Dosen Pengampu:
Dr. Hj. ROFIATUL HOSNA, M.Pd.
ACHMAD HABIBI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2022
1
PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI
Pengukuran merupakan suatu prosedur penetapan angka atau simbol terhadap suatu objek atau kegiatan
maupun kejadian sesuai dengan aturan. Dari beberapa pendapat ahli disimpulkan bahwa
pengukuran merupakan suatu proses membandingkan antara atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya.
Tiga (3) konsep yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran, yaitu:
1. Angka atau simbol yang dapat diolah secara statistik atau dimanipulasi secara sistematis, seperti 1,2,3
dan seterusnya.
2. Penerapan, Penerapan Ini berarti bahwa angka atau simbol itu diterapkan terhadap objek atau kejadian
tertentu yang dimaksudkan.
3. Aturan, aturan ini dimaksudkan sebagai patokan tentang benar/tidaknya tindakan yang dilakukan atau
sesuatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang.
Hasil pengukuran akan ditentukan oleh kecanggihan alat ukur instrument yang dipakai, pengadminsitrasian,
yang tepat serta pengolahan data menurut pola yang sebenarnya berdasarkan patokan yang disepakati. Hasil
pengukuran itu berupa angka atau simbol lain yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Ada tiga langkah yang perlu dilalui dalam melaksanakan pengukuran
a) Mengidentfikasi dan merumuskan atribut atau kualitas yang diukur
b) Menentukan seperangkat operasi yang dapat digunakan untuk mengukur atribut tersebut.
c) Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untk menterjemahkan hasil pengukuran dalam
pernyataan kuantitatif.
Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran dalam Pendidikan adalah
kegiatan mengumpulkan data yang berkenaan dengan pelayanan pendidikan terhadap sasaran-sasaran
tertentu di mana data tersebut berbentuk angka
Penilaian (Assessment)
1. Definisi
Assessment (penilaian) dapat diartikan sebagai prosedur pengumpulan informasi yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam bidang pendidikan, program, mutu, input, dan proses
pendidikan, serta penguasaan peserta didik terhadap semua hal yang dibelajarkan
kepadanya. Assessment dapat dilakukan terhadap objek, kejadian atau peristiwa pendidikan, kualitas dan
kuantitas peserta didik, guru, kepala sekolah dan kelompok fungsional lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa assesment (penilaian) dalam pendidikan yaitu suatu proses pengumpulan
informasi yang berkaitan terhadap pelayanan pendidikan sehingga informasi atau data tersebut dapat
2
digunakan dalam pengambilan keputusan kebijakan pelayanan yang diberikan, mutu pelayanan serta mutu
program yang akan diberikan. Dengan kata lain penilaian dalam pendidikan merupakan lanjutan dari proses
pengukuran. Data-data kuantitatif yang diperoleh dari proses pengukuran dilakukan analisa namun belum
sampai pada tahap penafsiran dan pengambilan keputusan.
Evaluasi
Defenisi
evaluasi sebagai pemberian arti terhadap informasi yang didapat melalui pengukuran atau melalui cara lain
untuk menentukan atau mengambil keputusan tentang sesuatu sesuai dengan informasi yang diperoleh itu.
Sehingga dapat dikatakan pula bahwa evaluasi merupakan usaha membandingkan hasil pengukuran dan atau
cara-cara lainnya dengan patokan sehingga melahirkan keputusan.
Fungsi evaluasi
a. Perbaikan
b. Pengendalian proses dan mutu pendidikan
c. Memberikan berbagai keputusan yang tepat kepada peserta didik
d. Akuntabilitas publik, maksudnya adalah untuk membina dan mengembangkan individu (peserta
didik) seoptimal mungkin melalui pendidikan sesuai harkat dan martabanya sebagai manusia.
e. Memberikan regulasi administratif.
Dalam hal ini yang dijadikan ojek dan sasaran asesmen yaitu:
a. Bagaimana programnya,
b. Siswa ataupun peserta didik,
c. Pamong belajar,
d. Bagaimana pelaksanaan programnya,
e. Fasilitas dalam belajar,
f. Lingkunga belajar,
g. Faktor penghambat dan penunjang,
h. Bagaimana administrasi programnya, dan
i. Bagaimana dampak program tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal pada setiap komponen tersebut, maka diharuskan atau dianjurkan
untuk diperinci lagi sesuai dengan perencanaan program yang sudah di setujui sebelumnya
Untuk mampu mewujudkan tujuan pendidikan dengan optimal, keseluruhan unsur pendidikan harus
difungsikan sedemikian rupa sesuai bagiannya dan disinergikan satu sama lain.1 Jika dijabarkan lebih lanjut,
unsur-unsur pendidikan di atas adalah sebagai berikut: 1. Input Salah satu komponen dalam sistem
pendidikan adalah input atau masukan, yang terdiri dari segala sesuatu yang harus ada dan tersedia untuk
memastikan kegiatan pendidikan dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Menurut Yusuf, input
4
ini sendiri dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian di antaranya: 2 a. Raw input yang didalamnya terdiri
dari peserta didik. b. Instrumental input atau alat yang menjadikan terlaksananya kegiatan pendidikan
meliputi Pendidik, tenaga kependidikan, tujuan pendidikan, kurikulum yang digunakan, materi yang akan
disampaikan, metode, serta sarana dan prasarana pendukung. c. Environtmental input atau input lingkungan
seperti halnya situasi dan kondisi lingkungan pendidikan, keadaan sosial, ekonomi, budaya serta keamanan.
Reliabelitas
) reliabilitas adalah ketepatan pengukuran, tetapi tentang konsistensi dan ketelitian dalam mengukur apa yang
harusnya diukur. Sedangkan menurut Wrigtstone (dalam A. Muri Yusuf 2011:78) mengemukakan bahwa
“reliability is commonly defined asa an estimate of degree of consistence, constancy among repeated
measurements of individuals with the same instrument”. Reliabilitas atau keterandalan suatu instrumen
sebagai alat ukur dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kebenaran suatu alat ukur tersebut cocok
digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur sesuatu.
5
Reliabilitas instrumen merupakan syarat untuk menguji validitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen
perlu dilakukan adalah:
1. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaanya pengukuran
terhadap kelompok subjektif yang sama diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama.
2. Reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil
yang sama meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek data dalam kondisi yang sama.
3. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat sejauhmana konsistensi skor terhadap suatu instrumen. Suatu
intrumen yang baik harus valid dan reliable namun perlu dicermati dengan baik pernyataan berikut :
suatu yang valid atau sahih adalah reliable, tetapi sesuatu intrumen yang reliable belum tentu valid.
Reliabilitasi suatu intrumen menunjuk pada ketetapan, konsistensi, atau stabilitas intrumen atau suatu
pengukuran yang dilakukan, Pada bulan September 1986 seorang pendidik mengemukakan intrumen
intelegensi pada peserta didik setelah diskor ternyata A =130. B = 120, sebulan kemudian peserta
didik yang sama diukur lagi dengan intrumen intelegnsi yang digunakan pada bulan September 1986
itu ternyatanya sebagai berikut : A= 132, B=121. Perbedaan intelegensi pada periode pertama dan
kedua setelah diuji secara statistic ternyata tidak berbeda secara berarti atau skor mereka mempunyai
korelasi yang tinggi, maka dikatakan intrumen itu mempunyai realibilitas yang tinggi
Objektif
objektif suatu alat ukur menunjuk kepada kesamaan skor atau diagnosis yang diperoleh dari data yang sama
apabila dilakukan oleh penskor/penilai dengan kualitas yang sama. Penskor hendaknya menilai/menskor apa-
adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia. Seandainya
suatu instrumen diadministrasikan pada seorang anak, dan kemudian diperiksa oleh dua orang pemeriksa,
maka anak tersebut tidak akan berbeda secara berarti. Suatu instrumen diadministrasikan secara objektif,
apabila instrumen itu diberikan sesuai dengan manual atau patokan pengadministrasian yang telah
disediakan. Pada suatu tes yang objektif, pengambil tes (testi) seharusnya memperoleh skor yang sama dari
pemberi skor (skorer dan/tester) yang berbeda. Dengan demikian, yang objektif itu adalah penilainya. Sebuah
tes dikatakan bersifat objektif apabila dalam pelaksanaan, penilaian dan pengartian nilainya tidak tergantung
pada penilaian subjektif dari satu pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut.
Praktis
Ciri-ciri tes yang memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut:
6
1. Biaya yang digunakan tidak terlalu tinggi Faktor biaya merupakan faktor yang tampaknya tidak
penting tetapi perlu diperhatikan. Testing adalah sesuatu yang tidak mahal, namun kalau digunakan
dengan cara yang tidak tepat akan mempengaruhi pelaksanaan tes itu. Sehubungan dengan itu akan
lebih baik bila dirancang suatu tes yang dapat dipakai secara berulang-ulang sehingga akan
menimbulkan penghematan dalam biaya.
2. Mudah diadministrasikan
a. Alat ukur itu mudah diberikan kepada mahasiswa, dengan petunjuk yang jelas bagaimana cara
mengerjakannya dan mudah dimengerti, sehingga dosen tidak perlu lagi memberikan
penjelasan-penjelasan.
b. Alat ukur itu mudah dilaksanakan dan waktu yang disediakan cukup dibandingkan dengan
tingkat kesukaran alat ukur itu.
c. Mudah dikumpulkan kembali setelah waktu yang tersedia untuk mengerjakan habis.
3. Mudah diskor
a. Ada standar yang dapat digunakan sehingga hasilnya lebih homogen
b. Siapa saja yang memeriksa kertas jawaban ujian dalam waktu yang berlainan, hasil/skornya
tidak akan berubah
c. Waktu yang digunakan untuk memeriksa hasil ujian itu tidak terlalu lama.
d. Pemeriksa hasil ujian itu tidak perlu orang yang ahli betul dalam bidang yang di tes itu.
4. Mudah diinterpretasikan Skor yang didapat sebagai hasil dari pengukuran belum mempunyai arti
kalau skor itu tidak diterjemahkan atau diinterpretasikan.
5. Waktu yang tepat dan tidak terlalu lama Tes yang pengerjaannya memakan waktu terlalu lama akan
membosankan dan sebaliknya tes yang terlalu cepat juga merugikan, walaupun tes itu mungkin
power test atau speed test.
Norma
Norma adalah mengemukakan bahwa untuk mendapatkan informasi dan pengambilan keputusan yang tepat,
maka alat ukur yang baik haruslah mempunyai norma sebagai patokan, sehingga memberikan kesimpulan
yang tepat. Norma alat ukur ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Anne Anastasi (1998:36) menjelaskan
bahwa skor-skor pada tes psikologis paling umum diinterpretasikan dengan acuan pada norma-norma yang
menggambarkan kinerja tes dari sampel standardisasi. Dengan demikian, norma-norma secara empiris
ditetapkan dengan menentukan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok
representatif itu.
7
INSTRUMEN ASESMEN YANG BAIK
Dalam melaksanakan penilaian dalam pendidikan tidak sekedar proses dan hasil belajar saja, namun
mencangkup hal yang lebih luas yaitu input/komponen, proses, produk dan program pendidikan, oleh
karena itu diperlukannya intrumen penilaian yang berkaitan dengan aspek yang akan dinilai dan
tujuan dari aspek penilaian tersebut. Instrumen dalam dunia pendidikan dapat digunakan . untuk
mengukur prestasi belajar siswa, sesuatu hal yang berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
hasil belajar, mengukur tingkat keberhasilan hasil belajar mengajar dan keberhasilan pencapaian
program tertentu
Tes
Jenis tes dan kegunaannya
Berikut ini dijelaskan mengenai beberapa jenis tes dan kegunaanya;
Tes Penempatan, Tes ini dilaksanakan untuk menempatkan siswa sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki pada masin-masing individu. Sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan dapat diterima dengan baik dan efektif oleh peserta didik. misalnya, Tes
bakat, Tes kecerdasan dan Tes minat.
Tes diagnostic, Tes ini berguna untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa,
mencari solusi dari kesulitan tersebut. Tes diagnostik dan penempatan ini sangat erat
kaitannya dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran di sekolah.
Tes Formatif, Merupakan jenis tes yang berkaitan dengan mendapat umpan balik
digunakan untuk proses perbaikan dalam pembelajaran di kelas.
Tes Sumatif, Tes ini berfungsi untuk; a) Menentukan rangking siswa, b) sebagai bahan
penentuan bisa atau tidaknya siswa melanjutkan pada pembelajaran yang lebih tinggi,
c) Mengetahui tingkat perkembangan belajar siswa yang akan diiformasikan kepada
pihak lain seperti kepala sekolah, orangtua, masyarakat dan lain sebagainya.
dilaksanakan pada akhir semester.
8
Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif, Tes yang dilakukan dengan cara pemeriksaan yang sama
kepada semua siswa. bentuk tes yang memiliki jawaban relatif pendek. jawaban menggunakan
butir-butir soal dan cara menjawabnya dengan memilih. Tes ini terdiri dari beberapa macam
yaitu seperti bentuk melengkapi, pilihan ganda, menjodohkan, bentuk pilihan benar salah
Penilaian pada aspek pengetahuan (kognitif) dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
diskusi, Tanya jawab dan juga pecakapan. taknik ini merupakan bentuk dari penilaian autentik.
Pada kegiatan diskusi guru dapat mengambil penilaian dengan melihat gagasan, pendapat
dan juga argument yang disampaikan oleh siswa. Ketepatan dalam menjawab, kebenaran dari
data yang disampaikan, waktu yang digunakan, keaktifan siswa dalam bertanya. Dapat
menilai dari Penggunaan bahasa yang benar sesuai dengan EYD yang siswa gumakan
dalam menyampaikan argumen-argumen mereka, penggunaan bahasa dan kalimat yang baik
oleh siswa menunjukkan bahwa pengetahuan mereka terhadap tata bahasa sesuai dengan
kamus bahasa Indonesia yang baik dan juga mampu mengaplikasikannya pengetahuan tersebut
(Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014)
Non Tes
Kegiatan penilaian non tes dilaksanakan untuk mengetahui karakteristik, sifat dan juga
kepribadian yang dimiliki oleh siswa. dengan cara: Pengamatan, adalah sebuah penilaian
oleh guru berdasarkan pengamatan yang dilakuka kepada para siswa. Skala sikap, suatu
penilaian yang dilakukan untuk mengukur sikap siswa melalui tes tertulis dimaa didalamnya
banyak dimintai pendpat siswa dan daya nalar siswa. Angket, yakni alat penilaian secara
tertulis dalam mengerjakannya. Catatan Harian, yakni perilaku siswa yang berkaitan dengan
perkembangan kepribadian siswa. Daftar cek, yakni penilaian dengan menyajikan daftar dan
menyesuaikan daftar tersebut dengan perilaku siswa apakah telah sesuai atau belum.
Evaluasi Kurikulum
9
tahapan pelaksanaan evaluasi kurikulum ada 10 tahap, yakni: (1) mempelajari program, (2) menuliskan latar
belakang/ alasan mengapa melakukan evaluasi, (3) menentukan apa yang ingin diketahui dan menuliskan
pertanyaan evaluasi, (4) menentukan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan evaluasi, (5)
merancang evaluasi, (6) mengumpulkan informasi/data, (7) menganalisis informasi/data, (8) merumuskan
kesimpulan, (9) menginformasikan hasil, dan (10) memanfaatkan hasil untuk membuat keputusan (mengubah
atau melanjutkan) program.
10