Abstrak
Rawa merupakan istilah umum yang digunakan untuk semua daerah yang tergenang air baik secara musiman maupun
permanen dan memiliki keragaman flora dan fauna yang khas. Rawa di Kalimantan terdapat kurang lebih 10,56 juta ha
dan di Kalimantan Selatan kurang lebih 235,677 ha. Salah satu rawa adalah tanpa pohon dan terdapat di Desa Bati-bati
Kecamatan Bati-bati Kabupaten Tanah Laut. Rawa tersebut berpotensi sebagai sumber belajar Ekologi. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui keragaman jenis vegetasi rawa tanpa pohon dan membuat handout pengayaan materi
Matakuliah Ekologi Lahan Basah yang valid. Penelitian lapangan digunakan untuk mengetahui keragaman vegetasi
rawa tanpa pohon. sedangkan penelitian pengembangan untuk membuat bahan ajar berupa handout. Didapatkan 12
spesies yaitu Vetiverinia zizanoides (bundung), Leersia hexandra (banta), Panicum virgatum (kumpai batu), Eleocharis
palustris (purun), Eleocharis acicularis (rumput purun), Eleocharis dulcis (purun tikus), Ludwegia hyssopifolia
(pipisangan), Leptochlea caerulencens (parupuk), Nyampheae pubescens (batang tanding), Ipomea aquatic
(kangkung), Cynodon dactylon (rumput jarum) dan Mikania scandens (kangkung pagar). Indeks Diversitas (H’)
tumbuhan di rawa ini 1,5544 dan dikategorikan keanekaragaman sedang. Validitas bahan ajar handout tentang
keanekaragaman vegetasi di kawasan rawa tanpa pohon Desa Bati-bati kabupaten Tanah Laut sebagai pengayaan
materi mata kuliah Ekologi Lahan Basah sangat valid.
100 m
juga upaya pelestarian atas keberadaan lahan Daerah luar
basah tersebut. Berdasarkan pengkajian terhadap
bahan ajar yang digunakan pada mata kuliah ini,
salah mahasiswa kurang memahami karakteritik
dan pencirian yang khas terutama keberadaan flora
yang ada di lahan basah, serta terbatasnya bahan Daerah dalam
ajar yang mengkaji tentang lahan basah yang ada di
sekitar kita terutama daerah Kalimantan Selatan,
terutama contoh-contoh dari lingkungan sekitar atau Gambar 1. Denah area peletakkan kuadrat
berbasis lokal. Dengan kata lain mahasiswa hanya
mengenal vegetasi yang ada di dalam bahan ajar Untuk membuat bahan ajar berupa Handout
yang telah dibuat, sehingga belum dapat digunakan metode penelitian pengembangan (R&D)
menggambarkan keberadaan vegetasi yang (Depdiknas, 2008) dengan data keanekaragaman
sesungguhnya pada lahan basah tersebut. Hal jenis seperti disebutkan terdahulu.
tersebut merupakan salah satu penyebab kesulitan Analisis data secara deskriptif, dengan
pembelajaran pada mata kuliah ini. Sehingga perlu menghitung indeks Diversitas (H’) menurut
adanya pengembangan bahan ajar penunjang Shannon-Winner (Odum, 1998) dengan rumus:
materi rawa tanpa pohon yang memuat materi H’ = - Pi ln Pi ;
dengan contoh-contoh dari lingkungan sekitar. Pi = n/N
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik Dalam hal ini,
untuk meneliti keanekaragaman vegetasi di Pi = Keanekaragaman proporsional
Kawasan Rawa tanpa Pohon desa Bati-bati n = Jumlah individu suatu spesies
Kabupaten Tanah Laut Sebagai Bahan Pengayaan N = Jumlah total individu semua spesies
mata Kuliah Ekologi Lahan Basah. Tujuan penelitian H’ = Nilai indeks keanekaragaman
adalah untuk menghitung keanekaragaman jenis Bahan ajar berupa handout yang validitasnya
vegetasi di Kawasan Rawa tanpa Pohon desa Bati- diuji oleh 2 pakar yang terdiri atas ahli ekologi lahan
bati Kabupaten Tanah Laut, dan untuk membuat basah dan bahasa. Keterbacaannya diuji oleh 5
handout yang valid tentang Keanekaragaman mahasiswa yang telah selesai mengikuti mata kuliah
vegetasi di kawasan rawa tanpa pohon desa Desa Ekologi Lahan Basah,
Bati-bati Kabupaten Tanah Laut untuk bahan Data ajar dianalisis secara deskriptif dan
pengayaan mata kuliah Ekologi Lahan Basah. diukur dengan menghitung skor validitas yang
diberikan ahli berdasarkan pada rumus berikut.
vegetasi karena tergolong dalam kelompok herba. Validasi produk awal sangat penting dilakukan
Menurut Syafei & Taufikurrahman (1994), agar dapat diketahui kelemahan atau kekurangan
kecepatan angin berpengaruh terhadap dari bahan ajar yang dikembangkan dari sisi
perkembangbiakan tumbuhan, pertumbuhan, relevansi, akurasi, kebahasaan dan
abnormalitas bentuk dari struktur tumbuhan, dan pembelajarannya, seperti yang dijelaskan oleh
kerusakan fisik tumbuhan tersebut. Angin juga Setyosari (2010) bahwa Uji ahli atau Validasi
merupakan medium paling baik untuk penyebaran dilakukan dengan responden para ahli berguna
biji tumbuhan. Biji yang dapat diterbangkan angin untuk mereview produk awal dan memberikan
berukuran sangat kecil, biji berkomosa (biji diperluas masukan untuk perbaikan.
dengan adanya bulu-bulu atau rambut-rambut halus Sementara itu hasil uji keterbacaan oleh
yang hampir tidak menambah berat), biji bersayap, mahasiswa sebagian besar mahasiswa menyatakan
dan biji berkantung. bahan ajar baik digunakan dari segi tampilan,
penyajian materi, dan manfaatnya dengan hasil
3.2 Pengembangan Bahan Ajar Handout rerata 89,50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
bahan ajar mudah untuk dipahami dan mudah
Rata-rata penilaian oleh 2 validator terhadap aspek diaplikasikan materinya dalam kehidupan sehari-
kelayakan isi, kelayakan penyajian dan kelayakan hari oleh peserta didik. Uji keterbacaan ini penting
bahasa adalah 87,50 (Tabel 4). Ini berarti bahan dilakukan agar bahan ajar yang dikembangkan
ajar yang dikembangkan sudah sangat valid dan sesuai untuk mahasiswa yang akan
dapat digunakan pada pembelajaran. menggunakannya di lapangan secara nyata. Selain
itu bahan ajar yang sesuai karakteristik mahasiswa,
Tabel 4. Hasil validasi bahan ajar oleh pakar memungkinkan mahasiswa dapat belajar sendiri,
No Aspek yang di uji Rerata hasil validasi sehingga makin menambah pengalaman belajar
1 Kelayakan isi 87,56 mahasiswa, seperti yang dijelaskan oleh Aisyhar, R.
2 Kelayakan penyajian 88,34 dkk (2012) bahwa pengembangan bahan ajar yang
3 Kelayakan bahasa 86,60 disusun haruslah kontekstual, maksudnya berasal
Nilai rerata 87,50 dari lingkungan terdekat dan akrab dengan
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penilaian oleh
Uji keterbacaan kepada mahasiswa yang mahasiswa terhadap bahan ajar perlu dilakukan.
telah lulus mengambil mata kuliah Ekologi Lahan Bahan ajar handout yang disusun dari hasil
Basah didapat skor rerata 89,5 dengan kategori penelitian dan telah dinyatakan valid setelah uji
sangat baik (Tabel 5) dan dapat digunakan sebagai validasi oleh 2 orang validator, serta uji
bahan pengayaan mata kuliah Ekologi Lahan keterbacaan mahasiswa sebanyak 5 orang akan
Basah. menjadi sebuah produk akhir. Produk akhir pada
penelitian ini yang telah mempertimbangkan dan
Tabel 5. Uji keterbacaan mahasiswa menindaklanjuti saran dari validator dan mahasiswa
Jumlah sehingga dapat digunakan sebagai bahan ajar.
No. Aspek tanggapan
(4) (3) (2) (1) 4. SIMPULAN
1. Desain cover 3 2 - -
2. Gambar-gambar dalam Handout 3 2 - - 1. Di rawa tanpa pohon Desa Bati-bati terdapat 12
3. Gambar yang disajikan 3 1 1 - spesies dan indeks keragamannya tergolong
4. Tulisan dalam Handout 4 1 - - sedang.
5. Kalimat di dalam Handout 3 2 - - 2. Validitas Handout yang disusun dari penelitian
6. Gambar-gambar terlihat jelas
2 2 1 - “Keanekaragaman vegetasi herba di Kawasan
dalam Handout
7. Istilah-istilah dalam Handout 3 2 - - rawa tanpa pohon desa Bati-Bati Kabupaten
Materi yang disajikan dalam Tanah Laut” sangat valid dan keterbacaannya
8. 3 2 - - sangat baik, sehingga layak digunakan sebagai
Handout
Tidak ada kalimat yang materi pengayaan mata kuliah Ekologi Lahan
9. 4 1 - -
menimbulkan makna ganda Basah.
Materi pengayaan dapat
10. 3 2 - -
dipahami 5. UCAPAN TERIMA KASIH
Jumlah 31 17 2
Rerata 89,50 %
Terima kasih disampaikan kepada Dekan
FKIP yang telah memberikan ijin penelitian
dan dana, Kesbangpol Tanah Laut yang Pendidikan. Direktorat Jendral Perlindungan Hutan
memberikan ijin penelitian, Kepala desa Bati- dan Pelestarian. Bogor.
bati yang membantu dan memberikan ijin Noor YS, Khazali M, Suryadiputra NN. 1999. Panduan
penelitian, pengikut mata kuliah Ekologi Lahan Pengenalan Mangrove Indonesia. Wetlands
International Indonesia Program, Bogor.
Basah yang berperan aktif dalam pengambilan
Odum PE. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga.
data lapangan, dan mahasiswa yang berperan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
aktif dalam uji keterbacaan handout. Prasetyo ZK. 2013. Pembelajaran Sains Berbasis
Kearifan Lokal. Pascasarjana UNY, Surakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA Prastowo A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar
Inovatif. Diva Press. Yogyakarta.
Akbar S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. PT Resosoedarmo RS, Kuswata K, Aprilani S. 1992.
Remaja Rosdakarya, Bandung. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya,
Asyhar R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Bandung.
Pembelajaran. Referensi. Jakarta. Rohmad A., Suhandini P, Sriyanto. 2013. Pengembangan
Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi,
Praktik edisi Revisi. Rineka Cipta, Yogyakarta Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) Serta
Backer CA. Brink RCBVD. 1968. Flora of Java Kebencanaan Sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran
(Spermatophytes only) Vol III. Netherland. Wolters- Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang.
Noordhoof. V-Groningen. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial. Universitas
Barbour MG, Burk JH, Pitts WD. 1987. Terrestrial Plant Negeri Semarang, Semarang.
Ecology. The Benjamin Cummings Publishing Sagala S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk
Company, Inc. California. Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan
Dasuki UA. 1994. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Jurusan Mengajar. Alfabeta, Bandung.
Biologi ITB, Bandung. Setyosari P. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Pengembangan. Pn Kencana, Jakarta.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang
dan Menengah, Jakarta. Mempengaruhinya. Rineka C[pta. Jakarta
Dharmono. 2008. Modul Ekologi Lahan Basah. Jurusan Sitepu. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. PT Raja
PMIPA FKIP Unlam, Banjarmasin. Grafindo Persada, Jakarta.
Fachrul, Melati Ferianita. 2008. Metode Sampling Sungkowo. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar
Bioteknologi. Bumi Aksara. Jakarta. Berbasis TIK. Kementerian Pendidikan Nasional
Hardjosowarno S. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar
Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta. dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah
Hatimah I. 2006. Pengelolaan Pembelajaran Berbasis Menengah Atas, Jakarta
Potensi Lokal di PKBM. Universitas Pendidikan Sukiman, 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. PT
Indonesia. Jakarta Pustaka Insan Madani, Yogyakarta.
Jumin HB. 1992. Ekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Sufatmi A. 2012. Pengembangan Handout Berbasis
Rajawali Press, Jakarta. Kontekstual untuk Pembelajaran Kimia Materi
Michael P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Unsur Transisi Sebagai Sumber Belajar Mandiri
Lapangan dan Laboratorium Indonesia. Universitas Peserta Didik Kelas XII SMA/MA. Universitas
Press. Jakarta. Negeri Yogyakarta, Yogyakarta
Menristek-dikti. 2016. Panduan Hibah Penyusunan Stennis Van CG. 2006. Flora. PT. Pradnya Paramita,
Bahan Ajar. Jakarta. Jakarta.
Mukminan. 2011. Perspektif Teori dan Praktik Syafei ES, Taufikuurahman. 1994. Pengantar Ekologi
Implementasi Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal. Tumbuhan. Fakultas Matematika dan Ilmu
UNY, Yogyakarta. Pengetahuan Alam. ITB, Bandung.
Mumpuni E. 2013. Potensi Pendidikan Keunggulan Lokal Tjitrosoepomo G. 2007. Morfologi Tumbuhan. Gajah
Berbasis Karakter dalam Pembelajaran Biologi di Mada University Press, Yogyakarta.
Indonesia. Pendidikan Biologi Program Yamin. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Ciputat.
Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Malang. Jakarta
Nirarita NCH, Wibowo P, Susanti. S, Padmawinata D. Wirakusumah S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi Bagi
Kusmarini, Syarif M, Hendriani Y, Kusnianingsih, Populasi dan Komunitas. Universitas Indonesia,
Sinulingga LB. 1996. Ekosistem Lahan Basah. Jakarta.
Buku Panduan Untuk Guru dan Praktisi
-----