PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Adelbert Sada Ukur Tumangger
E1D020037
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai penyedia air berkualitas tinggi secara
berkelanjutan mungkin hampir sama lama dengan gagasan pertanian beririgasi.
Namun demikian, masih ada ketidakjelasan antara standar dan indikator yang
dapat memenuhi harapan realistik kita, yang didasarkan pada hubungan sebab-
akibat antara multipihak dan manajemen DAS. Pengelolaan DAS seringkali
dikaitkan dengan tingkat penutupan lahan oleh hutan. Ini didasarkan pada gagasan
bahwa "reforestasi" atau "reboisasi" dapat mengembalikan dampak negatif dari
deforestasi (penggundulan hutan). Dewasa ini, masyarakat masih bingung tentang
apakah aliran sungai akan meningkat atau menurun setelah alih guna hutan atau
reboisasi. Ini disebabkan oleh kurangnya data empiris dan/atau referensi yang
diacu yang tersedia.
DAS Lemau memiliki luas sekitar 51.493 hektar dan sebagian besar
berada di Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. DAS Lemau berada
pada koordinat 102°11'53.6" - 102°31'2.2" Bujur Timur dan 3°28'22.9" -
3°43'36.5" Lintang Selatan. DAS Lemau terdiri dari empat sub DAS: Lemau
Hulu, Penyengat, Simpang Aur, dan Lemau Hilir berdasarkan fungsi
hidrologinya. Keadaan bentang alam DAS Lemau saat ini diduga telah mengalami
degradasi fungsi DAS yang signifikan sebagai akibat dari tekanan pembangunan
di berbagai bidang. Sebagian dari wilayah hutan saat ini telah diubah menjadi area
1
pertanian dan perkebunan. Kecenderungan tersebut harus dipertimbangkan
dengan cermat, karena kondisi seperti itu dapat merusak fungis ekohidrologi di
daerah tangkapan air (catchment area). Akibatnya, DAS Lemau memerlukan
perawatan yang tepat.
Bagian dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun adalah DAS
Lemau. Karena lahan kritis seluas 2.000 ha di DAS Lemau, pada tahun 2019
terjadi banjir bandang dan longsor (Usmin. 2021). Wahid (2009) juga
menjelaskan bagaimana hilangnya luasan vegetasi hutan yang efektif dapat
mengurangi kelembapan tanah, evavotranspirasi, infiltrasi, dan meningkatkan
limpasan permukaan.
Selain itu, hal ini berdampak pada kondisi hidrologi DAS Lemau.
Pemerintah memutuskan untuk melakukan konservasi dan rehabilitasi untuk
menjaga dan melindungi hutan lindung karena mereka menyadari seberapa parah
kerusakan tersebut. Dalam upaya memulihkan DAS Lemau, BPDAS Ketahun
menggunakan pendekatan konservatif dengan bekerja sama dengan masyarakat di
sekitar hutan. Menurut Peraturan Menteri Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan
hutan termasuk pelatihan, penyuluhan, pendampingan, dan penyediaan sarana dan
prasarana untuk pemulihan DAS Lemau.
Luas wilayah perkebunan kopi dibengkulu Tengah pada tahun 2018 -2019
4.711 hektar inilah yang mengharuskan pengelolaan DAS yang baik sehingga
perkebunan warga maupun perushaan tidak rusak dikarenakan bencana alam
seperti longsor dan banjir
Persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, menurut Miftah
Toha (2003: 154): 1. Faktor internal: perasaan, sikap, kepribadian, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan
kejiwaan, nilai dan kebutuhan, dan minat. 2. Faktor eksternal: informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan lingkungan, intensitas, ukuran,
keberlawanan, dan pengulangan. Pertama, stimulus atau rangsangan; kedua,
registrasi; dan terakhir, interpretasi, menurut Miftah Toha (2003: 145). 3.
Motivasi Masyarakat: Istilah "yang berarti "bergerak," berasal dari bahasa Latin.
2
Pada dasarnya, seseorang adalah individu yang mendorong keinginan seseorang
untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya (Melayu S.P.
Hasibuan, 2010: 92).
Sumber daya alam aliran sungai sangat penting untuk kehidupan manusia,
tetapi pengelolaan yang tidak tepat dapat menyebabkan banjir, longsor, dan
kerusakan lingkungan. Petani adalah salah satu orang yang terlibat dalam
mengelola aliran sungai. Untuk mendukung partisipasi aktif petani dalam
pengelolaan daerah aliran sungai, mereka perlu memiliki persepsi dan motivasi
yang positif. Persepsi positif tentang pentingnya pengelolaan daerah aliran sungai
dan motivasi untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan dapat meningkatkan
partisipasi petani dalam pengelolaan daerah aliran sungai. Oleh karena itu,
penelitian perlu dilakukan mengenai pengaruh persepsi dan motivasi terhadap
partisipasi petani dalam pengelolaan daerah aliran sungai. Petani adalah
pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan daerah aliran sungai, dan
penelitian ini dapat menjadi dasar untuk membangun program seperti itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar pengaruh presepsi terhadap partisipasi petani dalam
peningkatan keberhasilan pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai
Lemau?
2. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap peningkatan keberhasilan
pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai Lemau?
3. Apakah ada pengaruh partisipasi petani terhadap peningkatan keberhasilan
pertanian perkebunan Daerah Aliran Sungai Lemau?
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaharuan dan pengembangan Daerah Aliran Sungai
dan riset ini diharapkan mampu menjadi sumbangan ilmiah serta refrensi
baru bagi penelitian yang akan datang.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pembuatan kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
Daerah Aliran Singai, bahkan bermanfaat bagi daerah sekitarnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
Manusia akan menjadi semakin tahu dan sadar akan dampak yang
dihasilkan dari adanya perubahan ekosistem. Keberadaan ekosistem DAS sangat
mempengaruhi keberlanjutan pasokan air pada badan sungai. Masyarakat yang
memilikipengetahuan mengenaiperanan ekosistem DAS umumnya akan
bertindakreaktifdanmelakukan antisipasi terhadap dampakyang mungkin akan
terjadi.
5
yang baik pula, sehingga petani merasa jika pengelolaan hutan rakyat dihentikan
akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar
6
kepada para investor di pasar modal, yang mana laporan keuangan tersebut
berfokus pada laporan laba rugi. Laporan laba rugi adalah laporan utama yang
fungsinya mengukur kinerja dan menyatakan prestasi dari sebuah perusahaan
dalam kurun waktu tertentu. Dalam laporan laba rugi tercantum informasi yang
dapat digunakan untuk menilai dugaan arus kas masa depan, karena dugaan
tersebut dapat menjadi dasar untuk memperkirakan kinerja suatu perusahaan di
masa yang akan datang. (Yuwana dkk, 2014).
1. Arus kas dari aktivitas operasional : Arus kas ini didapatkan dari
aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan, oleh karena itu arus
kas ini berasal dari transaksi penjualan produk perusahaan dan
aktivitas transaksi lain mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.
2. Arus kas dari aktivitas investasi : arus kas ini menyajikan laporan
aktivitas investasi perusahaan yang mana kas masuk dan kas keluar
dipengaruhi oleh pembelian atau penjualan sumber daya yang berguna
untuk memperoleh pendapatan dan arus kas masa depan seperti
pembelian dan penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan investasi
jangka panjang perusahaan.
Arus kas dari pendanaan/pembiayaan : arus kas ini terjadi disebabkan oleh
aktivitas aliran kas masuk dan aliran kas keluar berkaitan dengan transaksi
keuangan perusahaan, yang mana hal ini menyangkut investasi saham oleh
pemegang saham.
7
2.1.4.1 Kriteria Investasi
Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan keuangan dan
arus kas, untuk mengetahui apakah usaha yang dikelola layak atau tidak. Menurut
Husnan Suswarsono (2000), analisis finansial adalah analisis perbandingan biaya
dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama
usaha tersebut berdiri. Analisis finansial mengkaji beberapa analisis kelayakan
finansial yang digunakan yaitu, Net B/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), Laba rugi dan Analisis
Sensitivitas.
Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih
(manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, yang
mana merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai
sekarang arus biaya (Gittinger, 1986).
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang
dapat dibayar oleh suatu usaha untuk sumberdaya yang digunakan karena usaha
membutuhkan dana lagi untuk biaya operasi dan investasi dan usaha baru
sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986).
Net benefit cost ratio (Net B/C Ratio) adalah perbandingan antara present
value yang dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang
negatif (Kadariah,1986). Jika Net B/C ratio >1, maka proyek tersebut layak untuk
dilanjutkan karena, setiap pengeluaran sebanyak Rp.1 maka akan
menghasilkan manfaat sebanyak Rp. 1. Jika Net B/C < 1 maka proyek tersebut
tidak layak untukdiusahakan karena setiap pengeluaran akan menghasilkan
penerimaan yang lebih kecil dari pengeluaran
8
Payback period merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi
yang digunakan untuk membiayai suatu usaha. Payback period adalah suatu
periode yang menunjukkan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu
usaha dapat dikembalikan
Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0).
NPV = 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama
dengan 1. Artinya, Sejauh mana usaha akan dijalankan untuk menerima kenaikan
harga atau penurunan input dan penurunan harga atau kuantitas output
(Gittinger,1986).
9
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai Kelayakan finansial dan
Sensitivitas diantaranya adalah penelitian (Sutraning Nurahmi dkk, 2021) tentang
Analisis Kelayakan Finansial dan Sensitivitas UKM Kue Kering “Loyang Ncim”
di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Dari hasil penelitian ini menyatakan
besar nilai NPV Rp 36.396.296; Net B/C 2,29; Gross B/C 1,19; IRR sebesar 7,4%
per bulan. Perhitungan pada berbagai kriteria investasi tersebut menyatakan
bahwa industri Loyang Ncim ini layak secara finansial dan layak untuk
dijalankan. Payback Periode industri Loyang Ncim ini terjadi pada bulan ke 18,
yang menunjukkan masih dalam umur proyek. Pada analisis sensitivitas, faktor
yang mungkin terjadi yaitu kenaikan investasi yaitu kenaikan harga input
produksi, peningkatan atau penurunan harga jual jumlah produksi sehingga perlu
dilakukan peningkatan harga input atau penurunan harga jual sebesar 30%.
10
Pada penelitian (Endrianur Rahman Zain dan Mutia Ramadayanti, 2019)
tentang Analisis Finansial Biaya Produksi Minuman Cokelat Menggunakan Cocoa
Butter Substitutedari Minyak Inti Sawit, didapatkan hasil nilai NPV sebesar Rp
892.138.919.349 dalam kurun waktu 10 tahun dengan asumsi produksi sebesar 25
ton/ hari dengan bobot kemasan 1 Kg, 5 Kg, dan 25 Kg. Hasil perhitungan IRR
senilai 94.97 %, sehingga disimpulkan bahwa bisnis tersebut layak karena lebih
besar dari interest rate bank yaitu 10 %. Untuk hasil perhitungan Net B/C senilai
9,73. Hal ini mengatakan bahwa setiap kenaikan Rp.1 biaya yang digunakan
untuk melaksanakan usaha ini akan menghasilkan net benefit sebesar Rp.9,45.
Nilai PP atau Payback period dari perhitungan adalah 1,6 atau 1 tahun 6 bulan.
11
Dalam mengembangkan usaha jahe instan pada kelompok ini, maka
terlebih dahulu peneliti mengidentifikasi karakteristik usaha tersebut dengan
melihat dari berbagai aspek. Adapun aspek yang perlu dikaji yaitu aspek finansial
yang meliputi: Analisis Prensent Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit – Cost ( Net B/C), dan Payback Period (PP).
Analisa Kelayakan
Layak Tidak
Layak
Rekomendasi
12
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
13
Kegiatan wawancara dilakukan secara langsung kepada
responden yang dalam penelitian ini adalah pengelola Kelompok
Usaha Bersama Jahe Instan “Mekar Jaya”, wawancara dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan peneliti.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk menunjang proses pengumpulan
data primer, dokumentasi dapat berupa foto ataupun rekaman
wawancara.
14
9. Tarif listrik Per Kwh didasarkan atas penggunaan listrik dan ketetapan Tarif
Dasar Listrik RTM PLN (2023) yaitu sebesar Rp 1.352,- perKwh
10. Biaya tenaga kerja diperhitungkan berdasarkan upah yang bekerja dihari itu
Suatu bisnis dapat dikatakan layak bila seluruh manfaat yang diterimanya
melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan
manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih
besar dari nol. Persamaan yang digunakan untuk menghitung Net Present Value
(NPV) adalah sebagai berikut (Purnama et al., 2021) :
n
Bt −Ct
NPV =∑
t=1 (1+i)t
Keterangan:
Bt = Benefit atau manfaat pada tahun ke -t
Ct = Cost atau biaya pada tahun ke-t
t = Tahun kegiatan usaha
i = Suku bunga
n = Umur ekonomis usaha
15
Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV
adalah sebagai berikut:
a) Apabila NPV > 0, maka usulan proyek diterima,
b) Apabila NPV < 0, maka usulan proyek ditolak, dan
c) Apabila NPV = 0, Kemungkinan proyek akan diterima atau nilai
perusahaan tetap walaupun usulan proyek diterima atau ditolak.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio antara
manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai
negatif. Dengan makna lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang
dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu
usaha dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak
layak bila Net B/C kurang dari satu. Persamaan yang digunakan untuk
menghitung Net B/C Ratio adalah sebagai berikut :
n
∑ Bt( −Ct)t
B 1+i
t =1
Net =
C
∑ n Bt( −Ct)t
t 1=¿¿
Keterangan : 1+i
Bt = Benefit pada tahun ke-t
Ct = Biaya pada tahun ke-t
t = Tahun kegiatan usaha
i = suku bunga
n = Umur ekonomis usaha
NPV ₁
IRR=i₁+ (i₂−i₁)
NPV ₁−NPV ₂
16
Keterangan :
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = suku bunga saat NPV bernilai negatif
investasi awal
Payback Periode= 1tahun
penerimaan periode
17
6. Pendapatan adalah penerimaan usaha
7. Penerimaan adalah hasil produksi dari harga jual
8. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih
9. IRR adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu
usaha untuk sumberdaya yang digunakan
10. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan rasio antara manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif
11. Payback periode merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi
yang digunakan untuk membiayai suatu usaha
18
19