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai
rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran
yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindaklanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan
keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran
menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan,
proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
ANALISIS INSTRUMEN
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur
hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup: tes uraian
(uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan, benar salah,
unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik
penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar
tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam
menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator
dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku,
kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk
mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil
penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya,
seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen yang digunakan menilai
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:

Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang
dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya
diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji
validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat
dihitung dengan uji reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.

3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari
si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak
bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut
masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus).
Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau
dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang
dievaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat
praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang dianggap
mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci
jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal
tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi
usaha memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi
indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan dengan proporsi.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara
audiens yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Indeks Diskriminasi.

JENIS INSTRUMEN PEMBELAJARAN


Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak
didik. Instumen evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang
lebih lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
A. Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil Belajar
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas,
uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni
bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek
atau melengkapi.
1. Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil belajar
yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab
dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan,
dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata
dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif.
Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai
dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan
para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil
belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Adanya gejala menurunnya hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang
salahsatu diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
Lemahnya para mahasiswa dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes
objektif yang berlebihan.
Kurangnya daya analisis para mahasiswa karena terbisaa dengan tes objektif yang
memungkinkan mereka main tebak jawaban manakalah mereka menghadapi kesulitan dalam
menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan tes uraian di perguruan tinggi akhi -akhir ini
dengan harapan dapat meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Harus
diakui bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama
dalam hal meningkatkan kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal ini karena melalui tes
para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis -intesis-
evaluasi, baik secara lisan maupun secara tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah:
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi;
b. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun tulisan, dengan bail dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni berfikir logis, analitis dan
sistematis;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berfikir siswa.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan
yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat pertanyaan, maupun
dalam cara memeriksanya.
c. Tes ini bisaanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaannya
memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.

Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu uraian bebas, uraian terbatas dan uraian
berstruktur.
1. Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.
Hal ini disebabkan oleh isi pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya,
pertanyaan bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas
dan intensitas.
b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak
satupun jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau
dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan
kriteria penilaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2. Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah
diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi:
a. ruang lingkupnya,
b. sudut pandang menjawabnya,
c. indikator indikatornya.
3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal
berstruktur merupakan serangkaian soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas
memberikan jawaban.
2. Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan
langsung dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
b. Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar-salah addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana
sebagian dari pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini
dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam
satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah
kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih
banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang betul
dengan hanya menebak.
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat. Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
Stem : pertanyaan/pernyataan yang berisi masalah yang akan dinyatakan.
Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban.
Kunci : jawaban yang benar atau paling tepat.
Distractor : jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.

NON-TES SEBAGAI ALAT PENILAIAN HASIL DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR


Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai olah alat-alat
non-tes atau bukan tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non tes:
1. Wawancara dan Kuisioner
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa
dengan melakukan Tanya jawab sepihak. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung
dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara
dapat direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara, data bisa
diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan
dijelaskan lagi, begitupun dengan jawaban yang belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni
wawancara terstruktur dan wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan
jawaban telah disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan sehingga siswa bebas
mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih padat dan lengkap sekalipun
kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab jawabannya bisa beraneka ragam.
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara.
a. Tahap awal wawancara di mana bertujuan untuk mengondisikan situasi seperti suasana
keakraban.
b. Penggunaan pertanyaan dimana pertanyan diajukan secara bertahap dan sistematis
berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
c. Pencataan hasil wawancara di mana dicatat saat itu juga supaya tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara,dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Tentukan aspek-aspek yang akan di ungkap dari wawancara tersebut.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan.

b. Kuisioner
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis
mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan
kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya.
Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam
yang memungkinkan siswa berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di
bagikan kepada siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam
kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data
interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria
tertentu.
2. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu titik yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai
rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk huruf atau angka.
Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah kriteria skala nilai, yakni penjelasan
operasional untuk setiap alternatif jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan mempermudah
pemberian penilaian. Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses,
misalnya proses mengajar pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti
keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah. Skala penilaian dalam
pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua orang penilai atau lebih dalam menilai subjek yang
sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian yang objektif mengenai perilaku subjek yang
dinilai.
b. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya
dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang dating kepada dirinya.
Ada tiga komponen sikap yakni:
1. Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek atau stimulus yang
dihadapinya.
2. Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut.
3. Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah
pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu,
pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan
negatif. Salah satu skala yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-
pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan
sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang
diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang
jelas, skor untuk pernyataan positif atau negatif adalah kebalikannya.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni:
1. Observasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang
terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2. Observasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat
seperti mikroskop utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3. Observasi partisipasi, adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus
melibatkan diri atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati, sehingga pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri
seperti inddividu yang sedang diamatinya.
Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada
saat siswa melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan
perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap
siswa.
4. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang
mengalami kasus tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak
bisa bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain lain. Kasus
tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Mendalam
artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari
berbagai aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan yang utama dalam studi kasus adalah
mengapa individu melalukan apa yang dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam
kondisi dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti
orang tua, teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah bahwa
subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun, kelemahannya sesuai dengan
sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu
yang bersangkutan, dan belum tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang
lain.

KESIMPULAN

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan
susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.Evaluasi pendidikan merupakan proses yang
sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma
tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan apakah siswa mengalami kemajuan
yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Dalam evaluasi
pembelajaran terdapat dua bagian penting yaitu sasaran evaluasi dan tahapan evaluasi.
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi serta tindak lanjut.
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan,
benar salah, unjuk kerja (performance test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup:
wawancara, angket, dan pengamatan (observasi).
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara
lain:Validitas, Reliabilitas, Objectivitas, Pratikabilitas, Ekomonis, Taraf Kesukaran, dan
daya pembeda.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
INSTRUMEN OBSERVASI KELAS

Nama Guru : . Mata Pelajaran


: . Tanggal : .
Sekolah : . Alamat
: .

I. Persiapan

ASPEK YANG DIAMATI

SKOR

KET

01

02

03

04

05

1. Program tahunan. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan pembagian alokasi
waktu selama satu tahun pelajaran sesuai dengan minggu efektif belajar.

2. Program semester. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, pembagian alokasi


waktu, dan rincian penyajian pada minggu-minggu tertentu selama satu semester sesuai dengan
minggu efektif belajar.

3. Silabus. memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi Pembelajaran, Indikator,


Penilaian, Alokasi waktu, dan Sumber belajar.
4. KKM untuk KD yang dibahas. Kriteria Ketuntasan Minimum untuk Kompetensi Dasar yang
sedang dibahas > 75 dan sesuai dengan aturan perhitungan criteria tersebut, dan ditulis pada
kolom keterangan nilai KKMnya.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Memuat tujuan dan kegiatan pembelajaran yang


sistematis dan logis, serta melibatkan siswa secara aktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran/indikator/KD,materi pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

6. Buku nilai. berisi nilai-nilai siswa untuk semua penilaian yang telah dilaksanakan, baik untuk
pengetahuan, praktik, maupun sikap.

II. Kegiatan Pembelajaran

ASPEK YANG DIAMATI


SKOR

KET

01
02
03
04
05

A. Pendahuluan

1. Kesiapan alat bantu dan media pembelajaran (Sumber Belajar)

Menyiapkan sumber belajar yang diperlukan secara lengkap

2. Motivasi

a. Mengawali pelajaran dengan ceria


b. Menunjukkan kegunaan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dibahas dalam kehidupan sehari-
hari atau hubungannya dengan mata pelajaran yang lain,

c. Memberi permasalahan yang menantang sehingga membangkitkan keinginan siswa untuk


memecahkannya

3. Apersepsi.

Mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran yang lalu yang berhubungan dengan materi
yang akan dibahas.

4. Kejelasan Kompetensi Dasar/ Indikator.

Menyampaikan baik lisan maupun tertulis KD/Indikator yang harus dikuasai siswa setelah
selesai pembelajaran.

5. Kesiapan bahan ajar (Sumber Belajar.

Menyiapkan bahan ajar, baik berupa buku teks, modul, kaset/cd pembelajaran, dsb.

B. Kegiatan Pokok

1. Penguasaan Materi

a. Mantap, percaya diri, dan tidak ragu-ragu dalam menyajikan pembelajaran.

b. Pertanyaan-pertanyaan siswa dijawab dengan tepat.

c. Kebenaran konsep-konsep yang disampaikan.

2. Pengelolaan kelas.

a. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi dengan guru

b. Terdapat kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi antar teman


c. Terdapat kemudahan bagi siswa bahan ajar, dan alat-alat pembelajaran ( Sumber Belajar)

3. Pengelolaan waktu.

a. Menggunakan waktu sesuai alokasi yang disediakan.

b. Waktu yang tersedia lebih banyak digunakan untuk kegiatan siswa dibandingkan dengan
kegiatan guru

4. Metode/pendekatan Pembelajaran

a. Menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa

b. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan secara tertib dan sistematis

c. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi.

5. Penggunaan alat bantu/ media pembelajaran

Terampil, efektif, dan efisien dalam menggunakan alat bantu/ media pembelajaran (Sumber
Belajar) yang telah disiapkan

6. Peran guru sebagai fasilitator

a. Memberi kesempatan/ memfasilitasi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya
pencapaian indikator/kompetensi dasar.

b. Selalu siap membantu siswa bila diperlukan.

7. Teknik bertanya.

a. Mengajukan pertanyaan kepada semua siswa,

b. memberi waktu tunggu bagi siswa untuk berpikir

c. Menghindari jawaban serentak dengan menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab
d. Dalam menanggapi pertanyaan/ jawaban siswa, sikap guru menunjukkan sabar mendengarkan
sampai selesai (tidak memotong pertanyaan/ jawaban siswa),

e. Tidak mencemooh siswa walaupun pertanyaan/jawaban siswa kurang tepat, dan tidak
langsung menyalahkan pendapat siswa

f. Memberi penghargaan pada pertanyaan yang berbobot/ jawaban yang tepat

8. Penggunaan papan tulis

a. Menuliskan hal-hal yang segera dihapus, dan yang tidak dihapus sampai akhir pembelajaran,

b. Menulis pokok-pokok penting saja

c. Teknik menulis tidak membelakangi siswa.

9. Interaksi guru peserta didik

Hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati

10. Interaksi antar peserta didik

Hubungan antar siswa dalam pembelajaran tampak akrab dan saling menghormati

11. Aktivitas peserta didik

Seluruh siswa aktif melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran

12. Sikap dan minat peserta didik dalam


Pembelajaran

a. Jumlah siswa yang hadir > 95 %

b. Sebagian besar ( > 75%) siswa membawa buku pelajaran yang relevan.

c. Sebagian besar (>75%) siswa tampak mencatat


13. Pencapaian KD/ Indikator

Pertanyaan-pertanyaan guru yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran/indikator/KD, baik


yang disampaikan selama pembelajaran maupun di akhir pembelajaran, sebagian besar ( > 75%)
dapat dijawab oleh siswa dengan baik.

C. Penutup

1. Rangkuman

Siswa membuat rangkuman dibimbing oleh guru

Total

Malang,
Observer

Anda mungkin juga menyukai