Anda di halaman 1dari 9

INSTRUMEN YANG SAHIH : Sebagai Alat Ukur Keberhasilan

Suatu Evaluasi Program Diklat (evaluasi pembelajaran)


 
Oleh : Liya Dachliyani, S.Sos., M.Pd.
(Widyaiswara Ahli Muda)
 
ABSTRAK
Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi program diklat, atau evaluasi pembelajaran, terlebih dahulu harus
ditetapkan instrumen tes apa yang akan dijadikan sebagai alat ukur, agar mendapatkan data dan informasi yang
tepat. Alat ukur tersebut dikenal dengan istilah Instrumen tes. Instrumen tes dapat digunakan sebagai alat evaluasi
pembelajaran dengan tes dan non-tes. Sebelum instrumen tes dijadikan alat ukur terlebih dahulu harus dibuat
sesuai tujuan evaluasi, kemudian dilakukan uji-coba instrumen tes, dianalisis validitas dan reliabilitasnya, hasil
analisis tersebut kemudian dirakit menjadi butir soal, serta menentukan score disesuaikan dengan bobot materi
pembelajaran.
 

A. Pendahuluan tinggi kebijakan yang sudah dikeluarkan dapat


Diklat mempunyai arti penyelenggaraan terlaksana. Dengan demikian informasi yang
proses belajar mengajar dalam rangka diperoleh dari kegiatan evaluasi sangat berguna
meningkatkan kemampuan dalam bagi pengambilan kebijakan lanjutan dari
melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. program, karena masukan dari hasil evaluasi
Kebutuhan diklat adalah jenis diklat yang program itulah para pengambil keputusan akan
dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan atau menentukan tindak lanjut dari program yang
pelaksana pekerjaan, tiap jenis jabatan atau unit sedang atau telah dilaksanakan.
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, Dalam melaksanakan evaluasi program
keterampilan, dan sikap dalam melaksanakan diklat yang berupa evaluasi pembelajaran tentu
tugas yang efektif dan efisien (Dephutbun dan saja banyak hal yang harus dipersiapkan, salah
ITTO,2000). Sedangkan menurut Lembaga satunya adalah instrumen tes sebagai alat ukur
Administrasi Negara kebutuhan diklat adalah yang sah, ajeg, sahih atau dapat dipercaya
kekurangan pengetahuan, keterampilan dan yang dapat digunakan dalam mengumpulkan
sikap seorang pegawai sehingga kurang data atau informasi. Artikel ini hanya akan
mampu melaksanakan tugas, tanggung jawab, menjelaskan bagaimana pengertian, fungsi,
wewenang dan haknya dalam suatu satuan dan jenis-jenis dari suatu instrumen, serta
organisasi. Dengan demikian kebutuhan prosedur cara membuat instrumen yang baik.
diklat dapat diartikan sebagai kesenjangan B. Evaluasi Pembelajaran
kemampuan pegawai yang terjadi karena Bicara tentang evaluasi pembelajaran,
adanya perbedaan antara kemampuan yang terlebih dahulu perlu dipahami istilah
diharapkan sebagai tuntutan pelaksanaan tugas pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Ketiga
dalam organisasi dan kemampuan yang ada kata tersebut saling terkait, khususnya dalam
(Hermansyah dan Azhari, 2002). evaluasi pembelajaran, penjelasannya sebagai
Untuk dapat mengetahui apakah tujuan berikut:
program diklat telah berhasil atau tidak, 1. Pengukuran
maka perlu diadakan evaluasi program diklat, Pengukuran (measurement) adalah proses
evaluasi ini dilakukan oleh objek lembaga menentukan angka untuk individu atau
pendidikan dan pelatihan secara keseluruhan menentukan karakteristik individu menurut
berdasarkan kebijakan. Apakah ada hubungan aturan tertentu (alat ukur dapat berupa
evaluasi program diklat dengan kebijakan ? tes). Hasilnya berupa data kuantitatif
Jawabnya tentu ada. Program adalah rangkaian (angka). Mengukur pada hakekatnya adalah
kegiatan sebagai realisasi dari suatu kebijakan. membandingkan sesuai dengan aturan atas
Apabila suatu program tidak dievaluasi, maka dasar ukuran tertentu. Data yang diperoleh
tidak dapat diketahui bagaimana dan seberapa dalam evaluasi dapat memakai instrumen

57
tes yang dikembangkan berdasarkan C. Pengertian Instrumen
pengukuran. Secara umum yang dimaksud dengan
2. Penilaian instrumen adalah suatu alat yang memenuhi
Penilaian (asesmen) adalah sekelompok persyaratan akademis, sehingga dapat
pengertian yang mengacu pada pengumpulan digunakan sebagai alat untuk mengukur
data dan informasi untuk tujuan menjelaskan suatu obyek ukur atau mengumpulkan data
tingkat pengetahuan, penampilan dan mengenai suatu variabel. Dalam bidang
prestasi dari individu maupun kelompok, penelitian instrumen dapat diartikan sebagai
berdasarkan kompetensi yang harus dinilai. alat untuk mengumpulkan data mengenai
3. Evaluasi variabel-variabel dalam penelitian untuk
Dalam evaluasi meliputi dua kegiatan yaitu kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang
pengukuran dan penilaian. Pengertian pendidikan atau pelatihan instrumen digunakan
evaluasi (evaluation) adalah proses yang untuk mengukur prestasi peserta, faktor-
meliputi pengukuran dan penilaian, tetapi faktor yang diduga mempunyai hubungan
hal tersebut mengandung dugaan akan atau berpengaruh terhadap hasil pendidikan
keputusan nilai. Evaluasi juga dapat atau pelatihan, perkembangan hasil belajar
diartikan sebagai suatu proses sistematik peserta, keberhasilan proses belajar mengajar
untuk mengumpulkan, menganalisis, widyaiswara atau pengajar, dan keberhasilan
menginterpretasi informasi dan menentukan pencapaian suatu program diklat tertentu.
tingkat keberhasilan peserta diklat terhadap Instrumen tes dapat digolongkan
tujuan pembelajaran. Dengan demikian menjadi dua jenis instrumen yaitu tes dan non
evaluasi berarti menafsirkan informasi tes. Termasuk kelompok tes adalah tes prestasi
untuk menentukan sejauh mana peserta belajar, tes intelegensi, tes bakat dan tes
diklat telah menguasai materi pembelajaran. kemampuan akademik. Termasuk kelompok
Sementara pengukuran merupakan non tes adalah skala sikap, skala penilaian,
prosedur yang digunakan untuk memperoleh pedoman observasi, pedoman wawancara,
informasi mengenai sikap peserta diklat, angket, pemeriksaan dokumen, dan lain- lain.
termasuk tes dan hasil tugas-tugas otentik Adapun pengertian dan fungsi tes dan non tes
untuk menentukan dalam membuat keputusan. sebagai berikut :
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa 1. Tes
suatu proses pembelajaran diharapkan a. Pengertian
menghasilkan sesuatu yang disebut hasil Secara umum tes diartikan sebagai
belajar. Hasil belajar ini berupa pengetahuan, alat yang dipergunakan untuk
keterampilan, dan sikap, hal tersebut dapat mengukur pengetahuan atau
diklarifikasikan ke dalam ranah atau aspek penguasaan objek ukur terhadap
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sebaiknya seperangkat konten atau materi
suatu hasil belajar yang menyangkut segi tertentu. Menurut Sudijono
mutu dapat dikembalikan kepada mutu (1996) dikutip dari H. Djaali
pembelajarannya. Pembelajaran yang baik dan Pudji Muljono.(2008). Tes
akan membuahkan hasil pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengukur
baik pula. Betapa pun baiknya pembelajaran banyaknya pengetahuan yang
dan betapa pun baiknya hasil belajar yang diperoleh individu dari suatu
dicapai melalui pengajaran, jika alat dan cara bahan pelajaran yang terbatas pada
pengukuran dan penilaian yang dipakai kurang tingkat tertentu. Menurut Bruce
memadai, maka hasil pengukuran dan penilaian (1978) dikutip dari H. Djaali dan
tersebut tidak memberikan gambaran yang Pudji Muljono.( 2008). Dengan
benar. Disinilah letak pentingnya pengukuran demikian, tes merupakan alat ukur
dan penilaian yang baik. yang banyak dipergunakan dalam
  dunia pendidikan atau pelatihan.

58
Hal ini dikarenakan umumnya juga dianggap sebagai motivator
orang masih memandang bahwa ekstrinsik. Fungsi ini dapat berhasil
indikator keberhasilan seseorang dengan optimal, apabila nilai tes
dalam mengikuti pendidikan yang diperoleh peserta betul-betul
atau pelatihan adalah dilihat dari objektif dan sahih, baik secara
seberapa banyak peserta menguasai internal maupun secara eksternal
materi yang telah dipelajarinya yang dapat dirasakan langsung
dalam suatu jenjang pendidikan oleh peserta yang diberi nilai
atau pelatihan tertentu. melalui tes.
b. Fungsi Ketiga, tes dapat berfungsi
Ada 3 (tiga) fungsi tes di dalam untuk upaya perbaikan kualitas
dunia pendidikan atau pelatihan, pembelajaran. Artinya jika hasil
yaitu : pembelajaran di nilai baik maka
Pertama, tes dapat berfungsi sebagai dapat diperpanjang program diklat
alat untuk mengukur prestasi tersebut untuk dilaksanakan pada
belajar peserta, maksudnya untuk tahun berikutnya. Sedangkan
mengukur tingkat perkembangan jika hasil tes tidak mencapai
atau kemajuan yang telah dicapai standar maka, perlu dilakukan
peserta, setelah menempuh proses kajian penyebab hal tersebut.
belajar mengajar dalam jangka Apakah materi sudah tidak sesuai
waktu tertentu. Dengan kata lain ?, apakah pengajar sesuai dengan
tes berfungsi sebagai alat untuk kompetensinya ? apakah metode
mengukur keberhasilan program yang digunakan sudah tepat sesuai
pengajaran atau pun program materi pembelajaran ? Apakah
diklat, tes juga dapat menunjukkan sarana sudah memadai ?.
seberapa jauh program pengajaran c.  Pengembangan Tes sebagai Alat
yang telah ditentukan dapat Evaluasi.
dicapai, dan seberapa banyak yang Dalam melakukan penyusunan
belum tercapai, serta menentukan dan pengembangan tes yang akan
langkah apa yang perlu dilakukan dibuat adalah untuk memperoleh
untuk mencapainya. instrument tes yang valid, sehingga
Kedua, tes dapat berfungsi sebagai hasil ukurnya dapat mencerminkan
motivator dalam pembelajaran. secara tepat hasil belajar yang
Hampir semua para ahli teori dicapai oleh masing-masing peserta
pembelajaran mengatakan dan tes setelah selesai mengikuti
menekankan bahwa pentingnya kegiatan pembelajaran. Adapun
umpan balik yang berupa nilai langkah-langkah konstruksi tes
untuk meningkatkan intensitas yang harus ditempuh adalah :
kompetensi peserta dalam kegiatan 1) Menetapkan Tujuan Tes
belajar mengajar. Menurut Tes prestasi belajar dapat
Thorndike (1991) dikutip dari dibuat untuk bermacam-macam
H. Djaali dan Pudji Muljono. tujuan, pertama, tes yang
(2008) mengemukakan bahwa bertujuan untuk mengadakan
siswa akan belajar lebih giat evaluasi belajar tahap akhir atau
dan berusaha lebih keras apabila ujian lain yang sejenis. Untuk
mereka mengetahui bahwa di akhir kebutuhan tes ini diperlukan tes
program yang sedang ditempuh yang terdiri atas butir-butir yang
akan ada tes untuk mengetahui nilai mudah sampai butir-butir yang
dan prestasi mereka. Terkadang tes sukar, dari hasil tes ini dapat

59
dilihat sejauh mana peserta 2) Analisis Kurikulum
menguasai satu bidang studi. Kegiatan analisis kurikulum
Kedua, tes yang bertujuan untuk bertujuan untuk menentukan
mengadakan seleksi, dibutuhkan bobot setiap materi pokok
tes dengan butir-butir soal yang akan dijadikan dasar
yang tingkat kesukarannya dalam menentukan jumlah item
disesuaikan dengan proporsi atau butir soal untuk setiap
antara yang diterima dengan materi pokok soal objektif
pelamar. Tingkat kesukaran atau bobot soal untuk bentuk
soal akan lebih tinggi jika calon uraian, dalam membuat kisi-
yang diseleksi cukup banyak. kisi tes. Menentukan bobot
Biasanya diambil butir-butir soal untuk setiap materi pokok
itu yang tingkat kesukarannya disesuaikan dengan jumlah jam
di atas rata-rata. Ketiga, tes yang pelatihan yang tercantum dalam
bertujuan untuk mendiagnosis kurikulum dan GBPP, dengan
kesulitan belajar siswa/peserta. asumsi bahwa pelaksanaan
Untuk tes tersebut, soal-soalnya pembelajaran sudah sesuai
harus berbentuk uraian, karena dengan kurikulum dan GBPP.
soal bentuk objektif tidak 3) Analisis Bahan Ajar atau Modul
mempunyai fungsi diagnostic. Analisis bahan ajar atau
Alasannya seorang peserta modul sebagai sumber belajar,
yang menjawab salah suatu mempunyai tujuan yang sama
soal bentuk objektif, tidak dapat dengan analisis kurikulum,
diketahui mengapa peserta yaitu menentukan bobot setiap
menjawab salah, sedangkan materi pokok. Akan tetapi
melalui tes bentuk uraian kita dalam kegiatan ini menentukan
dapat menelusuri jawaban bobot setiap materi pokok
peserta untuk mengetahui berdasarkan jumlah halaman
mengapa peserta menjawab bahan ajar atau modul. Tes yang
salah pada bagian mana kesulitan akan disusun diharapkan dapat
peserta, sehingga dia menjawab mencakup seluruh construct
salah soal tersebut. Hal lain yang atau content (populasi materi)
juga perlu diperhatikan adalah yang diajarkan. Dengan
bahwa untuk tes diagnostic demikian kedua langkah
butir-butir soal harus dinilai tersebut dilakukan untuk
menurut materi pokok atau sub memperkecil error dalam
materi pokok. Jadi pada soal tes memilih sample soal. Hal ini
tersebut, bukan nilai akhir itu penting karena harus mengingat
yang diperhatikan, melainkan waktu yang disediakan untuk
nilai pada setiap materi pokok. mengerjakan tes tersebut.
Jika peserta gagal dalam tes 4) Membuat Kisi-Kisi
ini, dapat dilakukan remedial Manfaat kisi-kisi adalah untuk
teaching untuk memberikan menjamin sampel soal yang
pengetahuan dan pemahaman baik, dalam arti mencakup
mengenai materi pokok tersebut. semua materi pokok secara
Dengan demikian penyusunan proporsional. Agar butir-butir
soal-soal tes harus disesuaikan tes mencakup keseluruhan
dengan tujuan tes yang akan bahan ajar ( materi pokok dan
diselenggarakan. sub materi pokok). Sebuah

60
kisi-kisi memuat jumlah butir sehingga tidak
yang harus dibuat untuk setiap menimbulkan salah tafsir
bentuk soal dan setiap materi atau tafsiran ganda.
pokok serta untuk setiap aspek d)  Soal yang dibuat terlebih
kemampuan yang hendak dahulu harus dikerjakan
diukur. atau diselesaikan dengan
5) Penulisan Tujuan Instruksional langkah-langkah lengkap
Khusus (TIK) sebelum digunakan pada
Penulisan TIK harus sesuai tes yang sesungguhnya.
dengan ketentuan yang Untuk soal bentuk
telah ditetapkan. TIK harus uraian, dari penyelesaian
mencerminkan tingkah laku dengan langkah-langkah
peserta, oleh karena itu harus lengkap tersebut dapat
dirumuskan secara operasional, dikembangkan pedoman
dan secara teknis menggunakan penilaian untuk setiap
kata-kata operasional. soal.
1. Penulisan Soal e)  Dalam membuat soal
Setelah kita membuat kisi-kisi hindari sejauh mungkin
dalam bentuk tabel spesifikasi kesalahan-kesalahan
telah tersedia, maka kita akan ketik sekecil apapun,
membuat butir-butir soal atau karena hal itu akan
item-item tes. Banyak butir mempengaruhi validitas
yang harus dibuat untuk setiap soal.
bentuk soal dan untuk setiap f) Tetapkan sejak awal aspek
materi pokok, serta untuk kemampuan yang hendak
setiap aspek kemampuan diukur untuk setiap soal
yang hendak diukur harus yang dibuat.
disesuaikan dengan yang g)  Berikan petunjuk
tercantum dalam kisi-kisi. mengerjakan soal secara
Ada beberapa petunjuk yang lengkap dan jelas untuk
harus diperhatikan dalam setiap bentuk soal dalam
membuat butir-butir soal suatu tes
yaitu : 7. Reproduksi Tes Terbatas
a)  Soal yang dibuat harus Tes yang sudah dibuat (sudah
valid (validitas kontruk) jadi) diperbanyak dalam
artinya mampu mengukur jumlah yang cukup menurut
tercapai tidaknya tujuan jumlah sampel uji-coba atau
yang telah dirumuskan. jumlah peserta yang akan
b)  Soal yang dibuat harus mengerjakan tes tersebut
dapat dikerjakan dengan dalam suatu kegiatan uji-
menggunakan satu coba tes.
kemampuan spesifik, 8. Uji-Coba Tes
tanpa dipengaruhi Tes yang sudah dibuat dan
kemampuan lain yang sudah direproduksi atau
tidak relevan. diperbanyak, kemudian
c)  Soal yang dibuat harus diuji-cobakan pada sejumlah
menggunakan bahasa sampel yang telah ditentukan.
yang sederhana dan Sampel uji-coba harus
mudah dimengerti, memiliki karakter yang

61
kurang lebih atau sama pokok serta aspek-aspek
dengan karakteristik peserta kemampuan yang hendak
tes yang sesungguhnya. Oleh diukur dapat dirakit menjadi
karena itu, cara penentuan sebuah tes yang valid. Urutan
sampel harus dilakukan soal dalam suatu tes pada
dengan menggunakan metode umumnya dilakukan menurut
yang tepat dan disesuaikan tingkat kesukaran soal, yaitu
dengan tujuan uji-coba dari soal yang mudah sampai
9. Analisis Hasil Uji-Coba pada soal yang sulit.
Berdasarkan data hasil uji- Fungsi yang paling utama di dalam
coba dilakukan analisis, menyusun tes hasil belajar adalah tes harus
terutama analisis butir soal dapat mengukur, sehingga seberapa besar
yang meliputi: validitas butir, tujuan pembelajaran dapat tercapai setelah
tingkat kesukaran, dan fungsi mengikuti pembelajaran. Adapun ciri dari alat
pengecoh. Berdasarkan tes yang baik adalah :
validitas butir soal tersebut Pertama, alat tes harus dapat mengukur
diadakan seleksi soal dengan secara jelas hasil belajar (learning
menggunakan kriteria outcome) sesuai dengan yang telah
(kriteria validitas) tertentu. ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
Soal-soal yang tidak valid Kedua, alat tes harus mencerminkan
akan didrop dan soal-soal semua materi pembelajaran. Pemberian
yang valid akan ditetapkan bobot dan bentuk soal dapat dipakai
untuk dipakai atau dirakit sebagai indikasi atas peranan setiap
menjadi suatu tes yang valid. materi pokok dalam sebuah mata diklat
Agar dapat memberikan dan tujuan pembelajaran.
gambaran mengenai kualitas Ketiga, alat tes harus didesain sesuai
tes secara empiric dihitung kegunaannya. Untuk tes formatif, untuk
reliabilitasnya. mendapatkan umpan balik, dan tes
10. Revisi Soal summatif, untuk mengetahui tingkat
Soal-soal yang valid pencapaian peserta atas materi yang telah
berdasarkan kriteria validitas diajarkan.
empiric dikonfirmasikan Keempat, alat tes harus valid, artinya alat
dengan kisi-kisi. Apabila soal- tes harus benar, sahih, dapat mengukur
soal tersebut sudah memenuhi apa yang seharusnya diukur sesuai tujuan
syarat dan telah mewakili pembelajaran. Untuk ranah cognitive
semua materi yang akan dapat digunakan tes, sedangkan ranah
diujikan , soal-soal tersebut affective dan psychomotoric memakai
selanjutnya dirakit menjadi alat non-tes.
sebuah tes, tetapi apabila Kelima, alat tes harus reliable, harus
soal-soal yang valid belum andal, ajeg, dapat dipercaya, tidak
memenuhi syarat berdasarkan berubah-ubah, artinya alat tes tersebut
konfirmasi dengan kisi-kisi, jika digunakan berkali-kali untuk subjek
dapat dilakukan perbaikan yang sama dalam waktu yang berbeda
terhadap beberapa soal yang akan mendapatkan hasil yang sama atau
diperlukan atau dapat disebut relatif tidak berbeda.
sebagai revisi soal. 2. Non-tes
11. Merakit Soal Menjadi Tes a. Pedoman Observasi
Soal-soal yang valid dan telah Secara umum pengertian observasi
mencerminkan semua materi adalah cara menghimpun bahan-

62
bahan keterangan yang dilakukan adalah tingkah laku dimana proses
dengan mengadakan pengamatan kejadiannya berlangsung cepat.
dan pencatatan secara sistematis Observasi yang dilakukan dengan
terhadap fenomena-fenomena perencanaan yang matang disebut
yang dijadikan objek pengamatan. observasi sistematis.
Observasi sebagai alat evaluasi b. Pedoman Wawancara
banyak digunakan untuk menilai Secara umum yang dimaksud
tingkah laku individu atau proses wawancara adalah cara
terjadinya suatu kegiatan yang menghimpun bahan-bahan
dapat diamati. Observasi yang keterangan yang dilaksanakan
dapat menilai atau mengukur hasil dengan tanya jawab baik secara
belajar ialah tingkah laku para lisan, sepihak, berhadapan muka,
peserta pada waktu widyaiswara maupun dengan arah serta tujuan
atau pengajar pada saat proses yang telah ditentukan. Ada dua
pembelajaran. Observasi dapat jenis wawancara yang dapat
dilakukan baik secara partisipatif digunakan sebagai alat evaluasi
(participant observation) maupun yaitu :
non partisipasi (non-participant 1)  Wawancara terpimpin (guided
observation). Pada observasi interview) dikenal dengan
partisipasi, observer melibatkan wawancara berstruktur atau
diri di tengah-tengah kegiatan wawancara sistematis.
observasi, sedangkan observasi 2)  Wawancara tidak terpimpin
non-partisipasi, observer berada (un-guided interview) dikenal
diluar kegiatan, seolah-olah sebagai dengan wawancara sederhana
penonton. Observasi dapat pula atau wawancara bebas.
berbentuk observasi eksperimental Kelebihan yang dimiliki
(experimental observation) wawancara adalah pewawancara
yaitu observasi yang dilakukan sebagai evaluator dapat melakukan
dalam situasi yang dibuat dan kontak langsung dengan peserta
observasi non-eksperimen (non- diklat yang akan dinilai, sehingga
experiment observation) yaitu dapat diperoleh hasil penilaian
observasi yang dilakukan dalam yang lebih lengkap dan mendalam.
situasi yang wajar. Pada observasi Dengan melakukan wawancara
eksperimental tingkah laku peserta diklat dapat mengeluarkan
diharapkan muncul karena peserta isi pemikiran atau hatinya secara
diklat dikenai perlakukan, maka lebih bebas. Jika wawancara
observer perlu persiapan yang dilakukan secara bebas, maka
benar-benar matang, sedangkan pewawancara tidak perlu persiapan
pada observasi non-eksperimental yang matang, tetapi jika wawancara
pelaksanaannya lebih sederhana dilakukan secara sistematis, maka
dan dapat dilakukan secara sepintas pewawancara perlu ada pedoman
lalu. wawancara yang berisi pokok-
Jika observasi digunakan sebagai pokok pertanyaan yang akan
alat evaluasi, maka pencatatan ditanyakan kepada responden.
hasil observasi lebih sukar dari Mencatat dan mengolah hasil
pada mencatat jawaban yang wawancara jauh lebih sulit
diberikan oleh peserta tes terhadap dibandingkan dengan mencatat
pertanyaan yang diberikan dalam dan mengolah hasil observasi atau
suatu tes, karena respon observasi hasil tes.

63
c. Angket (kuesioner) yang tertarik untuk meneliti aspek-
Angket dapat juga digunakan aspek psikologis yang diduga
sebagai alat untuk menilai hasil berpengaruh terhadap proses
belajar. Jika dalam wawancara belajar mengajar.
pewawancara bertemu atau d. Pemeriksaan Dokumen
berhadapan langsung dengan Untuk mengukur kemajuan
responden atau peserta diklat, belajar peserta diklat dapat juga
maka dengan angket penilaian dilakukan dengan tanpa pengujian
hasil belajar akan jauh lebih tetapi dengan cara melakukan
praktis, hemat waktu dan tenaga. pemeriksaan dokumen-dokumen,
Kelemahannya yaitu kemungkinan misalnya dokumen yang memuat
ada nya jawaban yang diberikan informasi peserta antara lain
dalam angket tidak sesuai dengan : SK pengangkatan pegawai,
keadaan sebenarnya, apalagi pendidikan, penghargaan, sertifikat
pertanyaan dalam angket tidak lain yang mendukung keterampilan
dirumuskan dengan jelas, sehingga khusus peserta dan sebagainya.
membingungkan responden. Berbagai informasi yang direkam
Angket dapat diberikan langsung melalui angket, baik informasi
ke responden , dapat juga diberikan pribadi peserta maupun informasi
kepada orang lain yang mengenal lain yang bermanfaat pada saat-saat
berbagai karakteristik responden tertentu sebagai bahan pelengkap
untuk melakukan penilaian untuk melakukan pengukuran hasil
terhadap responden. Angket pembelajaran peserta diklat.
untuk mengukur hasil belajar Dengan demikian, maka dalam
dapat diberikan kepada pimpinan pelaksanaan pengukuran hasil
peserta atau widyaiswara atau belajar tidak semata-mata
pengajarnya. Data yang dihimpun dilakukan dengan tes, tetapi
melalui angket biasanya adalah dapat juga dilakukan dengan
data yang berkenaan dengan menggunakan non-tes, terutama
kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk masalah-masalah yang
oleh peserta dalam menerapkan berhubungan dengan masalah
teori dalam pekerjaan, antara lain, kejiwaan peserta, seperti persepsi
metode pembelajaran, fasilitas terhadap materi diklat tertentu,
belajar yang tersedia, widyaiswara/ persepsi terhadap widyaiswara/
pengajar, penyelenggara, motivasi, pengajar, minat, bakat, tingkah
dan minat belajar, sikap belajar, laku, dan sikap yang tidak mungkin
sikap terhadap materi pembelajaran diukur dengan tes.
tertentu, dan pandangan peserta  
terhadap proses pembelajaran, Kesimpulan
serta sikap peserta terhadap nara Pada hakikatnya untuk dapat
sumbernya. Angket pada umumnya melakukan evaluasi pembelajaran diawali
dipergunakan untuk menilai hasil dengan pengukuran dan penilaian. Untuk
belajar pada ranah efektif. Angket memperoleh data dan informasi diperlukan
dapat disajikan dalam bentuk alat tes dan non-tes. Dalam penyusunan
pilihan ganda atau dalam skala instrument tes, harus mengikuti kaidah-kaidah
sikap. penulisan instrumen tes yang sudah ditetapkan,
Skala Likert yang paling banyak juga harus memiliki ciri yaitu : harus dapat
dipergunakan orang, terutama mengukur hasil belajar, harus mencerminkan
para peneliti di bidang pendidikan materi pembelajaran, harus didesain sesuai

64
kegunaannya, harus valid dan reliable, dan
harus dapat digeneralisasi pada diklat yang
sama, ditempat yang berbeda. Dari semua
jenis instrumen tes yang sudah dijelaskan di
atas dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam
melakukan evaluasi pembelajaran, tentunya
juga disesuaikan dengan tujuan evaluasi apa
yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
 
Daftar Pustaka
Djaali dan Pudji Muljono. (2008). Pengukuran dalam
Bidang Pendidikan. Jakarta : Grasinndo.
Lembaga Administrasi Negara. (2007). Evaluasi
Pendidikan : modul Diklat Calon Widyaiswara.
Jakarta : LAN.
Soebagio, Atmowirio. (2002). Manajemen Pelatihan.
Jakarta: Ardadizya Jaya
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar.
(2010). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. Ed. 2. Jakarta : Bumi Aksara.

 
 

 

65

Anda mungkin juga menyukai