JUDUL PROGRAM
MENGENAL KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN BAWAH DI
SEPANJANG JALAN SETAPAK HUTAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan oleh :
LELA SATRIANI CANDRA
M111 13 084
ANGKATAN 2013
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
f. Alamat email
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap
: Prof. Dr. Ir. Ngakan Putu Oka, M. Sc
b. NIDN
: 19600330 198811 1 001
c. Alamat dan No. HP : Kompleks Unhas Baraya Blok B No. 9 Makassar
08155788005
5. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
: Rp. 5.707.500
b. Sumber Lain
: Rp. 0
6. Jangka Waktu
: 3 bulan
Makassar, 24 Mei 2016
Menyetujui
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Kehutanan
Universitas Hasanuddin
Pelaksana Kegiatan
Dosen Pendamping
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
RINGKASAN..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Tujuan dan Kegunaan..................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunitas Tumbuhan Bawah.....................................................3
2.2. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah...........................................3
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ............................................4
Sebaran Tumbuhan Bawah
2.4. Manfaat Tumbuhan Bawah..........................................................5
2.5. Jalan Setapak...............................................................................6
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian.......................................................7
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................7
3.3. Pengumpulan Data.......................................................................7
3.4. Analisis Data................................................................................9
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya...........................................................................11
4.2. Jadwal Kegiatan...........................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
LAMPIRAN....................................................................................................15
RINGKASAN
Oleh : Lela Satriani Candra*
Tumbuhan bawah pada suatu komunitas merupakan tumbuhan yang hidup secara
liar dan berkembang secara alami. Vegetasi tumbuhan bawah dapat digunakan
sebagai penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan, selain itu dapat
dijadikan sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
adalah kawasan hutan dengan tujuan khusus (KHDTK) untuk kegiatan
pendidikan dan penelitian. Sebagaimana hutan pada umumnya, di Hutan
Pendidikan Universitas Hasanuddin juga banyak ditumbuhi oleh jenis-jenis
tumbuhan bawah. Dalam kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
terdapat jalan setapak yang membagi kawasan ini menjadi beberapa blok. Di
sepanjang pinggiran jalan setapak tersebut ditumbuhi oleh beraneka jenis
tumbuhan bawah. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat keanekaragaman jenis dan komposisi tumbuhan bawah yang ada di
sekitar jalan setapak Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin serta untuk
mengetahui manfaatnya bagi masyarakat. Kegunaan dari penelitian ini yaitu
sebagai bahan informasi dan diharapkan dapat menjadi bahan dalam pembuatan
pedoman bagi pengunjung (wisatawan) di Hutan Pendidikan Universitas
Hasanuddin tentang keanekaragaman jenis tumbuhan bawah yang ada di sekitar
jalan setapak beserta manfaatnya.
* Jurusan S1 Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam suatu ekosistem hutan, masyarakat tumbuh-tumbuhan berhubungan
erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hubungan ini terlihat dengan adanya
variasi dalam jumlah masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur
masyarakat tumbuh-tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola kenakeragaman dan
struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya
dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Tumbuhan bawah adalah
suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan
pohon hutan, yang meliputi rerumputan, herba dan semak belukar. Dalam
stratifikasi hutan hujan tropika, tumbuhan bawah menempati stratum D yakni
lapisan perdu, semak dan lapisan tumbuhan penutup tanah pada stratum E
(Soerianegara dan Indrawan, 2008).
Tumbuhan bawah pada suatu komunitas merupakan tumbuhan yang hidup
secara liar dan berkembang secara alami. Tumbuhan bawah juga mempunyai
korelasi nyata dengan tempat tumbuh (habitat) dalam hal penyebaran jenis,
kerapatan dan dominansinya. Vegetasi tumbuhan bawah dapat digunakan sebagai
penahan pukulan air hujan dan aliran permukaan, selain itu dapat dijadikan
sebagai indikator kesuburan tanah dan penghasil serasah dalam meningkatkan
kesuburan tanah (Dahlan, 2011).
Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah menjaga kelembaban. Hal
ini menyebabkan proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat, sehingga
dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Siklus hara akan
berlangsung sempurna dan guguran daun yang jatuh sebagai serasah akan
dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang sudah diuraikan oleh
bakteri (Irwanto, 2007). Tumbuhan bawah tidak akan bersaing dengan tumbuhan
pokok karena tumbuhan pokok mempunyai sistem perakaran yang lebih dalam
dan jenis yang berbeda mempunyai kebutuhan unsur hara yang berbeda (Arifin,
2001).
Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban dan pH tanah, tutupan tajuk
dari pohon sekitarnya dan tingkat kompetisi dari masing-masing jenis.
Keanekaragaman tumbuhan bawah memperlihatkan tingkatan keanekaragaman
yang tinggi berdasarkan komposisinya. Perbedaan bentang lahan, tanah, faktor
iklim serta perbandingan kenakeragaman spesies vegetasi bawah, memperlihatkan
banyak perbedaan, baik dalam kekayaan jenisnya maupun pertumbuhannya
(Nirwani, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunitas Tumbuhan Bawah
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupannya terdapat interaksi yang erat, baik semua individu penyusun vegetasi
itu sendiri maupun dengan organism lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat
dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di
suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula
faktor lingkungannya (Irwanto, 2007).
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik
yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang dan semak belukar.
Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen
ekosistem lainnya yang saling berinteraksi. Peranan vegetasi dalam suatu
ekosistem umumnya terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida
dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan
memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih
luas (Arrijani, dkk., 2006).
Tumbuhan bawah adalah komunitas tanaman yang menyusun stratifikasi
bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba,
semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual,
biannual atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak menjalar
atau memanjat (Aththorick, 2005).
Keberadaan tumbuhan bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan
pukulan air hujan dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi.
Selain itu, tumbuhan bawah sering dijadikan sebagai indicator kesuburan tanah
dan penghasil serasah dalam meningkatkan kesuburan tanah. Selain fungsi
ekologi, beberapa jenis tumbuhan bawah telah diidentifikasi sebagai tumbuhan
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, tumbuhan obat dan sebagai
sumber energi alternatif (Hilwan, dkk., 2013).
2.2. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah
Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah dan kemampuan tumbuhan bawah
untuk mempertahankan siklus hidrologi dan hara adalah contoh fungsional yang
bisa diberikan oleh tumbuhan bawah. Namun, tumbuhan bawah sangat ditentukan
tumbuhan di sekitar mereka tinggal sebagai bahan obat tradisional (Kinho, dkk.,
2011).
Kusuma dan Zaky (2005) memberi beberapa contoh manfaat tumbuhan
bawah sebagai bahan ramuan obat tradisional antara lain : pemanfaatan rimpang
alang-alang (Imperata cylindrical) yang memiliki khasiat sebagai pembersih
darah, penambah nafsu makan, penyembuh sakit kuning, ginjal, demam, batuk,
sesak nafas, muntah darah dan mimisan; dan pemanfaatan Ageratum conyzoides
L. sebagai stimulant, pereda demam (antiperik), antitoksik, menghilangkan
pembengkakan, menghentikan pendarahan, peluruh haid dan peluruh kencing.
Kinho, dkk. (2011) melaporkan bahwa, beberapa jenis tumbuhan bawah
digunakan sebagai bahan ramuan obat, antara lain : Coleus amboinicus L.
digunakan sebagai obat kolestrol, asma, batuk, perut kembung, sariawan, demam
dan sakit kepala; Piper umbellatum L. digunakan sebagai obat sakit perut dan
muntaber; Piper aduncum L. digunakan sebagai obat mata merah dan bisul;
Lantana camara L. digunakan sebagai obat maag, obat luka, batuk, rematik, serta
dapat memulihkan stamina wanita yang habis melahirkan; dan Phyllanthus niruri
L. dapat digunakan sebagai obat penyakit pinggang, diabetes, hepatitis dan obat
digigit anjing gila. Beberapa tumbuhan bawah yang bermanfaat sebagai pakan
ternak adalah Centrosema pubescens, Desmodium triquetrum, Dismodium
pulchelum, Digitaria sp., Manihot utilissima, Commelina nudifloradan Ipomea
trilobata (Basuki, 2012).
2.5. Jalan Setapak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jalan setapak merupakan jalan
kecil, sempit (dalam hutan dan sebagainya) yang hanya dapat dilalui dengan
berjalan kaki. Joyopuspito (1989) mengemukakan asal mula jalan setapak berasal
dari jalan yang terjadi akibat manusia mencari akses ke lokasi lain, sehingga
terjadi jalan setapak. Pada umumnya jalan setapak berada di pedesaan atau di
gunung ataupun di pinggir kali. Tumbuhan atau tanaman yang berada di
permukaan tanah akan mati akibat diinjak oleh manusia sehingga muncullah jalan
setapak. Namun apabila disengaja, tumbuhan di permukaan tanah bisa juga
dibabat dengan parang, kemudian diratakan dengan cangkul atau mesin perata
agar nyaman dilalui. Setelah itu permukaan tanah dipadatkan dengan ditumbuk
atau digilas dengan mesin gilas sehingga terjadilah jalan setapak.
Jalan setapak mempengaruhi perembesan air hujan ke dalam tanah dengan
begitu akan memengaruhi kualitas dan banyaknya sumber air yang terus-menerus
menurun. Pembuatan jalan tersebut kemudian akan mempengaruhi iklim mikro
dengan menaikkan suhu permukaan dan dengan demikian akan mempengaruhi
kualitas lingkungan pada jalan-jalan tersebut (Frick dan Setiawan, 2002).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2016.
Lokasi penelitian terletak di Kawasan Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin,
Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
1) Roll meter, digunakan untuk mengukur panjang dan lebar plot.
2) Tali rafiah, untuk menandai petak pengamatan.
3) Gunting spesimen, digunakan untuk pengambilan spesimen.
4) Kantong plastik, digunakan untuk menyimpan spesimen.
5) Etiket gantung, digunakan untuk penulisan nomor spesimen.
6) Alat tulis-menulis, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan di
lapangan.
7) Alkohol 70%, digunakan untuk mengawetkan specimen.
8) Kertas koran, digunakan untuk membuat herbarium.
9) Oven pengering herbarium, digunakan untuk mengeringkan herbarium.
10) Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan.
3.3. Pengumpulan Data
3.3.1. Orientasi Lapangan
Orientasi lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk menentukan
lokasi dimana plot akan ditempatkan. Berhubung penelitian ini akan
dilakukan di sekitar jalan setapak, maka orientasi lapangan akan dilakukan di
sepanjang jalan setapak dimulai dari tempat penginapan Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin hingga di Tegakan Pinus (Pinus merkusii). Orientasi
lapangan akan dilakukan sampai di Tegakan Pinus saja berdasarkan
pertimbangan dimana jalan setapak inilah yang paling sering dilalui oleh
pengunjung dengan intensitas lebar jalan yang lebih besar dibandingkan jalan
setapak lainnya.
3.3.2. Penentuan Plot
Sejumlah 30 plot dengan ukuran 5 m x 20 m dengan sisi terpanjang plot
tegak lurus jalan setapak, akan ditempatkan secara purposif di samping kiri
(15 plot) dan samping kanan (15 plot) di sepanjang jalan setapak secara
berselingan. Untuk memudahkan pengamatan, plot berukuran 5 m x 20 m
10
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya
Tabel 4.1. Anggaran Biaya
No.
1
2
3
4
Jenis Pengeluaran
Peralatan Penunjang
Bahan Habis Pakai
Perjalanan
Lain-lain : administrasi, publikasi, seminar,
laporan
JUMLAH
Biaya (Rp.)
2.350.000
657.500
1.200.000
1.500.000
5.707.500
Kegiatan
Seminar Proposal
Persiapan dan Orientasi
Lapangan
Pembuatan Plot
Pengambilan Data
Laporan
1
2
3
4
Bulan 1
Waktu
Bulan 2
Bulan 3
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, A. 2001. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan
Obor Indonesia. Jakarta.
11
Arrijani, Dede, Edi, G.S. dan Ibnul, Q. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Jurnal Biodiversitas. Vol. 07
No. 02. Hal : 147-153.
Aththorick, T. A. 2005. Kemiripan Tumbuhan Bawah pada Beberapa Tipe
Ekosistem Perkebunan di Kabupaten Lahan Batu. Jurnal Komunikasi
Penelitian. Vol. 17 No. 5. Hal: 42-48.
Basuki, R. 2012. Komposisi dan Produksi Tumbuhan Bawah Sumber Pakan
Ternak pada Beberapa Kelas Umur Tegakan Jati. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Dahlan, Moh. Mazum. 2011. Komposisi Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan
Sengon (Paraserianthes falcataria, L. Nielsen) di Areal Kampus IPB
Darmaga. IPB. Bogor.
Djafar, A., A. H. Olii, dan F. Sahami. 2013. Struktur Vegetasi Mangrove di Desa
Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara.
Universitas Negeri Gorontalo. Makassar.
Frick, Heinz dan Pujo L. Setiawan. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan
Utilitas Bangunan. Seri Konstruksi Arsitektur 5. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Hidayati, Nurul, Fauzia Syarif dan Titi Juhaeti. 2006. Potensi Centrocema
pubescence, Calopogonium mucunoides dan Micania cordata dalam
Membersihkan Logam Kontaminan pada Limbah Penambangan Emas.
Jurnal Biodiversitas. Vol. 07 No. 01. Hal : 4-6
Hilwan, Iwan, Dadan M. dan Weda G.P. 2013. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Bawah pada Tegakan Sengon Buto dan Trembesi di Lahan Pasca Tambang
Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur.
Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 04 No. 01. Hal : 6-10
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung
Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. UGM.
Yogyakarta.
Joyopuspito, Sunaryo. 1989. Jalan Raya I dan II. Universitas Trisakti. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
12
13
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tally sheet Pengamatan
Tabel 1. Tally-sheet Luas Penutupan Tajuk Tumbuhan Bawah
No. Plot
:
No. Sub plot :
Letak Plot
: Kiri / Kanan
14
No.
Jenis
d1
d2
d3
Penutupan
d4
tajuk (m2)
1
2
3
4
5
dst.
Tabel 2. Tally-sheet Lebar dan Panjang Jarak Jalan Setapak
No.
Pn
Lebar jalan
Pn Pn+1
1
2
3
4
5
dst.
Lampiran 2. Biodata Pelaksana dan Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1
2
3
4
5
6
7
B. Riwayat Pendidikan
SD
SDN 3
Nama Institusi
Lamokatoo,
SMP
SMA
SMPN 2 Kolaka,
SMAN 1 Kolaka,
Sultra
Sultra
2007-2010
IPA
2010-2013
Kolaka, Sultra
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus
2001-2007
No.
Jenis Penghargaan
Penghargaan
Fakultas
Kehutanan
15
Tahun
2014
Competition
Juara II Forestry Talent
UNHAS
Fakultas
Kehutanan
Competition
UNHAS
2015
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
1
5
1
Harga Satuan
(Rp.)
150.000
10.000
150.000
1 set
2.000.000
Kuantitas
SUBTOTAL
Jumlah (Rp.)
150.000
50.000
150.000
2.000.000
2.350.000
Kuantitas
5
7 pack
4 rim
3 gulung
2 botol
5 pack
5 buah
16
Harga Satuan
(Rp.)
10.000
5.000
50.000
15.000
100.000
10.000
3.500
Jumlah (Rp.)
50.000
35.000
200.000
45.000
200.000
50.000
17.500
Pensil
Bolpoin
Kertas Koran
4 buah
10 buah
4 kg
SUBTOTAL
5.000
2.000
5.000
20.000
20.000
20.000
657.500
3. Perjalanan
Material
Frekuensi
Harga Satuan
(Rp.)
Jumlah (Rp.)
100.000
1.200.000
1.200.000
4. Lain-Lain
Material
1 kali
Harga Satuan
(Rp.)
500.000
1 kali
200.000
200.000
1 kali
200.000
200.000
50.000
600.000
1.500.000
5.707.500
Frekuensi
Pengurusan perizinan
Penyusunan laporan
sementara
Penyusunan laporan
akhir
Peminjaman Kamera
12 kali
SUBTOTAL
TOTAL KESELURUHAN
17
Jumlah (Rp.)
500.000