Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASESMEN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN


MENGUJI INSTRUMEN TES

Disusun Oleh
Kelompok 11 kelas 2B

1. Najwa Kalya Lathifah 2224220015


2. Melviana Dwi Juliyanti 2224220092

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
PETA KONSEP

PENGERTIAN

PRINSIP

MENGUJI INSTRUMEN TES

PENERAPAN

CONTOH
1. Pengertian Menguji Instrumen Tes

a. Pengertian Instrumen
Instrumen ialah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur suatu
objek atau mengumpulkan data tentang suatu variabel. Alat penilaian
ini digunakan guru untuk mengumpulkan, menganalisis, mengukur dan
menerapkan berbagai data yang diperoleh untuk mengetahui sejauh
mana tujuan pembelajaran tercapai. yang dicapai melalui kompetensi,
pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai bidang keahlian masing-
masing siswa (Badriyah et al., 2018).
Pengertian instrumen adalah alat yang digunakan guru untuk
menilai seberapa baik siswa telah mencapai tujuan pembelajaran sesuai
dengan hasil belajarnya, yang meliputi 3 bidang yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik sebagai bidang kompetensi siswa. Penggunaan alat
penilaian harus sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang ditetapkan
pemerintah. Tujuan dari penilaian diri adalah untuk menilai
pembelajaran siswa, perkembangan akademik siswa, dan hasil belajar
siswa. (Badriyah et al., 2018).

b. Pengertian Tes
Tes merupakan salah satu jenis alat penilaian yang mengukur
sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai, yaitu. penilaian hasil
belajar. Tes yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
efektif, terstandar, normatif, obyektif, valid (efektif) dan dapat
diandalkan (reliable). Alat tes memegang peranan penting dalam
penelitian karena berperan dalam proses pengumpulan data. Alat
yang efektif dan reliabel dapat memberikan data yang valid dan
dapat diandalkan serta menarik kesimpulan yang mencerminkan
keadaan sebenarnya (Muslimah dan Hikmah, 2021).
Tes merupakan suatu alat penilaian yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana suatu tujuan pendidikan telah tercapai,
yaitu penilaian hasil belajar. Tes yang baik harus memenuhi
beberapa syarat, harus efisien, terstandar, normatif, obyektif, valid
(efektif) dan dapat diandalkan (reliable) (Kadir, 2015).

Validitas instrumen mengacu pada tingkat ketepatan


pengukuran yang ingin diukur, dan reliabilitas mengacu pada
sejauh mana pengukuran dapat diandalkan secara konsisten. Suatu
perangkat dikatakan valid apabila dapat menampilkan data
variabel dengan benar dan tidak menyimpang dari keadaan
sebenarnya. Suatu perangkat dikatakan dapat diandalkan apabila
mampu memberikan data yang dapat diandalkan (Muslimah
dan Hikmah, 2021).
Secara konseptual, para ahli di bidang psikologi dan
pendidikan sepakat mengenai makna tes, meskipun rumusannya
berbeda Menurut Brown (1961); “tes sebagai suatu proses
sistematis yang dapat mengukur suatu pola perilaku.” Ia
menjelaskan, tes pada prinsipnya merupakan proses sistematis
untuk mengukur pola perilaku seseorang.
Tes yang baik harus mampu mengukur apa yang akan diukur
(aspek nilai) dan konsisten atau stabil dengan apa yang akan diukur
(aspek reliabilitas).
Selain persyaratan inti, tes harus:
a) Objektif
b) Praktis
c) standar.

Cronbach (1970) juga berpendapat bahwa: “Tes adalah suatu


proses sistematis dalam mengamati tingkah laku seseorang dan
mendeskripsikannya dengan menggunakan skala numerik atau
sistem klasifikasi.” Menurut Friedenberg (1995:26) menyatakan
bahwa: “Tes adalah jenis penilaian yang menggunakan prosedur
khusus untuk mengumpulkan informasi dan mengubah informasi
tersebut menjadi angka atau skor.”
Dapat disimpulkan bahwa sifat tes adalah suatu prosedur yang
spesifik dan sistematis untuk mengukur perilaku seseorang atau
mengukur tingkah laku seseorang secara obyektif, sehingga dapat
digambarkan dengan menggunakan angka, skala, atau sistem
klasifikasi. Dengan gambaran tersebut, dimungkinkan untuk
membandingkan suatu individu dengan individu lainnya.

2. Prinsip Menguji Instrumen Tes


Prinsip-prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar:
a) Pertama, tes prestasi akademik harus secara eksplisit mengukur hasil
pembelajaran yang ditentukan agar konsisten dengan tujuan pendidikan.
Kejelasan hasil pembelajaran yang diinginkan memudahkan guru dalam
menyusun soal uji kompetensi.
b) Kedua, soal tes hasil akademik harus mewakili seluruh mata pelajaran
yang diajarkan sehingga dapat dianggap mewakili seluruh hasil yang
dicapai ketika seorang siswa mengikuti suatu unit pembelajaran.
c) Ketiga, bentuk soal tes bervariasi dan harus beragam, sehingga benar-
benar sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan
tujuan tes. Misalnya untuk mengukur hasil belajar dari segi keterampilan,
tidak tepat jika hanya menggunakan soal tes esai yang jawabannya hanya
menggambarkan tanpa melakukan atau berlatih apa pun. Demikian pula
untuk mengukur kemampuan menganalisis suatu prinsip, tidak disarankan
menggunakan soal-soal yang berbentuk tes objektif, yang pada prinsipnya
hanya mengungkap ingatan siswa.
d) Keempat, tes pembelajaran harus dirancang dengan tujuan penggunaan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pernyataan ini mengandung makna
bahwa desain tes pembelajaran hendaknya disusun sesuai dengan tujuan
penggunaan masing-masing jenis tes. Desain tes penempatan (yaitu tes
yang digunakan untuk menentukan tempat siswa pada jenjang atau jenis
program pendidikan tertentu) tentu saja akan berbeda dengan desain tes.
Tes proses (yaitu tes yang digunakan untuk mencari umpan balik dalam
untuk meningkatkan tes yang mendasarinya (pembelajaran guru dan
siswa) (yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengukur tingkat
dan sejauh mana pencapaian siswa dalam mata pelajaran yang diajarkan
dan kemudian untuk menentukan perolehan atau kelulusan siswa.)
Demikian pula, desainnya Bentuk tes diagnostik (yaitu tes yang digunakan
untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa, seperti kondisi psikis,
fisik, dan sosial ekonomi siswa) tentu saja berbeda dengan ketiga jenis tes
tersebut, tes yang disebutkan di atas.
e) Kelima, penilaian hasil pembelajaran harus dapat diandalkan dan dapat
dipercaya. Dengan kata lain, setelah dilakukan tes hasil belajar berkali-kali
pada mata pelajaran yang sama, hasilnya selalu sama atau relatif sama.
Oleh karena itu, pengujian hasil belajar harus mempunyai kemantapan
dalam hal hasil pengukurannya, tidak diragukan lagi.
f) Keenam, selain digunakan sebagai alat untuk mengukur prestasi siswa, uji
kompetensi juga digunakan sebagai alat untuk mencari informasi yang
berguna untuk perbaikan strategi pembelajaran, metode belajar siswa, dan
metode mengajar guru.

3. Penerapan Menguji Instrumen Tes


Pelaksanaan tes hasil belajar dapat dilakukan dengan tes tertulis (write),
lisan (oral test) dan tes tindakan (action test). Dalam tes tertulis, soal-soal tes
ditulis dalam bentuk tertulis dan jawabannya pun dituliskan. Dalam tes lisan,
soal-soal tes ditanyakan secara lisan dan juga dijawab secara lisan. Namun
soal tes juga dapat disampaikan secara lisan, dan dalam waktu terbatas
jawabannya harus diberikan secara tertulis. Untuk bagian tindakan, bentuk
soal tes menggambarkan perintah atau tugas yang harus dilakukan kandidat,
cara pelaksanaan tugas, dan hasil akhir yang dicapai kandidat. (Achdiyat el al,
2017).

Dalam jurnal yang berjudul “Penerapan supervisi klinis dalam


meningkatkan minat dan kemampuan mengembangkan instrumen tes bagi
guru SDN 2 Palem Gabus Grobogan”. Data yang diperlukan adalah data
kemampuan awal guru dalam mengembangkan perangkat tes, yang diperoleh
dengan menggunakan lembar tes pilihan ganda dan jawaban singkat. Data
minat guru mengikuti kegiatan pengembangan tes bersama kepala sekolah
dikumpulkan dengan menggunakan alat observasi (kuesioner). Data penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah kemampuan guru
dalam mengembangkan perangkat tes yang disediakan guru dan data sekunder
adalah minat guru dalam mengikuti pengembangan perangkat tes.

Data yang digunakan dalam penelitian harus bernilai nyata. Untuk itu data
yang digunakan harus diperiksa. Ada lima cara untuk memeriksa keabsahan
data, yaitu: triangulasi data, penilaian informasi, pengujian keanggotaan,
database, dan agregasi kumpulan bukti penelitian. Dalam penelitian ini
keabsahan data diperiksa dengan dua cara, yaitu triangulasi data dan analisis
informasi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa observasi, jawaban
pertanyaan bagian pertama dan terakhir dalam siklus, serta hasil wawancara.
Data observasi yang diperoleh kemudian dihitung dalam persentase. Oleh
karena itu, dapat diketahui sejauh mana kemampuan guru dalam
mengembangkan alat tes.

Kemudian, hasil analisis data observasi disajikan dalam bentuk deskriptif.


Setiap soal diuji keakuratannya, kemudian diberi skor dan jumlah skor yang
dicapai dibandingkan dengan skor maksimal untuk mengetahui tingkat
pengetahuan guru dalam mengerjakan tes. Hasil wawancara terhadap subjek
penelitian dianalisis secara kualitatif untuk melengkapi hasil angket untuk
mengumpulkan data kapasitas kepala sekolah. Indikator keefektifan penelitian
ini adalah meningkatnya kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat
tes, artinya pada tahap akhir rata-rata 85% guru mempunyai kemampuan
mengembangkan perangkat tes yang baik; dan minat guru terhadap
pengembangan test suite meningkat, artinya pada tahap akhir rata-rata 90%
guru sangat berminat mengikuti kegiatan pengembangan test suite. Selama
penelitian, khususnya siklus I, pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan
sebagai berikut: menyusun skenario surveilans klinis, menyiapkan alat tes
untuk diskusi, menyiapkan alat untuk mengamati kinerja surveilans klinis,
menyiapkan instrumen pengujian alat evaluasi; menyiapkan sarana dan
prasarana untuk mendukung supervisi klinis.
Siklus II, Pada tahap perencanaan dilakukan kegiatan sebagai berikut:
menyusun kembali skenario pelaksanaan surveilans klinis, menyusun ulang
dokumen pengembangan instrumen uji coba sebagai bahan diskusi, menata
ulang alat observasi surveilans klinis, menyusun ulang harga alat penilaian alat
uji, menata kembali fasilitas dan fasilitas penunjang pelaksanaan surveilans
klinis.

Berdasarkan rencana yang dikembangkan, diambil tindakan untuk


mengembangkan kemampuan guru dengan mengembangkan alat pengujian
yang mempertimbangkan konteks yang ada. Observasi kinerja orientasi di
bawah supervisi klinis dilakukan untuk mengumpulkan data minat guru dalam
melakukan kegiatan pengembangan instrumen dan hasil khususnya
peningkatan kemungkinan pengembangan tes. Dalam refleksi dilakukan
analisis untuk mengetahui apa yang terjadi dan apa yang tidak terjadi, apa
yang dicapai dan apa yang tidak dicapai, mengapa hal itu terjadi dan/atau tidak
terjadi, serta menemukan alternatif-alternatif yang perlu diteliti, dipilih, dan
diterapkan untuk menciptakan apa yang diinginkan.

Untuk menentukan kelayakan suatu alat tes, kesesuaian penggunaan i i i i i i i i

merupakan kriteria utama. Tes yang mengukur pembelajaran terhadap tujuan


i i i i i i i i i

yang telah ditentukan adalah tes yang memenuhi kriteria kelayakan. Setiap
i i i i i i i i i i i i i

item tes harus jelas memiliki tujuan tertentu. Sebaliknya, setiap tujuan harus
i i i i i i i i i i i i i i

diberi nama: berapa banyak item yang ada, apakah sesuai dengan pentingnya
i i i i i i i i i i i

dan ruang lingkup dokumen yang ditentukan. Tes yang baik harus konsisten
i i i i i i i i

dengan materi yang diajarkan. Materi kursus itu sendiri dikembangkan sesuai
i i i i i i i i i i i i i i

dengan tujuan.
i

Relevansi rangkaian tes dengan tujuan dan materi pembelajaran


i i i i i i i i i i

merupakan salah satu jenis nilai, khususnya nilai isi, jenis nilai penting dalam
i i i i i i i i i i i i i i i

tes yang dikembangkan guru. Agar rangkaian tes dapat dipertimbangkan


i i i i i i i i

berdasarkan kelayakan atau validitas isi, penyusunan rangkaian tes harus


i i i i i i i i i

didasarkan pada uraian mata pelajaran yang diajarkan. Dengan kata lain, kita
i i i i i i i

harus mendeskripsikan materi yang diajarkan (Supriyanti, 2022).


i i i i i i i i i

4. Contoh dari Menguji Instrumen Tes


Menurut Yusuf (2015) contoh instrumen tes dalam pendidikan dapat
i i i i i i i

digolongkan sebagai berikut:


i i i i i

A. Tes i

a) Tes standar (Standardized test) i i i i

b) Tes susunan pendidik (Teacher/locally made test) i i i i i i i i


Perbedaan utama tes dan non tes terletak pada jawaban yang
i i i i i i

diberikan. Yang ada hanyalah kemungkinan dalam ujian, benar


i i i i i i i

atau salah. Sedangkan soal angka, tidak ada jawaban benar atau i i i

salah. Itu semua tergantung situasi masing-masing orang (Yusuf,


i i i i i i i

2015).

B. Jenis – jenis tes


i i i i i

Menurut Yusuf (2015) gagasan, pengetahuan, sikap, sifat,


i i i i i

kepribadian dan perilaku berbeda-beda pada setiap orang, begitu


i i i i i i i i i i i i

pula tujuan dan pelaksanaan kegiatan pendidikan, baik dalam i i i i i i i

ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik, memerlukan cara dan i i i i i i i i

alat yang berbeda untuk memahaminya. i i i i

Berikut adalah beberapa pengklasifikasian instrumen tes :


i i i i i i i i i i i

a) Dari segi materi yang diukur, instrumen tes dapat i i i i i i i i i

dibedakan atas dua kelompok: i i i

 Physical test (tes fisik)


Tujuan dari penilaian kelompok ini adalah untuk i i i i i i i

mengukur dan mengevaluasi ciri-ciri fisik seseorang i i i i i i i i i i i i

seperti tinggi badan dan berat badan. i i i i i i

 Psychological test (tes psikologis)


Penilaian pada kelompok ini bertujuan untuk i i i i i i i

mengetahui ciri-ciri psikologis seseorang, seperti: i i i i i i i i i i i i i i

Intelligence Test, Aptitude Assessment, Persona. liv i i i i i i i i i i i i

Assessment, Speed and Accuracy Test, Kuder i i i i i i

Preference Record- Vocational, Mooney Problem i i i i i i i i

Checklist Inventory, dan Achivement Test. i i i i i i i i

b) Dari segi bentuk pelaksaannya, instrumen tes dapat i i i i i i i i

dibedakan atas: i i

 Tes tertulis (paper and pencil test)


Tes tertulis menggunakan kertas dan pensil sebagai i i i i i i i i i

alat utamanya, sehingga peserta tes dapat menjawab i i i i i i

soal atau menjawab tes tertulis dengan tangan atau di i i i i i i

komputer. i

 Tes lisan (oral test)


Tes lisan dilakukan melalui diskusi atau percakapan i i i i i i i i

antara guru dan siswa. Dengan tes lisan, guru i i i i

membutuhkan waktu lebih lama untuk melihat i i i i i

perkembangan seluruh siswa di kelas karena guru i i i i i i i

harus menghadapinya secara individu. i i i i i i

 Tes unjuk kerja (performance test)


Tes kinerja mengacu pada proses menguji i i i i i i i

keterampilan seseorang untuk mencapai sesuatu yang i i i i i i i i


bekerja dengan baik. Oleh karena itu, tes prestasi
i i i i i i i i i i

menggunakan unjuk kinerja, seperti membuat kursi,


i i i i i i i i

menari, atau mengetik. i i i i i

c) Dari segi baku/tidaknya suatu tes, maka instrumen tes


i i i i i i i i

dapat dibedakan atas: i i

 Tes standar (standardized test)


Tes standar adalah tes yang reliabilitas dan i i i i i i

validitasnya telah diakui. Tes semacam itu telah lama


i i i i i i i i i

diuji, dianalisis, dimodifikasi, dan disusun ulang


i i i i i i i i i i

berkali-kali untuk mencapai validitas dan reliabilitas


i i i i i i i i i i i

yang tinggi. Tes itu sesungguhnya mampu menguji apa i i i i i i i

yang ingin diuji (valid), menyeluruh dan konsisten i i i i i i i i i

(reliable), serta faktual dan terstandar.


i i i i i

 Tes buatan guru (teacher made test) atau tes lokal


Tes yang diselenggarakan guru adalah tes yang i i i i i

dipersiapkan secara khusus oleh guru mata pelajaran


i i i i i i

yang tujuannya untuk mengevaluasi proses dan hasil i i i i i

belajar siswa yang diajarnya. Validitas dan reliabilitas


i i i i i i i i i

tes ini belum diketahui.


i i i i i i i

d) Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya,


i i i i i i

instrumen tes dapat dibedakan atas:


i i i i i

 Tes esai (essay type test)


Tes esai adalah tes yang disusun sebagai pertanyaan i i i i i i i i

bentuk bebas atau terstruktur, dan siswa menyusun


i i i i i

dan mengatur jawaban mereka sendiri untuk setiap i i i i i i i i

pertanyaan dalam bahasa mereka sendiri.


i i i i i i

 Tes objektif (objective type test)


Tes objektif ini lebih banyak membahas masalah- i i i i i i i i

masalah yang berhubungan dengan kepribadian, i i i i i

seperti karakteristik, tipe, minat, sikap, dan masalah


i i i i i i i i i i

penyesuaian individu dalam masyarakat.


i i i i i i

e) Jika dikaitkan dengan fungsi tes di sekolah, maka


i i i i i i i i

instrumen tes itu dapat dikelompokkan menjadi:


i i i i i i i i

 Tes Formatif, Tes ini diselenggarakan beberapa kali i i i i i i i i i

dalam satu semester, bisa dilaksanakan setiap akhir i i i i i i i i

pelajaran atau setiap selesai satu pokok bahasan


i i i i i i

tergantung pada guru yang melaksanakan. Manfaat tes


i i i

ini untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai


i i i i i i i i

materi pelajaran yang baru diberikan. Guru juga bisa i i i i i i i

memberikan tes formatif per satu atau dua pokok


i i i i i i

bahasan. Dalam satu semester nilai tes formatif bisa i i i i i i i i


dua, tiga, bahkan 12 jika dalam satu semester guru i i i i i

memberikan tes formatif setiap tatap muka. Tes ini


i i i i i i i i i i

hampir sama dengan kuis atau tes mengenai unit i i i i i i i i

pelajaran yang secara tradisional dipakai guru, namun


i i i i i i

lebih menekankan pada (1) pengukuran terhadap


i i i i i i

pencapaian hasil pembelajaran dalam pokok bahasan


i i i i i

tertentu. (2) Menggunakan hasil tes tersebut untuk


i i i i i i i

memperbaiki kegiatan pembelajaran yang akan datang.


i i i i i i i i

Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi i i i i i i i i i

keberhasilan dan kegagalan belajar siswa untuk


i i i i i i

melakukan penyesuaian dalam proses pembelajaran.


i i i i i i i

Jika sebagian besar siswa gagal menjawab perangkat


i i i i i i i

tes yang diberikan, maka bahan pelajaran yang


i i i i i

bersangkutan harus diulang kepada siswa yang


i i i i

bersangkutan. Jika jumlahnya kecil maka dapat


i i i i

digunakan tertentu untuk setiap siswa yang gagal,


i i i i i i

seperti: tugas membaca buku lain, pembelajaran


i i i i i i i

berprogram atau penggunaan alat audio visual. Metode


i i i i i i

yang digunakan sebaiknya sesuai dengan perangkat tes i i i i i i i i

yang tidak dapat dikerjakan siswa, sehingga yang i i i i i i

bersangkutan dapat segera memperbaiki kesalahan


i i i i i i i i

belajar yang telah


i i

 Tes Sumatif, Pada akhir seluruh rangkaian i i i

pembelajaran dilakukan tes untuk mengetahui sejauh


i i i i i i i i

mana siswa telah menguasai materi pelajaran sesuai i i i i i i i i i

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang


i i i i i i i

telah direncanakan. Dua pertanyaan yang pantas untuk


i i i i

dijawab adalah: 1) Apakah siswa sudah menguasai


i i i i

seluruh materi pelajaran yang diberikan sehingga dapat


i i i i i i i i i

diberikan materi berikutnya? 2) Berapa nilai yang


i i i i i i i i i i

pantas diberikan kepada setiap siswa sesuai dengan i i i i i i i i i i

penguasaan materi tersebut? THB yang diberikan pada


i i i i i i i i

akhir proses pembelajaran bertujuan untuk melihat


i i i i i i i

kualitas dan kuantitas penguasaan bahan pelajaran oleh


i i i i i

siswa dengan pemberian nilai kepada siswa disebut tes


i i i i i i i i i i i i

sumatif atau yang sekarang disebut ujian akhir i i i i i i

semester. i i i

Tes ini mempunyai lingkup luas dan mencoba i i i i i i i

mengukur penguasaan suatu bagian yang dianggap


i i i i

mencakup semua latihan dan berbagai tugas yang


i i i i i

diberikan selama proses pembelajaran berlangsung.


i i i i i i i i

Meskipun hasilnya digunakan untuk pemberian nilai,


i i i i i i i i i
tes ini dapat memberikan sumbangan pada proses
i i i i i i i

pembelajaran yang akan datang de ngan memberikan


i i i i i i

informasi untuk menilai efektivitas dan efisiensi


i i i i i i i i i i i i i i

proses pembelajaran. Dengan demikian seperangkat i i i i i i i i i

tes yang direncanakan dan disusun dengan baik, akan


i i i i i i

memberikan motivasi kepada siswa agar belajar


i i i i i i i i

dengan baik pula.


i i

 Tes Penempatan, Tes penempatan merupakan suatu i i i i

ujian yang akan diberikan kepada siswa yang akan


i i i i i i

memasuki sebuah institusi guna menentukan tingkatan


i i i i i i i i i

ketrampilan dalam bidang tertentu, sehingga dapat


i i i i i i i

diperoleh kelompok sesuai dengan kemampuan siswa.


i i i i i i i i i

Tes Penempatan dalam sebuah institusi memiliki


i i i i i i i i i i i

kedudukan yang penting, dengan ketidakadaan


i i i i i i

placement test dapat menimbulkan kesulitan i i i i i i i

pengelompokkan i dalam menentukan tingkat i i i i

kemampuan mana seorang siswa. Pada umumnya tes


i i i i

penempatan dibuat sebagai prates (pretest).


i i i i i i i i

Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah i i i

peserta didiki telah memiliki keterampilan-


i i i i i i i i i i i

keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu


i i i i i i i i

program belajar dan sampai di mana peserta didik i i i i i i i

telah mencapai tujuan pembelajaran (kompetensi


i i i i i i i i

dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana i i i i

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka.


i i i i i

Pelaksanaan tes penempatan biasanya dilakukan i i i i i i

diawal pembelajaran, karena dapat digunakan untuk


i i i i i

mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki


i i i i i i i i i i

oleh peserta didik. Fungsi tes penempatan digunakan


i i i i i i i i i i

untuk mendukung sejauhmana pengetahuan awal i i i i

peserta didik dalam suatu bidang studi sehingga,


i i i i i i i i

langkah penggunaan tes penempatan dapat membantu i i i i i

untuk melakukan tindak lanjut terhadap kemampuan i i i i

awal peserta didik. i i i i

 Tes Diagnostik, Tes yang diberikan diagnosa, artinya i i i i i i

jika siswa ada kesulitan dalam mengikuti proses


i i i i i i i i

pembelajaran dapat diketahui melalui tes ini. Dengan


i i i i i i i i i i i

demikian setelah tes diagnostik diberikan pada siswa,


i i i i i i i i i i i i

guru akan menemukan kesulitan siswa dan dapat i i i i i

memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran


i i i i i i i i i

dengan strategi yang lebih dapat diterima siswa


i i i i i i i i i

dengan kemampuan penerimaan materi yang dimiliki


i i i i i i i i i i i
siswa. Tes diagnostik bisa dilakukan kapan saja jika
i i i i i i i

guru menganggap perlu untuk melaksanakannya i i i

(Komarudin & Sarkadi, 2017). i i

f) Dari segi kepada siapa tes itu diberikan, maka instrumen


i i i i i i i i i i i i

tes dapat dikelompokkan atas dua bagian, yaitu:


i i i i i

 Tes individual (individual test),


 Tes kelompok (group test).
g) Selanjutnya tes itu dapat pula dilihat dari segi tingkat
i i i i i i i i i

kesukarannya, sehingga intrumen tes itu dapat pula


i i i i i i i

diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu:


i i i i i i

 Tes kecepatan (speed test),


 Tes kekuatan (power test).
h) Apabila ditinjau dari penggunaan bahasa dalam tes, maka
i i i i i i

instrumen tes dapat dibedakan:


i i i i i

 Tes verbal,
 Tes nonverbal.

Adapun contoh lembar instrumen tes, sebagai berikut :


i i i i i i i i
KESIMPULAN
Jenis alat penilaian pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis yaitu
i i i i i i i i i i i i i i

pengujian obyektif dan pengujian subyektif. Jenis tes bentuk objektif dibagi
i i i i i i i i i i i i i i i i

menjadi 4, yaitu: 1) pilihan ganda, 2) bentuk benar/salah, 3) menjodohkan, dan 4)


i i i i i i i i

jawaban singkat. Salah satu jenis tes subjektif adalah tes esai. Tes uraian dibagi
i i i i i i i i i i i i i

menjadi 2, yaitu: uraian terbatas dan uraian bebas.


i i i i i i i

Penggunaan alat tes obyektif dan subyektif merupakan suatu alat atau
i i i i i i i

prosedur penilaian yang digunakan dalam mengukur dan mengevaluasi hasil


i i i i i i i i i i

belajar siswa, yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa


i i i i i i i i i

terhadap mata pelajaran yang diajarkan serta kemampuan hafalan dan kosa kata
i i i i i

siswa.
i
DAFTAR PUSTAKA

Achdiyat, M., Virgana., & Kasyadi, S. (2017). Evaluasi Dalam Pembelajaran.


i i i i i i i

Tangerang : Pustaka Mandiri. i i i

Badriyah, N.L., A.G, Thamrin., & Aryanti, N. (2018). Analisis Instrumen


i i i i i i i

Penilaian Hasil Belaiar Mata Pelaiaran Gambar Teknik Siswa Kelas X


i i i i i i i i i i i i

Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Bagunan.


i i i i i i

IJCEE, 4 (2), 93-102.


i i i

Hikmah & Muslimah. (2021). Validitas dan Reliabilitas Tes dalam Menunjang
i i i i i i i i i i

Hasil Belajar PAI. Jurnal Proceedings, 1(1), 345-356.


i i i i i i

Kadir, A. (2015). Menyusun dan menganalisis Tes Hasil belajar. Al-Ta’dib :


i i i i i i i i i

Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8 (2), 70-81. i i i i i i

Komarudin & Sarkadi. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Laboratorium


i i i i i i i

Sosial Politik Press. i i i i

Supriyanti, S. (2022). Penerapan Supervisi Klinis Dalam Meningkatkan Minat dan


i i i i i i i i i i i i

Kemampuan Mengembangkan Instrumen Tes Bagi Guru SDN 2 Palem


i i i i i i i i

Gabus Grobogan. IJES, 2 (1), 14-23. i i

Yusuf, M. (2015). Asesmen dan Evaluasi Pendidikan : Pilar Penyedia Informasi i i i i i i i i i i i i i

dan Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan Edisi Pertama, Jakarta :


i i i i i i i i i i i i

Prenadamedia Group, Cetakan ke-1, 2015.


i i i i i

Anda mungkin juga menyukai