Anda di halaman 1dari 11

REVIEW HUBUNGAN TES, PENGUKURAN, PENILAIAN

DAN EVALUASI

(Diajukan Untuk tugas Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Bidang Studi)

Dosen Pengampu :

Dr. Nurul Umamah, M.Pd

Firza Azzam Fadilla


180210302037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Pengertian
a. Tes
menurut Cangelosi James S (1995) tes adalah pengukuran
terencana yang dipakai guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi
para siswanya untuk memperlihatkan prestasi mereka dalam kaitannya
dengan tujuan yang telah ditentukan.
Tes merupakan alat atau perangkat, dan tes atau testing
(pengujian) yang memiliki makna metode atau cara. Dari tahapan
pengujian merupakan tahapan dari pengukuran yang biasanya dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian. Secara sederhana pengujian bermakna proses
dalam melaksanakan ujian atau suatu cara untuk meraih nilai tertentu pada
sebuah tes. Dari segi bentuknya, pengujian dapat dimaknai sebagai
sederetan pertanyaan atau masalah yang dirancang untuk menetapkan
tingkat pengetahuan, kecerdasan atau kecakapan seseorang (Basuki &
Harianto, 2017).
Kemudian, menurut (Anne, 1976) dalam bukunya yang
berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat
pengukur yang mempunyai standar yang objektif sehingga dapat
digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

b. Pengukuran
Istilah pengukuran berkaitan dengan ilmu psikometri. Menurut
Lahoylahoy dalam (Basuki & Harianto, 2017) yang berjudul “Asesmen
Pembelajaran” mendefinisikan bahwa pengukuran merupakan proses
untuk membuat kuantifikasi prestasi individu, kepribadiannya, sikapnya,
kebiasaanya dan kecakapannya. Dalam hubungannya Kusaeri dan
Suprananto mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian
angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variable sepanjang garis
kontinum. Dari definisi di atas terdapat perbedaan antara pendapatnya
Lahoylahoy yang lebih menekankan kepada pendidikan sedangkan
Kusaeri dan Suprananto lebih bersifat umum. Selain itu terdapat juga
definisi dari Guilford yang menyatakan bahwa pengukuran adalah proses
penetapan ukuran terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu.
pengukuran dilaksanakan untuk menjawab pertanyaan how much? Selain
itu pengukuran dalam hal pendidikan di bedakan menjadi dua yaitu, tes
dan non tes. Menurut sifatnya pengukuran di bagi menjadi dua yaitu
kuantitatif dan kualitatif.
Menurut (Yusuf, 2017) Maka dapat dikatakan bahwa pengukuran
dalam pendidikan merupakan suatu prosedur penerapan angka dan symbol
terhadap atribut suatu obyek atau kegiatan maupun kejadian yang sesuai
dengan aturan-aturan tertentu. Pada pengukuran tidak semata-mata
tergantung pada tes sebagai alat ukur, tetapi juga dapat digunakan cara
lain, asalkan dapat dikuantifisikan. Bila dikaitkan dengan asesmen, maka
pengukuran dapat pula diartikan sebagai asesmen dengan cara-cara
khusus.
Hasil pengukuran akan ditentukan oleh kecanggihan alat ukur yang
dipakai, pengadministrasian yang tepat serta pengolahan data menurut pola
yang sebenarnya berdasarkan patokan yang disepakati. Hasil pengukuran
itu berupa symbol dan angka yang menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
Pengukuran dilakukan dengan komprehensif dan dilakukan secara
beberapa kali, bukan sekali jadi dan selesai, serta melakukan pengontrolan
yang terkendali selama kegiatan terhadap objek yang diukur. Apabila
pendidikan dijadikan obyek pengukuran, maka pengukuran pendidikan
dapat diartikan sebagai upaya pengumpulan data secara sistematis tentang
berbagai aspek pendidikan dengan menggunakan tes sebagai instrument
pemgumpulan data atau instrumen lain yang datanya dapat
dikuantitatifkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

c. Penilaian
Mengenai penilaian menurut (Basuki & Haryanto, 2017) adalah
fitrah manusia yang dibekali oleh Tuhan dengan akal budi dan pikiran.
Penilaian biasanya selalu berkaitan dengan pertimbangan bagi
pengambilan keputusan (Judgement for decision making) sebelum
manusia melaksanakan suatu kegiatan yang di rencanakannya. Hal ini
akan muncul dan berproses begitu saja dalam benak manusia. Penilaian
juga memandu manusia dalam berkomunikasi dengan manusia lainnya.
Manusia akan menilai apakah orang tersebut bermaksud baik ataupun
jahat, dipercaya atau tidak, baik atau buruk dan sebagainya.

d. Evaluasi
Mengenai evaluasi (evaluation) dimaknai sebagai penilaian yang
bersifat sistematik mengenai manfaat atau kegunaan dari suatu obyek.
Dalam melakukan evaluasi terdapat pertimbangan (jugment) dalam
menentukan nilai dari suatu program yang sedikit banyak mengandung
unsur subyektif. Dengan demikian evaluasi memerlukan data dari hasil
pengukuran dan informasi dari hasil penilaian yang multi-dimensi, sikap,
minat, keterampilan dan lain sebagainya. Selain itu evaluasi dimaknai
sebagai proses pengumpulan, analisis dan penafsiran yang sistematis untuk
menetapkan sampai sejauh mana peserta didik dapat mencapai tujuan dari
pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum. Dalam kaitannya dengan
program pembelajaran, evaluasi merupakan kegiatan yang memiliki tujuan
untuk melihat apakah suatu rencana yang di susun telah tercapai atau
tidak, efisien atau tidak dan lain sebagainya.
Evaluasi yaitu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang
menggunakan seperangkat hasil pengukuran yang berpegang teguh kepada
pedoman yang telah di tetapkan semenjak dari awal. Evaluasi
dilaksanakan untuk menjawab how good? Perngukuran, penilaian dan
evaluasi dilaksanakan secara bebrurutan dan juga bertahap. Artinya
kegiatan dilaksanakan secara berurutan dimulai dari tahap mengukur
dengan alat berupa tes, lalu tahap penilaian dan lanjut dengan tahap
evaluasi, kemudian diakhiri dengan laporan kepada seluruh kepentingan
pendidikan. (Basuki & Harianto, 2017).
2. KARAKTERISTIK
a. Tes
Mengenai karakteristik tes menurut (Yusuf, 2017) tes memiliki
karakteristik pokok antara lain dapat dipercaya, sah atau valid, objektif,
serta praktis.
1) Realibitas Tes
Suatu tes dikatakan reliable jika dapat dipercaya. Suatu tes
dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dicapai oleh tes itu
konstan atau tetap. Jika di lapangan non-pendidikan suatu tes
menjadi tidak reliable diakarenakan terjadi masalah dari alat ukur
yang digunakan, dilapangan pendidikan suatu tes menjadi tidak
dapat di percaya karena beberapa sebab antara lain:
 Situasi pada waktu pengujian. Hal ini menyangkut keadaan
jasmaniah dan rohaniah si testiee (siswa yang di tes).
 Keadaan tes itu sendiri. Misalnya, karena pertanyaan yang
bersifat ambigu atau tidak jelas karena keterangan dari
pertanyaan tidak lengkap dan sebagainya.

2) Validitas Tes
Valid artinya sah, cocok atau benar. Tes yang valid artinya
benar-benar mengukur apa yang harus diukur. Tes tersebut benar-
benar dapat memberikan gambaran tentang apa yang diinginkan
untuk diukur.
3) Obyektifitas
Suatu tes dikatakan onyektif jika pendapat atau pertimbangan
dari pemeriksa tes tidak berpengaruh dalam proses penentuan angka
atau dalam proses pemberian skor.
4) Praktikabilitas
Apabila sebuah tes bersifat praktis dan mudah
pengadministrasiannya maa dikatakan bahwa tes tersebut memiliki
praksibilitas tinggi.
5) Karakteristik tes yang baik lainnya
 Mudah dilaksanakan
 Mudah diskor
 Ekonomis atau penghematan
b. Pengukuran
Pengukuran adalah tindakan dalam membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran tertentu atau kegiatan untuk mendapatkan informasi
berupa data secara kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa
angka-angka dan analisis data. Dalam mengambil data secara kuantitatif
memiliki karakteristik atau kriteria sebagai berikut:
1) Kuantitaif tanpa pertimbangan
Kriteria yang disusun dengan memperhatikan rentangan bilangan
tanpa mempertimbangkan apa-apa dan dilakukan dengan membagi
rentangan bilangan.
2) Kriteria kuantitatif dengan pertimbangan
Ada kalanya beberapa hal kurang tepat jika kriteria kuantitatif
dikategorikan dengan membagi begitu saja rentangan yang ada
menanjadi rentangan sama rata (Widiyanto, 2018).

c. Penilaian
Menurut Yusuf (2017) penilaian mempunyai 2 karakteristik yaitu
karakteristik asesment sebagai pembelajaran (assessment for learning) dan
assessment pembelajaran (assessment of learning).
a. Asesmen sebagai pembelajaran (assessment for learning)
Asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning)
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Terdiri dari dua fase, asesmen inisial atau asesmen diagnostic dan
asesmen formatif.
2) Asesmen dapat dilandasi oleh berbagai sumber-sumber informasi
(portopolio, kemajuan kerja, pengamatan guru, percakapan).
3) Umpan balik verbal atau tertulis bagi para siswa umumnya
bersifat deskriptif dan menekankan pada kekuatan, identifkasi
tantangan, dan butir-butir penting bagi langkah selanjutnya.
4) Saat guru mengontrol pemahaman siswa, merek mengatur
pembelajaran sedemikian rupa agar siswa tetap belajar pada
jalurnya.
5) Tidak ada skor dan angka mutu yang diberikan, penyimpanan
catatan terutama berupa catatan anekdot dan deskriptif.
6) Berlangsung selama proses pembelajaran, mulai dari penyusunan
awal bahan ajar sampai saatnya untuk melakukan penilaian
sumatif.
b. Asesmen pembelajaran
Asesmen pembelajaran (assessment for learning) memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Asesmen yang dilengkapi dengan angka mutu atau huruf mutu
(sumatif).
2) Membandingkan prestasi siswa dengan standar.
3) Hasilnya dapat dikomunikasikan dengan para siswa dan orangtua.
4) Terjadi pada akhir satuan pembelajaran.

d. Evaluasi
Mengenai karakteristik penyusunan alat evaluasi yang baik dalam
perspektif psikologi belajar (The Psychology of learning) meliputi dua
macam, yakni: Reliabilitas dan Validitas.
a) Reliabilitas
Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau
dapat dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji
apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil.
b)  Validitas
Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi
dipandang valid atau absah apabila dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.

3. FUNGSI
a. Tes
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
1) Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah
dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses
belajarmengajar dalam jangka waktu tertentu.
2) Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui
tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan, fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal:
a. Fungsi untuk kelas.
b. Fungsi untuk bimbingan.
c. Fungsi untuk administrasi
b. Pengukuran
Menurut Sudijono dalam karya (Widianto, 2018) menjelaskan
bahwa dalam tahap mengukur tentu yang dihasilkan dari adanya tes atau
pengujian yaitu data kuantitatif. Data kuantitatif ini memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu
Misalnya: pengukuran yang dilakukan oleh seorang penjahit mengenai
panjang lengan dan lain sebagainya.
b. Pengukuraan yang dilakukan untuk menguji sesuatu
Misalnya: pengukuran untuk menguji daya tahan per baja terhadap
tekanan berat, pengukuraan untuk menguji daya tahan nyala lampu
pijar dan sebagainya.
c. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji
sesuatu.
Misalnya: mengukur kemaajuan belajar peserta didik dalam mengisi
nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam bentuk tes
hasil belajar. Pengukuran inilah yang dikenal dalam dunia pendidikan.
c. Penilaian
Mengenai tujuan dan fungsi asesmen dalam pendidikan adalah
sebagai penyedia informasi tentang: (a) pengusaan pengetahuan, nilai,
sikap dan keterampilan untuk perbaikan pendidikan, (b) pengendalian
mutu pendidikan dan pembelajaran, (c) pengambilan keputusan tentang
peserta didik, (d) akuntabilitas untuk peserta didik dan public dan (e)
regulasi administatif.
Penguasaan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan untuk
perbaikan sebagai (fungsi pertama), merupakan salah satu benang merah
yang terabaikan selama ini. Para pengambilan kebijakan atau pengelola
lapangan lebih banyak melihat kondisi memontum asesmen dan evaluasi,
terutama hasil belajar. Fungsi ini dapat memperbaiki cara-cara peserta
didik dalam belajar dan menyempurnakan fasilitas belajar. Di samping itu,
melalui asesmen dan evaluasi peendidikan terfokus, terkendali,
komperehensif dan terus menerus, dapat pula tersedia informasi yang
dapat dipergunakan untuk mengendalikan mutu pendidikan (Fungsi
Kedua). Karena sesuatu yang salah dalam pelaksanaan dapat diperbaiki
dan dibetulkan dalam penyusunan rencana dan perbaikan kegiatan atau
dalam pertemuan-pertemuan berikutnya. (Fungsi ketiga), berdasarkan
asesmen dimungkinkan memberkan berbagai keputusan yang tepat kepada
peserta didik, seperti mengidentifikasi kondisi dan kebutuhan tiap peserta
didik, dan selanjutnya menyesuaikan perencanaan pendidikan dengan
mereka, menempatkan mereka dalam kelompok belajar, penerapan nilai-
nilai murid dengan tujuan seleksi atau pemahaman murid tentang
kemajuan belajar yang dicapainya. (Fungsi keempat) adalah akuntanbilitas
peserta didik dan public. Pendidik secara moral mendapat mandate dari
public untuk membina dan mengembangkan individu seoptimal mungkin
melalui pendidikan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia
(Yusuf, 2017).
d. Evaluasi
Menurut Sakni dalam buku Evaluasi Pembelajaran (Widiyanto,
2018) menyatakan terdapat fungsi evaluasi secara umum sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik
Melalui evaluasi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang
telah disampaikan di depan kelas.
b. Memberikan dorongan belajar bagi peserta didik
Bagi peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang baik melalui tes
yang dilakukan, dapat memeberikan dorongan yang kuat untuk
meningkatkan dan mempertahankan prestasi yang telah dicapainya.
c. Sebagai laporan bagi orangtua peserta didik
Hasil penilaian kemajuan belajar yang biasanya berbentuk “Buku
Raport” sangat penting bagi orangtua peserta didik, sebagai bahan
informasi mengenai kemajuan belajar yang dicapai anaknya.

4. HUBUNGAN ANTAR TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN


EVALUASI
a. Persamaan Antar Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Pengenai persamaan dari tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi
dapat dilihat dari tidak dapat dipisahkannya 4 istilah ini. Karena dalam
dunia pendidikan semuanya memiliki keterkaitan yang erat antara satu
dengan yang lain. Walaupun fungsinya berbeda, namun memiliki tujuan
yang sama dalam menentukan hasil dalam proses pembelajaran.
b. Perbedaan Antar Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Apabila dilihat dari pengertian di atas mengenai tes, pengukuran,
penilaian dan evaluasi, memiliki perbedaan arti serta fungsi yang sudah
dikemukakan di atas.
c. Hubungan Antara Tes, Pengukuran, penilaian dan evaluasi
Tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi memiliki keterkaitan
tentunya memiliki keterkaitan. Menurut Nurul Umamah (2018)
Keterkaitan antara keempatnya adalah pengukuran dapat dilakukan dengan
baik bila menggunakan alat ukur yang baik (Tes). Berdasarkan hasil
pengukuran yang baik, akan dapat dilakukan interpretasi penilaian yang
baik pula. Dari hasil asesmen yang baik, maka akan dihasilkan keputusan
sebagai hasil evaluasi yang baik. Keberhasilan evaluasi tergantung pada
nilai yang dihasilkan melalui pengukuran yang menggunakan alat ukur tes
atau non tes yang taat azas, terandal dan sahih. Bila alat ukurnya tidak
mememnuhi kriteria reliable, consistent dan valid, maka dapat dipastikan
keberhasilan evaluasi disangsikan. Jadi dapat diambil kesimppulan bahwa
antara tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi sangat berkaitan satu sama
lain. Tes merupakan alat untuk menentukan nilai dari sesuatu yang sedang
dinilai, lalu hasil dari tes (kuantitatif) melalui tahap pengukuran, tahap
pengukuran disini merupakan tahapan membandingkan, ditahap
selanjutnya yaitu penilaian, dimana proses ini penentuan hasil dari data
yang diperoleh dari tahap pengukuran, baik dalam bentuk lulus dan tidak
lulus, sehat dan sakit, dan lain sebagainya. Sedangkan tahap evaluasi
merupakan tahapan yang mencangkup pengukuran dan penilaian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai