Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
MENGENAL KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI
SEPANJANG JALAN SETAPAK HUTAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
LELA SATRIANI CANDRA
M111 13 084
ANGKATAN 2013

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN


1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan
3. Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat dan No. HP

: Mengenal Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah


di Sepanjang Jalan Setapak Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin
: PKM-P
: Lela Satriani Candra
: M11113084
: Ilmu Kehutanan
: Universitas Hasanuddin
: Jalan Perintis Kemerdekaan VII Tamalanrea
085656698298
: lela.m3084@gmail.com

f. Alamat email
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap
: Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M. Sc
b. NIDN
: 19600330 198811 1 001
c. Alamat dan No. HP : Kompleks Unhas Baraya Blok B No. 9 Makassar
08155788005
5. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
: Rp. 5.707.500
b. Sumber Lain
: Rp. 0
6. Jangka Waktu
: 3 bulan
Makassar, 24 Mei 2016
Menyetujui
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin

Astuti Arief, S.Hut. M.Si


NIP. 19730315 200112 2 001

Pelaksana Kegiatan

Lela Satriani Candra


NIM. M11113084

Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan


Universitas Hasanuddin

Dr. Ir. Abd. Rasyid J., M.Si


NIP. 19650303 1991 03 1 004

Dosen Pendamping

Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M.Sc


NIP. 19600330 198811 1 001

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
RINGKASAN..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Tujuan dan Kegunaan..................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunitas Tumbuhan Bawah.....................................................3
2.2. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah...........................................3
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ............................................4
Sebaran Tumbuhan Bawah
2.4. Manfaat Tumbuhan Bawah..........................................................5
2.5. Jalan Setapak...............................................................................6
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................7
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................7
3.3. Pengumpulan Data.......................................................................7
3.4. Analisis Data................................................................................9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya...........................................................................11
4.2. Jadwal Kegiatan...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
LAMPIRAN....................................................................................................15

RINGKASAN
Oleh : Lela Satriani Candra*
Tumbuhan bawah pada suatu komunitas merupakan tumbuhan yang hidup secara
liar dan berkembang secara alami. Vegetasi tumbuhan bawah dapat digunakan
sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan, selain itu dapat
dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
adalah kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) untuk kegiatan
pendidikan dan penelitian. Sebagaimana hutan pada umumnya, di Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin juga banyak ditumbuhi oleh jenis-jenis
tumbuhan bawah. Dalam kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
terdapat jalan setapak yang membagi kawasan ini menjadi beberapa blok. Di
sepanjang pinggiran jalan setapak tersebut ditumbuhi oleh beraneka jenis
tumbuhan bawah. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat keanekaragaman jenis dan komposisi tumbuhan bawah yang ada di
sekitar jalan setapak Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin serta untuk
mengetahui manfaatnya bagi masyarakat. Kegunaan dari penelitian ini yaitu
sebagai bahan informasi dan diharapkan dapat menjadi bahan dalam pembuatan
pedoman bagi pengunjung (wisatawan) di Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin tentang keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang ada di sekitar
jalan setapak beserta manfaatnya.
* Jurusan S1 Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam suatu ekosistem hutan, masyarakat tumbuh-tumbuhan berhubungan
erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hubungan ini terlihat dengan adanya
variasi dalam jumlah masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur
masyarakat tumbuh-tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola kenakeragaman dan
struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya
dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah adalah
suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan
pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam
stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni
lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E
(Soerianegara dan Indrawan, 2008).
Tumbuhan bawah pada suatu komunitas merupakan tumbuhan yang hidup
secara liar dan berkembang secara alami. Tumbuhan bawah juga mempunyai
korelasi nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis,
kerapatan dan dominansinya. Vegetasi tumbuhan bawah dapat digunakan sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan, selain itu dapat dijadikan
sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan
kesuburan tanah (Dahlan, 2011).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban. Hal
ini menyebabkan proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga
dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Siklus hara akan
berlangsung sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan
dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh
bakteri (Irwanto, 2007). Tumbuhan bawah tidak akan bersaing dengan tumbuhan
pokok karena tumbuhan pokok mempunyai sistem perakaran yang lebih dalam
dan jenis yang berbeda mempunyai kebutuhan unsur hara yang berbeda (Arifin,
2001).
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban dan pH tanah, tutupan tajuk
dari pohon sekitarnya dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis.
Keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan keanekaragaman
yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang lahan, tanah, faktor
iklim serta perbandingan kenakeragaman spesies vegetasi bawah, memperlihatkan
banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya maupun pertumbuhannya
(Nirwani, 2010).

Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin adalah kawasan hutan dengan


tujuan khusus (KHDTK) untuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Kawasan
tersebut mempunyai luas 1.300 ha (SK.86/MENHUT-II/2005), yang di dalamnya
terdapat beberapa tegakan hutan tanaman dan hutan alam sekunder. Sebagaimana
hutan pada umumnya, di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin juga banyak
ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan bawah (Taufik, 2015). Dalam kawasan
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin terdapat jalan setapak yang membagi
kawasan ini menjadi beberapa blok (Subaktiningrum, 2014). Jalan setapak ini
kelak akan direncanakan menjadi jalan induk dan batas alam (Taufik, 2015),
sehingga menjadi akses bagi wisatawan untuk berwisata di Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin. Di sepanjang pinggiran jalan setapak tersebut ditumbuhi
oleh beraneka jenis tumbuhan bawah. Sejauh ini belum pernah dilakukan
penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang ada di sekitar
jalan setapak Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Oleh karena itu,
penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan
bawah yang ada di sekitar jalan setapak Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
keanekaragaman jenis dan komposisi tumbuhan bawah yang ada di sekitar jalan
setapak Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin serta untuk mengetahui
manfaatnya bagi masyarakat.
Kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai bahan informasi dan diharapkan
dapat menjadi bahan dalam pembuatan pedoman bagi pengunjung (wisatawan) di
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin tentang keanekaragaman jenis
tumbuhan bawah yang ada di sekitar jalan setapak beserta manfaatnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunitas Tumbuhan Bawah
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupannya terdapat interaksi yang erat, baik semua individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organism lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di
suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula
faktor lingkungannya (Irwanto, 2007).
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang dan semak belukar.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi. Peranan vegetasi dalam suatu
ekosistem umumnya terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida
dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas (Arrijani, dkk., 2006).
Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi
bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba,
semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual,
biannual atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat (Aththorick, 2005).
Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan
pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi.
Selain itu, tumbuhan bawah sering dijadikan sebagai indicator kesuburan tanah
dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi
ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat dan sebagai
sumber energi alternatif (Hilwan, dkk., 2013).
2.2. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan kemampuan tumbuhan bawah
untuk mempertahankan siklus hidrologi dan hara adalah contoh fungsional yang
bisa diberikan oleh tumbuhan bawah. Namun, tumbuhan bawah sangat ditentukan

oleh pola distribusi dan penyebarannya. Komposisi dan keanekaragaman


tumbuhan bawah ikut menentukan struktur hewan yang ada dan pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap fungsi ekologi hutan. Selain itu, tumbuhan bawah juga
merupakan kekayaan plasma nutfah yang harus dilestarikan, dipelajari dan
dimanfaatkan (Taufik, 2015).
Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya anggota dari suku-suku Poceae,
Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, Paku-pakuan dan lain-lain. Vegetasi ini banyak
terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai hutan, lahan
pertanian dan perkebunan (Aththorick, 2005).
Menurut Richard (1981), beberapa jenis tumbuhan bawah yang banyak dan
mudah ditemukan yaitu jenis-jenis berhabitus belukar seperti Melastoma
malabathricum, Stachytarpetha jamaicencis, Eupathorium odoratum, Lantana
camara, Phyllantus niruri, Piper caducibrateum, beberapa jenis berhabitus herba
dari kelompok rumput-rumputan seperti Ottochloa nodosa, Oplismenus
compositus, Paspalum conjugatum, beberapa jenis berhabitus herba dari
kelompok paku-pakuan seperti paku udang (Stenochlaena palustris), paku kawat
(Lygodium scandens) dan paku sayur (Diplazium esculentum), serta beberapa
jenis dari family Zingiberaceae seperti jahe-jahean (Zingiber spp.).
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sebaran Tumbuhan Bawah
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah, tutupan tajuk dari
pohon sekitarnya dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis. Pada komunitas
hutan hujan, penetrasi cahaya matahari yang sampai pada lantai hutan umumnya
sedikit sekali. Hal ini disebabkan terhalang oleh lapisan-lapisan tajuk pohon yang
ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang tumbuh dekat
permukaan tanah kurang mendapat cahaya, sedangkan cahaya matahari bagi
tumbuhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses perkembangan,
pertumbuhan dan reproduksi (Nirwani, 2010).
Perbedaan tingkat naungan akan memengaruhi intensitas cahaya, suhu udara,
kelembaban udara dan suhu tanah lingkungan tanaman. Semakin besar tingkat
naungan (semakin kecil intensitas cahaya yang diterima tanaman) maka suhu
udara akan semakin rendah dan kelembaban udara semakin tinggi. Namun,
kelembaban udara yang terlalu rendah dan terlalu tinggi akan membuat proses
pertumbuhan dan pembungaan tanaman (Widiastuti, dkk., 2004).

Vegetasi tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, yaitu


(Stefanus, 2005) :
a. Suhu
Suhu adalah faktor ekologis yang sangat penting, sering suhu
merupakan faktor pembalas terhadap pertumbuhan dan penyebaran
tanaman. Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh intensitas dan
penyinaran matahari yang berbeda-beda menurut kondisi permukaan bumi.
Proses kehidupan tumbuhan seperti pertumbuhan fotosintesis dan
respirasi.
b. Curah Hujan
Curah hujan berperan dalam menentukan tipe iklim suatu daerah
karena curah hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dalam
proses-proses penting lainnya.
c. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan dan
vegetasi penyusunnya. Setiap tumbuhan mempunyai kemampuan berbeda
untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.
2.4. Manfaat Tumbuhan Bawah
Beberapa jenis tumbuhan bawah dapat menyerap dan mengakumulasi logam
tertentu dengan konsentrasi tertentu pada jaringannya sehingga dapat digunakan
untuk merehabilitasi tanah yang tercemar logam berat bekas penambangan. Jenis
tumbuhan ini disebut sebagai akumulator, sedangkan untuk jenis-jenis tumbuhan
yang mampu menyerap dan mengakumulasi logam berat dalam jumlah besar
disebut sebagai hiperakumulator. Lebih dari 400 jenis tumbuhan yang telah
ditemukan memiliki kemampuan hiperakumulator. Jenis tumbuhan tersebut
termasuk kedalam anggota family Asteraceae, Brassicaceae, Caryophyllaceae,
Cycperaceae, Cunoniaceae, Fabaceae, Lamiaceae, Poaceae, Violaceae dan
Euphorbiaceae (Widyati, 2011).
Tumbuhan bawah terbukti dapat beradaptasi terhadap lingkungan ekstrim
seperti tanah limbah yang banyak terkontaminasi zat-zat beracun dan memiliki
kualitas fisik, kimia maupun biologis sangat rendah. Diantara tumbuhan bawah
ada yang memiliki toleransi tinggi sehingga mampu menyerap dan
mengakumulasi logam kontaminan dalam jaringannya. Potensi ini sangat penting
dan berguna untuk dimanfaatkan sebagai mediator pembersih tanah dan perairan
tercemar (Hidayati, dkk., 2006).
Selain bernilai ekologi, banyak jenis tumbuhan bawah juga mempunyai
manfaat ekonomi antara lain sebagai bahan obat tradisional, bahan pangan
alternatif, pakan ternak atau sebagai tanaman hias. Sejumlah penelitian mengenai
tumbuhan obat tradisional menyatakan bahwa banyak masyarakat memanfaatkan

tumbuhan di sekitar mereka tinggal sebagai bahan obat tradisional (Kinho, dkk.,
2011).
Kusuma dan Zaky (2005) memberi beberapa contoh manfaat tumbuhan
bawah sebagai bahan ramuan obat tradisional antara lain : pemanfaatan rimpang
alang-alang (Imperata cylindrical) yang memiliki khasiat sebagai pembersih
darah, penambah nafsu makan, penyembuh sakit kuning, ginjal, demam, batuk,
sesak nafas, muntah darah dan mimisan; dan pemanfaatan Ageratum conyzoides
L. sebagai stimulant, pereda demam (antiperik), antitoksik, menghilangkan
pembengkakan, menghentikan pendarahan, peluruh haid dan peluruh kencing.
Kinho, dkk. (2011) melaporkan bahwa, beberapa jenis tumbuhan bawah
digunakan sebagai bahan ramuan obat, antara lain : Coleus amboinicus L.
digunakan sebagai obat kolestrol, asma, batuk, perut kembung, sariawan, demam
dan sakit kepala; Piper umbellatum L. digunakan sebagai obat sakit perut dan
muntaber; Piper aduncum L. digunakan sebagai obat mata merah dan bisul;
Lantana camara L. digunakan sebagai obat maag, obat luka, batuk, rematik, serta
dapat memulihkan stamina wanita yang habis melahirkan; dan Phyllanthus niruri
L. dapat digunakan sebagai obat penyakit pinggang, diabetes, hepatitis dan obat
digigit anjing gila. Beberapa tumbuhan bawah yang bermanfaat sebagai pakan
ternak adalah Centrosema pubescens, Desmodium triquetrum, Dismodium
pulchelum, Digitaria sp., Manihot utilissima, Commelina nudifloradan Ipomea
trilobata (Basuki, 2012).
2.5. Jalan Setapak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jalan setapak merupakan jalan
kecil, sempit (dalam hutan dan sebagainya) yang hanya dapat dilalui dengan
berjalan kaki. Joyopuspito (1989) mengemukakan asal mula jalan setapak berasal
dari jalan yang terjadi akibat manusia mencari akses ke lokasi lain, sehingga
terjadi jalan setapak. Pada umumnya jalan setapak berada di pedesaan atau di
gunung ataupun di pinggir kali. Tumbuhan atau tanaman yang berada di
permukaan tanah akan mati akibat diinjak oleh manusia sehingga muncullah jalan
setapak. Namun apabila disengaja, tumbuhan di permukaan tanah bisa juga
dibabat dengan parang, kemudian diratakan dengan cangkul atau mesin perata
agar nyaman dilalui. Setelah itu permukaan tanah dipadatkan dengan ditumbuk
atau digilas dengan mesin gilas sehingga terjadilah jalan setapak.
Jalan setapak mempengaruhi perembesan air hujan ke dalam tanah dengan
begitu akan memengaruhi kualitas dan banyaknya sumber air yang terus-menerus
menurun. Pembuatan jalan tersebut kemudian akan mempengaruhi iklim mikro
dengan menaikkan suhu permukaan dan dengan demikian akan mempengaruhi
kualitas lingkungan pada jalan-jalan tersebut (Frick dan Setiawan, 2002).

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2016.
Lokasi penelitian terletak di Kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin,
Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
1) Roll meter, digunakan untuk mengukur panjang dan lebar plot.
2) Tali rafiah, untuk menandai petak pengamatan.
3) Gunting spesimen, digunakan untuk pengambilan spesimen.
4) Kantong plastik, digunakan untuk menyimpan spesimen.
5) Etiket gantung, digunakan untuk penulisan nomor spesimen.
6) Alat tulis-menulis, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan di
lapangan.
7) Alkohol 70%, digunakan untuk mengawetkan specimen.
8) Kertas koran, digunakan untuk membuat herbarium.
9) Oven pengering herbarium, digunakan untuk mengeringkan herbarium.
10) Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk menentukan
lokasi dimana plot akan ditempatkan. Berhubung penelitian ini akan
dilakukan di sekitar jalan setapak, maka orientasi lapangan akan dilakukan di
sepanjang jalan setapak dimulai dari tempat penginapan Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin hingga di Tegakan Pinus (Pinus merkusii). Orientasi
lapangan akan dilakukan sampai di Tegakan Pinus saja berdasarkan
pertimbangan dimana jalan setapak inilah yang paling sering dilalui oleh
pengunjung dengan intensitas lebar jalan yang lebih besar dibandingkan jalan
setapak lainnya.
3.3.2. Penentuan Plot
Sejumlah 30 plot dengan ukuran 5 m x 20 m dengan sisi terpanjang plot
tegak lurus jalan setapak, akan ditempatkan secara purposif di samping kiri
(15 plot) dan samping kanan (15 plot) di sepanjang jalan setapak secara
berselingan. Untuk memudahkan pengamatan, plot berukuran 5 m x 20 m

kemudian akan dibagi menjadi subplot berukuran 2,5 m x 2,5 m, sehingga


pada setiap plot akan terdapat 64 subplot berukuran 2,5 m x 2,5 m.

Gambar 1. Ilustrasi Plot Pengamatan


3.3.3. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan mencatat nama atau nomor spesimen
setiap jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di dalam setiap plot
pengamatan. Setiap jenis tumbuhan bawah yang tidak diketahui nama
ilmiahnya akan diambil fotonya kemudian sampel spesimennya untuk
dijadikan herbarium. Spesimen herbarium yang sudah dikeringkan dibawa ke
Laboratorium Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Universitas
Hasanuddin atau Herbarium Bogoriense untuk proses identifikasi. Setiap
jenis tersebut dihitung frekuensi penemuannya antar petak pengamatan dalam
plot pengamatan.
Selanjutnya dilakukan pengambilan data untuk luas penutupan tajuk
setiap jenis tumbuhan bawah dengan menggunakan Crown Diameter Method
pada tally-sheet seperti Tabel 1. Selain itu dihitung pula lebar jalan yang ada
pada plot pengamatan dan panjang jarak jalan setapak antara plot yang satu
dan plot lainnya pada tally-sheet seperti Tabel 2. Manfaat jenis tumbuhan
bawah yang ditemukan dalam penelitian ini akan dilakukan dengan studi
literatur.

Gambar 2. Ilustrasi Crown Diameter Method


3.4. Analisis Data
Pengolahan data hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1) Menghitung penutupan tajuk tumbuhan bawah (dominansi) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Djafar, dkk., 2013) :
l = r2 = d2
dimana d = (d1+d2+d3+d4)/4
2) Menghitung kerapatan tumbuhan bawah per petak pengamatan dengan
menggunakan rumus berikut (Djafar, dkk., 2013) :
K = Jumlah individu jenis / luas petak
3) Frekuensi penemuan antar petak pengamatan dalam plot pengamatan
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Djafar, dkk.,
2013):
F = Jumlah petak ditemukan jenis/total petak x 100%
4) Untuk mengetahui indeks keanekaragaman jenis tumbuhan bawah, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Odum, 1998) :
H = - pi ln pi
Keterangan :
H = Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
pi = ni/N
ni = Jumlah individu dari spesies ke i
N = Jumlah total individu semua spesies

Semakin besar nilai H menunjukkan semakin tinggi keanekaragaman


jenis. Besarnya nilai keanekaragaman jenis Shannon didefinisikan sebagai
berikut :
a. H > 3 menunjukkan keanekaragaman jenis yang tinggi pada suatu
kawasan.
b. 1 H 3 menunjukkan keanekaragaman jenis yang sedang pada
suatu kawasan.
c. H < 1 menunjukkan keanekaragaman jenis yang rendah pada suatu
kawasan.

10

BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Anggaran Biaya
No.
1
2
3
4

Jenis Pengeluaran
Peralatan Penunjang
Bahan Habis Pakai
Perjalanan
Lain-lain : administrasi, publikasi, seminar,
laporan
JUMLAH

Biaya (Rp.)
2.350.000
657.500
1.200.000
1.500.000
5.707.500

4.2. Jadwal Kegiatan


Tabel 4.2. Jadwal Kegiatan
No.

Kegiatan

Seminar Proposal
Persiapan dan Orientasi
Lapangan
Pembuatan Plot
Pengambilan Data
Laporan

1
2
3
4

Bulan 1

Waktu
Bulan 2

Bulan 3

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A. 2001. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.

11

Arrijani, Dede, Edi, G.S. dan Ibnul, Q. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Jurnal Biodiversitas. Vol. 07
No. 02. Hal : 147-153.
Aththorick, T. A. 2005. Kemiripan Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe
Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Lahan Batu. Jurnal Komunikasi
Penelitian. Vol. 17 No. 5. Hal: 42-48.
Basuki, R. 2012. Komposisi dan Produksi Tumbuhan Bawah Sumber Pakan
Ternak pada Beberapa Kelas Umur Tegakan Jati. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Dahlan, Moh. Mazum. 2011. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan
Sengon (Paraserianthes falcataria, L. Nielsen) di Areal Kampus IPB
Darmaga. IPB. Bogor.
Djafar, A., A. H. Olii, dan F. Sahami. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove di Desa
Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara.
Universitas Negeri Gorontalo. Makassar.
Frick, Heinz dan Pujo L. Setiawan. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan
Utilitas Bangunan. Seri Konstruksi Arsitektur 5. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Hidayati, Nurul, Fauzia Syarif dan Titi Juhaeti. 2006. Potensi Centrocema
pubescence, Calopogonium mucunoides dan Micania cordata dalam
Membersihkan Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas.
Jurnal Biodiversitas. Vol. 07 No. 01. Hal : 4-6
Hilwan, Iwan, Dadan M. dan Weda G.P. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Bawah pada Tegakan Sengon Buto dan Trembesi di Lahan Pasca Tambang
Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 04 No. 01. Hal : 6-10
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung
Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. UGM.
Yogyakarta.
Joyopuspito, Sunaryo. 1989. Jalan Raya I dan II. Universitas Trisakti. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

12

Kinho, J., D. I. D. Arini, S. Tabba, H. Kama, Y. Kafiar, S. Shabri dan M.C.


Karundeng. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional di Sulawesi Utara Jilid 2.
Balai Penelitian Kehutanan Manado.
Kusuma, F. dan Zaky, B. M. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
Nirwani, Zainab. 2010. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah yang Berpotensi
Sebagai Tanaman Obat di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser Sub Seksi
Bukit Lawang. Universitas Negeri Sumatera Utara. Medan.
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi (Terjemahan). Edisi III. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Richard, P. W. 1981. The Tropical Rain Forest. Cambridge University Press.
London.
SK. Menteri Kehutanan Nomor SK. 86/Menhut-II/2005.
Soerianegara dan Indrawan. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Managemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor.
Stefanus. 2005. Struktur dan Komposisi Tumbuhan Bawah Hutan Tanaman Jati.
Universitas Timor. Kafemenanu.
Subaktingrum, Putu Ary Eka. 2014. Keanekaragaman Jenis, Sebaran dan Potensi
Ficus spp. di Hutan Alam Palanro Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Taufik, A. 2015. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tipe
Hutan di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Widiastuti, L., Tohari, dan E. Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh Intensitas Cahaya
dan Kadar Daminosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman
Krisan dalam Pot. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 11 No. 2, 2004: 35-42.
Widyati, E. 2011. Potensi Tumbuhan Bawah Sebagai Akumulator Logam Berat
untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Mitra Hutan
Tanaman. Vol. 6 No. 2, Agustus 2011: 47-56.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1. Tally sheet Pengamatan
Tabel 1. Tally-sheet Luas Penutupan Tajuk Tumbuhan Bawah
No. Plot
:
No. Sub plot :
Letak Plot
: Kiri / Kanan

14

No.

Jenis

d1

d2

d3

Penutupan

d4

tajuk (m2)

1
2
3
4
5
dst.
Tabel 2. Tally-sheet Lebar dan Panjang Jarak Jalan Setapak
No.

Pn

Lebar jalan

Pn Pn+1

Panjang Jarak Jalan

1
2
3
4
5
dst.
Lampiran 2. Biodata Pelaksana dan Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7

Nama lengkap (dengan gelar)


Jenis Kelamin
Program Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
e-Mail
Nomor HP

Lela Satriani Candra


P
Ilmu Kehutanan
M11113084
Kolaka, 19 Nopember 1994
lela.m3084@gmail.com
085656698298

B. Riwayat Pendidikan
SD
SDN 3
Nama Institusi

Lamokatoo,

SMP

SMA

SMPN 2 Kolaka,

SMAN 1 Kolaka,

Sultra

Sultra

2007-2010

IPA
2010-2013

Kolaka, Sultra
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

2001-2007

C. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir


Institusi Pemberi

No.

Jenis Penghargaan

Juara I Forestry Talent

Penghargaan
Fakultas

Kategori English Speech

Kehutanan
15

Tahun
2014

Competition
Juara II Forestry Talent

UNHAS
Fakultas

Kategori English Speech

Kehutanan

Competition

UNHAS

2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Makassar, 24 Mei 2016


Pengusul

Lela Satriani Candra

Lampiran 3. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan penunjang
Material
Roll meter
Gunting spesimen
Kompas
Peminjaman Alat
Penelitian

1
5
1

Harga Satuan
(Rp.)
150.000
10.000
150.000

1 set

2.000.000

Kuantitas

SUBTOTAL

Jumlah (Rp.)
150.000
50.000
150.000
2.000.000
2.350.000

2. Bahan Habis Pakai


Material
Tali rapiah 1 kg
Plastik spesimen
Kertas HVS A4
Benang Nilon
Alkohol 70%
Label
Buku tulis

Kuantitas
5
7 pack
4 rim
3 gulung
2 botol
5 pack
5 buah
16

Harga Satuan
(Rp.)
10.000
5.000
50.000
15.000
100.000
10.000
3.500

Jumlah (Rp.)
50.000
35.000
200.000
45.000
200.000
50.000
17.500

Pensil
Bolpoin
Kertas Koran

4 buah
10 buah
4 kg
SUBTOTAL

5.000
2.000
5.000

20.000
20.000
20.000
657.500

3. Perjalanan
Material

Frekuensi

Perjalanan dari Makassar


12 kali
ke Maros
SUBTOTAL

Harga Satuan
(Rp.)

Jumlah (Rp.)

100.000

1.200.000
1.200.000

4. Lain-Lain
Material

1 kali

Harga Satuan
(Rp.)
500.000

1 kali

200.000

200.000

1 kali

200.000

200.000

50.000

600.000
1.500.000
5.707.500

Frekuensi

Pengurusan perizinan
Penyusunan laporan
sementara
Penyusunan laporan
akhir
Peminjaman Kamera

12 kali
SUBTOTAL
TOTAL KESELURUHAN

17

Jumlah (Rp.)
500.000

Anda mungkin juga menyukai