Anda di halaman 1dari 69

1

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN DANA KRABAT DALAM


PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(Studi Penggunaan Dana Krabat Di BUMDes Desa Berare Kecamatan Moyo


Hilir Kabupaten Sumbawa)

SKRIPSI

Diajukan oleh:
ERVAN NULHARYADI
NPM. 15.01.03.0.030-1

PRGORAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SAMAWA SUMBAWA BESAR
TAHUN 2019
2

JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN DANA KRABAT DALAM


PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(Studi Penggunaan Dana Krabat Di Bumdes Desa Berare Kecamatan Moyo


Hilir Kabupaten Sumbawa)

NAMA MAHASISWA
ERVAN NULHARYADI
NPM : 15.01.03.0.030-1

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal ini telah setujui


untuk diuji
tanggal :

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II
3

MUHAMMAS SALAHUDDIN, S.Ag., M.Si. MUSLIM, S.Sos., M.Sos

JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN DANA KRABAT DALAM


PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

(Studi Penggunaan Dana Krabat Di Bumdes Desa Berare Kecamatan Moyo


Hilir Kabupaten Sumbawa)

NAMA MAHASISWA
ERVAN NULHARYADI
NPM : 15.01.03.0.030-1

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Proposal ini terima


untuk disahkan
tanggal :

Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II
4

MUHAMMAS SALAHUDDIN, S.Ag., M.Si. MUSLIM, S.Sos., M.Sos


5

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulisan rencana penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI
PENGGUNAAN DANA KRABAT DALAM PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Penggunaan Dana Krabat Di
BUMDes Desa Berare Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa)” dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa rencana penelitian ini telah mendapat banyak
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga memperlancar penyelesaian
penulisan rencana penelitian ini. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosisal Dan Ilmu Politik.
2. Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara
3. Bapak Muhammad Salahuddin, S.Ag., M.Si., selaku dosen
pembimbing I.
4. BAPAK MUSLIM, S.SOS., M.SI., selaku dosen pembimbing II.
Penulis menyadari bahwa penulisan rencana penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna penyempurnaan dimasa mendatang. Akhirnya penulis
berharap semoga rencana penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan peneliti yang berminat mengkaji masalah yang sama.

Sumbawa, Maret 2019

Penulis
6

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL SKRIPSI......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING......................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................7
C. Tujuan..............................................................................................................7
D. Manfaat penelitian...........................................................................................8
E. Hipotesis..........................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10
A. Konsep Implementasi....................................................................................10
B. Konsep Kesejahteraan....................................................................................11
C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat...............................................................14
D. Konsep Masyarakat.......................................................................................18
E. Teori Desa......................................................................................................21
F. Konsep Kredit Sahabat...................................................................................22
G. Konsep Kredit................................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................32
A. Jenis Penelitian..............................................................................................32
B. Fokus Penelitian.............................................................................................32
C. Lokasi Penelitian...........................................................................................33
D. Sumber dan Jenis Data..................................................................................33
E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................35
F. Teknik Analisis Data.......................................................................................36
7

G. Teknik Keabsahan Data.................................................................................39


BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA........43
A. Hasil Penelitian..............................................................................................43
B. Pembahasan dan Analisis Data......................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................58
A. Kesimpulan....................................................................................................58
B. Saran..............................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................60
8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar III. 1 Analisis Model Interaktif................................................................39


Gambar IV.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Berare...................................45
Gambar IV. 2 Struktur Organisasi BUMDes LKM Desa Berare...........................49
9

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel IV.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan...................................................44

Tabel IV.2 Kependudukan Desa Berare.................................................................46


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang

dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat

perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

BUMDes sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan

harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini

dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa.

Disamping itu, agar tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan

yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

Pendekatan yang diharapkan mampu menstimuli dan menggerakkan roda

perekonomian di pedesaan adalah melalui Pendirian BUMDes dimaksudkan

untuk mengurangi peran para tengkulak yang seringkali menyebabkan

meningkatnya biaya transaksi antara harga produk dari produsen kepada

konsumen akhir. Melalui lembaga ini diharapkan setiap produsen di pedesaan

dapat menikmati selisih harga jual produk dengan biaya produksi yang layak

dan konsumen tidak harus menanggung harga pembelian yang mahal.


2

BUMDes membantu kebutuhan dana masyarakat yang bersifat

konsumtif dan produktif, menjadi distributor utama untuk memenuhi

kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dan berfungsi menumbuh

suburkan kegiatan pelaku ekonomi di pedesaan. Pendirian BUMDes tersebut

harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan

daerah (Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari

ancaman persaingan para pemodal besar. Mengingat badan usaha ini

merupakan lembaga ekonomi baru yang beroperasi di pedesaan dan masih

membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang. BUMDes

dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter desa (unit

pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit

maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan

yang memadai, pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan distribusi aset

kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan

ekonomi di pedesaan. Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen

merupakan modal sosial (social capital) yang diharapkan mampu

menjembatani upaya penguatan ekonomi di pedesaan.

Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan

taktis guna mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan desain

lembaga tersebut ke dalam suatu perencanaan, di samping itu perlu

memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (good will) dari

pemerintahan di atasnya untuk mengatasi rendahnya surplus kegiatan ekonomi

desa disebabkan kemungkinan tidak berkembangnya sektor ekonomi di


3

wilayah pedesaan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya integrasi sistem dan

struktur pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu

akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga.

Keberadaaan BUMDes di era otononi daerah pada awalnya tertuang

dalam Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

dinyatakan bahwa sumber pendapatan Desa salah satunya adalah pendapatan

asli desa, yang meliputi: 1) hasil usaha desa; 2) hasil kekayaan desa; 3) hasil

swadaya dan partisipasi; 4) hasil gotong royong; dan 5) lain-lain pendapatan

asli desa yang sah. Penjelasan Pasal 107 ayat (1) menyebutkan bahwa

pemberdayaan potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan,

antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa, kerja sama dengan

pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Selanjutnya pengaturan

mengenai BUMDes terdapat pada Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa sebagai

suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan

menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus

bersumber dari masyarakat, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan

BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari

Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.

Tujuan pendirian BUMDes antara lain dalam rangka peningkatan

Pendapatan Asli Desa (PADesa). Berangkat dari cara pandang ini, jika

pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan

mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan dukungan dalam merespon


4

pendirian BUMDes. Menurut Pasal 1 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, diketahui bahwa

BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa

yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa

dan masyarakat. BUMDes dalam Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 72

Tahun 2005 Tentang Desa dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan

pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha

Milik Desa (ayat 1) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dalam

Peratuan Desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan (ayat

2). Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum (ayat 3). Dasar

pemikiran pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa,

sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan

perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi)

masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan

transparansi. Selain itu pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara

profesional dan mandiri.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi

sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial

institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan

masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.

Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui

penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar.


5

Salah Satu Program Prioritas Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa 2016 –

2021, dengan Visi – Misi “Terwujudnya masyarakat Sumbawa yang berdaya

saing, mandiri dan berkepribadian berlandaskan semangat gotong royong”

meluncurkan PROGRAM KRABAT (KREDIT BERSAHABAT) PROGRAM

DESA BEBAS RENTINIR KABUPATEN SUMBAWA 2016 -2021.

Program krabat (kredit sahabat), Program bantuan modal tanpa bunga

untuk masyarakat miskin melalui penyertaan modal kepada lembaga keuangan

mikro di tingkat desa, kecamatan dan kebupaten dengan prinsip akses modal

yang cepat, mudah dan ringan serta berada di tengah masyarakat, sebagai

upaya mewujudkan “Desa Bebas Rentenir” serta dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan Desa Bebas Rentenir.

Sasaran program adalah masyarakat miskin baik tinggal di kota maupun

di perdesaan yang tidak mempuyai modal usaha yang terdiri dari:

1. Masyarakat petani, nelayan.

2. Para pelaku usaha ekonomi produktif (usaha bakulan, kios, kerajinan, dll)

Desa Berare adalah salah satu desa di Kecamatan Moyo Hilir

Kabupaten Sumbawa yang mendapatkan Dana KERABAT. BUMDes yang

berada didesa Berare berdiri sejak tahun 2000 dengan awal program yaitu

UPKD “ Harapan Kita” melalui proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Desa Inisiatif Masyarakat Setempat (PEMD-IMS). Dana pendirian berasal dari

APBD, dengan jumlah 116 juta.

Perjalanan UPKD pada tahun 2001-2004 mengalami perkembangan

keuangan yang cukup baik. Pada awal tahun 2005, kondisi UPKD mengalami
6

penurunan. Sampai dengan akhir tahun 2006, UPKD Harapan Kita mengalami

macet total dengan administrasi keuangan yang tidak tersedia, kas kosong, dan

daftar debiturpun ikut tidak tersedia. Namun, keberadaan kartu angsuran

merupakan satu-satunya alat untuk kemudian melakukan penelusuran pinjaman

masyarakat.

Pada tahun 2007 dilakukan langkah penyelamatan dengan melakukan

penggantian seluruh pengurus dalam rangka untuk mendapatkan kepercayaan

masyarakat kembali, kemudian sosialisasi intensif pihak desa oleh forum resmi

desa dan masjid, membentuk tim penyelamatan kredit UPKD, melakukan

inventarisasi (penelusuran keberadaan hutang masyarakat) dan membangun

komitmen dengan masyarakat (debitur) yang telah mengakui besaran pinjaman

di UPKD, dan langkah terakhir yaitu melakukan penagihan sesuai komitmen

yang telah terbangun.

Sampai dengan akhir 2007 mulai terjadi perkembangan, jumlah dana

yang mampu terserap kembali sebesar 32,4 juta. Pada awal januari 2008,

operasional UPKD “Harapan Kita” mulai dilakukan dengan melakukan

pencairan/realisasi kredit pada masyarakan untuk kredit SUTA dan UEP.

Kemudian terjadilah transformasi pada bulan Februari 2009. Dilakukan

transfer kepemilikan ex, dana bergulir dari nasional ke desa dilakukan melalui

amanah provinsi dan kabupaten. Transformasi dari UPKD “Harapan Kita”

menjadi BUMDes LKM Berare dengan PERDES Berare No. 002 Tahun 2009

dengan modal disetor 71,3 juta, anggaran dasar tertanggal 30 Maret 2009.

Kodisi kantor BUMDes desa berare pada saat ini:


7

 Jumlah modal: Rp. 593.333.450

 Tabungan masyarakat: Rp. 225.148746

 Total kredit: Rp. 708.974.000

- UEP: Rp. 237.537.000

-SUTA: Rp. 471.437.000

 Keuntungan berjalan: Rp. 143.928.920

 Total nasabah yang terlayani 167 orang

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana implementasi penggunaan dana krabat dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat Desa Berare Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten

Sumbawa.

2. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah BUMDes Desa Berare dalam

memajukan BUMDes Desa Berare.

3. Bagaimana langkah yang dilakkukan Pemerintah BUMDes Desa Berare

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. Tujuan

Tujuan dari pnelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana impementasi penggunaan Dana KRABAT

dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Berare Kecamatan Moyo

Hilir Kabupaten Sumbawa ?


8

2. Untuk mengetahui hal yang dilakukan oleh Pemerintah BUMDes LKM Desa

Berare dalam memajukan BUMDes Desa Berare ?

3. Untuk mengetahu bagaimana langkah yang dilakukan Pemerintah BUMDes

LKM Desa Berare dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat ?

D. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Toeritis (Akademik)

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1)

pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Samawa

(UNSA) Sumbawa Besar.

b. Sebagai sumber informasi di kemudian hari bagi mahasiswa yang

mengadakan penelitian.

c. Sebagai salah satu kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu sosial

dan ilmu politik khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi masukan kepada pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk

dapat mengoptimalisasi peran-perannya dalam upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sumbawa.

b. Memeberikan masukan pada pemerintah desa selaku pelaksana

program KRABAT dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

c. Menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah kabupaten, kecamatan dan

desa terkait kinerja dan pelayanan program KRABAT.


9

E. Hipotesis

Menurut Dantes (2012) menyatakan bahwa hipotesis merupakan

penentuan bagi peneliti dalam menggali data yang diinginkan. Selanjutnya

Dantes (2012) menyatakan bahwa hipotesis adalah praduga atau asumsi yang

harus diuji melalui data atau fakta yang diperoleh melalui penelitian. Jadi,

hipotesis dalam penelitian ini adalah “diduga bahwa implementasi penggunaan

Dana KRABAT dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Berare”.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Implementasi

1. Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang

berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana

untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat

terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat

itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan

dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam

kehidupan kenegaraan.

2. Implementasi menurut para ahli

a). Pendapat Cleaves yang dikutip (dalam Wahab 2008;187), yang secara

tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “Proses bergerak

menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik”.


11

Keberhasilan atau kegagalan implementasi sebagai demikian dapat

dievaluasi dari sudut kemampuannya secara nyata dalam meneruskan atau

mengoperasionalkan program-program yang telah dirancang sebelumya.

b). Menurut Mazmanian dan Sebastiar (dalam Wahab, 2008: 68)

Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya

dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-

perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan

badan peradilan.

c). Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2008: 65)

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan.

Sebaliknya keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat

dievaluasi dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir

dari program-program tersebut dengan tujuan-tujuan kebijakan. Secara

sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne

dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2003:7) mengemukakan bahwa

“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.

B. Konsep Kesejahteraan

Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus Besar

Bahasa Indonesia), Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang

baik, kondisi manusia di mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam


12

keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan

keuntungan benda. Sejahtera memliki arti khusus resmi atau teknikal (lihat

ekonomi kesejahteraan), seperti dalam istilah fungsi kesejahteraan sosial.

Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk ke jangkauan

pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ini adalah istilah yang

digunakan dalam ide negara sejahtera. Di Amerika Serikat, sejahtera menunjuk

ke uang yang dibayarkan oleh pemerintah kepada orang yang membutuhkan

bantuan finansial, tetapi tidak dapat bekerja, atau yang keadaannya pendapatan

yang diterima untuk memenuhi kebutuhan dasar tidak berkecukupan. Jumlah

yang dibayarkan biasanya jauh di bawah garis kemiskinan, dan juga memiliki

kondisi khusus, seperti bukti sedang mencari pekerjaan atau kondisi lain,

seperti ketidakmampuan atau kewajiban menjaga anak, yang mencegahnya

untuk dapat bekerja. Di beberapa kasus penerima dana bahkan diharuskan

bekerja, dan dikenal sebagai workfare.

Menurut Undang-undang No 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan

Sosial. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan

bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya

secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.

Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan


13

fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan

bermartabat.

Konsep kesejahteraan menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan

sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat dilihat dari

empaat indicator yaitu: 1. Rasa Aman 2. Kesejahteraan 3. Kebebasan 4. Jati diri

Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat

tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang

dapat dijadikan ukuruan, antara lain adalah: 1. Tingkat pendapatan keluarga; 2.

Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan membandingkan pengeluaran

untuk pangan dengan non-pangan; 3. Tingkat pendidikan keluarga; 4. Tingkat

kesehatan keluarga, dan; 5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki

dalam rumah tangga

Menurut Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat

diukur dari beberapa aspek kehidupan antara lain: 1. Dengan melihat kualitas

hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya; 2.

Dengan melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan tubuh,

lingkungan alam, dan sebagainya; 3. Dengan melihat kualitas hidup dari segi

mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya; 4.

Dengan melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,

keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

“Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan kesejahteraan sosial adalah

sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga

yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai


14

standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan

sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh

mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan

keluarga dan masyarakat.” Definisi-definisi di atas mengandung pengertian

bahwa kesejahteraan sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan

untuk meningkatkan taraf hidup manusia manusia, baik itu di bidang fisik,

mental, emosional, sosial, ekonomi dan spiritual.

C. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang

berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka

pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau

proses untuk memperoleh daya/ kekuatan/ kemampuan, dan atau proses

pemberian daya/ kekuatan/ kemampuan dari pihak yang memiliki daya

kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Prijono & Pranarka (1996: 77) menyatakan bahwa: pemberdayaan

mengandung dua arti. Pengertian yang pertama adalah to give power or

authority, pengertian kedua to give ability to or enable. Pemaknaan

pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan

atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang/ belum berdaya. Di

sisi lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan atau

keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan

sesuatu.
15

Berbeda dengan pendapat Pranarka, Sumodiningrat (Sumodiningrat,

2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 78-79) menyampaikan: pemberdayaan

sebenarnya merupakan istilah yang khas Indonesia daripada Barat. Di barat

istilah tersebut diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar

tapi tidak tepat. Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya”

bukan “kekuasaan” daripada “ pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah

yang paling tepat adalah “energize” atau katakan memberi “energi”

pemberdayaan adalah pemberian energi agar yang bersangkutan mampu

untuk bergerak secara mandiri. Bertolak pada kedua pendapat diatas dapat

dipahami bahwa untuk konteks barat apa yang disebut dengan

empowerment lebih merupakan pemberian kekuasaan daripada pemberian

daya. Pengertian tersebut sangat wajar terbentuk, mengingat lahirnya

konsep pemberdayaan di barat merupakan suatau reaksi atau pergulatan

kekuasaan, sedangkan dalam konteks Indonesia apa yang disebut dengan

pemberdayaan merupakan suatu usaha untuk memberikan daya, atau

meningkatkan daya (Tri Winarni, 1998: 75-76). Berkenaan dengan

pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni mengungkapkan

bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal yaitu pengembangan,

(enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya

kemandirian (Tri Winarni, 1998: 75).

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau

iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).

Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama
16

sekali tanpa memiliki daya. Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan

tetapi kadang-kadang mereka tidak menyadari atau daya tersebut masih

belum diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu daya harus digali dan

kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka pemberdayaan

adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi

dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya

untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya pemberdayaan

jangan menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity),

pemberdayaan sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian.

(Tri Winari, 1998: 76). Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini

adalah:

1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh

masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan) secara

mandiri.

2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan

dalam rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat

mampu mandiri (Tri Winarni, 1998: 76).

b. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk

membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian

tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa

yang mereka lakukan tersebut. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang

sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri.


17

Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami

masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan

serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan

masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya dan

kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik,

dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal

masyarakat tersebut, dengan demikian untuk menuju mandiri perlu

dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan

kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daya lainnya

yang bersifat fisik- material. Pemberdayan masyarakat hendaklah mengarah

pada pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi

kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi

oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka

mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakan

suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan pada

perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan.

Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang

diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan

perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan ketrampilan

yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam

rangka melakukan aktivitas pembangunan.

c. Tahap-Tahap Pemberdayaan
18

Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya,

melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh

di jaga agar tidak jatuh lagi (Sumodiningrat, 2000 dalam Ambar Teguh,

2004: 82). Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui

suatu masa proses belajar hingga mencapai status mandiri, meskipun

demikian dalam rangka mencapai kemandirian tersebut tetap dilakukan

pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus menerus

supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan

dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan

berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah

meliputi:

1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian (Ambar Teguh, 2004: 83).

D. Konsep Masyarakat

Masyarakat adalah merupakan wadah untuk membentuk keperibadian

diri warga kelompok manusia atau suku yang berbeda satu dengan yang

lainnya. Di dalam suatu masyarakat itu juga warga bersangkutan untuk


19

mengembangkan serta melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang berasa di

dalam lapisan masyarakat tertentu yang pasti memiliki ciri khas yang berbeda-

beda. Setiap kebudayaan yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat dapat

menampilkan suatu corak yang khas terutama terlihat oleh orang luar yang

bukan warga masyarakat yang bersangkutan. Seorang warga dari suatu

kebudayaan yang telah hidup dari hari ke hari di dalam lingkungan kebudayaan

bisanya tidak terlihat corak yang khas itu.

Masyarakat juga dapat dikatakan sebagai suatu wadah dan wahana

pendidikan, medan kehidupan manusia yang majemuk (Plural: suku, agama,

kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, sosial budaya dan

sebagainya). Manusia berbeda dalam multi kompleks antara hubungan dan

antara aksi di dalam masyarakat itu. Pengertian masyarakat dalam organisasi

adalah kehidupan bersama, yang secara makro ialah tata pemerintah.

Masyarakat dalam makna ini ialah lembaga atau perwujudan subjek pengelola

menerima kepercayaan oleh, dari dan untuk masyarakat.

Masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu musyarak. Masyarakat

memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup

atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling berinteraksi

dan saling tergantung satu sama lain atau disebut zoon polticon. Dalam proses

pergaulannya, masyarakat akan menghasilkan budaya yang selanjutnya akan

dipakai sebagai sarana penyelenggaraan kehidupan bersama. Oleh sebab itu,

konsep masyarakat dan konsep kebudayaan merupakan dua hal yang senantiasa

berkaitan dan membentuk suatu sistem. Menurut Roucek dan Warren,


20

masayarakt merupakan sekelompok manusia yang memiliki rasa kesadaran

bersama di mana mereka berdiam pada daerah yang sama, yang sebagian besar

atau seluruh wargannya memperlihatkan adanya adat kebiasaan dan aktivitas

yang sama.

Masyarakat adalah sekelompok individu yang bertampat tinggal dalam

suatu daerah tertentu serta dapat berinteraksi dengan individu lainnya delam

kurun waktu yang cukup lama. Alvin L. Betrand, masyarakat adalah suatu

kelompok orang yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa di dalam

menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi kehidupan bersama secara

harmonis. Selanjutnya pengertian masyarakat yang diungkapkan oleh Seorang

ahli antropologi R. Linton, setiap selompok manusia yang telah cukup lama

hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya

dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas

tertentu.

Sesuai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan masyarakat adalah

sekelompok manusia yang mendiami tempat tertentu dengan jangka waktu

yang cukup lama. dan dapat berinteraksi dengan masyarakat lainnya dengan

tujuan untuk mewujudkan keharmonisan dalam satu kesatuan sosial. Maka dari

itu, dibutuhkan kerja sama demi tercapainya tujuan yang dinginkan.

Adapun Ciri-ciri masyarakat dalam satu bentuk kehidupan bersama

menurut Soejono Soekarto antara laian adalah sebagai berikut:

1. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran

yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
21

manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya

adalah dua orang yang hidup bersama.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia

tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya

kursi, meja dan sebagainya. Oleh dengan berkumpulnya manusia, maka

akan timbul manusiamanusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap,

merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk

menyampaikan kesankesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat

hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-

peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dengan kelompok

tersebut.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

E. Teori Desa

1. Pengertian Desa

Menurut Nurcholis (2011) desa merupakan salah satu daerah otonom

yang berada pada level terenda dari hirarki otonomi daerah di Indonesia,

sebagaimana yang nyatakan oleh Nurcholis bahwa, desa adalah suatu

pemerintahan terendah. Salah satu bentuk urusan pemerintah desa yang

menjadi wewenang desa adalah pengelolaan keuangan desa. Keuangan desa

adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai degan uang, erta

segala sesuatu bik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan

milik desa berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.


22

2. Tujuan Pembentukan Desa

Tujuan untuk pemebetukan desa adalah meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan pemerintahan secara berdayaguna dan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan hinga ditingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat

yang harus dipenuhi untuk pemberdayaan desa yakni: pertama, faktor

penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala kluarga, kedua, faktor luas

yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga, faktor

letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun,

keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan,

pemasaran, sosial, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor sosial

budaya, adapun kerukunan hidup beragama dan kehidupan bermasyarakat

dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan masyarakat yaitu

tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

F. Konsep Kredit Sahabat

Kredit Sahabat (KRABAT) adalah kredit untuk modal kerja dan/atau

investasi, bukan kredit konsumtif, bagi petani miskin yang ada di Desa.

Maksud ISSN (P) : 2089-1210, E-ISSN : 2580-7285 Jurnal Ekonomi dan

Bisnis Vol 15 No 3, Desember 2018 284. Pemberian KRABAT adalah untuk

memberikan modal dalam mengelola kegiatan usaha tani khususnya bagi

petani miskin. Adapun tujuan pemberian KRABAT adalah untuk mewujudkan

desa bebas rentenir dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Petani miskin

yang menjadi sasaran KRABAT adalah petani berpenghasilan rendah yang


23

memiliki sawah sendiri/petani yang menggarap sawah orang lain yang bukan

miliknya dengan sistim bagi hasil kepada pemilik, yang dinyatakan dengan

persetujuan pemilik sawah bagi petani penggarap.

Pemberian KRABAT diperioritaskan bagi petani miskin yang masuk

dalam basis data terpadu dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K). Bila petani miskin yang ada di desa tidak terdata pada

data BDT maka dapat dilakukan musyawarah desa untuk dapat mengakses

Krabat. Dana KRABAT disalurkan melalui Badan Usaha Milik Desa

(BUMDesa) dan dana ini bersifat abadi BUMDesa yang menjadi sumber

pembiayaan KRABAT secara berkelanjutan (Peraturan Bupati Sumbawa

Nomor 1 Tahun 2017). KRABAT yang diterima oleh petani miskin dikenakan

bunga sebesar 0% (Nol Per Seratus) atau tanpa bunga. Petani miskin penerima

KRABAT memberikan jaminan atas kredit yang diterima. Plafon KRABAT

disesuaikan dengan kebutuhan petani miskin namun tidak boleh melebihi

ketentuan yang telah diatur dalam peraturan yaitu paling banyak

Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) untuk setiap petani miskin. Jangka waktu

pinjaman KRABAT adalah sesuai dengan jadwal musim panen atau paling

lama 6 (Enam) bulan setelah pencairan (Petunjuk Teknis Pengelolaan Kredit

Sahabat, 2017).

Agar program KRABAT ini di implementasikan dengan baik, maka

pemerintah perlu menyiapkan petunjuk teknis tentang pedoman pengelolaan

KRABAT Bagi Petani Melalui Badan Usaha Milik Desa. Petunjuk teknis ini

disusun sedemikian rupa sehingga akan tampak perbedaan yang jelas program
24

KRABAT dengan praktek kredit yang diberikan oleh rentenir maupun

perbankan pada umumnya. Adapun petunjuk pelaksana program KERABAT

ini meliputi beberapa komponen diantaranya:

1. Dasar Pemikiran

2. Dasar Pelaksanaan

3. Ketentuan Umum

4. Maksud dan Tujuan

5. Pengelolaan KRABAT

6. Pembinaan, Pengawasan, Monitoring dan Evaluasi

7. Pelaporan

8. Force Majeure

a. Maksud dan Tujuan KRABAT

Maksud pemberian KRABAT adalah untuk memberikan modal

dalam mengelola kegiatan usaha tani khususnya bagi petani menenga

kebawah.Adapun tujuan pemberian KRABAT adalah untuk mewujudkan

desa bebas rentenir dalam rangka menanggulangi kemiskinan.

b. Sumber, Besaran dan Sifat KRABAT

1) Sumber KRABAT berasal dari APBD.

2) Besaran alokasi KRABAT disesuaikan dengan kemampuan

keuangan Pemerintah Daerah yang tertuang dalam Dokumen

Pelaksanaan Anggaran Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah.

3) KRABAT ini bersifat abadi di BUMDes yang menjadi sumber

pembiayan KRABAT secara berkelanjutan.


25

c. Pengelolaan KRABAT

Tata Cara Penyaluran KRABAT:

1) Alokasi KRABAT disalurkan dari APBD dalam bentuk bantuan

keuangan yang bersifat khusus kepada Pemerintah Desa dan

besarannya ditetapkan dengan keputusan Bupati.

2) Desa yang berhak mengajukan diri untuk menerima dana

KRABAT merupakan desa yang telah memiliki BUMDes. Bagi Desa

yang belum membentuk BUMDes dapat melakukan pembentukan

BUMDes dan berhak mengajukan diri sebagai penerima dana

KRABAT pada 2 bulan kemudian (tergolong BUMDes baru).

3) BUMDes yang tergolong sehat dapat melayani petani miskin desa-

desa di sekitarnya yang tidak memiliki BUMDes selama masih dalam

lingkup Kecamatan yang sama.

4) Alokasi KRABAT sebagaimana dimaksud pada poin (1),

berdasarkan kelayakan proposal yang diajukan oleh BUMDes melalui

Kepala Desa dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Camat.

5) Peran pokok Camat adalah memberikan dukungan dan jaminan

atas kelancaran pelaksanaan KRABAT di wilayah kerjanya, dengan

rincian tugas sebagai berikut:

i. Melakukan sosialisasi program KRABAT kepada Kepala

Desa dan Perangkat Desa di wilayah kerjanya.

ii. Memberikan rekomendasi terhadap proposal BUMDes

yang mengajukan KRABAT.


26

iii. Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi dan konsolidasi

dalam pelaksanaan KRABAT di wilayah kerjanya.

iv. Melakukan pemantauan pelaksanaan KRABAT di wilayah

kerjanya dan menerima serta memverifikasi laporan para Kepala

Desa.

v. Berkoordinasi dengan Dinas, Pengawas Eksternal, Tim

Teknis Manajemen, Kepala Desa dan BUMDes dalam

penyelesaian persoalan, konflik dan penanganan pengaduan

mengenai pelaksanaan KRABAT di wilayahnya.

vi. Bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan kredit

sahabat dalam rangka mendukung program desa bebas rentenir.

vii. BUMDes menyusun proposal yang menggambarkan

tentang seluruh aspek yang dapat menggambarkan kelayakan

BUMDes (dokumen pendukung dilampirkan) dalam 5 tahun

terakhir bagi BUMDes yang telah berkembang dan 2 tahun

terakhir bagi BUMDes yang sedang berkembang dan 2 bulan

terakhir bagi BUMDes yang baru terbentuk.

G. Konsep Kredit

1. Pengertian Kredit

Secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa latin

yaitu“credete”yang berarti percaya ,atau“tobelieve”atau“totrus”. Jadi dasar

pemikiran pemberian kredit pada dasarnya berlandaskan kepercayaan.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, kredit diartikan sebagai penundaan


27

pembayaran. Maksudnya pengertian pengembalian atas penerimaan uang

atau suatu barang yang tidak dilakukan secara bersamaan pada saat

penerimaannya ,akan tetapi pengembaliannya dilakukan dimasa yang akan

datang.

2. Fungsi Kredit

Adapun menurut Suyatno Thomas (2012) fungsi kredit adalah sebagai

berikut:

a. Kredit dapat meningkatkan dayaguna (utility) dari uang.

b. Kredit dapat meningkatkan dayaguna (utility) dari barang.

c. Kreditmeningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

d. Kredit adalah salah satualat stabilisasi ekonomi.

e. Kredit menimbulkan kegairahan berusahamasyarakat.

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

g. Kredi tadalah jugasebagai alat hubungan ekonomi internasional.

3. Tujuan Kredit

Menurut Kasmir (2011)tujuanpenyaluran kreditadalah sebagai berikut:

a). Mencari Keuntungan.

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit

tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh

Bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang diberikan

kepada nasabah.

b). Membantu UsahaNasabah


28

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.

c). Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak perbankan maka semakin baik, berarti adanya peningkatan

pembangunan di berbagai sektor.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyaluran kredit adalah

untuk memberi kemudahan pinjaman modal usaha kepada nasabah,

meningkatkan keuntungan untuk perusahaan itu sendiri dan membantu

pembangunan diberbagai sektor khususnya sektor ekonomi.

4. Manfaat Kredit

Menurut Thamrin Abdullah (2013) kredit yang diberikan bank

umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai

jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi dan

penjelasannya maka dapat diuraikan sebagai berikut:

a). Dilihat dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredityaitu :

1) Kredit Investasi, adalah kredityang digunakan untuk

keperluan keperluasan usaha atau membangun proyek/pabrik

baru dimana masa perkiraannya untuk suatu periode yang lebih

lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama

suatu perusahaan.

2) Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk

meningkat kan keperluan produksi dalam operasionalnya seperti


29

membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya

lainnya yang berkaitan dengan proses produksi.

b). Dilihat dari segi tujuan, kredit jenis kredit dilihat dari tujuannya adalah :

1) Kredit produktif, yaitu yang digunakan untuk

meningkatkan usaha produksi atau investasi untuk menghasilkan

barang dan jasa.

2) Kredit konsumtif, adalah kredit yang digunakan untuk

dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.

3) Kredit perdagangan, adalah kredit yang digunakan untuk

kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan

yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang

tersebut.

c). Dilihat dari segi jangka waktunya, adalah sebagai berikut :

1) Kredit Jangka Pendek, Merupakan kredit yang memiliki

jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan

biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa

pengambilannya paling panjang kredit jangka panjang waktu

pengambilannya diatas 3 tahun atau 5 tahun, biasanya kredit ini

untuk investasi jangka panjang.

d). Dilihat dari segi jaminan adalah sebagai berikut :

1) Kreditdan Jamina, Merupakan kredit yang diberikan

dengan suatu jaminan tertentu jaminan tersebut dapat bebbentuk


30

barang berwujud atau tidak berwujud yang artinya setiap kredit

yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan

oleh calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan, Adalah kredit yang diberikan tanpa

barang jaminan tertentu atau orang tertentu. Kredit jenis ini

diberikan dengan melihat prospek usaha karakter serta loyalitas

calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

e). Dilihat dari Sektor usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh

karena itu pemberian fasilitas kreditpun berbeda pula. Jenis kredit ini jika

dilihat dari sektor usaha sebagai berikut:

1) Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor

perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor pertanian dapat berupa

jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan, dalam hal ini kredit di berikan untuk jangka

waktu yang relatif pendek misalnya peternakan ayam dan untuk

jangka panjang seperti pertenakan sapi atau kambing.

3) Kredit industry, untuk membiaya industry pengolahan industri

kecil, menengah maupun industri besar.

4) Kredit pertambangan, adalah jenis kredit untuk usaha tambang

yang dibiayainya, biasanya dalam jangka panjang seperti tambang

emas, minyak atau tambang timah.


31

5) Kredit pendidikan, merupakan yang diberikan untuk membangun

sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para

mahasiswa yang sedang belajar.

6) Kredit profesi, adalah kredit yang diberikan kepada kalangan para

professional seperti dosen, dokter atau pengacara.

7) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan

atau pembelian perumahan.


32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan situasi atau peristiwa. Jenis penelitian ini secara umum hanya

membuat gambaran atas permukaan data yang di lapangan hingga

memperhatikan proses-proses kejadian secara sistematis berdasarkan fakta di

lapangan. Menurut Sugiyono (2014) pnelitian deskriptif adalah metode yang

digunakan untuk mengambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetpi

tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Data deskriptif

dalam penelitian ini yaitu implementasi penggunaan dana krabat dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat (studi penggunaan dana KRABAT di

BUMDes desa Berare Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa).

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai objek penelitian

yang diangkat. Manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak pada
33

banyaknya data yang diperoleh dilapangan. Penentuan fokus penelitian lebih

diarahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi

perekonomian dan sosial, ini dimaksudkan untuk membatasi studi kualitatif

sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data

yang tidak relevan (Moleong, 2007:127). Pembatasan dalam penelitian

kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan dan urgensi masalah yang

akan dipecahkan. Fokus penelitian ini meliputi:

1. Pelaksanaan dan penerapan program KRABAT

2. Sasaran dan tujuan program KRABAT

3. Keterkaitan program KRABAT dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan

penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang

sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data

penelitian yang akurat. Dalam penentuan Lokasi penelitian, Moleong

(2007:132) menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan

mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan dan mencari

kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan

geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan

pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini

dilakukan di desa Berare Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa.


34

D. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

Arikunto (2006:224) menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek

darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam

mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P, yaitu:

a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya

mengenai variabel yang diteliti.

b. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari

segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip, angka,

gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain sebagainya.

c. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang

berhubungan dengan penelitian.

Menurut Lofland dalam Moleong (2007:165), sumber data utama

dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari

informan melalui wawancara, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lainlain. Untuk mendapatkan data dan informasi maka

informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive atau sengaja

dimana informan telah ditetapkan sebelumnya. Informan merupakan orang-

orang yang terlibat atau mengalami proses pelaksanaan dan perumusan

program dilokasi penelitian.

2. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber,

yaitu:
35

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

baik melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak

informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara

wawancara langsung terhadap pemerintah desa Berare serta warga

masyarakat yg bersangkutan.

b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-

literatur dari Badan Pusat Statistik (BPS), internet, surat kabar, jurnal

dan lain sebagainya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

mengambil atau menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan

data yang telah dicatat atau dilaporkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

menurut Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik

pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan

observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini

teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui

tiga metode, yaitu:

1. Observasi

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian,

sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan

bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.

2. Wawancara
36

Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara

sebagai pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

topik tersebut. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal

yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi

dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui

observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis

wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis

wawancara terstruktur.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang

(Sugiyono, 2007:213). Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan

lebih kredibel kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan.

F. Teknik Analisis Data

Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan

menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan. Untuk

menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-

data yang diperoleh merupakan kumpulan keterangan-keterangan. Proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
37

sumber, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data

dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung,

setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara,

peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila

jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,

peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga

datanya sudah tidak jenuh.

Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu antara lain:

1. Reduksi Data (Reduction Data)

Reduksi data diartikan sebagai peroses pemilihan, pemisahan,

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Laporan atau data

yang diperoleh dilapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian yang

lengkap dan terperinci. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya akan

cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data

berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutya. Data yang diperoleh

dari lokasi penelitian dituangkan dalam uraian laporan lengkap dan

terperinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,

difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau polanya.

2. Penyajian Data (Data Display)


38

Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti

dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari

penelitian. Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil

wawancara yang dituangkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan

didukung oleh dokumen-dokumen, serta foto-foto maupun gambar

sejenisnya untuk diadakanya suatu kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing)

Penarikan kesimpulan yaitu melakukan verifikasi secara terus

menerus sepanjang proses penelitian berlangsung, yaitu selama proses

pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola,

tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan

sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan yang tentatif. Dalam

penelitian ini, penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari

dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi dan

wawancara.
39

Berikut adalah gambar dari analisis data dan model interaktif menurut

miles dan huberman dalam sugiyono (2007:189).

Gambar III. 1 analisis model interaktif

Pengumpulan Data Penyajian Data


(Data Display)

Reduksi data Penarikan kesimpulan


(reduction (verification)
data)

Sumber:sugiyono (2007)

Gambar mengenai komponen analisis data model Miles dan Huberman

menjelaskan bahwa, dalam melakukan analisis data kualitatif dapat dilakukan

bersamaan dengan proses pengumpulan data. proses yang bersamaan tersebut

meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

G. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) atas kehandalan (reabilitas). Derajat kepercayaan


40

atau kebenaran suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang

digunakan. Menurut Moleong (2007:324), terdapat beberapa kriteria yang

digunakan untuk memeriksa keabsahan data, antara lain:

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep

validitas internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu,

Pertama, penemuannya dapat dicapai; Kedua, mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan yang sedang diteliti. Kriteria derajat kepercayaan diperiksa

dengan beberapa teknik pemeriksaan, yaitu:

a. Triangulasi

Triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan

membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada

berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan

metode yang berlainan. Adapun triangulasi yang dilakukan dengan empat

macam teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber

data, metode, dan teori. Untuk itu, maka peneliti dapat melakukan

dengan cara:

1) Mengajukan berbagai variasi pertanyaan

2) Membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan

wawancara

3) Mengeceknya dengan berbagai sumber data


41

4) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan data dapat

dilakukan.

Berdasarkan hasil triangulasi tersebut, maka akan sampai pada

salah satu kemungkinan yaitu apakah data yang diperoleh ternyata

konsisten, tidak konsisten, atau berlawanan. Selanjutnya mengungkapkan

gambaran yang lebih memadai mengenai gejala yang diteliti.

2. Kecukupan Referensial

Yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-catatan, atau

rekaman-rekaman yang dapat digunakan sebagai referensi dan patokan untuk

menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.

3. Keteralihan (Transferability)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada pengamatan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut,

seorang peneliti perlu mencari dan mengumpulkan data kejadian dalam

konteks yang sama.

4. Kebergantungan (Dependability)

Kebergantungan merupakan subtitusi reabilitas dalam penelitian

nonkualitatif. Dalam penelitian kualitatif, uji kebergantungan dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi,

peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi dapat

memberikan data. peneliti seperti ini perlu diuji dependability-nya. Kalau

proses penelitiannya tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian

tersebut tidak dependable. Untuk mengetahui dan memastikan apakah hasil


42

penelitian ini benar atau salah, peneliti selalu mendiskusikannya dengan

pembimbing secara bertahap mengenai data-data yang didapat dilapangan

mulai dariproses penelitian sampai pada taraf kebenaran data yang didapat.

5. Kepastian (Confimability)

Dalam penelitian kualitatif, uji kepastian mirip dengan uji

kebergantungan, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses

yang dilakukan dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada tetapi

hasilnya ada. Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas,

sehingga dengan disepakati asil penelitian tidak lagi subjektif tetapi sudah

objektif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan keteralihan dengan mencari

dan mengumpulkan data kejadian empiris dalam konteks yang sama mengenai

impementasi penggunaan dana kerabat dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat (studi penggunaan dana KERABAT Di BUMDes Desa Berare

Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa).

Dalam melakukan keteralihan tersebut, peneliti selalu mendiskusikan

hasil dilapangan dengan tim pembimbing mengenai data-data yang didapat

dilapangan mulai dari proses penelitian sampai pada taraf kebenaran data yang

didapat. Untuk menjamin kepastian bahwa penelitian ini objektif, peneliti

dalam hal ini melakukan pemeriksaan secara cermat bersama dengan

pembimbing terhadap kepastian asal-usul data, logika penarikan kesimpulan

dari data dan derajat ketelitian serta telaah terhadap kegiatan peneliti tentang

keabsahan data.
43

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

a. Letak Geografis Desa Berare

Berare merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Moyo

Hilir, Kabupaten Sumbawa. Desa ini merupakan salah satu dari 10 desa

yang berada di Kecamatan Moyo Hilir yang berbatasan dengan wilayah

desa lain, di antaranya :

Sebelah Utara : Desa Songkar, Kecamatan Moyo Utara

Sebelah Selatan : Desa Moyo Mekar, Kecamatan Moyo Hilir

Sebelah Timur : Desa Ngeru, Kecamatan Moyo Hilir

Sebelah Barat : Desa Poto, Kecamatan Moyo Hilir

Luas wilayah desa ini mencapai 5,31 km2 dengan persentase

terhadap luas kecamatan sebesar 2,84% (BPS Kabupaten Sumbawa,

2018). Berikut luas wilayah menurut penggunaannya berdasarkan

penyusunan dan pendayagunaan data profil desa dan kelurahan tahun

2016.
44

Tabel IV.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan

No. Penggunaan Luas (ha/m2)


1 Pemukiman 29
2 Persawahan 373
3 Perkebunan 5
4 Kuburan 1
5 Pekarangan 29
6 Taman -
7 Perkantoran 5
8 Prasarana Umum Lainnya 1.5
Total 443.5
Sumber data : Kantor Desa Berare

Dari tabel 1. di atas dapat dilihat bahwa luas wilayah persawahan

desa Berare memiliki luas yang paling besar diantara luas wilayah

penggunaan lainnya yaitu sebesar 373 ha/m2. Sedangkan luas

penggunaan lahan yang paling kecil yaitu kuburan sebesar 1 ha/m2.

b. Pemerintahan Desa Berare

Desa Berare dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Desa Berare

memiliki 6 dusun diantaranya Dusun Berare A, Berare B, Malili I, Malili

II, Malili III, dan Olat Po, masing-masing dusun dipimpin oleh masing-

masing Kepala Dusun. Berikut struktur organisasi pemerintah Desa

Berare.
45

Gambar IV.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Berare

BPD KEPALA
DESA LPM
H. AHMAD,

SEKRETARIS
DESA
TAJUDDIN R

KASI KASI KASI KAUR KAUR T.U


PEMERINT KESEJAHTE PELAYANA PERENCANA DAN UMUM
AHAN RAAN N AN ANIRAWATI
MUHAMMA JABAL

KADUS KADUS KADUS KADUS KADUS KADUS


BERARE A BERARE B MALILI I MALILI II MALILI III OLAT PO
MASTAR SABRAM MASANGA SYARIFUD M. TAYIB SYAMSUD

c. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Berare keadaan tahun 2017 mencapai

3.113 jiwa dengan kepadatan per km2 mencapai 586 jiwa. Jumlah
46

penduduk laki-laki sebanyak 1.558 orang dan penduduk perempuan

sebanyak 1.555 orang. Jumlah penduduk Desa Berare ini mempunyai sex

ratio sebesar 100,19 dengan demikian dari setiap 100 orang perempuan

terdapat 100,19 orang laki-laki. Sedangkan jumlah rumah tangga

sebanyak 794 dengan rata-rata sebesar 3,88 orang.

Tabel IV.2 Kependudukan Desa Berare

Keterangan Jumlah (Orang)


Laki-laki 1558
Perempuan 1555
Total Penduduk 3113
Rumah Tangga 794
Rata-rata Rumah Tangga 3.88
Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa 2018

B. Pembahasan dan Analisis Data

1. BUMDes Desa Berare

a. Profil BUMDes LKM Desa Berare

1). Nama BUMDes Desa Berare

Adalah BUMDes LKM Berare. Transformasi dari UPKD

“Harapan Kita” menjadi BUMDes LKM Berare dengan PERDES Berare

No. 002 Tahun 2009.

2). Tujuan BUMDes LKM Desa Berare (pasal 5)

a). meningkatkan pendapatan masyarakat desa melalui layanan jasa

keuangan berupa simpan/pinjam


47

b). meningkatkan daya dukung dan akses terhadap jangkauan

pelayanan kredit modal kerja bagi usaha kecil di pedesaan dengan

menerapkan prinsip kemudahan dalam akses pelayanan keuangan.

c). mengurangi terjadinya praktek rentenir yang tidak sehat di dalam

masyarakat akibat kelangkaan pengadaan modal uang tunai di

pedesaan.

d). menciptakan dan meningkatkan peluang kerja dan usaha di

pedesaan.

e). meningkatkan sumber dana APBDes.

f). memfasilitasi dan memediasi antara pemerintah desa dengan

pemerintah di bidang pengembangan ekonomi pedesaan.

g). mendorong partisipasi masyarakat dalam pengembangan usaha

ekonomi produktif di pedesaan.

3). Fungsi dan tugas BUMDes Desa Berare (pasal 6)

a). BUMDes LKM berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi

keuangan yang khususnya mendukung pengembangan ekonomi rumah

tangga dan usaha mikro melalui penghimpunan dan penyaluran dana.


b). dalam menjalankan fungsi tersebut BUMDes LKM wajib melakukan

kegiatan usahanya sesuai dengan ketentuan perdes dan peraturan bupati

dan ketentuan lain yang di tetapkan oleh bupati, khususnya ketentuan

tentang prinsip kehati-hatian dan kesehatan pengelolaan BUMDes

LKM.
48

4). Visi dan Misi BUMDes LKM Desa Berare


a). Visi
Visi BUMDes LKM Desa Berare adalah meningkatkan

kualitas dan kuantitas pelayanan permodalan kepada masyarakat Desa

Berare.

b). Misi

i. mengutamakan pelayanan secara ramah, cepat dan mudah.

ii. menghimpun dana dari masyarakat dengan akses tabungan.

iii. menjaga kepercayaan masyarakat untuk menanamkan dan atau

menyimpan dananya di BUMDes LKM Berare.


49

5). Struktur Organisasi BUMDes Desa Berare

Gambar IV. 2 Struktur organisasi bumdes desa berare

BUPATI

PENGAWAS EKSTERNAL

RAPAT FORUM PEMILIK

DEWAN PENGAWAS

H. MASWARANG
MANAGER

Sumber: Kantor BUMDes LKM Berare

SRI IDIL F HASMINI BAMBANG HERLINA


6).
PPK Penentuan BUMDes Penerima KRABAT
KASIR ADMIN I KASIR II

a). BUMDesa yang dapat menerima KRABAT dari Pemerintah Daerah

adalah BUMDes yang mendapatkan rekomendasi kelayakan dari

DPMD.
b). Persyaratan umum BUMDes yang dapat menerima KRABAT

adalah
 BUMDes merupakan BUMDes yang sudah terbentuk dan

aktif minimal selama 2 bulan.

 BUMDes adalah BUMDes yang masuk kategori baru dan

bermotivasi, dan atau BUMDes yang berkembang.

c). Rekomendasi Kelayakan dari DPMD didasarkan pada

pertimbangan teknis dari Tim Teknis Manajemen.


50

d). BUMDes mendapatkan Rekomendasi Kelayakan dari DPMD

apabila BUMDesa tersebut memenuhi kriteria penilaianyang meliputi

beberapa aspek berikut:

i. Aspek Legalitas yang meliputi: Peraturan Desa

tentang Pendirian BUMDes, Anggaran Dasar dan Anggaran

Rumah Tangga BUMDes.

ii. Aspek Teknis yang meliputi sarana dan prasarana,

sumberdaya manusia, keuangan, dan perencanaan usaha.

b. Penggunaan dana Program KRABAT BUMDes LKM Desa Berare

1). Sumber Dana

program desa bebas rentenir anggarannya bersumber dari APBD

kabupaten sumbawa dan apbdes tahun anggaran 2017-2021.

2). Sasaran Dana

sasaran program adalah masyarakat miskin baik tinggal di kota

maupun di perdesaan yang tidak mempunyai modal usaha yang terdiri

dari:

a).masyarakat tani, nelayan

b). para pelaku usaha ekonomi produktif (usaha bakulan, kios,

kerajinan, dll).

2. Implementasi penggunaan Dana KRABAT dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat Desa Berare

a. Dasar Implementasi Program Dana KRABAT


51

Dasar pelaksanaan program ini adalah Peraturan Bupati Sumbawa

no.1 tahun 2017 tentang pedoman pengelolan kredit sahabat bagi petani

miskin melalui bumdes dalam rangka implementasi program desa bebas

rentenir di kabupaten sumbawa. Tujuannya agar program desa bebas

rentenir melalui kerabat dapat terinternalisasi dan tersosialisasi kepada

para pemangku amanah (stakeholder) dengan baik dan utuh.

b. Pengaruh Dana KRABAT terhadap peningkatan kesejahteraan

masyarakat

1). Alasan mengapa kantor BUMDes LKM Desa Berare di jadikan

masyarakat sebagai alternatif atau tempat peminjaman modal untuk usaha.

Selain adanya Dana KRABAT, ada beberapa alasan yang

mendorong masyarakat sehingga tidak ada pilihan lain selain bumdes yang

di jadikan tempat peminjaman modal untuk usaha oleh masyarakat.

Seperti apa yang di katakan pak Usman selaku masyarakat

sekaligus nasabah BUMDes LKM Desa Berare pada wawancara peneliti

dengan beliau, yaitu;

“ Saya memilih BUMDes LKM Desa Berare di karenakan saya

belum mempunyai sertifikat, berupa sertifikat tanah maupun rumah.

Seperti yang kita ketahui, untuk meminjam modal ke bank, perlu

menggunakan jaminan berupa sertifikat. Akan tetapi, jika meminjam uang

di BUMDes LKM Desa Berare tidak harus di wajibkan menggunakan

sertifikat”.
52

Selain tidak adanya sertifikat, alasan lain seperti keringanan bunga

juga mempengaruhi masyarakat untuk memilih BUMDes LKM Desa

Berare sebagai tempat peminjaman modal untuk usaha.

Seperti yang di katakan oleh pak Zainal Abidin dalam wawancara

peneliti dengan beliau, yaitu:

“ Saya memilih BUMDes LKM Desa Berare sebagai tempat saya

meminjam modal untuk usaha tani di karenakan saya merasa ada

keringanan bunga dalam pelunasannya. Beda halnya dengan saya

meminjam modal untuk usaha ke Bank, bunga yang di berikan bank terlalu

besar bagi saya”.

2). Kecukupan kebutuhan dari segi jumlah peminjaman modal Dana

KRABAT untuk usaha.

pinjaman modal Dana KRABAT yang di berikan kepada

masyarakat oleh BUMDes LKM Desa Berare di berikan sesuai dengan

jaminan yang di berikan oleh masyarakan, dan ini sudah menjadi

ketetapan. Maka dari pada itu, ada masyarakat yang masih merasa belum

tercukupi kebutuhannya meskipun telah meminjam modal usaha kepada

bumdes lkm desa berare.

Seperti yang di katakan oleh pak Usman selaku masyarakat sekaligus

nasabah BUMDes LKM Desa Berare dalam wawancara peneliti dengan

beliau, yaitu
53

“ Jumlah modal usaha yang saya pinjam tidak bisa mencukupi

kebutuhan saya, di karenakan ketidak tersediaan jaminan berupa sertifikat,

saya hanya bisa meminjam modal maksimal Rp. 1 juta. Dengan jumlah

modal sebanyak itu hanya mampu mencukupi sedikit dari kebutuhan

saya”.

Lain halnya dengan masyarakat yang mempunyai sertifikat sebagai

jaminan, jumlah jaminan yang di inginkan dapat mereka ambil sesuai

dengan jumlah yang mereka butuhkan.

Seperti kata pak Syahrul selaku masyarakat sekaligus nasabah

bumdes lkm desa berare yang memiliki sertikat sebagai jaminan

peminjaman modal, yaitu:

“ Jumlah pinjaman begitu mncukupi dalam usaha saya. Modal

biasanya saya gunakan untuk usaha tani. Mulai dari penyiapan lahan, trus

pembelian bibit serta biaya pemeliharaan sampai dengan panen dapat

tercukupi”.

3). Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui Dana KRABAT.

Dana KRABAT merupakan bantuan modal tanpa bunga untuk

masyarakat miskin sebagai upaya mewujudkan desa bebas rentenir serta

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di harapkan mampu

berjalan dengan baik. Dengan demikian pemerintah BUMDes LKM Desa

Berare berupaya keras dalam kelancaran program ini dalam agar warga

masyarakat desa berare dapat hidup sejahtera seperti apa yang di harapkan.
54

Seperti apa yang di rasakan oleh pak Zainal Abidin selaku

masyarakat dan sekaligus nasabah BUMDes LKM Desa Berare yang

berkata dalam wawancara peneliti dengan beliau, yaitu:

“ Dana KRABAT sangat membantu dalam usaha saya. Penghasilan

yang saya dapat dari modal KRABAT memberikan keuntungan dua kali

lipat dari biasanya. Saya merasakat kesejahteraan hidup saya meningkat

memalui Dana KRABAT ini”.

3. Langkah Pemerintah BUMDes Desa Berare dalam memajukan BUMDes

Desa Berare.

Pemerintah BUMDes Desa Berare dalam upaya memajukan

BUMDes LKM Desa Berare lebih menekankan kepada pelayanan dan

kejujuran. Seperti yang telah di katakan oleh pak H. Maswarang selaku

Manajer BUMDes Desa Berare dalam wawancara pneliti dengan beliau

yaitu:

“ Masyarakat akan cenderung memilih bumdes sebagai alternatif pinjam

modal untuk usaha di karenakan BUMDes LKM Desa Berare memberikan

pelayanan yang sangat baik. Dan kemudian hal yang paling begitu di

junjung tinggi adalah kejujurannya, baik itu karyawannya maupun

manajernya”.

Adapun contoh hal yang berkitan dengan pelayanan yang di

maksudkan dan contoh kejujuran yang di maksudkan oleh pak H.

Muswarang dalam wawancara pneliti dengan beliau yaitu:


55

“ Apa bila seorang nasabah datang ke kantor BUMDes Desa Berare

dan ingin melakukan pinjaman modal, jika saat itu masih sempat untuk di

berikan, maka kami akan berikan meskipun jam kerja kami sudah habis

dan lewat dari yang telah di tentukan. Pemerintah BUMDes pun akan

mengembalikan uang seorang nasabah walaupun sebesar Rp. 1000, jika

ada kelebihan dalam pelunasan meskipun nasabah tersebut bersikeras

untuk uangnya tidak usah di kembalikan”.

Kemudian terkait halnya dengan memajukan BUMDes LKM Desa

Berare melalui program krabat, hal-hal yang di lakukan pemerintah seperti

apa yang di katakan oleh pak H. Muswarang selaku Manajer BUMDes

dalam wawancara peneliti dengan beliau yaitu:

“ Untuk dana KRABAT, hal yang perlu di lakukan adalah

bagaimana cara Pemerintah BUMDes LKM Desa Berare

memperkenalkan, menyebarluaskan dan melakukan sosialisasi tentang

dana KRABAT tersebut. Pemerintah BUMDes LKM Desa Berare

melakukan pemasangan spanduk. Setelah setahun berjalan, masyarakat

mulai mengetahui program KRABAT ini. Kemudian masyarakat yang

mengetahui program krabat ini menginformasikan masyarakat yang lain

sehingga perogram krabat ini lebih cepat di ketahui oleh seluruh

massyarakat desa berare”.

4. Langkah Pemerintah BUMDes Desa Berare dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa Berare.


56

Pemerintah BUMDes LKM Desa Berare berupaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa berare dengan memberikan pinjaman modal

usaha beserta keringanan bunga dalam pelunasannya. Seperti apa yang telah

di katakan oleh pak H. Muswarang selaku Manajer BUMDes LKM Desa

Berare dalam wawancara peneliti dengan beliau yaitu:

“ BUMDes LKM Berare memberikan pinjaman kepada masyarakat

dengan bunga yang paling ringan. Di tambah dengan adanya program

KRABAT maka di harapkan lagi dapat lebih meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Desa Berare. Hanya saja harus ada jaminan, karna untuk

mengantisipasi warga agar tidak lalai dan memudahkan pemerintah

BUMDes LKM Desa Berare untuk mengentrol. Di bandingkan dengan

meminjam modal usaha kepada tengkulak-tengkulak di mana ada yang

memberikan bunga 25% sampai dengan 30% yang ada di sekitar dalam

desa, maka BUMDeslah alternatif yang paling bagus sebagai tempat

meminjam modal usaha”.

Jadi itulah upaya dari Pemerintah BUMDes LKM Desa Berare

dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat desa berare. Tidak ada hal

yang terlalu di beratkan kepada masyarakat Desa Berare dalam upaya

peningkatan kesejahteraan desa berare.


57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


58

A. Kesimpulan

1. Dasar pelaksanaan program ini adalah Peraturan Bupati Sumbawa no.1

tahun 2017 tentang pedoman pengelolan kredit sahabat bagi petani miskin

melalui bumdes dalam rangka implementasi program desa bebas rentenir di

kabupaten sumbawa. Dana KRABAT merupakan bantuan modal tanpa bunga

untuk masyarakat miskin sebagai upaya mewujudkan desa bebas rentenir serta

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di harapkan mampu

berjalan dengan baik. Dengan demikina Pemerintah BUMDes LKM Desa

Berare berupaya keras dalam kelancaran program ini dalam agar warga

masyarakat desa berare dapat hidup sejahtera seperti apa yang di harapkan.

2. upaya yang di lakukan untuk memajukan BUMDes LKM Desa Berare lebih

menekankan kepada pelayanan dan kejujuran. Masyarakat akan cenderung

memilih bumdes sebagai alternatif pinjam modal untuk usaha di karenakan

BUMDes LKM Desa Berare memberikan pelayanan yang sangat baik. Dan

kemudian hal yang paling begitu di junjung tinggi adalah kejujurannya, baik itu

karyawannya maupun manajernya

3. Pemerintah BUMDes LKM Desa Berare berupaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa berare dengan memberikan pinjaman modal

usaha beserta keringanan bunga dalam pelunasannya. Di bandingkan dengan

meminjam modal usaha kepada tengkulak-tengkulak di mana ada yang


59

memberikan bunga 25% sampai dengan 30% yang ada di sekitar dalam desa.

Di tambah dengan adanya program KRABAT maka di harapkan lagi dapat

lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Berare

B. Saran

1. Terkait dengan dana krabat di harapkan pemerintah bumdes lkm desa berare

dapat mejalankan program krabat dengan maksimal dan memperkenalkan

program krabaat kepada masyarakat Desa Berare untuk upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat Desa Berare


60

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arfianto, A.E.W. & Balahmar, A.R.U (2014).Pemberdayaan Masyarakat dalam


Pembangunan.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitin. Yogyakarta: ANDI
DPMPD. Kabupaten Sumbawa.2017.
Ekonomi Desa. Jurnal Kebijakan dan Manajmen Publik Vol. 2 No. 1 : 47-56
Hani Windranovi (2014). Analisis Penyaluran Kredit Usaha Kecil pada Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Makmur Desa Kota Baru Kecamatan
Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu..Skripsi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.Diakses pada tanggal 02 februari 2018.
Hanifa Nurcholis, 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintah Desa.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2013. Medan : Bitra Indonesia.halaman2
Luh Susanti dan Dewa Made Joni Ardani (2016).Pelayanan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) Sidi Amerta di Desa Sangit Kecamatan Sawan Kabupaten
Buleleng.Artikel Lucus Majalah Ilmiah Fisip. Diakses di
http://lukusfisipunipas.blobspot.com
Sugiyono, 2010.Manajmen Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuatitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2014.Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai