NIM : 1806110328
Kehutanan-B
Praktikum ekologi hutan
Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat menyerap karbondioksida
yang ada di atmosfer dalam proses fotosintesis, dimana karbon dioksida (CO2) di atmosfer
diikat dan diubah menjadi bentuk energi (gugus gula) yang bermanfaat bagi kehidupan.
Energi ini disimpan oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa (Purwitasari, 2011).
Salah satu isu lingkungan yang terkait dengan hutan yang kini marak dibahas adalah
terjadinya perubahan iklim akibat pemanasan global (global warming). Penyebab timbulnya
perubahan iklim yang diangap sangat serius saat ini adalah naiknya konsentrasi gas rumah
kaca
Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada
suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown 1997).
Biomassa vegetasi merupakan berat bahan vegetasi hidup yang terdiri dari bagian atas dan
bagian bawah permukaan tanah pada suatu waktu tertentu. Biomassa hutan dapat digunakan
untuk menduga potensi serapan karbon yang tersimpan dalam vegetasi hutan karena 50%
biomassa tersusun oleh karbon (Darussalam, 2011).
Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling dengan
pemanenan (Destructive sampling) secara in situ;(ii) sampling tanpa pemanenan (Non-
destructive sampling) dengan data pendataan hutan secarain situ; (iii) Pendugaan melalui
penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model. Untuk masing masing metode di
atas, persamaan allometrik digunakan untuk mengekstrapolasi cuplikan data ke area yang
lebih luas. Penggunaan persamaan allometrik standard yang telah dipublikasikan sering
dilakukan, tetapi karena koefisien persamaan allometrik ini bervariasi untuk setiap lokasi dan
spesies, penggunaan persamaan standard ini dapat mengakibatkan galat (error) yang
signifikan dalam mengestimasikan biomassa suatu vegetasi (Sutaryo, 2009).
Serasah merupakan salah satu komponen di dalam hutan yang juga dapat menyimpan
karbon. Serasah didefinisikan sebagai bahan organik mati yang berada di atas tanah mineral.
Kualitas serasah ditentukan dengan melihat morfologinya terutama yang berasal dari daun
yang gugur untuk mengasumsikan kecepatan dekomposisinya. Kecepatan pelapukan daun
ditentukan oleh warna, sifatnya ketika diremas dan kelenturannya. Warna daun kering coklat,
daun tetap lemas bila diremas, bila dikibaskan daun tetap lentur berarti daun tersebut cepat
lapuk. Apabila warna daun kering kehitaman, bila diremas pecah dengan sisi-sisi yang tajam
dan bila dikibaskan kaku maka daun tersebut lambat lapuk. Kualitas serasah yang beragam
akan menentukan tingkat penutupan permukaan tanah oleh serasah. Kualitas serasah
berkaitan dengan kecepatan pelapukan serasah (dekomposisi). Semakin lambat lapuk maka
keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lebih lama (Yustian, dan Donhi , 2010).
Biomassa lantai hutan merupakan bahan- bahan organik berupa daun, ranting, cabang,
buah, bunga, batang maupun fauna yang jatuh di lantai hutan. Bahan-bahan tersebut apabila
terdekomposisi oleh mikroorganisme akan termineralisasi menjadi unsur-unsur yang siap
digunakan oleh tanaman. Biomassa lantai hutan terbagi dalam tiga lapisan, yaitu: litter,
fermentasi/forna, dan humus. Berdasarkan pengamatan horizon tanah yang dibuat pada lantai
hutan mangrove di plot pengamatan, didapatkan kedalaman masing masing lapisan
(Siarudin dan Rachman, 2008).
Pengukuran biomassa dilakukan pada tiga tempat yakni tegakan pohon (diatas
permukaan tanah), serasah (di permukaan tanah) dan akar yang ada di bawah permukaan
tanah yang semuanya dilakukan dalam petak contoh. Untuk mengukur biomassa vegetasi di
atas permukaan tanah dapat dilakukan dengan dua tahap yakni : Pertama, metode pendugaan
dengan menggunakan persamaan allometrik W= aDb Kedua, untuk pengukuran biomasa
tumbuhan bawah atau rumput-rumputan/semak dilakukan dengan petak contoh (Monde, dkk,
2008).
Kompetisi antarindividu dalam satu spesies yang terjadi pada area dengan cadangan
makanan yang terbatas akan membatasi pertumbuhan populasi tersebut. Jika dua spesies
menggunakan cadangan makanan yang sama juga akan mempengaruhi kepadatan dari dua
spesies tersebut.
Dalam kuadran hutan yang luas paling sedikit harus ada dua tempat yang berlainan
untuk mengambil sampel. Jenis komonitas yang lain pada kuadran yang lebih sempit, satu
sampel setiap kuadran sudah cukup. Jika pada tanah-tanah diantara gedung-gedung, ditepi-
tepi jalan kecil dan sebagainya mungkin tak ada peluang untuk mengambil sampel
(Soemartono,dkk, 1978).
Nasrudin, dan Sri Wahyuni. 2017. Keragaman Dan Potensi Biomassa Tumbuhan
Bawah Pada Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis L.f.) di Desa Lambakara Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan. Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas
Halu Oleo Kendari. 3 (2) : 97-104
RESUME BAB III. DINAMIKA MASYARAKAT TUMUHAN BAWAH
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, baik ditinjau dari segi ekonomi, pendidikan maupun ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal dan lestari. Hutan di
Indonesia berdasarkan statusnya dapat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu hutan
negara dan hutan hak (hutan adat). Hutan negara adalah kawasan hutan yang tumbuh diatas
tanah yang tidak dibebani hak milik, sedangkan hutan adat merupakan kawasan hutan yang
telah dibebani hak milik masyarakat adat. Masyarakat adat telah
Amon,H dan Jhony Tasrin. 2013. Dinamika Komunitas Tumbuhan Pada Ekosistem Batas
Cagar Alam Gunung Ambang. Fakultas Pertanian Unsrat Manado. 19 (3) : 183-196
Manurung,S dan Abdul Rauf. 2013. Kajian Total Keanekaragaman Hayati Tumbuhan Dan
Pengaruhnya Terhadap Tata Air Tanah di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Jurnal Online
Agroteknologi. 1 (4) : 1319-1329
Putra,A dan Setia Budi. 2017. Keanekaragaman Vegetasi Pada Hutan Adat Bukit Tunggal di
Desa Batu Nanta Kecamatan Belimbing Kabupaten Melawi. Jurnal Hutan Lestari. 5 (2) : 234-240