Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PRESEPSI , MOTIVASI

TERHADAP PARTISIPASI PETANI DALAM


PELESTARIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
LEMAU
KOTA BENGKULU

PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Adelbert Sada Ukur Tumangger
E1D020037

Pembimbing Utama : Dr. M. Mustopa Romdhon, SP., M. Si.


Pembimbing Pendamping : Dr. Reflis, SP, M. Si

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai penyedia air berkualitas tinggi secara
berkelanjutan mungkin hampir sama lama dengan gagasan pertanian beririgasi.
Namun demikian, masih ada ketidakjelasan antara standar dan indikator yang
dapat memenuhi harapan realistik kita, yang didasarkan pada hubungan sebab-
akibat antara multipihak dan manajemen DAS. Pengelolaan DAS seringkali
dikaitkan dengan tingkat penutupan lahan oleh hutan. Ini didasarkan pada gagasan
bahwa "reforestasi" atau "reboisasi" dapat mengembalikan dampak negatif dari
deforestasi (penggundulan hutan). Dewasa ini, masyarakat masih bingung tentang
apakah aliran sungai akan meningkat atau menurun setelah alih guna hutan atau
reboisasi. Ini disebabkan oleh kurangnya data empiris dan/atau referensi yang
diacu yang tersedia.

Karena kondisinya yang mendesak, banyak satuan DAS di Provinsi


Bengkulu harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. DAS Lemau adalah
salah satu DAS yang perlu diperhatikan karena ancaman laju peningkatan
kekritisan DAS yang sangat cepat. Menurut Hindarto et al. (2009), sebagai akibat
dari keberadaan PLTA Musi, aliran DAS Musi "dibelokkan" ke DAS Lemau,
mengancam kelestarian fungsi ekohidrologinya. Akibatnya, terjadi suplai air yang
berlebihan, yang menyebabkan laju sedimentasi dan pendangkalan sungai
meningkat.

DAS Lemau memiliki luas sekitar 51.493 hektar dan sebagian besar
berada di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. DAS Lemau berada
pada koordinat 102°11'53.6" - 102°31'2.2" Bujur Timur dan 3°28'22.9" -
3°43'36.5" Lintang Selatan. DAS Lemau terdiri dari empat sub DAS: Lemau
Hulu, Penyengat, Simpang Aur, dan Lemau Hilir berdasarkan fungsi
hidrologinya. Keadaan bentang alam DAS Lemau saat ini diduga telah mengalami
degradasi fungsi DAS yang signifikan sebagai akibat dari tekanan pembangunan
di berbagai bidang. Sebagian dari wilayah hutan saat ini telah diubah menjadi area

1
pertanian dan perkebunan. Kecenderungan tersebut harus dipertimbangkan
dengan cermat, karena kondisi seperti itu dapat merusak fungis ekohidrologi di
daerah tangkapan air (catchment area). Akibatnya, DAS Lemau memerlukan
perawatan yang tepat.
Bagian dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun adalah DAS
Lemau. Karena lahan kritis seluas 2.000 ha di DAS Lemau, pada tahun 2019
terjadi banjir bandang dan longsor (Usmin. 2021). Wahid (2009) juga
menjelaskan bagaimana hilangnya luasan vegetasi hutan yang efektif dapat
mengurangi kelembapan tanah, evavotranspirasi, infiltrasi, dan meningkatkan
limpasan permukaan.
Selain itu, hal ini berdampak pada kondisi hidrologi DAS Lemau.
Pemerintah memutuskan untuk melakukan konservasi dan rehabilitasi untuk
menjaga dan melindungi hutan lindung karena mereka menyadari seberapa parah
kerusakan tersebut. Dalam upaya memulihkan DAS Lemau, BPDAS Ketahun
menggunakan pendekatan konservatif dengan bekerja sama dengan masyarakat di
sekitar hutan. Menurut Peraturan Menteri Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
hutan termasuk pelatihan, penyuluhan, pendampingan, dan penyediaan sarana dan
prasarana untuk pemulihan DAS Lemau.
Luas wilayah perkebunan kopi dibengkulu Tengah pada tahun 2018 -2019
4.711 hektar inilah yang mengharuskan pengelolaan DAS yang baik sehingga
perkebunan warga maupun perushaan tidak rusak dikarenakan bencana alam
seperti longsor dan banjir
Persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, menurut Miftah
Toha (2003: 154): 1. Faktor internal: perasaan, sikap, kepribadian, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan
kejiwaan, nilai dan kebutuhan, dan minat. 2. Faktor eksternal: informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan lingkungan, intensitas, ukuran,
keberlawanan, dan pengulangan. Pertama, stimulus atau rangsangan; kedua,
registrasi; dan terakhir, interpretasi, menurut Miftah Toha (2003: 145). 3.
Motivasi Masyarakat: Istilah "yang berarti "bergerak," berasal dari bahasa Latin.

2
Pada dasarnya, seseorang adalah individu yang mendorong keinginan seseorang
untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya (Melayu S.P.
Hasibuan, 2010: 92).
Sumber daya alam aliran sungai sangat penting untuk kehidupan manusia,
tetapi pengelolaan yang tidak tepat dapat menyebabkan banjir, longsor, dan
kerusakan lingkungan. Petani adalah salah satu orang yang terlibat dalam
mengelola aliran sungai. Untuk mendukung partisipasi aktif petani dalam
pengelolaan daerah aliran sungai, mereka perlu memiliki persepsi dan motivasi
yang positif. Persepsi positif tentang pentingnya pengelolaan daerah aliran sungai
dan motivasi untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan dapat meningkatkan
partisipasi petani dalam pengelolaan daerah aliran sungai. Oleh karena itu,
penelitian perlu dilakukan mengenai pengaruh persepsi dan motivasi terhadap
partisipasi petani dalam pengelolaan daerah aliran sungai. Petani adalah
pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan daerah aliran sungai, dan
penelitian ini dapat menjadi dasar untuk membangun program seperti itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh presepsi terhadap partisipasi petani dalam
peningkatan keberhasilan pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai
Lemau?
2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap peningkatan keberhasilan
pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai Lemau?
3. Apakah ada pengaruh partisipasi petani terhadap peningkatan keberhasilan
pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai Lemau?

1.3 Tujuan penelitian


1. Untuk menganalisis untuk pengaruh persepsi dalam peningkatan
keberhasilan pertanian perkebunan di DAS Lemau.
2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap partisipasi petani dalam
peningkatan keberhasilan pertanian perkebunan di DAS Lemau.
3. Untuk menganalisis pengaruh presepsi terhadap partisipasi petani
peningkatan keberhasilan pertanian perkebunan di DAS Lemau

3
1.4 Manfaat Penelitian
 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaharuan dan pengembangan Daerah Aliran Sungai
dan riset ini diharapkan mampu menjadi sumbangan ilmiah serta refrensi
baru bagi penelitian yang akan datang.
 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
Daerah Aliran Singai, bahkan bermanfaat bagi daerah sekitarnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI

2.1.1 Presepsi Petani


Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh suatu penginderaan
yaitu proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
reseptornya. Menurut Basyuni dalam Sandi ( 2006), faktor-faktor dalam individu
yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan,
pandapatan dan kapasitas indera.

Faktor luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh


kelompok, pengalaman masalalu dan latar belakang sosial budaya. Persepsi bisa
menjadi hal yang vital dalam mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga
kualitas lingkungannya, termasuk masyarakat hulu dalam menjaga kelestarian
ekosistem DAS dalam keberlanjutan ketersediaan air.

Manusia akan menjadi semakin tahu dan sadar akan dampak yang
dihasilkan dari adanya perubahan ekosistem. Keberadaan ekosistem DAS sangat
mempengaruhi keberlanjutan pasokan air pada badan sungai. Masyarakat yang
memilikipengetahuan mengenaiperanan ekosistem DAS umumnya akan
bertindakreaktifdanmelakukan antisipasi terhadap dampakyang mungkin akan
terjadi.

2.1.2 Motivasi Petani


Tingkat motivasi diukur dari manfaat hutan rakyat yang dirasakan petani,
persepsi petani terhadap hutan rakyat, dan tujuan dalam pengelolaan hutan rakyat
dengan Teknik penentuan skala likert. Petani hutan rakyat menganggap bahwa
hutan rakyat memiliki manfaat tidak hanya berupa materi tetapi juga memiliki
manfaat dalam pelestarian lingkungan. Begitu pula dengan persepsi petani bahwa
hutan rakyat yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan kualitas lingkungan

5
yang baik pula, sehingga petani merasa jika pengelolaan hutan rakyat dihentikan
akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar

Witantriasti (2010) mengatakan motivasi yang menjadi pendorong petani


dalam berusaha tani hutan rakyat adalah manfaat dan keuntungan relatif yang
diperoleh serta tujuan terhadap aktivitas usahatani menjadi tinggi, sedang dan
rendah. Berikut hasil penelitian mengenai tingkat motivasi petani hutan rakyat.

2.1.3 Kelayakan Bisnis


Pengertian studi kelayakan bisnis adalah segala hal yang berhubungan
berberapa aspek, yang mana salah satu aspeknya adalah aspek finansial. Dalam
mengambil keputusan untuk menyatakan suatu usaha layak dijalankan atau tidak,
dibutuhkan hasil riset dari studi kelayakan (Kasmir dan Jakfar, 2012).

Studi kelayakan merupakan kegiatan mengevaluasi, menganalisis, dan


menilai layak atau tidak suatu proyek bisnis dijalankan. tujuan diadakan studi
kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran investasi atau penanaman
modal yang besar untuk suatu proyek atau kegiatan usaha yang ternyata tidak
menguntungkan (Rika Kharlina Ekawati dkk, 2021)

Menurut Syahyunan (2014), Studi kelayakan merupakan kajian yang


mendalam terhadap suatu usaha yang akan dijalankan, untuk menentukan apakah
usaha tersebut layak untuk dijalankan. Dilakukan penelitian mendalam dengan
mengkaji secara sungguh-sungguh data dan informasi yang ada kemudian
mengukur, menghitung, dan menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan
metode tertentu. Penelitian dilakukan terhadap bisnis yang akan dijalankan dalam
skala tertentu, sehingga penelitian harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

2.1.4 Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan tujuan memperkirakan
rencana investasi nantinya, dengan melakukan perhitungan biaya dan manfaat
yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan penerimaan
sehingga dapat menilai apakah usaha dapat berkembang atau tidak. Laporan
keuangan adalah salah satu informasi penting yang ditujukan oleh perusahaan

6
kepada para investor di pasar modal, yang mana laporan keuangan tersebut
berfokus pada laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan utama yang
fungsinya mengukur kinerja dan menyatakan prestasi dari sebuah perusahaan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam laporan laba rugi tercantum informasi yang
dapat digunakan untuk menilai dugaan arus kas masa depan, karena dugaan
tersebut dapat menjadi dasar untuk memperkirakan kinerja suatu perusahaan di
masa yang akan datang. (Yuwana dkk, 2014).

Menurut Dy Ilham Satria, (2016) Informasi tentang kas ini sangatlah


penting terutama untuk para investor dan kreditur, karena melalui informasi ini
mereka dapat melihat bagaimana sebuah perusahaan memiliki kesanggupan
membayar dari tersedianya kas perusahaan bukan berasal dari besar atau
keuntungan perusahaan yang tinggi. Agar dapat mengetahui sumber dan
penggunaann kas dari sebuah perusahaan, terdapat 3 kategori aktivitas dalam
Laporan Arus Kas yaitu:

1. Arus kas dari aktivitas operasional : Arus kas ini didapatkan dari
aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, oleh karena itu arus
kas ini berasal dari transaksi penjualan produk perusahaan dan
aktivitas transaksi lain mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
2. Arus kas dari aktivitas investasi : arus kas ini menyajikan laporan
aktivitas investasi perusahaan yang mana kas masuk dan kas keluar
dipengaruhi oleh pembelian atau penjualan sumber daya yang berguna
untuk memperoleh pendapatan dan arus kas masa depan seperti
pembelian dan penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan investasi
jangka panjang perusahaan.

Arus kas dari pendanaan/pembiayaan : arus kas ini terjadi disebabkan oleh
aktivitas aliran kas masuk dan aliran kas keluar berkaitan dengan transaksi
keuangan perusahaan, yang mana hal ini menyangkut investasi saham oleh
pemegang saham.

7
2.1.4.1 Kriteria Investasi
Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan keuangan dan
arus kas, untuk mengetahui apakah usaha yang dikelola layak atau tidak. Menurut
Husnan Suswarsono (2000), analisis finansial adalah analisis perbandingan biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama
usaha tersebut berdiri. Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan
finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi dan Analisis
Sensitivitas.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih
(manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang
mana merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai
sekarang arus biaya (Gittinger, 1986).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang
dapat dibayar oleh suatu usaha untuk sumberdaya yang digunakan karena usaha
membutuhkan dana lagi untuk biaya operasi dan investasi dan usaha baru
sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986).

3. Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio)

Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present
value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk
dilanjutkan karena, setiap pengeluaran sebanyak Rp.1 maka akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut
tidak layak untukdiusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran

4. Payback period (PP)

8
Payback period merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi
yang digunakan untuk membiayai suatu usaha. Payback period adalah suatu
periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu
usaha dapat dikembalikan

2.1.5 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh-
pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah (Gittinger 1986).
Analisis sensitivitas dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan
manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan
investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal.

Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0).
NPV = 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama
dengan 1. Artinya, Sejauh mana usaha akan dijalankan untuk menerima kenaikan
harga atau penurunan input dan penurunan harga atau kuantitas output
(Gittinger,1986).

Analisis sensitivitas merupakan gambaran sejauh mana suatu keputusan


akan cukup kuat dalam menghadapi perubahan faktor atau parameter yang akan
mempengaruhi nantinya. Analisis ini dilakukan dengan memvariasikan nilai
suatu parameter pada waktu tertentu dan kemudian mengamati pengaruhnya
terhadap kemungkinan diterima terdahap suatu alternatif pilihan investasi.
Parameter yang sering berubah dan dapat mempengaruhi keputusan dalam studi
ekonomi teknik adalah ongkos investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga,
tingkat pajak, dan sebagainya. (Ivo Andika, dkk 2020)

9
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai Kelayakan finansial dan
Sensitivitas diantaranya adalah penelitian (Sutraning Nurahmi dkk, 2021) tentang
Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas UKM Kue Kering “Loyang Ncim”
di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Dari hasil penelitian ini menyatakan
besar nilai NPV Rp 36.396.296; Net B/C 2,29; Gross B/C 1,19; IRR sebesar 7,4%
per bulan. Perhitungan pada berbagai kriteria investasi tersebut menyatakan
bahwa industri Loyang Ncim ini layak secara finansial dan layak untuk
dijalankan. Payback Periode industri Loyang Ncim ini terjadi pada bulan ke 18,
yang menunjukkan masih dalam umur proyek. Pada analisis sensitivitas, faktor
yang mungkin terjadi yaitu kenaikan investasi yaitu kenaikan harga input
produksi, peningkatan atau penurunan harga jual jumlah produksi sehingga perlu
dilakukan peningkatan harga input atau penurunan harga jual sebesar 30%.

Selanjutnya pada penelitian (Muh. Yakup dkk, 2022) tentang Analisis


Kelayakan Finansial Usahatani Cengkeh Di Kecamatan Latambaga Kabupaten
Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Hasil dari penelitian ini menyatakan hasil
analisis finansial usahatani cengkeh menunjukkan bahwa nilai analisis Net B/C
Ratio yaitu 2,57, nilai NPV Rp.43.202.423 lebih besar dari 0 (nol), nilai IRR
27,01% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu (14%) dan lama
masa pengembalian proyek 5 tahun 9 bulan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan
finansial, usahatani cengkeh di Kecamatan Latambaga layak untuk dijalankan
karena semua kriteria investasi terpenuhi.

Pada penelitian (S Rohmah dkk, 2020) tentang Analisis Kelayakan Usaha


Pengolahan Kopi Robusta (Coffea Canephora) Pada Kelompok Tani Hutan (Kth)
Cibulao Hijau. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa Usaha pengolahan kopi
robusta di KTH Cibulao Hijau layak secara finansial untuk dijalankan dengan
kriteria penilaian investasi yaitu NPV sebesar Rp 1.042.607.480, IRR sebesar
301% yang berarti lebih besar dari bunga pinjaman yaitu sebesar 7%. PI sebesar
16,19 dan nilai payback peroide selama 1 tahun 4,2 bulan setelah usaha
pengolahan kopi berjalan lebih dari 1 tahun 4,2 bulan.

10
Pada penelitian (Endrianur Rahman Zain dan Mutia Ramadayanti, 2019)
tentang Analisis Finansial Biaya Produksi Minuman Cokelat Menggunakan Cocoa
Butter Substitutedari Minyak Inti Sawit, didapatkan hasil nilai NPV sebesar Rp
892.138.919.349 dalam kurun waktu 10 tahun dengan asumsi produksi sebesar 25
ton/ hari dengan bobot kemasan 1 Kg, 5 Kg, dan 25 Kg. Hasil perhitungan IRR
senilai 94.97 %, sehingga disimpulkan bahwa bisnis tersebut layak karena lebih
besar dari interest rate bank yaitu 10 %. Untuk hasil perhitungan Net B/C senilai
9,73. Hal ini mengatakan bahwa setiap kenaikan Rp.1 biaya yang digunakan
untuk melaksanakan usaha ini akan menghasilkan net benefit sebesar Rp.9,45.
Nilai PP atau Payback period dari perhitungan adalah 1,6 atau 1 tahun 6 bulan.

Penelitian (Ika Fatmawati Dkk, 2018) tentang Kelayakan Finansial


Agroindustri Kopi Lengkuas di Desa Matanair, Kecamatan Rubaru, Kabupaten
Sumenep didapatkan hasil perhitungan NPV dengan tingkat suku bunga 12%
adalah Rp. 241.604.291,70,- nilai tersebut menunjukan lebih besar dari nol.
Kemudian untuk Net B/C pada agroindustri kopi lengkuas didapat sebesar 2,35.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa nilai Net B/C lebih dari satu, hasil Payback
Periode sebesar 1,53 yang berarti usaha agroindustri dapat mengembalikan
investasi dalam jangka waktu 1 tahun 6 bulan 10 hari berdasarkan periode proyek
usaha 5 tahun. Dari hasil perhitungan yang didapat maka usaha Agroindusti Kopi
Lengkuas ini dikatakan layak.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai kelayakan


finansial dan sensitivitas usaha, maka pada penelitian kali ini peneliti
menggunakan metode yang sama seperti penelitian sebelumnya, Pada Penelitian
yang akan dilakukan kali ini peneliti akan menganalisis kelayakan finansial pada
usaha jahe instan kelompok Mekar jaya untuk melihat apakah layak atau tidak
usaha ini untuk dijalankan, yang mana usaha ini merupakan program bantuan dari
pemerintah untuk memperbaiki perekonomian daerah yang lumpuh akibat
bencana alam yang terjadi pada tahun 2019 lalu.

11
Dalam mengembangkan usaha jahe instan pada kelompok ini, maka
terlebih dahulu peneliti mengidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan
melihat dari berbagai aspek. Adapun aspek yang perlu dikaji yaitu aspek finansial
yang meliputi: Analisis Prensent Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit – Cost ( Net B/C), dan Payback Period (PP).

Aspek finansial juga memperhatikan penilaian analisis sensitivitas.


Analisis ini berguna untuk melihat dampak perubahan yang mungkin terjadi
terhadap keadaan finansial usaha Jahe Instan ini. Setelah mengetahui apakah
usaha Jahe Instan ini layak atau tidak untuk dijalankan selanjutnya jika usaha
tersebut layak maka akan diberikan rekomendasi untuk mempertahankan
kelayakan usaha Jahe Instan Mekar Jaya. Jika tidak layak maka akan diberikan
rekomendasi agar usaha Jahe Instan Mekar Jaya ini menjadi layak. Pada Uraian
kerangka pemikiran dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:

Keberlanjutan Usaha Jahe instan


kelompok usaha bersama mekar
jaya

Analisa Kelayakan

Analisis Kelayakan Finansial


(NPV), (IRR), (Net B/C) dan Analisis Sensitivitas
(PP)

Layak Tidak
Layak

Rekomendasi

12
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penetuan lokasi penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Susup Kecamatan Merigi Sakti,
Kabupaten Bengkulu Tengah. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Desa Susup
Kecamatan Merigi Sakti, Kabupaten Bengkulu Tengah merupakan daerah
terdampak bencana dan mendapat bantuan pembinaan pendampingan
ekonomi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk
membantu meningkatkan pendapatan di Kecamatan Merigi Sakti,
Kabupaten Bengkulu Tengah.

3.2 Penentuan Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah pengelola usaha jahe merah
instan di kelompok usaha bersama "Mekar Jaya" di Desa Susup Merigi
Sakti, Bengkulu Tengah, penentuan tersebut dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling (secara sengaja) dengan kriteria
koordinator dari usaha bersama Mekar Jaya

3.3 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data-data yang
diperlukan diperoleh peneliti dengan cara :
1. Data primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan dengan melakukan
pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Adapun beberapa cara
dalam pengumpulan data primer antara lain:
a. Wawancara

13
Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung kepada
responden yang dalam penelitian ini adalah pengelola Kelompok
Usaha Bersama Jahe Instan “Mekar Jaya”, wawancara dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan peneliti.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk menunjang proses pengumpulan
data primer, dokumentasi dapat berupa foto ataupun rekaman
wawancara.

3.4 Metode Analisis Data


Penelitian ini melakukan analisis data dengan menggunakan metode
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan
finansial usaha bersama jahe instan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yaitu
NPV, IRR, Net B/C Ratio, Payback Periode, dan Analisis Sensitivitas

3.4.1 Asumsi Dasar


1. Perhitungan keseluruhan usaha responden dimulai pada tahun dan waktu yang
sama berdasarkan pola produksi
2. Seluruh modal dan Alat merupakan bantuan dari pemerintah
3. Data yang digunakan merupakan data yang di dapatkan dari pemilik usaha
bersama Mekar Jaya
4. Harga seluruh bahan baku maupun seluruh biaya-biaya yang digunakan
dalam analisis merupakan harga yang berlaku pada saat ini atau pada saat
penelitian
5. Batas analisis proyek ialah 4 tahun diambil dari umur ekonomis alat yang
paling tinggi
6. Harga seluruh komponen input ialah konstan dan merupakan harga yang
berlaku pada saat penelitian
7. Semua output yang dihasilkan diasumsikan laku terjual dalam satu tahun
8. Harga jual Jahe instan ukuran 100gr ialah Rp. 15.000,- dan harga jual Jahe
instan ukuran 200gr ialah Rp.25.000,-

14
9. Tarif listrik Per Kwh didasarkan atas penggunaan listrik dan ketetapan Tarif
Dasar Listrik RTM PLN (2023) yaitu sebesar Rp 1.352,- perKwh
10. Biaya tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah yang bekerja dihari itu

3.4.2 Analisis Kelayakan Finansial


Alasan utama dari analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk
menunjukkan berapa banyak keluarga petani yang kehidupan mereka bergantung
kepada usaha pertanian tersebut. Penilaian ini di dasarkan atas analisis keadaan
finansial setiap peserta pada saat tersebut dan suatu proyeksi keadaan finansial
pada masa yang akan datang sejalan dengan pelaksanaan proyek (Gittinger, 2008).
Dalam pengkajian aspek finansial (keuangan), sangat erat kaitannya dengan
kriteria investasi. Berikut merupakan penjabaran mengenai kriteria investasi :

1. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dikatakan layak bila seluruh manfaat yang diterimanya
melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan
manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih
besar dari nol. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Net Present Value
(NPV) adalah sebagai berikut (Purnama et al., 2021) :

n
Bt −Ct
NPV =∑
t=1 (1+i)t

Keterangan:
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke -t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
t = Tahun kegiatan usaha
i = Suku bunga
n = Umur ekonomis usaha

15
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV
adalah sebagai berikut:
a) Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
b) Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
c) Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai
perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio antara
manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai
negatif. Dengan makna lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang
dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu
usaha dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak
layak bila Net B/C kurang dari satu. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung Net B/C Ratio adalah sebagai berikut :
n

∑ Bt( −Ct)t
B 1+i
t =1
Net =
C
∑ n Bt( −Ct)t
t 1=¿¿
Keterangan : 1+i
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
t = Tahun kegiatan usaha
i = suku bunga
n = Umur ekonomis usaha

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang


menunjukkan nilai NPV sama dengan jumlah seluruh biaya selama usaha di
kelola yang dinyatakan dalam bentuk persen (%) (Fanami, 2021). Persamaan
untuk menghitung adalah seperti berikut:

NPV ₁
IRR=i₁+ (i₂−i₁)
NPV ₁−NPV ₂

16
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = suku bunga saat NPV bernilai negatif

4. Payback Period (PP)


Payback Periode Payback Periode merupakan perhitungan waktu yang
diperlukan bagi suatu usaha untuk mendapatkan pengembalian dari
pengeluaran yang sudah dikeluarkan pada investasi awal. Dalam kriteria yang
terkait dengan nilai Profitability Index (PI)>1 dinyatakan layak, begitu pula
sebaliknya (Nugraha et al., 2017). Persamaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:

investasi awal
Payback Periode= 1tahun
penerimaan periode

3.4.3 Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana
keputusan akan kuat ketika faktor-faktor atau parameter-parameter yang
mempengaruhi berubah. Analisis ini dilakukan dengan mengubah nilai dari suatu
parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap
keberterimaan suatu alternatif investasi. Adapun parameter parameter yang
biasanya berubah dan perubahannya bisa mempengaruhi keputusan-keputusan
dalam studi ekonomi adalah ongkos investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga,
dan tingkat pajak

3.4.4 Konsep Pengukuran Variabel


1. Biaya produksi adalah biaya yang terjadi selama proses produksi
2. Biaya tetap adalah biaya sifatnya tidak berubah selama periode waktu tertentu
3. Biaya variabel adalah biaya untuk jangka waktu tertentu
4. Total biaya adalah penjumlahan dari total biaya variabel dan biaya tetap
5. Biaya investasi adalah biaya yang keluar untuk memulai bisnis

17
6. Pendapatan adalah penerimaan usaha
7. Penerimaan adalah hasil produksi dari harga jual
8. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih
9. IRR adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu
usaha untuk sumberdaya yang digunakan
10. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio antara manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif
11. Payback periode merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi
yang digunakan untuk membiayai suatu usaha

Adnyana, Sandi. 2007. Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai Ayung.


Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Denpasar

18
19

Anda mungkin juga menyukai