Anda di halaman 1dari 10

J. MANUSIA & LINGKUNGAN, 2020, 27(1):14-23, DOI: 10.22146/jml.

49668

PERAN TUMBUHAN BAWAH DALAM KESUBURAN TANAH DI HUTAN PANGKUAN


DESA PITU BKPH GETAS
(The Role of Undergrowth Species for Soil Fertility in Hutan Pangkuan Desa Pitu BKPH Getas)

Frita Kusuma Wardhani1*, Ikhwanudin Rofi’i2, Ambar Kusumandari1, Sena Adi Subrata1,
dan Kristiani Fajar Wianti1
1
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada
Jl. Agro No.1 Bulaksumur Yogyakarta 55281.
2
Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Jawa Bali Nusa
Tenggara, Jl. By Pass Ngurah Rai Km 21, Suwung Kauh, Pemogan, Kuta, Kota Denpasar, 80361.
*
Penulis korespondensi. Tel: 081804077630. Email: frita.kusumawardhani@ugm.ac.id.

Diterima: 17 September 2019 Disetujui: 9 Desember 2019


Abstrak
Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan tanaman jati dapat memberikan dampak positif yaitu, menjadi sumber
keragaman hayati, menciptakan iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya erosi, serta dapat memelihara
kesuburan tanah. Namun keberadaannya seringkali dianggap sebagai kompetitor bagi tanaman yang dibudidayakan.
Hutan Pangkuan Desa (HPD) Pitu telah dikelola secara intensif oleh masyarakat yang dilakukan baik di bawah maupun
di luar tegakan sehingga diduga mempengaruhi kondisi ekosistem di kawasan tersebut baik terhadap kelimpahan
tumbuhan bawah maupun kualitas kimia tanahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman
jenis tumbuhan bawah dan kualitas kimia tanah pada berbagai tipe penutupan lahan di HPD Pitu, BKPH Getas.
Pengamatan dilakukan dengan menempatkan petak kuadrat berukuran 1 m x 1 m sebanyak 5 petak pada setiap unit
lahan secara random. Hasil penelitian menunjukkan pada 4 (empat) penutupan lahan yaitu hutan, semak, ladang, dan
pemukiman didominasi oleh jenis yang berbeda tetapi komposisi komunitas pada hutan dan semak memiliki similaritas
yang relatif tinggi. Kualitas kimia tanah pada berbagai penutupan lahan tidak berbeda secara signifikan. Aktivitas
masyarakat yang tinggi pada berbagai penutupan lahan diduga menjadi penyebab rendahnya hara pada berbagai tipe
penutupan. Kondisi keharaan yang miskin hara khususnya pada kawasan hutan tentu akan memengaruhi produktivitas
tegakan jati yang merupakan tanaman pokok di kawasan tersebut.
Kata kunci: tumbuhan bawah, hutan, hara, kualitas tanah, keanekaragaman.
Abstract
The presence of undergrowth on teak plantations can have a positive impact i.e, a source of biodiversity, creating
a microclimate on the forest floor, keeping the soil from the erosion, and can maintain soil fertility. On the other hand,
its existence is often regarded as a competitor for cultivated plants. Hutan Pangkuan Desa (HPD) Pitu has been
intensively managed by communities undertaken either below or outside the stand so that it is suspected to affect the
ecosystem condition in the region both to the abundance of plants and quality of soil chemistry. The purpose of this
study was to determine the diversity of undergrowth species and soil chemical qualities in various types of land cover in
HPD Pitu, BKPH Getas. The observation was done by placing a 1 m x 1 m square plot of 5 plots on each unit of land.
The results showed that 4 (four) land closures i.e forests, shrubs, dry farmland, and settlements were dominated by
different species but the community composition in forests and shrubs had a relatively high similarity. The soil chemical
quality at various land coverings did not differ significantly. High community activity in various land closures is
thought to be the cause of low nutrients in various types of closure. The nutrient-poor condition of the forest, especially
in the forest area, will affect the productivity of teak stands, which are the staple crops in the area.
Keywords: undergrowth species, forest, nutrient, soil quality, diversity.

PENDAHULUAN kerusakan hutan yang disebabkan faktor biotik dan


abiotik. Keanekaragaman jenis yang rendah dan
Pembangunan hutan tanaman dilakukan strata tajuk tunggal dapat meningkatkan potensi
dengan melakukan penyerdehanaan ekosistem alam terjadinya limpasan permukaan dan erosi sehingga
yang semula beranekaragam jenis (polikultur) dapat menurunkan kesuburan tanah (Sudiana dkk.,
menjadi ekosistem buatan dengan pola tanam satu 2009). Penurunan kesuburan tanah dapat berujung
jenis (monokultur). Anggraeni (2012) menyebutkan pada tidak lestarinya pengelolaan hutan Jati.
bahwa dengan penyerdehanaan tersebut Meskipun belum ada dukungan data yang kuat,
mengakibatkan rentannya ekosistem terhadap namun permasalahan tersebut diduga dapat terjadi
Januari 2020 FRITA KUSUMA WARDHANI DKK.: PERAN TUMBUHAN BAWAH 15

mengingat terdapat kecenderungan global akan tinggi. Hal ini dapat terlihat dari adanya lahan
penurunan produktivitas biomassa pada saat ini (Le pertanian yang cukup luas di dalam kawasan hutan
dkk., 2016). pangkuan desa (HPD) Pitu.
Tumbuhan bawah merupakan salah satu Dalam praktek pengelolaan tanaman pertanian
komponen penyusun ekosistem hutan. Soerianegara baik yang berada di bawah maupun di luar tegakan
dan Indrawan (1998) memberikan batasan hutan, masyarakat seringkali membersihkan lahan
mengenai tumbuhan bawah, yaitu semua tumbuhan dari tutupan tumbuhan bawah karena dianggap
yang bukan pohon dan tidak dapat tumbuh menjadi sebagai gulma bagi tanaman yang dibudidayakan.
tingkat pohon. Kehadiran tumbuhan bawah sebagai Hal ini tentu akan mempengaruhi kondisi ekosistem
salah satu komponen ekosistem hutan tanaman di kawasan tersebut mengingat pentingnya
memiliki dampak positif. Maisyaroh (2010) kehadiran tumbuhan bawah sebagai salah satu
menjelaskan bahwa tumbuhan bawah dapat komponen ekosistem hutan. Salah satu dampak
berfungsi dalam peresapan dan membantu menahan negatif dari hilangnya tumbuhan bawah yaitu, dapat
jatuhnya air secara langsung dan mengurangi meningkatkan potensi terjadinya erosi dan secara
kecepatan aliran permukaan sehingga dapat tidak langsung akan turut menghilangkan bahan
menghambat atau mencegah erosi yang organik yang berada di lapisan atas tanah.
berlangsung secara cepat. Peran lainnya yaitu Dampaknya adalah kesuburan tanah akan terus
sebagai sumber keragaman hayati, melindungi mengalami penurunan. Namun diperlukan data
tanah dan organisme tanah, membantu menciptakan lebih lengkap untuk membuktikan keterkaitan
iklim mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari antara aktivitas masyarakat dengan
bahaya erosi, serta dapat memelihara kesuburan keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan
tanah (Kunarso dan Fatahul, 2013). Selain fungsi kualitas kimia tanah. Pengumpulan data ini penting
ekologis, beberapa jenis tumbuhan bawah telah untuk merumuskan tindakan silvikultur yang
diidentifikasi sebagai tumbuhan yang dapat mampu mencegah penurunan lebih lanjut kualitas
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan tapak hutan tanaman jati. Tujuan penelitian ini
obat, dan sebagai sumber energi alternatif (Hilwan adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis
dkk., 2013). tumbuhan bawah dan kualitas kimia tanah pada
Dalam pembangunan hutan tanaman dan berbagai tipe penutupan lahan di HPD Pitu, BKPH
pertanian, komunitas tumbuhan bawah seringkali Getas.
dipandang sebagai tanaman pengganggu dan
merugikan (gulma). Beberapa hasil penelitian METODE PENELITIAN
menunjukkan adanya pengaruh negatif dari
kehadiran jenis tumbuhan bawah tertentu terhadap Waktu dan Lokasi
tanaman pokok ataupun tanaman budidaya Penelitian ini dilakukan di KHDTK Getas –
contohnya adalah Commelina benghalensis L., Ngandong, BKPH Getas, HPD Pitu, Desa Pitu,
Eclipta prostrata (L.) L., Tridax procumbens (L.) Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi. Luas wilayah
L., dan lain sebagainya (Caton dkk., 2011). Bakar HPD Pitu sebesar 991,10 ha. Pada wilayah tersebut
dkk., (2013) menyebutkan bahwa Ageratum dibuat small catchment area dengan
conyzoides merupakan gulma bagi tanaman kopi, menumpangtindihkan peta kelerengan, penutupan
kakao, dan tembakau. Bagi tanaman pertanian, lahan, dan sungai. Small catchment area yang
kehadiran tumbuhan bawah dapat menyebabkan terbentuk seluas 442 ha. Berdasarkan peta
kompetisi cahaya, air, dan hara. Kehadiran penutupan lahan terdapat 4 (empat) tipe penutupan
tumbuhan bawah dapat memungkinkan terjadinya lahan, yaitu hutan, semak, ladang, dan pemukiman.
kompetisi langsung pada pohon yang berada di atas Peta wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar
strata tumbuhan tersebut. 1. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Maret–Juni 2017.
(KHDTK) di BKPH Getas khususnya di Desa Pitu
merupakan salah satu kawasan milik Perhutani Prosedur
yang telah dilimpahkan pengelolaannya kepada Berdasarkan hasil tumpangtindih peta,
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada sejak diperoleh 19 unit lahan yang terdiri atas 4 (empat)
tahun 2016. Kawasan ini memiliki luas sebesar unit lahan di penutupan lahan berupa hutan, semak,
991,10 ha. Saat ini kawasan hutan tersebut dan ladang serta 3 (tiga) unit lahan di penutupan
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pitu untuk lahan pemukiman. Pada setiap unit lahan diletakkan
menanam tanaman pertanian baik di bawah tegakan petak ukur kuadrat berukuran 1 m x 1 m sebanyak 5
maupun di kawasan sekitarnya. Interaksi (lima) petak yang ditempatkan secara random pada
masyarakat terhadap kawasan hutan Pitu sangat setiap unit lahan.
16 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 27, No. 1

Gambar 1. Small Catchment Area di HPD Pitu

Data yang diambil berupa jumlah individu dan meter, sedangkan unsur hara makro berupa
jenis tumbuhan bawah. Selain itu, untuk mengukur nitrogen, C-organik, dan fosfor diukur dengan
kerapatan tajuk tumbuhan di atasnya ditempatkan spektrofotometer sedangkan kalium diukur dengan
sebanyak 1 (satu) petak ukur berukuran 8 m x 60 m flamefotometer.
pada setiap unit lahan untuk menggambarkan
struktur vertikal dan horizontal pohon (diagram Analisis Data
profil). Data yang dicatat dalam petak ukur untuk 1. Kelimpahan jenis tumbuhan bawah
diagram profil meliputi: posisi pohon dalam petak Kelimpahan jenis tumbuhan bawah disajikan
ukur (x dan y) dalam satuan meter, nama jenis dalam bentuk tabel dan grafik. Kemudian dihitung
pohon, diameter pohon (m), tinggi pohon (m), kemelimpahannya dengan menggunakan Indeks
tinggi batang bebas cabang atau disebut pula Nilai Penting (INP), dengan rumus sebagai berikut
dengan crown depth (m), dan tinggi tajuk pohon
yang terlebar atau disebut dengan crown curve (m).
Pengukuran kualitas kimia tanah meliputi, pH (1)
tanah dan unsur hara makro, yaitu nitrogen (N
total), fosfor (P tersedia), kalium (K tersedia), dan (2)
C-organik. Pengukuran kualitas kimia tanah
dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah di
lapangan dengan jenis contoh tanah (3)
terganggu/terusik (disturbed soil sample).
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi (4)
yang sama dengan pengambilan data vegetasi.
Pengambilan sampel tanah dalam penelitian ini (5)
dilakukan pada kedalaman 0–30 cm dan dilakukan
dengan cara komposit, yaitu sampel tanah yang Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
dikumpulkan dari beberapa titik pengamatan dalam dihitung menggunakan Indeks Shannon yang
petak ukur dicampur merata menjadi satu sampel diformulasikan oleh Shannon dan Winner (Ludwig
tanah homogen kemudian diambil 0,5–1,0 kg tanah dan Reynold, 1988) sebagai berikut:
dan dimasukkan dalam kantong plastik (Anonim,
2004). Sampel tanah dianalisis di laboratorium.
Tingkat pH tanah diukur dengan menggunakan pH
(6)
Januari 2020 FRITA KUSUMA WARDHANI DKK.: PERAN TUMBUHAN BAWAH 17

Keterangan: 3. Kualitas kimia tanah


H’ = Indeks diversitas Shannon Kualitas kimia tanah disajikan dalam bentuk
n = Jumlah individu semua spesies tabel hasil pengamatan sedangkan untuk
ni = Jumlah individu spesies ke-i mengetahui ada/tidaknya perbedaan kualitas kimia
ln = Logaritma alami (natural logaritma) tanah pada berbagai tipe penutupan lahan dianalisis
menggunakan analisis varians (Anova).
Semakin besar nilai H′ menunjukkan semakin
tinggi keanekaragaman jenis. Besarnya Indeks HASIL DAN PEMBAHASAN
Shannon didefinisikan sebagai berikut: (1) H′ > 3
menunjukkan keanekaragaman jenis yang tinggi; Komposisi dan Keanekaragaman Jenis
(2) 1 ≤ H′ ≤ 3 menunjukkan keanekaragaman jenis Tumbuhan Bawah
yang sedang; (3) H′ < 1 menunjukkan Berdasarkan hasil pengamatan tumbuhan
keanekaragaman jenis yang rendah pada suatu bawah diperoleh 53 jenis tumbuhan bawah yang
kawasan. termasuk ke dalam 18 famili yang dijumpai di
Untuk mengelompokkan tipe penutupan lahan keempat penutupan lahan. Pada setiap penutupan
yang memiliki komposisi tumbuhan bawah yang lahan dijumpai jumlah jenis yang berbeda (Gambar
sama ke dalam satu kelompok dianalisis 2). Jumlah jenis terbanyak terdapat pada penutupan
menggunakan analisis klaster dengan menggunakan lahan semak (28 jenis dari 11 famili) dan ladang
Software BioDiversity Professional Version 2. (26 jenis dari 13 famili) sedangkan yang terendah
Hasil analisis klaster disajikan dalam bentuk yaitu pada pemukiman (14 jenis dari 7 famili).
dendogram. Penentuan analisis klaster didasarkan Jumlah jenis tumbuhan bawah yang dijumpai di
dengan persen kesamaan (similaritas) dari masing- bawah tegakan hutan jati (Tectona grandis L.f.) di
masing unit sampling dengan menggunakan Indeks HPD Pitu hanya sebanyak 23 jenis. Jumlah ini
Similaritas (Soerianegara dan Indrawan, 1998), menunjukkan nilai yang jauh berbeda dengan hasil
dengan rumus sebagai berikut, penelitian sebelumnya terkait jumlah jenis
tumbuhan bawah yang ditemukan di bawah tegakan
jati di lokasi lainnya. Marsono (1987) menemukan
(7)
sebanyak 216 jenis tumbuhan bawah di hutan
Keterangan:
tanaman jati di Jasinga Bogor sedangkan Marsono
IS = Indeks similaritas
(1987) menemukan sebanyak 55 jenis tumbuhan
A = Total nilai penting dari komunitas A
bawah di hutan tanaman jati di KPH Kendal.
B = Total nilai penting dari komunitas B
Penelitian yang dilakukan oleh Dahir (2012)
W = Total nilai penting yang lebih kecil/sama
menemukan sebanyak 71 jenis tumbuhan bawah
dari dua jenis berpasangan yang ditemukan pada
yang ditemukan di hutan tanaman jati di Imogiri.
dua komunitas
Perbedaan jumlah jenis tumbuhan bawah yang
ditemukan di hutan tanaman jati diduga disebabkan
2. Diagram profil
adanya perbedaan kondisi faktor lingkungan (iklim
Struktur vertikal dan horizontal tegakan yang
dan edafik) dalam ekosistem tersebut. Rendahnya
digambarkan melalui diagram profil dianalisis
jumlah jenis tumbuhan bawah di HPD Pitu juga
menggunakan software Spatially Explicit
dapat disebabkan adanya aktivitas pembersihan
Individual-based Forest Simulator (SExI-FS).
lahan di bawah tegakan yang dilakukan oleh
Program ini merupakan model simulasi hutan
dengan pendekatan spasial dan individual.

(a) (b)
Gambar 2. (a) Jumlah jenis dan famili serta (b) indeks diversitas jenis pada berbagai penutupan lahan.
18 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 1

masyarakat. Pembersihan tumbuhan bawah bawah seringkali dianggap sebagai gulma yang
dilakukan guna mempersiapkan lahan untuk dapat menjadi kompetitor bagi jenis yang
ditanami jenis tanaman pertanian misalnya jagung, dibudidayakan oleh masyarakat. Pada semak
terong, dan lain sebagainya. jumlah jenis yang ditemukan menunjukkan nilai
Pada Gambar 2 terlihat bahwa, penutupan yang tertinggi disebabkan karena ketersediaan
lahan yang memiliki jumlah jenis yang paling cahaya matahari yang melimpah mengingat pada
rendah memiliki indeks diversitas yang rendah pula lokasi tersebut tidak terdapat pohon besar sehingga
dan sebaliknya, penutupan lahan dengan jumlah cahaya dapat masuk sampai permukaan tanah. Pada
jenis terbanyak memiliki indeks diversitas yang penutupan lahan semak, ladang, dan pemukiman
paling tinggi. Pemukiman memiliki indeks tidak dijumpai strata tajuk di atas tumbuhan bawah.
diversitas yang rendah karena ditemukan jumlah Hanya pada penutupan lahan berupa hutan yang
jenis yang sedikit dan terdapat satu jenis tumbuhan terdapat pohon-pohon besar tetapi penutupan
bawah yang mendominasi yaitu Synedrella tajuknya tidak terlalu rapat sehingga sinar matahari
nodiflora (L.) dengan INP sebesar 56,64. dapat masuk melalui celah-celah tajuk. Tegakan
Penutupan lahan berupa hutan memiliki jumlah yang tidak rapat disebabkan jarak tanam jati (T.
jenis yang lebih rendah dibandingkan ladang tetapi grandis) pada kawasan tersebut cukup lebar dan
memiliki indeks diversitas yang tidak berbeda. Hal bervariasi yaitu dengan jarak tanam 3 x 3 m dan 6 x
ini disebabkan pada penutupan lahan ladang 3 m. Selain itu, usia tanaman yang masih relatif
terdapat satu jenis yang mendominasi, yaitu muda (tahun tanam 2009–2010) sehingga tajuk
Euphorbia heterophylla L. dengan INP sebesar yang terbentuk masih memungkinkan masuknya
56,64. Suatu komunitas dikatakan memiliki cahaya matahari sampai ke lantai hutan. Tutupan
diversitas jenis yang rendah jika komunitas tersebut tajuk pohon (stratifikasi horizontal) dan susunan
disusun oleh sedikit jenis dan jika hanya ada sedikit ketinggian pohon disajikan pada Gambar 3.
jenis yang mendominasi. Meskipun menunjukkan Terdapat perbedaan jenis yang memiliki
nilai indeks diversitas yang berbeda, tetapi keempat tingkat penguasaan yang tinggi (dominan) dalam
penutupan lahan tersebut termasuk dalam kategori komunitas tumbuhan bawah di 4 (empat) penutupan
keanekaragaman jenis sedang. lahan. Pada penutupan lahan hutan jenis yang
Pada penutupan lahan berupa pemukiman mendominasi adalah Imperata cylindrical (L.) dan
jumlah jenis yang ditemukan menunjukkan nilai Chromolaena odorata (L.) sedangkan pada
yang paling rendah di antara penutupan lahan penutupan lahan ladang di dominasi oleh jenis E.
lainnya. Hal ini dapat disebabkan adanya aktivitas heterophylla. Pada penutupan lahan semak
pembersihan lahan dari tumbuhan bawah yang didominasi oleh jenis Tridax procumbens (L.) L.
dilakukan secara rutin oleh masyarakat. Tumbuhan

Struktur Horizontal Struktur Vertikal

Gambar 3. Diagram profil pohon pada beberapa unit lahan berupa hutan.
Januari 2020 FRITA KUSUMA WARDHANI DKK.: PERAN TUMBUHAN BAWAH 19

Tabel 1. Lima jenis tumbuhan bawah dengan INP tertinggi pada setiap penutupan lahan.
Indeks nilai penting
No Nama jenis Famili
H L S P
1 Borreria laevis (Lamk) Griseb. Rubiaceae 11,24 7,46 17,59 6,90
2 Brachiaria reptans (L.) C.A. Gardner & C.E. Hubb Poaceae 22,00 22,72
3 Centrocema pubescens Benth. Fabaceae 7,03 1,69 15,00
4 Chromolaena odorata (L.) R.M. King & H. Rob Asteraceae 42,08 3,59 13,95 17,84
5 Eleuntheranthera rudelaris (Sw.) Sch.Bip. Asteraceae 14,75 9,89
6 Euphorbia heterophylla L. Euphorbiaceae 2,17 56,64 12,59 3,24
7 Imperata cylindrica (L.) Raeusch. Poaceae 42,92 9,48 25,01 8,31
8 Saccharum officinarum L. Poaceae 5,00 10,68 4,60 38,74
9 Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. Asteraceae 16,09 13,51 13,85 56,64
10 Tridax procumbens (L.) L. Asteraceae 10,08 10,68 26,12 4,46
11 Oplismenus composites (L.) P.Beauv. Poaceae 2,94 5,26 9,53

Gambar 4. Jumlah jenis setiap famili di berbagai penutupan lahan

dan pada pemukiman didominasi jenis S. nodiflora. lingkungannya serta kebutuhan akan cahaya, suhu,
Kelimpahan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa air, dan ruang tumbuh terpenuhi sesuai dengan
faktor seperti, persistensi (daya tahan), agresivitas kebutuhannya sehingga jenis tumbuhan bawah yang
(daya saing), kemampuan tumbuh kembali akibat berasal dari kedua famili tersebut dapat
manipulasi lahan, sifat tahan kering dan tahan berkembang dengan cepat dibandingkan dengan
dingin, penyebaran produksi musiman, kemampuan tumbuhan dari famili lainnya (Suryaningsih dkk.,
menghasilkan biji, kesuburan tanah, serta iklim 2011).
terutama curah dan distribusi hujan (Octavia dkk., Tumbuhan I. cylindrical (nama lokal: alang-
2004). Jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP alang) dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang
tertinggi disajikan pada Tabel 1. Data jenis seluruh ekstrim, termasuk lingkungan yang banyak terdapat
tumbuhan bawah yang ditemukan dapat dilihat logam berat toksik (Sastroutomo, 1990) sehingga
pada Lampiran 1. dapat dimanfaatkan sebagai adsorben logam berat
Walaupun memiliki jenis dominan yang (Rahmi dkk., 2009). Jenis C. odorata atau yang
berbeda tetapi dari keempat penutupan lahan dikenal dengan nama rumput minjangan, yang
didominasi dari famili yang sama yaitu Poaceae dan dijumpai dalam jumlah yang melimpah di bawah
Asteraceae (Gambar 4). Kedua famili tersebut tegakan jati termasuk ke dalam salah satu jenis
memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dengan gulma yang mudah ditemui baik di lahan basah
20 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 1

maupun kering. Namun meskipun dianggap sebagai potensial untuk dimanfaatkan sebagai bokhasi
gulma, C. odorata merupakan bahan organik (penyedia bahan organik) sehingga diharapkan
berkualitas tinggi sehingga berpotensi sebagai dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
sumber P (Pratikno, 2002). Nadlir (2006) Susilo (2013) menyebutkan bahwa bokhasi T.
menyebutkan bahwa C. odorata memiliki fungsi procumbens mempunyai beberapa keuntungan
ganda yaitu sebagai sumber bahan insektisida yaitu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
nabati dan sebagai bahan pupuk organik kualitas kapasitas kation, menambah kapasitas menahan air,
tinggi yang mampu melepaskan unsur hara dalam meningkatkan kegiatan biologi tanah, menambah
waktu relatif cepat karena berdasarkan hasil unsur mikro, dan tidak menimbulkan polusi.
penelitian jenis tersebut berpotensi sebagai S. nodiflora (nama lokal: Legetan) yang
insektisida nabati dalam mengendalikan hama menjadi jenis dominan pada pemukiman
penggerek batang padi, ulat kubis, ulat jengkal, dan merupakan salah satu jenis gulma pada tanaman
ulat grayak dan disamping itu kandungan N dan P pertanian yaitu kedelai, tebu, jagung, karet, kopi,
pada jenis tersebut adalah 3,04 dan 0,29%. ubi kayu, kakao, dan lain sebagainya (Anonim,
Jenis E. heterophylla atau yang dikenal dengan 2016). Namun hasil penelitian menunjukkan jenis
nama patikan emas yang mendominasi pada ini dapat berfungsi sebagai insektisida alami untuk
penutupan lahan ladang merupakan salah satu jenis mengatasi hama Spodopteralitura (semacam
gulma pada lahan pertanian. Holm dkk. (1979) ngengat, yang telah resisten terhadap beberapa
menyebutkan bahwa jenis tersebut merupakan salah pestisida sintetik) dan serangga (Rathi dan
satu gulma utama yang menjadi permasalahan di Gopalakrishnan, 2005; Octavia dkk., 2008).
berbagai negara, di antaranya yaitu Jepang, Ghana, Berdasarkan hasil analisis similaritas diperoleh
Meksiko, Filipina, Indonesia, dan Thailand. nilai IS pada penutupan lahan hutan dan semak
Kehadiran jenis tersebut dapat menjadi kompetitor memiliki similaritas tertinggi yaitu sebesar 54,87%
bagi berbagai jenis tanaman pertanian, misalnya sedangkan pada penutupan lahan ladang dan
kopi, pepaya, kacang tanah, kedelai, teh dan lain pemukiman memiliki similaritas 40,84%. Nilai
sebagainya. Pertumbuhan tanaman yang cepat similaritas disajikan pada Tabel 2.
dapat menyebabkan persaingan dalam Analisis klaster menggunakan dendogram
memperebutkan cahaya, air, dan hara. terlihat bahwa komposisi tumbuhan bawah pada
T. procumbens (nama lokal penutupan lahan semak memiliki kesamaan dengan
gletang/songgolangit) merupakan jenis yang komposisi tumbuhan bawah yang berada di bawah
mendominasi penutupan lahan semak. Tumbuhan tegakan hutan sedangkan pada pemukiman
tersebut merupakan salah satu jenis gulma yang memiliki kesamaan dengan ladang (Gambar 5).
biasa dijumpai di tempat-tempat yang kering dan Menurut Odum (1998), kesamaan jenis pada dua
sinar matahari penuh. Oleh karena itu, penutupan lokasi yang dibandingkan menunjukkan bahwa
lahan berupa semak tanpa adanya naungan pohon kedua lokasi yang dibandingkan merupakan tempat
besar menjadikan lokasi ini mendapatkan sinar hidup yang sesuai bagi jenis tumbuhan yang ada di
matahari secara penuh sehingga T. procumbens dalamnya. Bentuk pengelompokkan tersebut
dapat dengan cepat berkembangbiak dan memperlihatkan bahwa jenis penutupan lahan
mendominasi di lokasi pengamatan tersebut. dengan interaksi manusia terhadap kawasan yang
Walaupun dianggap sebagai gulma, jenis ini cukup

Tabel 2. Indeks similaritas pada berbagai penutupan lahan


Penutupan lahan Hutan Ladang Semak Pemukiman
Hutan * 32,91 54,87 33,25
Ladang * * 37,35 40,84
Semak * * * 31,64
Pemukiman * * * *

Gambar 5. Analisis klaster Bray-Curtis komposisi tumbuhan bawah di berbagai lahan.


Januari 2020 FRITA KUSUMA WARDHANI DKK.: PERAN TUMBUHAN BAWAH 21

tinggi menunjukkan kesamaan komposisi jenis pemukiman memiliki nilai antara 11–16 ppm
tumbuhan bawah. Barna dan Michal (2015) (termasuk kategori agak rendah) sedangkan pada
menyebutkan bahwa dengan adanya intervensi penutupan lahan berupa hutan memiliki kandungan
manusia (pengelolaan) yang dilakukan dalam suatu terendah yaitu 4,62 ppm (termasuk kategori sangat
kawasan dapat mempengaruhi struktur dan rendah). Sementara itu, kandungan kalium (K)
keragaman regenerasi suatu spesies. dalam tanah pada berbagai penutupan lahan yaitu
Pada lahan pemukiman dan ladang dilakukan berkisar antara 0,8–2,00 me/100 g dan nilai tersebut
pengelolaan secara intensif berupa pembersihan termasuk dalam kategori sangat rendah.
secara rutin sehingga jenis yang muncul kembali Analisis lebih lanjut dari data kualitas kimia
setelah dilakukan pembersihan umumnya tanah tersebut menunjukkan bahwa secara
merupakan jenis yang adaptif dan mampu keseluruhan hanya Kalium tersedia yang berbeda
berkembangbiak dengan cepat. Aktivitas secara nyata pada berbagai tipe penutupan lahan
pembersihan tumbuhan bawah di pemukiman dan (One-way Anova; p < 0,05). Karakter yang lain
ladang dilakukan agar tanaman yang dibudidayakan (kandungan C-organik, pH, Nitrogen total, dan
masyarakat dapat tumbuh dengan optimal karena Fosfor tersedia) tidak berbeda nyata antar tipe
tumbuhan bawah dianggap sebagai gulma. penutupan lahan yang ada di HPD Pitu (Tabel 3).
Lebih lanjut, uji perbedaan kalium tersedia
Kualitas Kimia Tanah Pada Berbagai pada berbagai pasangan tipe penutupan lahan
Penutupan Lahan disajikan pada Tabel 4. Hasil uji lanjut
Hasil analisis kualitas kimia dapat dilihat pada menunjukkan bahwa nilai K tersedia yang berbeda
Gambar 6. Nilai pH pada seluruh penutupan lahan yaitu pada pemukiman dengan tipe penutupan lahan
termasuk dalam kategori alkalis (basa). Badan lainnya.
Penelitian Tanah menyebutkan bahwa tanah dengan Secara umum, kualitas kimia tanah pada
pH 7,9–8,4 termasuk dalam kategori alkalis berbagai penutupan lahan memiliki kualitas yang
(Anonim, 2004). Hasil analisis kimia tanah lainnya sama, yaitu dengan kondisi keharaan yang relatif
dibandingkan dengan Kriteria Penilaian Sifat Kimia miskin. Rendahnya kandungan hara di dalam tanah
Tanah Menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah dapat disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang
(LPPT) Bogor (Anonim, 1983), sehingga akan tinggi di seluruh bentuk penutupan lahan. Aktivitas
diketahui status konsentrasi unsur hara tanahnya. pembersihan tumbuhan bawah yang dilakukan oleh
Kandungan nitrogen (N) di dalam tanah pada masyarakat seringkali dengan cara dibakar. Akibat
seluruh tipe penutupan lahan memiliki nilai rata- hal ini yakni dengan tumbuhan yang dibakar secara
rata yang tidak berbeda jauh yaitu 0,23–0,29%, langsung akan menyebabkan terjadinya volatilisasi
nilai tersebut tergolong pada kriteria sedang.
Nitrogen (N) merupakan unsur hara esensial yang Tabel 3. Hasil uji anova satu arah terhadap karakter fisik
dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk menunjang kimia tanah di berbagai penutupan lahan di HPD Pitu.
kelangsungan pertumbuhan tanaman (Winarso, Variabel P value
2005). Kandungan N pada berbagai penutupan pH 0,745
lahan termasuk dalam kategori sedang diduga C-organik 0,770
dipengaruhi oleh tidak adanya tumbuhan dari famili N Total 0,222
Leguminosae yang secara alamiah mampu
P tersedia 0,090
bersimbiosis dengan Rhizobium untuk mengikat
unsur N di udara. Kandungan phospat (P) dalam K tersedia 0,004
tanah pada penutupan lahan ladang, semak, dan One-way Anova: p < 0,05 signifikan

Gambar 6. Hasil analisis kualitas kimia pada berbagai penutupan lahan.


22 J. MANUSIA & LINGKUNGAN Vol. 24, No. 1

Tabel 4. Matrik P-value hasil uji post-hoc perbedaan karakter fisik kimia tanah pada berbagai
pasangan tipe penutupan lahan di HPD Pitu.
Penutupan Lahan Hutan Semak Ladang Pemukiman
Hutan - 1,000 1,000 0,005
Semak 1,000 - 1,000 0,011
Ladang 1,000 1,000 - 0,013
Pemukiman 0,005 0,011 0,013 -
P-value < 0,05 signifikan.
di mana unsur hara yang terdapat di tanah yang berbeda secara signifikan. Hanya hara makro
semula berbentuk ion/padat akan berubah menjadi berupa Kalium tersedia pada pemukiman yang
gas dan terlepas ke udara bebas bersamaan dengan memiliki nilai berbeda yang signifikan dengan
biomassa yang terbakar. Rauf (2016) menyebutkan ketiga penutupan lahan lainnya. Aktivitas
bahwa dampak kebakaran lahan dapat berpengaruh masyarakat yang tinggi pada berbagai penutupan
pada lahannya (on site) dan di luar lahan (off site). lahan diduga menjadi penyebab rendahnya hara
Lebih lanjut dijelaskan, pengaruh pada lahan pada berbagai tipe penutupan. Kondisi keharaan
meliputi peningkatan pH tanah, peningkatan garam- yang miskin hara khususnya pada kawasan hutan
garam mudah larut (basa-basa tukar) yang tentu akan memengaruhi produktivitas tegakan jati
mendorong peningkatan kejenuhan basa, pada yang merupakan tanaman pokok di kawasan
tanah mineral terjadi pengkristalan mineral tanah tersebut.
yang menyebabkan fraksi halus menjadi lebih
kasar, tekstur tanah menjadi didominasi oleh fraksi UCAPAN TERIMA KASIH
pasir dan kerikil (sangat kasar), warna fraksi kerikil
Penelitian ini didukung oleh Fakultas Kehutanan,
dominan merah bata, tanah menjadi sangat porous
Universitas Gadjah Mada melalui skema Hibah
sehingga mudah terjadi pencucian unsur hara dan
BPPTN Tahun Anggaran 2017.
garam-garam terlarut.
Pada penutupan lahan pemukiman dan ladang DAFTAR PUSTAKA
yang sering digunakan untuk menanam tanaman
pertanian oleh masyarakat seringkali dilakukan Anggraeni, I., 2012. Penyakit Karat Tumor Pada
penambahan hara melalui pemupukan baik pupuk Sengon dan Hama Cabuk Lilin Pada Pinus.
organik maupun anorganik. Namun jumlah hara Kementerian Kehutanan Badan Litbang
yang tersedia tetap rendah. Hal ini dimungkinkan Kehutanan Puslitbang Peningkatan
hara tersebut hilang akibat volatilisasi dan terbawa Produktivitas Hutan, Bogor.
oleh limpasan aliran permukaan saat terjadi hujan. Anonim, 1983. Kriteria Penilaian Sifat Kimia
Pada seluruh lokasi pengamatan tidak terdapat Tanah. Lembaga Pusat Penelitian Tanah.
terdapat strata tegakan yang lengkap sehingga Bogor.
ketika hujan, air dapat langsung memukul Anonim, 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan
permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya Tanah. Balai Penelitian Tanah (BPT), Pusat
limpasan aliran permukaan. Limpasan aliran Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
permukaan ini dapat membawa unsur hara yang Agroklimat, Badan Penelitian dan
terdapat pada permukaan tanah (top soil). Secara Pengembangan Pertanian, Departemen
alami hara dapat bersumber dari hasil mineralisasi Pertanian.
sisa tanaman yang hidup di atasnya. Rosmarkam Anonim, 2016. Pestisida Pertanian dan Kehutanan
dan Yuwono (2002) menyebutkan bahwa jumlah Tahun 2016. Direktorat Pupuk dan Pestisida,
hara tanaman yang dilepaskan tergantung pada Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana
macam tanaman, bagian tanaman, dan jumlah Pertanian, Kementerian Pertanian Republik
volume tanaman yang digugurkan. Indonesia.
Bakar, B., Denny, K., dan Soekisman, T., 2013.
KESIMPULAN The Role of Weed Science in Supporting Food
Security by 2020. Proceedings of the 24th
Hasil penelitian menunjukan komposisi
Asian-Pacific Weed Science Society
tumbuhan bawah pada penutupan lahan berupa
Conference. Asian-Pacific Weed Science
hutan dan semak memiliki similaritas yang cukup
Society & Weed Science Society of Indonesia,
tinggi. Namun keanekaragaman jenis tumbuhan
Padjadjaran University, Bandung.
bawah baik pada hutan, semak, ladang, dan
Barna, M., and Michal, B., 2015. Tree Species
pemukiman masuk pada kategori sedang. Kualitas
Diversity Change in Natural Regeneration of
kimia tanah pada berbagai penutupan lahan tidak
Januari 2020 FRITA KUSUMA WARDHANI DKK.: PERAN TUMBUHAN BAWAH 23

Beech Forest under Different Management. Areal Savana Seksi Wilayah Bekol Taman
Forest Ecology and Management 342:93–102. Nasional Baluran. Laporan Kegiatan. Balai
Caton, B.P., Mortimer, M., Hill, J.E., and Johnson, Taman Nasional Baluran. Departemen
D.E., 2010. A Practical Field Guide to Weeds Kehutanan.
of Rice in Asia. Second Edition. International Octavia, D., Andriyani, S., Qirom, M.A., dan
Rice Research Institute, Los Baños. Azwar, F., 2008. Keanekaragaman Jenis
Dahir, 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan Sebagai Pestisida Alami di Savana
Tumbuhan Bawah (Semak, Herba, dan Bekol Taman Nasional Baluran. Jurnal
Rumput) dengan Variasi Ketinggian, Pada Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,
Naungan Tectona grandis L.F, di Desa 5(4):355-365.
Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Odum, E.P., 1998. Dasar-dasar Ekologi
Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains (Terjemahan). Gadjah Mada University Press.
dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Yogyakarta.
Sunan Kalijaga. Yogyakarta. Pratikno, H., 2002. Studi Pemanfaatan Biomasa
Hilwan, I., Dadan, M., dan Weda, G.P., 2013. Flora untuk Meningkatkan Ketersediaan P dan
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Bahan Organik Tanah Berkapur di DAS
pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium Brantas Hulu Malang Selatan. Tesis. Program
cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang.
saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Rosmarkan, A., dan Yuwono, N.W., 2002. Ilmu
Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Yogyakarta.
Silvikultur Tropika 4(1):6–10. Rahmi, H., Ina, R., Awin, F., dan Noer, K., 2009.
Holm, L., Pancho, J., Herberger, J., and Plucknett, Pemanfaatan Rumput Alang-Alang (Imperata
D., 1979. A Geographical Atlas of World cylindrica) Sebagai Biosorben Cr(VI) Pada
Weeds. John Wiley & Sons. New York. Limbah Industri Sasirangan Dengan Metode
Kunarso, A., dan Fatahul, A., 2013. Keragaman Teh Celup. Sains dan Terapan Kimia, 2(1):57–
Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai 73.
Tegakan Hutan Tanaman di Benakat, Rauf, A., 2016. Dampak Kebakaran Lahan
Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
Tanaman, 10(2):85-98. Kabupaten Aceh Barat Daya Terhadap Sifat
Le, Q.B., Nkonya, E., and Mirzabaev, A., 2016. Tanah Gambut. Jurnal Pertanian Tropik,
Biomass Productivity-Based Mapping of 3(3):256–266.
Global Land Degradation Hotspots. in H. Y. Sastroutomo, S., 1990. Ekologi Gulma. Penerbit PT
Kwon, E. Nkonya, T. Johnson, V. Graw, E. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Kato, & E. Kihiu (Eds.), Economics of Land Soerianegara, I., dan Indrawan, A., 1998. Ekologi
Degradation and Improvement - A Global Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi
Assessment for Sustainable Development (pp. Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian
55–84). Bogor. Bogor.
Ludwig, J.A., dan Reynolds, J.F., 1988. Statistical Sudiana, E., Nuhfil, H.A.R., Yanuwiadi, B., dan
Ecology: A Primer on Methods and Soemarno, 2009. Pengelolaan Hutan Rakyat
Computing. John Wiley and Sons, New York. Berkelanjutan di Kabupaten Ciamis. Agritek,
Maisyaroh, W., 2010. Struktur Komunitas 17(3):543–555.
Tumbuhan Penutup Tanah di Taman Hutan Suryaningsih, Martin, J., dan Ketut, D., 2011.
Raya R. Soerjo Cangar, Malang. Jurnal Inventarisasi Gulma pada Tanaman Jagung
Pembangunan dan Alam Lestari 1(1):1–9. (Zea mays L.) di Lahan Sawah Kelurahan
Marsono, D. 1987. Vegetasi Tumbuhan Bawah Padang Galak, Denpasar Timur, Kodya
Tanaman Jati Di KPH Kendal. Buletin Denpasar, Provinsi Bali. Jurnal Simbiosis,
Fakultas Kehutanan Yogyakarta, Fakultas 1(1):1–8.
Kehutanan Universitas Gadjah Mada Susilo, E., 2013. Tanggap Pertumbuhan Awal Jarak
Yogyakarta. Pagar (Jatropha curcas L.) Terhadap Bokhasi
Nadlir, 2006. Fungsi Ganda Rumput Minjangan Gulma Gletang (Tridax procumbens) yang
(Chromolaena odorata) dalam Budidaya Diperkaya Kapur Pada Tanah Ultisol.
Tanaman. Temu Teknis Nasional Tenaga Agrovigor, 6(1):13–20.
Fungstonal Pertanian 2006. Pusat Penelitian Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah. Dasar
dan Pengembangan Peternakan. Kesehatan dan Kualitas Tanah. Penerbit Gava
Octavia, D., Azwar, F., Qirom, M.A., dan Media. Yogyakarta.
Andriyani, S., 2004. Potensi Pakan Banteng di

Anda mungkin juga menyukai