Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 137-140 Vol. 15 No.

3
ISSN 0853 – 4217

STUDI PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PENGELOLAAN LANSKAP


AGROFORESTRI DI SEKITAR SUB DAS WAY BESAI, PROVINSI LAMPUNG
(STUDY OF COMMUNITY PERCEPTION ON AGROFORESTRY LANDSCAPE
MANAGEMENT IN WAY BESAI SUB WATERSHED, LAMPUNG PROVINCE)

Christine Wulandari1)

ABSTRACT
The narrowness of the average land that belongs to the community (<0.3 ha per household) is one cause
of increasing critical land and forest in Way Besai Sub Watershed, Lampung Province. One solution to overcome
this problem is application of agroforestry landscape management or application of agroforestry systems at the
landscape scale. It system could be: (a) maintain the physical properties and soil fertility, (b) maintain the
hydrological functions of the region, (c) maintain a reserve of carbon, (d) reduce greenhouse gas emissions, and
(e) maintaining biodiversity. Research results at Tri Budi Syukur village, West Lampung, in June 2010 found that
respondents who have a good level of perception towards agroforestry landscape management as much as
42.07%, moderate perception was 28.28% and 29.65% respondents have low level of perception. Based on this
research had known that very significant factors were land size, education and the amount of training; income
was significant factor, and age and occupation concluded as not significant factors.

Keywords : Critical lands, perception, agroforestry landscape.

ABSTRAK
Sempitnya rata-rata kepemilikan lahan pertanian di wilayah tersebut < 0,3 ha per orang adalah salah satu
penyebab meningkatnya areal lahan dan hutan kritis pada lanskap Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai.
Salah satu solusi untuk mengatasi pemasalahan ini yaitu dengan diaplikasikannya pengelolaan lanskap
agroforestri atau aplikasi sistem agroforestri pada skala lanskap karena: (a) memelihara sifat fisik dan
kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c) mempertahankan cadangan karbon, (d)
mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e) mempertahankan keanekaragaman hayati. Berdasarkan hasil
penelitian yang di lakukan di kampung Tri Budi Syukur, Lampung Barat pada bulan Juni 2010 diketahui bahwa
masyarakat yang mempunyai level persepsi baik terhadap pengelolaan lanskap agroforestri sebanyak 42,07 %,
persepsi sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%. Berdasar-kan hasil penelitian diketahui bahwa luas lahan,
pendidikan dan jumlah pelatihan adalah faktor berbeda sangat nyata; pendapatan adalah faktor yang berbeda
nyata. Adapun faktor umur dan jenis pekerjaan adalah faktor yang tidak berbeda nyata.

Kata kunci : Lahan kritis, persepsi, lanskap agroforestri.

PENDAHULUAN Keterhubungan ekonomi, sosial, dan biofisik di dalam


lanskap merupakan sumber untuk kemampuan
Berbagai macam lanskap, penggunaan lahan, masyarakat dalam menyediakan keamanan pangan,
dan penutupan lahan di Indonesia mengalami mata pencarian, dan jasa lingkungan untuk
perubahan yang sangat cepat sebagai akibat dari masyarakat luas. Oleh karena itu, fungsi dari
faktor perekonomian, kependudukan, dan kebijakan, keseluruhan lanskap menjadi penting untuk dipahami
terutama setelah terjadinya krisis ekonomi dan (Arifin et al., 2008).
politik. Perkembangan ekonomi dan berbagai Masalah degradasi lingkungan yang terjadi
infrastruktur telah menghubungkan berbagai wilayah, sering kali berpangkal pada komponen manusia.
mulai dari pegunungan, dataran rendah sampai Pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan
dengan wilayah perbatasan Indonesia. meningkatnya berbagai kebutuhan hidup.
1) Perbandingan jumlah penduduk tidak seimbang
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung
dengan luasan lahan pertanian, keterbatasan
Jl. Sumantri Brojonegoro 1, Bandarlampung 35145. lapangan kerja, dan minimnya pendapatan. Keadaan
Penulis Korespondensi : chs_wulandari@yahoo.co.uk tersebut mendorong sebagian masyarakat untuk
138 Vol. 15 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia

merambah hutan, menggunakan lahan marjinal untuk terhadap tingkatan persepsi masyarakat tentang
lahan pertaniannya dengan mengabaikan kaidah- pengelolaan lanskap agroforestri.
kaidah konservasi lingkungan. Hal ini menyebabkan
meningkatnya areal lahan kritis pada suatu lanskap
seperti yang terjadi pada lanskap Sub Daerah Aliran BAHAN DAN METODE
Sungai (DAS) Way Besai.
Sub DAS ini termasuk dalam wilayah Populasi penelitian ini adalah petani sebagai
Kecamatan Way Tenong dan Kecamatan Sumberjaya kepala keluarga yang berusaha taninya di dataran
dan sekitar 86% penduduknya bekerja pada sektor tinggi, melakukan pengelolaan sumberdaya hutan,
pertanian. Apabila areal non kawasan hutan (juga bertempat tinggal di tepi hutan dan memiliki
disebut Areal Peruntukan Lain atau APL) seluas interaksi serta ketergantungan terhadap keberadaan
25.743 hektar (ha) dianggap sebagai lahan pertanian, hutan lindung di Kampung Tri Budi Syukur,
maka kepadatan agraris Sub DAS Way Besay adalah Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
3 orang per ha. Dengan kata lain, rata-rata Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Juni 2010.
kepemilikan lahan pertanian di wilayah tersebut < 0,3 Sampel ini adalah responden yang merupakan
ha per orang. Sempitnya pemilikan lahan bagian dari populasi terpilih. Teknik pengambilan
menyebabkan tekanan terhadap lahan sangat tinggi sampel dilakukan dengan purposive sampling
dan luasan lahan kritis terus meningkat (SCBFWM, berdasarkan jumlah sampel yang diambil di lokasi
2010). peneltian. Dengan demikian sampel yang ditentukan
Lahan-lahan kritis di Sub DAS Way Besai yang dalam penelitian ini adalah 112 sesuai dengan batas
pada mulanya adalah lahan hutan merupakan lahan minimum (10%) dari jumlah total KK yaitu 1.166
yang memiliki kesuburan tanah yang rendah, siklus Kepala Keluarga atau KK (Zainudin, 2010).
nutrisi yang berjalan cepat pada ekosistem hutan, Rancangan penelitian ini ialah deskriptif
lingkungan yang cocok bagi pertumbuhan vegetasi korelasional. Pengujian dilakukan dengan cara
pohon, curah hujan tinggi, dan tanah yang mudah menganalisis hubungan pengaruh antar variabel di
tererosi. Suatu pola pertanaman antara tanaman dalam model, melalui pengujian statistik regresi linier
semusim dan tanaman tahunan dapat didesain untuk berganda. Peubah-peubah yang diamati dalam
mendapatkan keadaan yang optimal dalam usaha peubah bebas yakni umur, jenis pekerjaan,
tani yang dilakukan pada lahan kritis (Riyanto dan pendidikan, jumlah pelatihan, pendapatan, luas lahan
Riyanto, 1981). Pola pertanaman yang telah garapan, dengan Y (peubah terikat) adalah persepsi.
disebutkan di atas merupakan salah satu sistem Untuk mengetahui persepsi masyarakat digunakan
agroforestri, yaitu agroforestri sederhana. analisis statistik dengan memakai Skor T untuk
Berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan pada mengubah skor mentah dari kuesioner yang
saat ini, agroforestri tidak hanya terbatas pada menggunakan Skala Likert . Berdasarkan Skor T
kombinasi tanaman semusim dan tanaman tahunan tersebut dilakukan penggolongan Persepsi Baik,
saja, tetapi juga dapat dikombinasikan dengan hewan Buruk (rendah) dan Sedang.
ternak bahkan dengan ikan dan lebah madu.
Kombinasi berbagai jenis tanaman semusim,
tanaman tahunan, hewan ternak, lebah madu dan HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan merupakan sistem agroforestri kompleks. Pada
bentang lahan, bentuk-bentuk kombinasi ini terdapat Adjat dalam Budiono (2006) menyatakan
dalam berbagai tipe penutupan dan penggunaan persepsi sebagai suatu proses yang memberikan
lahan dengan pola tanam monokultur maupun kesadaran kepada individu tentang suatu obyek atau
campuran dan disebut dengan lanskap agroforestri. peristiwa di luar dirinya melalui panca indra. Menurut
Lanskap agroforestri terbagi menjadi dua sistem Sarwono (1999) perbedaan persepsi antara satu
penutupan dan penggunaan lahan yaitu sistem orang dengan orang lainnya disebabkan oleh: (1)
penutupan dan penggunaan lahan tersegregasi dan perhatian ; rangsangan yang ada disekitar dan tidak
terintegrasi. ditangkap sekaligus tetapi hanya memfokuskan pada
Tujuan dari penelitian tentang persepsi satu atau dua obyek saja. (2) set ; adalah harapan
masyarakat terhadap pengelolaan lanskap seseorang akan rangsangan yang akan timbul,
agroforestri di Sub DAS Way Besai adalah: (1.) untuk misalanya seorang pelari siap digaris start terdapat
mengetahui tingkat persepsi masyarakat, dan (2.) set bahwa akan terdengar pistol disaat ia harus
menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh berlari. (3) kebutuhan ; kebutuhan-kebuthan sesaat
maupun yang menetap akan mempengaruhi persepsi
Vol. 15 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia 139

orang tersebut. (4) sistem nilai; seperti adat-istiadat, dapat terjadi karena yang dilakukan Doviyanti et al.
kepercayaan, yang berlaku dalam masyarakat (2010) adalah dalam skema program model DAS
berpengaruh pula terhadap persepsi. (5) ciri mikro (MDM) sehingga pendapatan yang diperoleh
kepribadian misalanya watak, karakter, kebiasaan berasal dari luasan yang terbatas sedangkan
akan mempengaruhi pula persepsi. penelitian ini skalanya sangat luas yaitu merupakan
Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat bentang alam (lanskap).
yang mempunyai persepsi baik sebanyak 42,07 %, Adapun umur dan jenis pekejaan disimpulkan
persepsi sedang 28,28% dan persepsi buruk 29,65%. sebagai faktor yang berpengaruh tidak nyata. Faktor
Sesuai dengan pendapat Sarwono (1999), jenis pekerjaan yang tidak berbedanyata terhadap
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi merupakan hasil yang sama dengan
masyarakat yang berpendidikan sedang dan rendah kesimpulan hasil penelitian Zainuddin (2010) di
pada umumnya mempunyai persepsi buruk. Jambi. Sedangkan persamaan dengan hasil
Sebaliknya masyarakat yang berpendidikan tinggi penelitian Doviyanti et al., (2010) adalah pada faktor
pada umumnya mempunyai persepsi baik. umur yang berpengaruh tidak nyata terhadap
Diketahui pula bahwa pendidikan dan jumlah persepsi dan partisipasi. Hal ini dapat terjadi karena
pelatihan serta luas lahan merupakan faktor-faktor 90% responden adalah petani dan lahan dikerjakan
yang pengaruh sangat nyata terhadap persepsi oleh semua anggota keluarga.
masyarakat. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian maka perlu adanya
tentang persepsi oleh Castillo (1979) terkait dengan peningkatan jumlah pelatihan dan pendidikan
pengembangan suatu proyek di suatu wilayah, dan termasuk peningkatan jenis-jenis perlatihan. Kedua
Wulandari (1999) yang meneliti tentang Kelestarian faktor ini perlu mendapatkan perhatian tersendiri
Agroforestri di Pekarangan. Hasil serupa juga didapat karena merupakan faktor yang berbedanyata
oleh Doviyanti et al., (2010) yang meneliti tentang sehingga peningkatan keduanya diharapkan akan
Studi Partisipasi Masyarakat yang dilakukan di areal dapat meningkatkan persepsi masyarakat. Kondisi ini
program Model DAS Mikro (MDM) Air Sengak, sangat beralasan karena menurut Budiono (2006)
Provinsi Bengkulu dan hasil penelitian Zainuddin persepsi adalah suatu proses psikologis seseorang
(2010) tentang Persepsi Masyarakat terhadap yang diartikan sebagai : (1) proses pengamatan,
kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan di pencarian, penerimaan dan penafsiran tertentu, (2)
Provinsi Jambi. merupakan proses berpikir yang menuntut
Khusus untuk faktor luas lahan yang kemampuan otak untuk dapat menafsirkan sesuatu
merupakan faktor berbeda sangat nyata terhadap dengan benar, (3) hasil interpretasi seseorang
persepsi dapat dijelaskan secara tersendiri karena terhadap sesuatu.
menurut Geist dan Lambin (2002) faktor ini Strategi implementasi faktor perluasan lahan
merupakan salah satu underlying driving forces dalam meningkatkan persepsi masyarakat hanya
terkait dengan terus meningkatnya konversi lahan dapat dilakukan pada areal atau lahan hutan yang
akibat dinamika populasi di suatu wilayah. Adanya tidak dikelola dengan baik misal lahan alang-alang
luas lahan sebagai faktor yang berpengaruh sangat untuk menghindari konflik. Adanya strategi
nyata merupakan hal yang mungkin terjadi di peningkatan pelatihan, pendidikan dan luas lahan
lapangan karena lanskap yang luas tentu akan terdiri maka diharapkan persepsi masyarakat dalam
dari berbagai kondisi lahan dan kelerengan dan akan aplikasikan lanskap agroforestri dapat meningkatkan
memberikan kesempatan pada masyarakat untuk pendapatan.
menanam semakin banyak jenis tanaman. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Kim (1985) dan Asdi (1996)
bahwa lahan yang luas akan berpengaruh terhadap KESIMPULAN
persepsi dan perilaku masyarakat dalam mengelola
lahan termasuk pemakaian teknologi pengelolaannya. Masyarakat yang mempunyai persepsi baik
Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebanyak 42,07 %, persepsi sedang 28,28% dan
pendapatan berbedanyata terhadap persepsi persepsi kurang 29,65% terhadap pengelolaan
masyarakat dalam aplikasikan lanskap agroforestri lanskap agroforestri. Berdasarkan hasil penelitian
sebagaimana hasil penelitian Ngidlo (1990) terkait diketahui bahwa luas lahan, pendidikan dan jumlah
dengan tingkat adopsi teknologi agroforestri oleh pelatihan adalah faktor berbeda sangat nyata
masyarakat. Disisi lain, hasil penelitian ini sedangkan pendapatan adalah faktor yang berbeda
bertolakbelakang dengan hasil Doviyanti et al., nyata. Adapun faktor umur dan jenis pekerjaan
(2010) untuk faktor pendapatan. Perbedaan hasil adalah faktor yang tidak berbeda nyata. Diperlukan
140 Vol. 15 No. 3 J.Ilmu Pert. Indonesia

strategi yang cermat dalam perluasan lahan, Ngidlo, R.T. 1990. Factors Associated with the
peningkatan pendidikan dan jumlah (serta jenis) Farmer’s Adoption of Agroforestry: a Study of
pelatihan dalam rangka meningkatkan persepsi Four Selected ISF Projects in Ifugao. Thesis.
masyarakat untuk aplikasikan lanskap agroforestri. UPLB. Filipina.
Noordwijk, MV dan Sampurno, B. 2008. Deforestation
and the Multiple Functions of Tropical
DAFTAR PUSTAKA Watersheds. Policy Brief of Alternative Slash
and Burn (ASB) No. 8. Nairobi, Kenya.
Arifin, H., S, Suhardi, C Wulandari, Q Pramukanto
dan Kaswato. 2008. Agroforestry Landscape Kim, J.H. 1985. Bio-physical Environments and
Analysis in Mendalam River Basin, the Upper Adoption of Modern Rice Varieties in Rain Fed
Stream of kapuas Watershed, West Kalimantan Lowland of Cagayan Province, Philippines.
Province, Indonesia. Final Report of Indonesia Disertasi UPLB. Filippina. Tidak Dipublikasikan.
Group. Indonesia: Indonesian Network for Pujowati, P. 2009. Rencana Pengelolaan Lanskap
Agroforestry Education – SEANAFE-ICRAF. Agroforestri di Daerah Aliran Sungai Karang
Asdi, A. 1996. Sustainability of Food and Nutrition Mumus, Kalimantan Timur. Pasca Sarjana IPB.
Diversification Project in West Sumatra, Tesis.
Indonesia. Disertasi University of the Budiono, P. 2006. Hubungan Karakteristik Petani Tepi
Philippines Los Banos (UPLB). Filippina. Tidak Hutan dengan Perilaku Melestarikan di 12 Desa
Dipublikasikan di Sekitar Hutan Lindung di Propinsi Lampung.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Pasca Sarjana IPB. Disertasi.
Aliran Sungai. Gajah Mada University Press. Riyanto, S dan Riyanto. 1981. Agroforestri dan
Yogyakarta. Prospeknya di Kalimantan Timur. Prosiding
Castillo, E.R. 1979. Participation and Training Needs Seminar Agroforestri dan Perladangan. Jakarta:
of RIC Members In Selected Municipalities of 20 Mei 1981.
Ilocos Sur. Thesis Magister Scinece UPLB SCBFWM. 2010. Laporan Turun Lapang. BPDAS Way
Filippina. Sekampung Seputih. Lampung. Suyanto S, N
Doviyanti, M., Wiryono, S. A. 2010. Kajian Persepsi Khususiyah. 2006. Imbalan Jasa Lingkungan
dan Partisipasi Masyarakat terhadap Program untuk Pengentasan Kemiskinan. Bogor: Jurnal
Pembangunan Areal MDM Air Sengak Agro Ekonomi Kehutanan 24(1):95-113.
Kabupaten Bengkulu Tengah. Tesis Pasca Sarwono. S.W. 1999. Psikologi Sosial, Individu, dan
Sarjana Universitas Bengkulu. Tidak Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta. Penerbit
dipublikasikan. Balai Pustaka.
FAO, 1990. Farming System Development, Guidelines Wulandari, C. 1999. Prediction of Sustainability of
for the Conduct of Training Course in Farming Various Home Garden in Lampung Province
System Development. Food Agriculture Indonesia Using AHP and Logit Modes.
Organization of The United Nations, Roma. Disertasi. UPLB. Filipina.
Geist, H.J dan EF Lambin. 2002. Proximate Causes Zainuddin, R. 2010. Persepsi masyarakat terhadap
and Underlying Driving Forces of Tropical kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan
Deforestation. Bioscience 52:143–150. (studi kasus propinsi Jambi). Tesis Pasca
Hairiah, K., Widianto, D Suprayogo. 2008. Adaptasi Sarjana Universitas Jambi.
dan mitigasi pemanasan global: bisakah Zulfarina. 2003. Persepsi dan Partisipasi Petani
agroforestri mengurangi resiko longsor dan Terhadap Usaha Pertanian Konservasi: Studi
emisi gas rumah kaca?. Di dalam: Supriyono, D Kasus Kelompok Pengelola Hutan
Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Kemasyarakatan di kawsan Hutan Lindung
Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Register 45 B, Kabupaten Lampung Barat,
Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Propinsi Lampung. Thesis IPB. Bogor. Tidak
Surakarta, 4 Maret. Surakarta: Fakultas Dipublikasikan.
Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

Anda mungkin juga menyukai