Anda di halaman 1dari 158

PERAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI


(Studi Kasus di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone)

KASRIANI

G211 13 019

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PANITIA UJIAN SARJANA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Judul : PERAN KELOMPOK TANI DALAM MENINGKATKAN


PRODUKTIVITAS TANAMAN PADI

(Studi Kasus di Desa Awolagading, Kecamatan


Awangpone, Kabupaten Bone)

Nama : Kasriani

NIM : G 211 13 019

TIM PENGUJI

Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, M.S.

Dr. Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S.

Ir. A. Amrullah, M.Si.

Ir. Nurdin Lanuhu, M.P.

Dr. Ir. Saadah, M.Si.

Tanggal Ujian: Februari 2018


ABSTRAK
Peran Kelompok Tani Dalam Menigkatkan Produktivitas
Tanaman Padi
(Studi Kasus di Desa Awolagading Kecamatan Awangpone Kabupaten
Bone)
1
Kasriani, 2 Sitti Bulkis, 2Tamzil Ibrahim
1
Mahasiswa, 2Dosen Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar, Sulawesi Selatan 90245
Email : Kasriani15@yahoo.com
Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan,
kepentingan, kondisi lingkungan, dan keakraban untuk meningkatkan dan
mengembangkan usaha anggota. Peran kelompok tani merupakan media belajar
organisasi dan kerjasama antar petani. Semua petani harus bergabung kedalam
kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan usahataninya. Partisisipasi anggota
kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani sangat mempengaruhi
produktivitas tanaman padi. Terdapat (3) tiga aspek peran yang harus dijalankan
kelompok tani agar tujuannya tercapai yaitu kelas belajar, wahana kerjasama, dan
unit produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok tani
dalam memfasilitasi petani dan hubungan peran kelompok tani dengan
produktivitas tanaman padi. Tempat penelitian yang dipilih adalah Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Adapun sampel pada
penelitian ini yaitu 7 (tujuh) kelompok tani yang berjumlah 60 (enam puluh)
orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani telah menjalankan
tugasnya sesuai dengan perannya karena kelompok tani telah menjalankan
tugasnya sesuai dengan perannya karena peran kelompok tani sebagai kelas
belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi menurut persepsi pengurus
kelompok tani untuk kategori tinggi sebanyak 100%, peran kelompok tani sebagai
kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi menurut persepsi anggota
kelompok tani untuk kategori rendah sebanyak 41% dan tinggi sebanyak 59%.
Terdapat hubungan yang signifikan antara peran kelompok tani dan produktivitas
tanaman padi karena pengurus kelompok tani telah mengajak dan memotivasi
anggota kelompok tani untuk ikut aktif dalam kegiatan kelompok tani dan peran
kelompok tani sangat mempengaruhi produktivitas karena yang bergabung dalam
kelompok tani akan mudah memperoleh sarana produksi.

Kata kunci : Kelompok Tani, Peran Kelompok Tani, Produktivitas Padi.


ABSTRACT

Role of Farmer Group in Increasing Rice Productivity


(Case Study in Awolagading Village, Awangpone Sub-District, Bone

District)
1
Kasriani, 2 Sitti Bulkis, 2Tamzil Ibrahim
1
Students, 2Lecturer of Agribusiness Program
Social Economy Agriculture Departement
Agriculture Faculty, Hasanuddin University
Makassar, South Sulawesi 90245
Email : Kasriani15@yahoo.com

Farmer Group is a number of farmers that formed of similarity, interest,


environmental conditions, and intimacy to improve and develop the businesses.
Participation of the farmer’s that involved in many program of group greatly
affect rice productivity. There are three aspects of the roles that must be
implemented in group to achieve its goals they are learning classes, cooperation
rides
, and production units. This study aims to know the role of group to facilitating
farmers and the relationship between the roles and rice productivity. This research
did in Awolagading Village, Awangpone Sub-District, Bone Districts. There were
seven farmer groups that included sixty farmers. The results showed that the
group of farmers performed their tasks according to its role because the role of the
farmer group as a study class, cooperation rides and production unit according to
the perception of the group of farmers for the high category up to 100%, the role
of the farmer group as learning class, cooperation rides, and production unit
according to the perception of the farmer group member for the lower category as
much as 41% and high as 59%. There was a significant relationship between the
role of farmer group and the productivity of rice crops because the management of
group have invited and motivated the farmers to participate actively in farmer
group activities and the role of farmer groups greatly affects productivity because
the farmer group will get production facilities easy.
Keywords: Role of Farmer Group, Farmer Group, Rice Productivity
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Kasriani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Componge, 09 April 1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Tinggi, Berat Badan : 155 cm, 53 kg

Agama : Islam

Alamat : Jl. Abdul Kadir Dg. Suro, Samata

Telepon : 082 293 275 848

Email : kasriani15@yahoo.com

Nama Orang Tua

a. Ibu : ST. Fatimah


b. Ayah : Kamaruddin

Latar Belakang Pendidikan

Formal

2001 – 2007 : SD Negeri 49 Lappo Ase

2007 – 2010 : SMP Negeri 4 Watampone

2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Awangpone

2013 – 2018 : Universitas Hasanuddin


Non Formal/Training-Seminar

1. Kuliah Kerja Nyata Universitas Hasanuddin Tahun 2016


2. Kurma (Kader Muda Generasi Madani) Tahun 2013
3. Pelatihan Kepanitiaan “Menguatkan Kapasitas Berbekal Kreatifitas
Menuju Kualitas Lembaga” Tahun 2014
4. Gelar Diskusi Agenda Ekonomi Sulawesi Selatan 2025 Tahun 2017
5. Manajemen Perbankan Syariah Tahun 2016.
6. Perjalanan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2016
7. Pasar Modal Syariah Tahun 2016.
8. Revolusi Pola Pikir Pembangunan Pertanian Indonesia Menuju
Swasembada Pangan Tahun 2015.
9. Menyikapi Misteri Kedahsyatan Buah Kakao Tahun 2014.
10. Peran Penampilan dalam Karir Profesional Tahun 2016.
11. Menggagas Generasi Berkarakter Melalui Pembaharuan Paradigma
Secara Terintegrasi Tahun 2012.
12. Speak Confidence Tahun 2015.
13. Energy Terbarukan dalam Memajukan Teknologi dan Ekonomi
Masyarakat Indonesia Tahun 2015.
14. The Power Of Digital Innovation And Entrepreneurship Tahun 2016.
15. Entrepreneur Tahun 2017.
16. Pencanangan Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2017.
17. Daya Saing Produk Pertanian Menghadap AEC Tahun 2013.
18. Mencegah Ancaman Bioterorisme, Wujudkan Ketahanan Pangan
Nasional Tahun 2017.
19. Meningkatkan Kualitas Stakeholder Pertanian Menuju Petani yang
Berdaulat, Kolektif, dan Berbasis Produksi Ekologis Tahun 2016.
20. Regenerasi Tani Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan Tahun
2015.
21. National Agriculture Inovation Festival Tahun 2016.
22. Stop Dreaming and Start Your Business with Cooperation Tahun
2015.
23. Inovasi Nanoteknologi untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
Tahun 2014.
Pengalaman Organisasi

2013 : Anggota Biasa MISEKTA Fakultas Pertanian UNHAS


Pengalaman Kepanitian/Committee Experience

1. Sekretaris di Bidang Sumber Daya Manusia Badan Pengurus Harian


MISEKTA Tahun 2015/2016.
2. Staff Sekretaris di Kepanitiaan Peringatan Hari Jadi XXXVII MISEKTA
Tahun 2014/2016.
3. Divisi Kesekretariatan-Humas di Kepanitaan Agri Festival MISEKTA
Tahun 2014/2015.
4. Divisi Publikasi dan Dokumentasi di Kepanitiaan Latihan
Kepemimpinan dan Keprofesian Misekta Tahun 2014/2015.
5. Divisi Konsumsi di Kepanitiaan Musyawarah Anggota XXXV MISEKTA
Tahun 2014/2015.
6. Divisi Dana di Kepanitiaan Inaugurasi Pertanian Tahun 2013.
7. Divisi Perlengkapan di Kepanitiaan LKMM Padmaksatria POPMASEPI
MISEKTA Tahun 2014/2015.
8. Divisi Dana di Kepanitiaan Musyawarah Anggota XXXIV MISEKTA
Tahun 2013/2014.
Motto Hidup : Kesabaran itu dapat menolong segala masalah.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha

Kuasa, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa

pula mengirimkan salawat dan salam kepada Junjungan Kita Nabi besar

Muhammad SAW yang telah menjadi tauladan bagi kita semua.

Skripsi ini berjudul Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan

Produktivitas Tanaman Padi Studi Kasus di Desa Awolagading,

Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen

Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian,

Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan

kemampuan yang penulis miliki, dengan penuh kerendahan hati penulis

mengakui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari

para pembaca dan semua pihak yang terkait untuk penyempurnaan karya

tulis ini, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran kepada penulis.


Akhir kata, semoga percikan pemikiran yang tersaji dalam skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jasa baik dan amal bakti

kita tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.

Wassalamu alaikum wr.wb

Makassar, Februari 2018

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, berkat rahmat

dan kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan

kepada Allah SWT, satu dari berbagai nikmat yang selalu diberikan Allah

SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni terselesaikannya tugas akhir

penulis dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sholawat serta

salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad

SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang

terang benderang dari jaman jahilia (kebodohan) menuju jaman

kepintaran seperti sekarang ini beserta para keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir jaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak

akan terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari beberapa pihak

baik moril dan materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menghanturkan

penghargaan yang tersistimewa dan setinggi-tingginya, rasa cinta penulis

serta sembah sujud penulis persembahkan untuk ibunda ST. Fatimah

dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada beliau yang membesarkan, mendidik,

meberikan motivasi dengan penuh kasih sayang, kesabaran, ketulusan,

dan keikhlasan, segala cinta dan sayangnya yang tiada berujung,

pengorbanan yang tak ternilai, serta doa yang senantiasa dipanjatkan


untuk anaknya. Kepada kakakku Kurniati Kamaruddin, S.Kom. terima

kasih banyak atas segala bantuan, perhatian, doa, motivasi, kasih sayang,

materi, dan segala bantuannya yang diberikan selama ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

temui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi

ini. Namun, Alhamdulillah berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan,

arahan, kerjas sama, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan

hati, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sitti Bulkis, M.S. sebagai Pembimbing I, Penasehat

Akademik (PA) dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan

akademik, terima kasih atas setiap waktu yang diberikan untuk ilmu,

motivasi, saran, teguran yang membangun, dan pemahaman baru

mengenai berbagai hal. Penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan

selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si. selaku pembimbing II Selaku pembimbing I,

terimah kasih atas segala bimbingan, saran, motivasi, serta teguran

membangun sehingga penulis selalu bersemangat untuk

menyelesaikan skripsi ini. Penulis secara pribadi memohon maaf atas

segala kekurangan serta kekhilafan jika selama perkuliahan dan

penyusunan skripsi ini sempat membuat kecewa akibat tingkat dan


perbuatan saya selama proses perkuliahan dan pembimbingan skripsi,

semoga doa dan dukungan ibunda menjadi berkah untuk penulis

kedepannya.

3. Prof. Dr. Ir. Rahim Darma, M.S., Ir. A. Amrullah, M.Si. dan Ir. Nurdin

Lanuhu, M.P. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran

yang membangun guna penyempurnaan penyusunan tugas akhir ini.

Walaupun beliau bukanlah pembimbing skripsi penulis, namun penulis

sangat berterima kasih karena beliau masih rela untuk meluangkan

waktunya dan selalu memperhatikan perkembangan skripsi serta

penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan

tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan

selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si. selaku panitia ujian sarjana dan Ibu Ni Made

Viantika S. SP, M.Agb. selaku panitia seminar hasil penelitian dan Ibu

Rasyidah Bakri, S.P., M.Sc. seminar proposal penelitian, terimahkasih

telah meluangkan banyak waktunya dalam memimpin seminar terimah

kasih juga telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam

penyempurnaan skripsi serta penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya atas kesalahan serta tingkah laku penulis lakukan selama ini

baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi.

5. Seluruh staf dan pegawai Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad, Pak


Bahar, Kak Hera, dan Kak Ima terimah kasih telah membantu penulis

dalam proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Petani di Desa Awolagading selaku responden yang telah bersedia

membantu memberikan informasi terkait penelitian. Penulis sangat

berterima kasih atas waktu, kesedian dan informasi yang diberikan

sesuai dengan apa yang diperlukan penulis serta izin yang diberikan

untuk melakukan penelitian. Penulis memohon maaf yang sebesar-

besarnya jika ada kesalahan penulis baik dari segi perilaku dan

perbuatan selama penulis melakukan penelitian.

7. Seluruh staf pegawai di Kantor Desa Awolagading, BPS

Kabupaten Bone, Dinas Pertanian Kabupaten Bone, penulis sangat

berterima kasih atas data-data yang telah diberikan, kesempatan dan

waktunya untuk melayani penulis untuk memudahkan dalam proses

pengambilan data penulis yang dibutuhkan. Penulis memohon maaf

jika ada kata dan perbuatan yang tidak berkenang di hati bapak dan

ibu serta kakak-kakak.

8. Keluarga besar “Selaras13” teman-teman seperjuanganku di dalam

proses penyusunan skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu

dan untuk teman-teman RUMPI terima kasih atas waktu, saran, serta

kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

9. Saudara-saudariku terkhusus, Ardina Tambung, Siti Mahmudah,

Yuliana, Iftytah Amelyani, Asiyah, Rahma Syafirah, Nelly Pratiwi,


Hasniar Yunus, Nur Nila, Novitasari, Irma Ningsih, A. Rifka,

Yusniar Wiranti, Husnul Hidayah, Nur Lina, Dwi Rhezky Arwini,

Nur Fatonny, A. Fadillah, Muh. Ashar Ishak, A. Syahrul Ramadhan,

A. Widya Rhezky, Nur Anisa, Susi Susanti, Eka Udi Damayanti, A.

Rini Mahardika, Apridayanti Kartini, Aulia Rezky Wahyuni, Diana,

Diani, Radhia, Prajnaparamita, Fauziah, Saharia, dan Samsiar telah

banyak membantu dalam penyelesaian melakukan penelitian dan

penyusunan skripsi dengan memberikan saran-saran serta kritik yang

sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah.

Demikian, semoga segala pihak yang secara langsung maupun

tidak langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir

semoga Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Amin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Februari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................. xi
DAFTAR ISI ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xxii
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8
2.1 Kelompok Tani ............................................................... 8
2.2 Peran Kelompok Tani ..................................................... 10
2.2.1 Kelas Belajar .................................................................. 11
2.2.2 Wahana Kerjasama ........................................................ 12
2.2.3 Unit Produksi .................................................................. 13
2.3 Usahatani Padi ............................................................... 14
2.4 Penelitian Terdahulu ...................................................... 17
2.5 Kerangka Pemikiran ....................................................... 18
2.6. Definisi Operasional ....................................................... 21
III. METODE PENELITIAN........................................................... 30
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 30
3.2 Penentuan Populasi dan Sampel ................................... 30
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................. 33
3.4 Analisis Data .................................................................. 33
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................... 38
4.1 Letak Geografis dan Wilayah Adminstratif ..................... 38
4.2 Keadaan Penduduk ........................................................ 38
4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 39
4.2.2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................... 40
4.2.3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 41
4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana .................................... 43
4.3.1 Sarana Pendidikan ......................................................... 43
4.3.2 Sarana Peribadatan ....................................................... 44
4.3.3 Sarana Kesehatan dan Umum ....................................... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 47
5.1 Karakteristik Perani Responden Kelompok Tani di
Desa Awolagading ........................................................... 47
5.1.1 Umur Petani ..................................................................... 47
5.1.2 Tingkat Pendidikan Petani ................................................ 48
5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani ............................................. 50
5.1.4 Luas Lahan ...................................................................... 51
5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ......................................... 52
5.2 Peran Kelompok Tani ....................................................... 53
5.2.1 Kelas Belajar .................................................................... 54
5.2.2 Wahana Kerjasama .......................................................... 64
5.2.3 Unit Produksi .................................................................... 72
5.3 Hubungan Antara Peran Kelompok Tani dengan
Produktivitas ..................................................................... 81
VI. PENUTUP ................................................................................. 85
6.1 Kesimpulan ...................................................................... 85
6.2 Saran................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas


Padi Kabupaten Bone ......................................................... 3
Tabel 2 Proporsi Responden Penelitian di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ............... 32
Tabel 3 Rincian Skor Peran Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 .............. 34
Tabel 4 Kategori Peran Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ............... 36
Tabel 5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone
2017 .................................................................................... 39

Tabel 6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 41

Tabel 7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 42
Tabel 8 Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 ........................................................................................... 44

Tabel 9 Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 45
Tabel 10 Jumlah Sarana Kesehatan dan Umum Yang Tersedia di
Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten
Bone, 2017 ......................................................................... 46

Tabel 11 Identitas Responden Menurut Kelompok Umur di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 47
Tabel 12 Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ............... 49
Tabel 13 Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 50
Tabel 14. Luas Lahan Petani Responden di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ............... 52
Tabel 15 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 53
Tabel 16 Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 55
Tabel 17 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Kelas Belajar untuk
Pengurus Kelompok di Desa Awolagading, Kecamatan
awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ................................... 59
Tabel 18 Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 .................................. 60
Tabel 19 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Kelas Belajar untuk
Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan
awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ................................... 63
Tabel 20 Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 64
Tabel 21 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama
untuk Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ................ 68
Tabel 22 Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 69
Tabel 23 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama
untuk Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017................ 71
Tabel 24 Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 73
Tabel 25 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Unit Produksi untuk
Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017................ 75
Tabel 26 Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017 .................................................................................... 76
Tabel 27 Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Unit Produksi
Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ................ 79
Tabel 28 Jumlah Skor Peran Kelompok Tani untuk Pengurus
Kelompok di Desa Awolagading, Kecamatan awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ....................................................... 80
Tabel 29 Jumlah skor Peran Kelompok Tani untuk Anggota Kelompok
di Desa Awolagading, Kecamatan awangpone, Kabupaten
Bone, 2017 ......................................................................... 80
Tabel 30 Produktivitas Tanaman Padi di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ................ 81
Tabel 31 Hubungan Peran Kelompok Tani terhadap Produktivitas
Tanaman Padi Petani di Desa Awolagading, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone 2017 ................................... 83
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Peran Kelembagaan


Kelompok Tani Dalam Peningkatan Produktivitas
Tanaman Padi .....................................................................
............................................................................................ 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Identitas Petani Respondendi Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 ........... 92
Lampiran 2 Nilai Skor Peran Kelompok tani dalam Kelas
Belajar Berdasarkan Persepsi Pengurus Kelompok Tani
di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 95
Lampiran 3 Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Kelas
Belajar Berdasarkan Persepsi Anggota Kelompok Tani
di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 96
Lampiran 4 Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Wahana
Kerjasama Berdasarkan Persepsi Pengurus Kelompok
Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 97
Lampiran 5 Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Wahana
Kerjasama Berdasarkan Persepsi Anggota Kelompok
Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 98
Lampiran 6 Nilai Skor Peran Kelompok tani dalam Unit
Produksi Berdasarkan Persepsi Pengurus Kelompok
Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 99
Lampiran 7 Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Unit
Produksi Berdasarkan Persepsi Anggota Kelompok
Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 100
Lampiran 8 Nilai Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani
Berdasarkan Persepsi Pengurus Kelompok Tani
di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 101
Lampiran 9 Nilai Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani
Berdasarkan Persepsi Anggota Kelompok Tani
di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 102
Lampiran 10 Jumlah Keseluruhan Skor Peran kelompok Tani
(Pengurus Kelompok Tani) di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017 .......... 103
Lampiran 11 Hasil Produktivitas Tanaman Padi Kelompok
Tani Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017 ................................................... 106
Lampiran 12 Hasil Uji Chi-Square menggunakan Aplikasi SPSS
IBM 24 ............................................................................ 108
Lampiran 13 Tabel R ........................................................................... 109
Lampiran 14 Kuisioner Penelitian untuk Pengurus Kelompok Tani...... 110
Lampiran 15 Kuisioner Penelitian untuk Anggota Kelompok Tani ....... 114
Lampiran 16 Matriks Proposal Penelitian ............................................. 118
Lampiran 17 Matriks Hasil Penelitian ................................................... 119
Lampiran 18 Dokumentasi Pemelitian ................................................. 121
Lampiran 19 Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani ................ 123
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau yang jumlahnya

ribuan, dimana wilayah perairan meliputi hampir 2/3 dari keseluruhan

wilayah daratan Indonesia. Kehidupan penduduk Indonesia sebagian

besar dari sektor pertanian, terutama penduduk yang berada di wilayah

pedesaan. Areal pertanian juga tersebar sekitar 90% di wilayah pedesaan.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi bangsa juga senantiasa

menitikberatkan pada sektor pertanian. Indonesia sebagai negara

berkembang menaruh harapan besar dalam bidang pertanian sebagai

ujung tombak pembangunan ekonomi (Nainjolan, 2005:1).

Menurut Hotmaida (2011:1) pembangunan pertanian Indonesia

telah dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan harapan

dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal mungkin sehingga

dapat meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai kesejahteraan,

peningkatan produksi pangan, peningkatan pendapatan dan

kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan

pertanian.

Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam

fungsi sektor pertanian di dalam pembangunan nasional dan kemampuan

sektor tersebut untuk bersaing pada abad yang akan datang. Berdasarkan

data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal di

wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup


pada sektor pertanian, dengan pendapatan yang relatif rendah jika

dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan. Perbedaan

tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani Indonesia, yang

tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang

dimiliki, kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani

dan sebagainya (Hotmaida, 2011:3).

Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi

merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber

makanan pokok sebagian penduduk Indonesia.Tanaman padi merupakan

tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia dan

pernah menjadi salah satu Negara pengekspor beras yaitu dicapainya

swasembada beras (Ashari, 2010).

Sulawesi Selatan memiliki potensi yang sangat strategis dalam

pengembangan dan peningkatan produksi tanaman pangan. Dari aspek

sumber daya manusia petani Sulawesi Selatan adalah petani yang sejak

dahulu kala menggantungkan hidup dan penghidupannya pada sektor

pertanian. Potensi strategis lain yang dimiliki Sulawesi Selatan adalah

adanya pranata sosial yang tumbuh dan berkembang dikalangan

masyarakat petani itu sendiri dan telah membudaya/melembaga sejak

dahulu hingga saat ini. Dengan dukungan potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia serta keunggulan-keunggulan spesifik

yang dimiliki Sulawesi Selatan ini maka keberhasilan Sulawesi Selatan

dalam meningkatkan produksi cukup menggembirakan. Sebagian besar


produksi padi Sulawesi Selatan dihasilkan oleh jenis padi sawah.

Produksi padi untuk padi sawah di Sulawesi Selatan pada tahun

2015 sebesar 5,29 juta ton. Bila dibandingkan dengan produksi padi pada

tahun 2014 yaitu 5,27 juta ton, terjadi kenaikan sebanyak 18,6 ribu ton

(0,35%). (BPS, 2015:5).

Kabupaten Bone adalah daerah dengan wilayah sebagian besar

pertanian. Luas areal pertanian / luas panen mencapai 140.644 ha, masa

tanam/panen kurang lebih 2 kali pertahun. Data pada Tabel 1

menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Bone senantiasa

mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tersebut tidak lepas dari

upaya dari semua pihak mulai dari petani, kelompok tani dan semua yang

terkait dengan pertanian. Dari pihak Pemerintah Daerah berupa dukungan

kebijakan program dan anggaran yang mengarah bagi kemudahan

dibidang pertanian (Dinas Pertanian Bone, 2012:6).

Tabel 1 Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas


Padi Kabupaten Bone.
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Luas Panen (Ha) 140,644 152,663 131,036 155,931 170,359

2 Produksi (Ton) 817,871 876,937 777,632 888,654 983,219

3 Produktivitas 5,81 5,74 5,93 5,69 5,77


(Ton/Ha)
Sumber: Data Dinas Pertanian Kab. Bone

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi padi mulai dari

tahun 2011 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 59 ton,

namun mengalami penurunan produktivitas sebesar 99,305 ton pada


tahun 2013. Dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan produksi

sebesar 111,022 ton. Namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan

sebesar 94,565 ton (BPS Kab. Bone, 2015).

Menurut Nainjolan (2005:7) Peningkatan produktivitas tanaman

padi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor extern dan intern.

Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial dan ekonomi. Faktor sosial

itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan

kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah

tanggungan keluarga, luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang

dimiliki petani.

Naik turunnya produktivitas padi di Kabupaten Bone merupakan

masalah yang dialami sektor pertanian saat ini. Salah satu langkah

pemerintah untuk mengembangkan pertanian adalah dengan

membentuk kelompok sosial pada masyarakat petani, seperti kelompok

tani. Tingkat dinamika kelompok tani berpengarauh terhadap keberhasilan

langkah pemerintah tersebut. Dinamis yang dimaksud adalah selalu siap

untuk maju dan menyonsong pembaharuan pertanian yang digalakkan

dewasa ini (Kukuh, 2009:2).

Salah satu kelembagaan yang dikembangkan dalam rangka

mewujudkan swadaya petani adalah kelompok tani yang

merupakan kelompok kerja yang diharapkan berfungsi sebagai

penyebar inovasi kepada para petani. Kelompok tani merupakan wadah

bersama bagi petani dalam rangka mengelola usahatani serta semua


persoalan usahatani, wadah untuk proses belajar bagi petani dalam

melaksanakan kegiatan usahatani secara maksimal dan dalam

meningkatkan produksi (Fajrin, 2012).

Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang tumbuh

berdasarkan keakraban dan keserasian, serta kesamaan kepentingan

dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk berkerja sama

meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya,

yang mana fungsi kelompok tani tersebut adalah sebagai kelas belajar

mengajar, sebagai unit produksi, sebagai wahana kerjasama dan sebagai

kelompok usaha (Sugiyono, 2009:4).

Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat

penelitian tentang “Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan

Produktivitas Tanaman Padi”. Penelitian ini dilakukan terhadap

kelompok tani, karena dalam hal ini besar manfaatnya bagi mereka yang

telah bergabung menjadi anggota kelompok tani. Dari hasil observasi

yang dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua petani yang ada di

Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone masuk

dalam anggota kelompok tani. Jadi dengan melihat bagaimana petani

menerima kelompok tani sebagai wadah dan sebagai tempat bertukar

pikiran, penulis tertarik ingin menganalisis apakah kelompok tani

menjalankan tugas sesuai dengan perannya serta adakah hubungan

antara peranan kelompok tani terhadap produktivitas tanaman padi.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah kelompok tani telah menjalankan tugasnya sesuai dengan

perannya ?

2. Bagaimana hubungan antara peranan kelompok tani terhadap

produktivitas tanaman padi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis peran kelompok tani dalam memfasilitasi

petani.

2. Untuk menganalisis hubungan antara peranan kelompok tani

terhadap produktivitas tanaman padi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, yaitu:

1. Sebagai pemenuhan syarat untuk menyelesaikan studi di Program

Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait

lainnya dalam mengambil kebijakan, khususnya yang berhubungan

dengan kelompok tani di daerah penelitian.


3. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti lain yang

akan melanjutkan penelitian ini.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelompok Tani

Menurut Mulyana (2005: 23) kelompok adalah gabungan dua orang

atau lebih yang berinteraksi untuk mecapai tujuan bersama, dimana

interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai struktur tertentu.

Struktur merupakan sebuah kelompok adalah susuanan dari pola antar

hubungan interen yang mendekati stabil, yang terdiri atas: (1) suatu

rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya

yang hirarkis; (2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan

status-status itu; (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma

yang memepertahankan, membenarkan dan menangungkan struktur.

Menurut Hasibuan dalam Mosher (2016:9) Kelompok tani secara

tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk

meningkatkan produktivitas usahatani melalui pengelolaan usahatani

secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar

organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani,

para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang

antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi

dan pemasaran hasil. Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan

bekerjasama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan

permasalahan dalam berusahatani dilaksanakan oleh kelompok secara


bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan

diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Sementara Wahyuni (2007:93) mengatakan bahwa Kelompok tani

adalah kumpulan petani / peternak / pekebun yang dibentuk atas dasar

kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan (sosial-ekonomi-sumber

daya), dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota. Kelompok tani adalah organisasi nonformal yang dikembangkan

dari, oleh, dan untuk petani dengan karakteristik saling mengenal, akrab,

dan saling percaya, dan memiliki pembagian tugas atas kesepakatan

bersama. Kelompok tani juga merupakan wadah belajar mengajar,

wahana bekerjasama yang untuk mencapai skala ekonomi dari segi

kuantitas, kualitas, maupun kontinuitas.

Sebanyak 254.822 kelompok tani tersebar di seluruh Indonesia,

yaitu (39%) terdapat di Jawa, dan diikuti oleh Sumatera (30%), Sulawesi

(12%), dan Kalimantan 9%, sedangkan sisanya tersebar di wilayah lain di

Indonesia (Menteri Pertanian RI, 2007).

Soekanto (2002:25) mengatakan bahwa kelompok terbentuk

karena adanya pertemuan yang berlangsung secara berulangkali yang

didasari oleh adanya kepentingan dan pengalaman yang sama. Lebih

lanjut Kartasaputra (2005:8) mengemukakan bahwa kelompok tani

terbentuk atas dasar kesadaran, jadi tidak secara paksa. Kelompok ini

menghendaki terwujudnya pertanian yang baik, usahatani yang

optimal, dan keluarga tani yang sejahtera dalam perkembangan


hidupnya. Para anggotanya terbina agar berpandangan sama,

berminat yang sama, berkegiatan atas dasar kekeluargaan, karena itu

koperasi selalu memandang kelompok ini sebagai cikal bakal

terbentuknya KUD yang tangguh.

2.2 Peranan Kelompok Tani

Peranan dapat diartikan mengatur perilaku seseorang dan juga

peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu, dapat

meramalkan perbuatan individu lain sehingga yang bersangkutan akan

dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang-orang dalam

kelompoknya (Trimo 2006:23).

Sementara Usman dalam Soejono (2013:7) mengatakan bahwa

peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu

yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-

norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-

peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan

sebagai suatu proses, jadi tepatnya seseorang yang menduduki

suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan suatu

peranan (Soekanto, 2002:243).

Peran kelompok tani dalam pertanian menjadi sangat penting

dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan

permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara


bersamaan. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-

sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa

pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan

pemasaran hasil. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu

dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara

optimal Usman dalam Soejono (2013:7)

Adapun peran kelompok tani menurut Peraturan Mentri Pertanian

(2013) yang sependapat Abbas (2009:14) yaitu:

2.2.1 Kelas belajar

Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar bagi

anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani,

sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta

kehidupan yang lebih sejahtera.

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik,

kelompok tani diarahkan agar mempunyai kemampuan yaitu, 1) Menggali

dan merumuskan kebutuhan belajar; 2) Merencanakan dan

mempersiapkan kebutuhan belajar; 3) Menumbuhkan kedisiplinan dan

motivasi anggota kelompok tani; 4) Melaksanakan proses pertemuan dan

pembelajaran secara kondusif dan tertib; 5) Menjalin kerjasama dengan

sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar,

baik yang berasal dari sesama petani, instansi pembina maupun


pihak-pihak lain; 6) Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai; 7)

Aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan dan

berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan

sumber-sumber informasi lainnya; 8) Mengemukakan dan memahami

keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi anggota kelompok

tani; 9) Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan

masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan poktan; 10)

Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di

dalam poktan, antar poktan atau dengan instansi terkait.

2.2.2 Wahana kerjasama

Kelompok tani merupakan tempat untuk memperkuat kerjasama

diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani

serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya

akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan.

Sebagai wahana kerjasama, hendaknya kelompok tani memilik

kemampuan, yaitu 1) Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya

mempercayai dan selalu berkeinginan untuk bekerjasama; 2) Menciptakan

suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat dan pandangan

diantara anggota poktan untuk mencapai tujuan bersama; 3) Mengatur

dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara sesama anggota

kelompok tani sesuai dengan kesepakatan bersama; 4) Mengembangkan

kedisiplinan dan rasa tanggungjawab diantara sesama anggota poktan;


5) Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai

kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok tani; 6)

Melaksanakan kerjasama penyediaan sarana dan jasa pertanian; 7)

Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan; 8) Mentaati dan

melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam poktan

maupun pihak lain; 9) Menjalin kerjasama dan kemitraan usaha dengan

pihak penyedia sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau

permodalan; 10) Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan

pengembangan usaha anggota poktan.

2.2.3 Unit Produksi

Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota

kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu

kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala

ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Sebagai unit produksi, kelompok diarahkan untuk memiliki kemampuan.

Yaitu, 1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan

produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia

dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan

sumberdaya alam lainnya; 2) Menyusun rencana dan melaksanakan

kegiatan bersama, serta rencana kebutuhan kelompok tani atas dasar

pertimbangan efisiensi; 3) Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat,

cara) usahatani oleh para anggota kelompok tani sesuai dengan rencana

kegiatan poktan; 4) Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak lain


yang terkait dalam pelaksanaan usahatani; 5) Mentaati dan melaksanakan

kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam poktan, maupun

kesepakatan dengan pihak lain; 6) Mengevaluasi kegiatan bersama dan

rencana kebutuhan poktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan

datang; 7) Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan; 8) Mengelola administrasi secara baik

dan benar.

2.3 Usahatani Padi

Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan

tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan

tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang

bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Famelia, 2015).

Sementara menurut Shinta dalam Mosher (2012:13) Usahatani

merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris.

Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian

dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang

petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang

digaji. Atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber

alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi

pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas

tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah

itu dan sebagainya .


Padi dalam bahasa latin Oryza Sativa L, merupakan suatu jenis

tanaman pangan yang dapat tumbuh di sawah dan bernilai ekonomi

terhadap peningkatan pendapatan petani. Terdapat tiga subspecies padi

yaitu Indica yang berhari pendek dan tumbuh terutama di wilayah

tropik hangat dan lembab, Jeponica yang beberapa kultivar diantaranya

berhari pendek, tetapi kebanyak berhari netral dan tumbuh diluar wilayah

tropis, dan javonica yang berhari netral dan tumbuh di wilayah iklim

ekuator di Indonesia (Rasda, 2007:17).

Menurut Lewoema, Zefirinus Dan Fauzan (2008:24) Peningkatan

produksi padi masih merupakan prioritas dalam mendukung program

ketahanan pangan dan agribisnis. Tingginya ongkos-ongkos produksi

(pupuk, bibit, tenaga kerja, dan lain-lain), rendahnya produktivitas, serta

lemahnya posisi tawar harga produksi pertanian merupakan ciri utama

gagalnya pertanian di Indonesia. Dengan merujuk pada definisi agribisnis

sebagai serangkaian usaha pertanian yang dimulai dari persiapan lahan,

bibit, dan sumberdaya-sumberdaya lainnya hingga tahapan panen serta

pasca panen dan pemasaran. Sudah jelas bahwa Indonesia tidak sukses

melaksanakan pembangunan pertanian itu sendiri. Dari berbagai

informasi, sekurang-kurangnya ada 4 penyebab umum kegagalan dalam

pembangunan pertanian di Indonesia yakni: kegagalan dalam penyediaan

infrastruktur, kegagalan dalam institusi, kegagalan dalam sistem interaksi

dan kegagalan dalam perihal kapabilitas para pihak.


Untuk meningkatkan produksi padi berbagai cara telah ditempuh

seperti memantapkan ketahanan pangan melalui penganekaragaman dan

peningkatan produksi padi dengan penerapan teknologi tepat guna,

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan

kelembagaan petani, meningkatkan sarana dan prasarana pertanian.

Menurut Daniel (2002:15) proses produksi baru bisa

berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman dapat dipenuhi.

Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor

produksi terdiri dari empat komponen yaitu tanah, modal, tenaga kerja,

dan skill atau manajemen.

Daniel (2002:21) menambahkan bahwa dalam proses produksi

masing-masing komoditas membutuhakn faktor produksi sesuai dengan

sifat genetiknya. Misalnya untuk usahatani tanaman padi

seluas satu hektar, supaya produksi maksimum bisa dicapai maka

masukan yang diberikan (modal) seperti jumlah bibit, pupuk, dan obat-

obatan harus sesuai dengan luasnya. Tidak hanya itu, cara

pemberian, waktu pemberian, dan dosis atau takaran tiap pemberian juga

harus tepat. Semuanya itu ditambah dengan pemilihan bibit, penyemaian,

pengolahan tanah, penyiangan, pemupukann, dan lain-lainnya yang lebih

lazim disebut dengan teknologi.

Dalam hal peningkatan produksi padi, kebijakan pemerintah yang

harus diperhatikan yaitu kebijakan subsidi harga pupuk. Perlu diketahui

bahwa dalam komponen produksi padi, pupuk menjadi faktor penentu


keberhasilan, yakni mencapai 55%. Dengan kendala sulitnya petani

memperoleh suplai pupuk yang memadai, baik harga, jumlah, maupun

ketepatan waktu, dibutuhkan suatu terobosan strategis di tingkat kebijakan

pemerintah maupun inovasi teknologi. Selain itu, kendala lain yang

dihadapi petani di Indonesia dalam mengembangkan usahanya adalah

terbatasnya modal dan lemahnya akses terhadap sumber permodalan.

Modal juga merupakan kendala dalam memenuhi sarana produksi

tanaman terutama benih unggul, pupuk dan pestisida.

Upaya peningkatan produksi padi dan peningkatan pendapatan

petani dilakukan melalui perbaikan efisiensi usahatani dengan

mengarahkan penekanan melalui perbaikan biaya produksi atau

peningkatan produktivitas. Beberapa upaya yang bisaa ditempuh antara

lain; (a) Menerapkan teknologi tepat guna dan teknologi terobosan, (b)

Pengawalan yang ketat oleh aparat pertanian, (c) Pengaturan dalam

pengadaan dan distribusi saprodi yang efesien sehingga tersedia pada

tingkat petani pada saat dibutuhkan sesuai rekomendasi teknologi, (d)

Pengaturan dan pengembangan hubungan kelembagaan petani dan

kemitraan usaha dalam rangka menjamin kepastian harga dan pasar

produk yang dihasilkan petani (Sudaryanto, 2002:100).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Febry Indaryani Nauli (2013) di

Kabupaten Purwakerto denga judul “Hubungan Tingkat Partisipasi petani

dalam Kelompok Tani dengan Produktivitas Usahatani Padi Sawah”. Hasil


penelitian ini menunjukkan bahwa peran kelompok tani Surya Bangkit

tergolong rendah yaitu dengan persentase 66,67% atau 38 orang petani.

Hal ini disebabkan oleh petani yang rutin hadir dalam kelompok tidak

semua aktif dalam kelompok.

Irwan Wibisonya melakukan penelitian pada tahun 2013 di

Kabupaten Karawang dengan judul “Hubungan Karakteristik Petani

dengan Tingkat Adopsi Sistem Pengelolaan Terpadu (PTT) Padi.

Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis di lapangan hubungan

antara karakteristik petani dengan tingkat pengetahuan dan tingkat adopsi

menggunakan uji Chi-Square dengan x2 tabel lebih besar dari 9,488,

karakteristik umur, tingkat pendidikan, pendapatan, tingkat partisipasi dan

pengalaman bertani memiliki hubungan nyata pada taraf α 0,10,

sedangkan karakteristik status lahan dan luas lahan tidak memiliki

hubungan nyata pada taraf α 0,10 dengan tingkat pengetahuan mapun

tingkat adopsi.

2.5 Kerangka Pemikiran

Upaya peningkatan daya saing petani salah satunya adalah

pengembangan kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan

peningkatan kemampuan kelompok-kelompok petani kecil (Fajrin,

2012:23). Tujuan utama pembentukan dan penguatan kelompok tani

adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada,

sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan

sasaran yang jelas.


Petani sebagai orang yang terlibat langsung di dalam kelompok

tani, dalam melakukan usahataninya petani mebutuhkan suatu wadah

agar dapat berinteraksi dalam melakukan suatu kepentingan bersama dan

mecapai tujuan yang diinginan, sehingga mereka menggabungkan diri

dalam suatu wadah yang kemudian disebut kelompok tani.

Kelompok tani dalam menjalankan perannya akan membantu

peningkatan produktifitas petani, antara lain: kelas belajar yang akan

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan berkembangnya

kemandirian. Wahana kerjasama yang akan menciptakan usahatani yang

efisien dan mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan serta

gangguan yang akan dilalui. Unit produksi yang akan mengembangkan

produksi. Dengan melihat indikator tersebut maka diharapkan kelompok

tani bisa menjalankan perannya sehingga berdampak pada peningkatan

produktivitas. Adapun skema kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:


Peran Kelompok Tani

Kelas Belajar : Wahana Kerjasama: Unit produksi:

1. Menggali dan merumuskan 1. Menciptakan suasana 1. Mengambil keputusan


kebutuhan belajar saling kenal dan saling dalam menentukan
2. Merencanakan dan percaya pengembangan produksi
mempersiapkan kebutuhan 2. Menciptakan suasana yang menguntungkan
belajar keterbukaan dalam 2. Menyusun rencana dan
3. Menumbuhkan kedisiplinan menyatakan pendapat melaksanakan kegiatan
dan motifvasi anggota 3. Mengatur dan bersama
4. Proses pembelajaran dan melaksanakan pembagian 3. Memfasilitasi penerapan
pertemuan kondusif dan tugas/kerja teknologi
tertib 4. Mengembangkan 4. Menjalin kerjasama dengan
5. Menjalin kerjasama kedisiplinan dan rasa kemitraan usahatani
dengan sumber informasi tanggung jawab 5. Mentaati dan
6. Menciptakan lingkungan 5. Merencanakan dan melaksanakan dan
belajar yang sesuai melaksanakan mentaati kesepakatan yang
7. Berperan aktif dalam musyawarah dihasilkan
proses belajar-mengajar 6. Melaksanakan kerjasama 6. Mengevaluasi kegiatan
8. Mengemukakan dan penyedia sarana dan jasa bersama dan rencana
memahami keinginan, 7. Mengadakan pelestarian kebutuhan kelompok
pendapat maupun masalah lingkungan 7. Meningkatkan
yang dihadapi 8. Mentaati dan kesinambungan
9. Merumuskan kesepakatan melaksanakan produktifitas dan
bersama kesepakatan yang kelestarian sumberdaya
10. Merencanakan dan dihasilkan bersama alam dan lingkungan
melaksanakan pertemuan 9. Menjalin kerja 8. Mengelola administrasi
berkala sama/kemitraan secara baik.
10. Mengadakan
pemupukan modal

Produktivitas
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Peran Kelembagaan Kelompok Tani
Dalam Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi.
2.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan acuan dalam melaksanakan

penelitian mencakup pengertian dan berbagai istilah. Untuk menghindari

terjadinya kesalahan interpretasi, maka batasan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Kelembagaan adalah suatu hubungan dan tatanan antara anggota

masyarakat atau organisasi yang melekat, di wadahi dalam suatu

jaringan atau organisasi.

2. Kelembagaan petani adalah yaitu petani-petani yang tergabung dalam

kelompok kerjasama.

3. Peran yaitu apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.

4. Kelompok tani adalah suatu kumpulan petani yang dapat memenuhi

kebutuhan usahataninya.

5. Usahatani padi adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan

tanahnya dengan maksud untuk memper oleh hasil tanaman (Gabah).

6. Petani adalah orang yang bergabung dalam kelompok tani Desa

Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone yang

mengusahakan usaha tani padi.

7. Kelas belajar adalah sebuah wadah bagi petani memperoleh

ilmu/informasi dan bertukar pikiran untuk mencapai suatu tujuan.

8. Wahana kerjasama adalah suatu usaha para petani untuk

menyelesaiakan sebuah masalah secara bersama-sama.


9. Unit produksi adalah suatu usaha yang mengarahkan anggota

kelompok tani untuk memiliki kemampuan meningkatkan

kesinambungan produktivitas.

10. Peran kelompok tani dalam menggali dan merumuskan kebutuhan

belajar yaitu sebelum melaksanakan kelas belajar pengurus dan

anggota harus menggali dan merumuskan masalah yang dihadapi

dalam usahataninya dan memaparkannya dalam kelas belajar agar

mendapat solusi. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan

sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu

tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

11. Peran kelompoktani dalam merencanakan dan mempersiapkan

kebutuhan belajar yaitu dalam melangsungkan kelas belajar banyak

kebutuhan yang harus direncanakan seperti informasi apa yang akan

disampaikan dan adapun yang akan dipersiapkan salah satu

contohnya, lokasi atau tempat diadakannya kelas belajar.

Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem skoring,

kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan

rendah (11-16).

12. Peran kelompok tani dalam menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi

anggota yaitu pengurus mampu mengajak/memotivasi anggota untuk

ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok tani. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian


dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

13. Peran kelompok tani dalam melaksanakan proses pertemuan dan

pembelajaran secara kondusif dan tertib yaitu pengurus harus mampu

menciptakan suasana belajar yang nyaman dan aman bagi

anggotanya. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem

skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-

22) dan rendah (11-16).

14. Peran kelompok tani dalam menjalin kerjasama dengan sumber

informasi yaitu pengurus harus bekerjasama dengan sesama petani,

penyuluh, instansi pembina maupun pihak-pihak lain. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

15. Peran kelompoktani dalam menciptakan lingkungan belajar yang

sesuai adalah menempatkan kelas belajar yang dapat dijangkau

dengan mudah oleh anggota kelompok tani. Pengukurannya dilakukan

dengan menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan

menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

16. Peran kelompoktani dalam berperan aktif dalam proses

belajar-mengajar adalah para anggota kelompok tani yang adalah

adanya usaha pengurus untuk mendatangkan dan berkonsultasi

kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-sumber


informasi lainnya. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan

sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu

tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

17. Peran kelompok tani dalam mengemukakan dan memahami keinginan,

pendapat maupun masalah yang dihadapi. Dalam kelas belajar para

anggota bebas mengemukakan pendapat mereka ataupun masalah

yang dihadapi agar dapat terselesaiakan secara bersama-sama.

Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem skoring,

kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan

rendah (11-16).

18. Peran kelompok tani dalam merumuskan kesepakatan bersama yaitu

anggota dan pengurus harus menyatukan pendapat dengan tujuan

memecahkan masalah bersama maupun untuk melakukan berbagai

kegiatan kelompok tani. Pengukurannya dilakukan dengan

menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2

kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

19. Peran kelompok tani dalam merencanakan dan melaksanakan

pertemuan berkala. Kelas belajar tidak dilaksanakan setiap hari. Ada

peraturan yang telah ditetapkan oleh para pengurus kelompok tani

tentang jadwal pertemuan, baik pertemuan sesama anggota kelompok,

antar kelompok, atau dengan instansi terkait. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian


dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

20. Peran kelompok tani dalam menciptakan suasana saling kenal dan

saling percaya. Para anggota kelompok tani harus saling kenal dan

saling percaya agar dapat bekerjasama dengan baik. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

21. Peran kelompok tani dalam menciptakan suasana keterbukaan dalam

menyatakan pendapat. Untuk dapat bekerjasama para anggota

kelompok tani diharapkan dapat terbuka dalam menyampaikan

pendapatnya untuk mencapai tujuan bersama. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

22. Peran kelompok tani dalam mengatur dan melaksanakan pembagian

tugas/kerja. Agar dapat terorganisir suatu lembaga harus mengatur

pembagian tugas dengan baik, seperti ketua, sekertaris dan

bendahara. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem

skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-

22) dan rendah (11-16).

23. Peran kelompok tani dalam mengembangkan kedisiplinan dan rasa

tanggung jawab. Untuk menciptakan suatu lembaga hal yang sangat


penting harus dikembangkan adalah kedisiplinan dan rasa tanggung

jawab agar para anggota saling menghormati dan saling percaya.

Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem skoring,

kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan

rendah (11-16).

24. Peran kelompok tani dalam merencanakan dan melaksanakan

musyawarah adalah kegiatan yang harus dilakukan bersama para

anggota kelompoktani agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat

bagi seluruh anggota kelompok. Pengukurannya dilakukan dengan

menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2

kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

25. Peran kelompok tani dalam melaksanakan kerjasama penyedia sarana

dan jasa pertanian yaitu adanya hubungan kemitraan dengan penyedia

input dan penerimaan output usahatani. Pengukurannya dilakukan

dengan menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan

menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

26. Peran kelompok tani dalam mengadakan pelestarian lingkungan yaitu

petani yang terus menjalankan usahataninya. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

27. Peran kelompok tani dalam mentaati dan melaksanakan kesepakatan

yang dihasilkan bersama. Dalam sebuah kerjasama terdapat tujuan


yang akan dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut para anggota akan

membuat kesepakatan yang akan disetujui dan dilaksanakan secara

bersama-sama. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan

sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu

tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

28. Peran kelompok tani dalam menjalin kerja sama/kemitraan. Dalam

mendajalankan usahatani petani harus bermitra agar usahataninya

dapat berjalan. Seperti penyedia pupuk, penyedia bibit, pengumpul

dan lain-lain. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem

skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi

(17-22) dan rendah (11-16).

29. Peran kelompok tani dalam mengadakan pemupukan modal adalah

persiapan modal agar usahatani dapat berlangsung. Modal dapat

berupa bibit, pupuk, uang dan lain-lain. Pengukurannya dilakukan

dengan menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan

menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

30. Peran kelompok tani dalam mengambil keputusan dalam menentukan

pengembangan produksi yang menguntungkan. Petani harus

mengambil keputusan untuk pengembangan produksinya berdasarkan

informasi yang telah tersedia baik dalam bidang sosial, teknologi,

permodalan dan lainnya. Pengukurannya dilakukan dengan

menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2

kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).


31. Peran kelompok tani dalam menyusun rencana dan melaksanakan

kegiatan bersama yaitu pengurus harus terbuka dalam penyusunan

rencana kelompok dan melaksanakan kegiatan bersama anggota

kelompok atas dasar pertimbangan efisensi. Pengukurannya dilakukan

dengan menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan

menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

32. Peran kelompok tani dalam memfasilitasi penerapan teknologi yaitu

kelompok harus memfasilitasi petani yang tidak memiliki alsintan, bibit,

pupuk, cara pemakaian dan lain lain dengan cara yang mudah dimiliki

oleh petani. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem

skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-

22) dan rendah (11-16).

33. Peran kelompok tani dalam menjalin kerjasama dengan kemitraan

usahatani yaitu kelompok tani harus bekerjasama dengan pihak lain

terkait usahataninya. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan

sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu

tinggi (17-22) dan rendah (11-16).

34. Peran kelompok tani dalam mengevaluasi kegiatan bersama dan

rencana kebutuhan kelompok. Kegiatan dan kebutuhan kelompok

harus dievaluasi untuk bahan rencana kegiatan yang akan datang.

Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan sistem skoring,

kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan

rendah (11-16).
35. Peran kelompok tani dalam meningkatkan kesinambungan

produktivitas dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan adalah

hal yang perlu dijaga agar usahatani dapat berlanjut. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

36. Peran kelompok tani dalam mengelola administrasi secara baik. Para

pengurus harus mengelola administrasi dengan baik dan transparan

agar tidak terjadi kesalahpahaman antar anggota. Pengukurannya

dilakukan dengan menggunakan sistem skoring, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah

(11-16).

37. Produktivitas adalah hasil persatuan atau satu lahan yang panen dari

seluruh luas lahan yang dipanen. Pengukurannya dilakukan dengan

menggunakan sistem skoring, kemudian dikelompokkan menjadi 2

kategori, yaitu tinggi (17-22) dan rendah (11-16).


III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Awolagading, Kecamatan

Awangpone, Kabupaten Bone pada bulan Agustus 2017. Peran kelompok

tani terhadap produktivitas tanaman padi merupakan objek penelitian ini.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (Purposive),

yaitu di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone

dengan pertimbangan bahwa Desa Awolagading termasuk desa yang

mempunyai produksi tinggi dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada

di Kecamatan Awangpne, Kabupaten Bone.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh kelompok

tani padi sawah yang ada di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,

Kabupaten Bone. Terdapat 7 kelompok tani, masing-masing kelompok

tani memiliki rata-rata populasi setiap kelompok sebanyak 53-70 orang,

jadi keseluruhan berjumlah 429 orang. Untuk anggota kelompok tani

berjumlah 411 dan jumlah pengurus kelompok tani sebanyak 18 orang.

Sampel yang ditarik dari populasi untuk anggota kelompok tani

adalah sebanyak 10% sehingga jumlah sampel sebanyak 41 orang.

Sampel yang ditarik dari populasi untuk pengurus kelompok tani adalah

sebanyak 18 orang. Penarikan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan

apabila subjek kurang 100 lebih baik populasi diambil semua sebagai
sampel, tetapi kalau lebih dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-

25% atau lebih (Arikunto,2002).

Dari perhitungan menggunakan pendapat Arikunto, sampel yang

didapatkan sebanyak 41 orang. Selanjutnya, dipilih sampel responden

secara proporsional dari masing-masing kelompok tani sampel.

Penentuan sampel responden pada masing-masing kelompok tani sampel

menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling. Proportionate

Stratified Random Sampling adalah cara mengambil sampel dengan

memperhatikan strata (tingkatan) atau jumlah dalam populasi. Rumus

Proportionate Stratified Random Sampling adalah sebagai berikut:

Ni
ni = Xn
N

Dimana :

ni : Ukuran Tiap Strata Sampel

Ni : Ukuran Tiap Strata Populasi

N : Ukuran Total Sampel

n : Ukuran Sampel
Tabel 2. Proporsi Responden Penelitian di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Populasi
Perhitungan
No Kelompok Tani Anggota Sampel
Proporsi
Kelompok Tani
57
1 Salama 57 X 41 = 5,6 6
411
57
2 Mattampawalie 57 X 41 = 5,6 6
411
66
3 Maccolliloloe 66 X 41 = 6,6 7
411
50
4 Mappieceng 50 X 41 = 4,9 5
411
68
5 Sipatuo 68 X 41 = 6,8 7
411
56
Maccope I X 41 = 5,5 5
6 56
411
57
7 Maccope II 57 X 41 = 5,6 6
411
Jumlah 411 42
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017

Tabel 2 menujukkan rumus Proportionate Stratified Random

Sampling, didapatkan sampel dari Desa Awolagading Kecamatan

Awangpone Kabupaten Bone sebanyak 42 dari 41 sampel berdasarkan

pendapat Arikunto, hal tersebut mengalami perubahan dikarenakan

pembulatan ke atas.
3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian

baik melalui observasi penulis terhadap kegiatan usahatani padi di

Desa Awolagading, bertanya kepada informan maupun wawancara

langsung dengan petani yang tergabung dalam kelompoktani

setempat atau responden.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi/lembaga

terkait baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten yang

berkaitan dengan penelitian ini seperti studi pustaka, Kantor Biro

Pusat Statistik, Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten

Bone, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan peningkatan

produktivitas padi di Kabupaten Bone dan dari internet.

3.4 Analisis Data

Peran kelompok tani dapat diukur dengan menggunakan tiga

indikator sesuai Peraturan Kementrian Pertanian (2007) kelas belajar,

wahana kerjasama, dan unit produksi. Menurut James dan Dean dalam

Iqbal (2014:50) menyatakan bahwa tingkat peranan kelompok tani dapat

diukur menggunakan Skala Gutman, yaitu menjabarkan ketiga indikator

tersebut menjadi beberapa item pertanyaan yang telah disusun dalam

kuisioner dan setiap item pertanyaan diberikan skor sesuai dengan pilihan

responden. Item pertanyaan dalam daftar pertanyaan atau kuisioner terdiri

dari dua alternatif pilihan atau tanggapan yaitu Pernah (skor 2),
Tidak Pernah (skor 1), Adapun rincian skor tingkat peranan kelompok tani

tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rincian Skor Peran Kelompok Tani di Desa Awolagading,


Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Skor Skor
No Indikator
Minimum Maksimum

1 Kelas Belajar

1. Menggali dan merumuskan kebutuhan


belajar
2. Merencanakan dan mempersiapkan
kebutuhan belajar
3. Menumbuhkan kedisiplinan dan
motifvasi anggota
4. Proses pembelajaran dan pertemuan
kondusif dan tertib
5. Menjalin kerjasama dengan sumber
informasi
10 20
6. Menciptakan lingkungan belajar yang
sesuai
7. Berperan aktif dalam proses belajar-
mengajar
8. Mengemukakan dan memahami
keinginan, pendapat maupun masalah
yang dihadapi
9. Merumuskan kesepakatan bersama
10. Merencanakan dan melaksanakan
pertemuan berkala

2 Wahana Kerjasama:

1. Menciptakan suasana saling kenal


dan saling percaya
2. Menciptakan suasana keterbukaan
dalam menyatakan pendapat 10 20
3. Mengatur dan melaksanakan
pembagian tugas/kerja
4. Mengembangkan kedisiplinan dan
rasa tanggung jawab
5. Merencanakan dan melaksanakan
musyawarah
6. Melaksanakan kerjasama penyedia
sarana dan jasa
7. Mengadakan pelestarian lingkungan
8. Mentaati dan melaksanakan
kesepakatan yang dihasilkan
bersama
9. Menjalin kerjasama dengan
pemasaran hasil
10. Mengadakan pinjaman modal

3 Unit produksi:

a. Mengambil keputusan dalam


menentukan pengembangan
produksi yang menguntungkan
b. Menyusun rencana dan
melaksanakan kegiatan bersama
c. Memfasilitasi penerapan teknologi
d. Menjalin kerjasama dengan 7 14
kemitraan usahatani
e. Mengevaluasi kegiatan bersama
dan rencana kebutuhan kelompok
f. Meningkatkan kesinambungan
produktifitas dan kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan
g. Mengelola administrasi secara
baik.

Jumlah 27 54

Sumber : Peraturan Kementrian Pertanian 2007 setelah diolah.

Menurut Suparman (Stepanus (2011:25) untuk mengetahui

banyaknya interval kelas yang diperlukan maka tingkat peranan kelompok

tani dibedakan menjadi 2 kelas (rendah dan tinggi) dapat ditentukan

dengan menggunakan rumus yaitu:


Xn – Xi 54 – 27
C= = = 13
K 2

Keterangan :

C : Interval Kelas

K : Jumlah Kelas

Xn : Skor Maksimum

Xi : Skor Minimum

Hasil perhitungan diatas dapat dipergunakan untuk membuat

kategori tingkat peranan kelompok tani sebagai berikut :

Tabel 4. Kategori Peran Kelompok Tani di Desa Awolagading,


Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Interval Kelas Tingkat Peranan Kelompok Tani

1 27-40 Rendah

2 41-54 Tinggi

Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017

Tabel 4 menunjukkan tingkat peran kelompok tani dibagi atas dua


kategori interval kelas yaitu rendah 29-43 dan tinggi 44-58.
Sementara untuk mengetahui hubungan peran kelompok tani

dengan produktivitas tanaman padi, menggunakan aplikasi SPSS IBM 24.

Setelah χ2 hitung didapat, kemudian dibandingkan dengan χ2 tabel

(db ; α = 10 %) dengan kaidah keputusan :

1. Jika χ2 hitung < χ2 tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak

terdapat hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas

tanaman padi.
2. Jika χ2 hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti

terdapat hubungan antara peran kelompok tani dengan produktivitas

tanaman padi.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1 Letak Geografis dan Wilayah administratif

Desa Awolagading merupakan salah satu desa di Kecamatan

Awangpone, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa

Awolagading berjarak 5 km dari ibukota kecamatan dan 13 km dari

ibukota kabupaten.. Secara geografis desa ini terbagi atas 3 (tiga) dusun,

yaitu: Dusun Watangjaling, Dusun Jaling Riattang, dan Dusun Maccope.

Adapun batas-batas wilayah Desa Awolagading adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Jaling.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cumpiga.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Carebbu.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Cumpiga.

4. 2 Keadaan Penduduk

Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu

wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling

berinteraksi satu sama lain secara terus-menerus/kontinu. Dalam

sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah

geografi dan ruang tertentu. Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor

terpenting dalam pelaksanaan pembangunan karena menjadi subjek dan

objek pembangunan. Manfaat jumlah penduduk yang besar, yaitu

penyediaan tenaga kerja dalam masalah sumber daya alam dan

mempertahankan keutuhan negara dari ancaman yang berasal dari

bangsa lain (Aditya, 2013).


4. 2. 1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi menurut umur dan jenis kelamin ini sangat penting bagi

pemerintah sebuah negara untuk menentukan kebijakan kependudukan

mereka untuk beberapa tahun ke depan. Komposisi menurut umur

biasanya dijabarkan dalam kelompok-kelompok umur 5 tahun, sedangkan

menurut jenis kelamin adalah laki-lki dan perempuan. Komposisi

penduduk menurut jenis kelamin didasarkan atas jenis pria dan wanita.

Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di

daerah/negara tertentu pada tahun tertentu disebut perbandingan jenis

kelamin (Karsinoma dalam Erlista, 2011).

Tabel di bawah ini menyajikan data mengenai jumlah penduduk

Desa Awolagading dalam tahun 2017. Data jumlah penduduk ini

merupakan data yang tersaji dari Pemerintah Desa setempat.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone.
2017.
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 480 48

2 Perempuan 526 52

Total 1.006 100


Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 5 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di Desa

Awolagading yaitu sebanyak 1.006 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki

yaitu sebanyak 480 jiwa dengan persentase 48 %, sedangkan jumlah

penduduk wanita sebanyak 526 jiwa dengan persentase 52 % dari jumlah


penduduk Desa Awolagading. Semua penduduk di Desa

Awolagading beragama Islam, dan bahasa sehari-hari yang di gunakan

adalah bahasa Bugis.

4. 2. 2 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat

penting bagi manusia, karena tanpa pekerjaan kita akan mengalami

kesulitan dalam hidup kita. Kitamemiliki akal dan kebijaksanaan, dengan

kebijaksanaan kita dapat mengembangkan kemampuan, memperbaiki,

membuat sesuatu atau memilih pekerjaan yang kita inginkan.

Memilih pekerjaan yang akan kita kerjakan adalah penting sekali sebab

bila salah memilih perkerjaan, kita akan merasa selalu tidak puas dan

menderita (Cornelius, 2013).

Sumber ekonomi di Desa Awolagading bervariasi karena mata

pencaharian yang berbeda-beda. Sumber perekonomian dapat

menentukan tingkat dari kemakmuran serta taraf hidup suatu masyarakat

dan juga dapat menentukan kedudukan/stastus dari penduduk itu sendiri.

Berdasarkan data sekunder jumlah penduduk Desa Awolagading

dapat dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Jumlah Penduduk Persentase
No. Jenis Pekerjaan
(Jiwa) (%)
1 Petani 181 92
2 Pedagang / Wiraswasta 3 1
3 PNS / TNI / POLRI 9 5
4 Buruh Tani 4 2
Jumlah 197 100
Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 6 menyajikan data tentang jumlah penduduk yang bekerja

dan jenis pekerjaan mereka. Mata pencaharian masyarakat di Desa

Awolagading didominasi oleh petani dengan jumlah 181 jiwa dengan

persentase (92%), pedagang / wiraswasta sebanyak 3 jiwa dengan

persentase (1%), PNS / TNI / POLRI sebanyak 9 jiwa dan persentasenya

(5%), buruh tani sebanyak 4 jiwa yang memiliki persentase (2%).

Sehingga dari uraian diatas maka kita ketahui bahwa penduduk di Desa

Awolagading, Kecamatan Awangpone, kabupaten Bone mempunyai mata

pencaharian terbanyak senagai petani sedangkan jumlah terendah

penduduk yang berstatus pedagang.

4. 2. 3 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan

kelakuan individu. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek lainnya terhadap

interaksi sosial. Umumnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh para

petani merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan


usahataninya. Walaupun seseorang memiliki kemampuan fisik yang

memadai tetapi tidak ditunjang dengan pengetahuan maka usaha yang

dikelola tidak akan mengalami peningkatan, dimana makin tinggi tingkat

pendidikan petani maka makin banyak pula informasi-informasi yang

dapat dicerna sehubungan dengan peningkatan produksi usahataninya.

Hampir segala sesuatu yang kita alami merupakan hasil hubungan kita di

rumah, sekolah, tempat pekerjaan dan sebagainya (Nasution, 2010).

Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di

Desa Awplagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1. SD 201 61
2. SLTP 37 11
3. SLTA 75 23
4. Diploma 1 1
5. S1-S2 15 4
Jumlah 329 100
Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat

di Desa Awolagading bervariasi disebabkan karena faktor ekonomi

keluarga. Tingkat pendidikan msyarakat di kelurahan apala yaitu yang

menyelesaikan pendidikan tingkat SD sebanyak 201 jiwa dengan

presentase 61 %, SLTP 37 jiwa dengan presentase 11 %, SLTA sebanyak

75 jiwa dengan presentase 23 %, Diploma hanya 1 jiwa dengan


persentase 1%, meyelesaikan pendidikan S1-S2 sebanyak 15 jiwa

dengan presentase 4 %.

4. 3 Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk

penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan

budaya meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, olahraga,

dan lain-lin. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana

mestinya meliputi jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, drainase,

persampahan, dan air kotor (Conniue, 2011).

4. 3. 1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau

buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal

tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab

dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus

bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Yogo, 2011).

Sarana pendidikan mempunyai peranan penting dalam

menunjang pembangunan daerah di segala bidang. Selain itu, sarana

pendidikan, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk

mengetahui secara terperinci jumlah dan jenis sarana pendidikan di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Jumlah Sarana Pendidikan Yang Tersedia di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Jumlah
No. Jenis Sarana Persentase (%)
(buah)
1. TK 1 50
2. SD 1 50
3. SLTP - -
4. SLTA - -
Total 2 100
Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa sarana pendidikan di Desa

Awolagading tidak cukup memadai hal ini ditunjukkan karena tidak adanya

sarana pendidikan SLTP dan SLTA atau sederajat yang ada pada

Desa Awolagading. Sarana pendidikan di Desa Awolagading yaitu TK

sebanyak 1 buah dengan presentase 50 %, SD sebanyak 1 buah dengan

presentase 50%.

4. 3. 2 Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi

kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang

direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai

dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai

macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni

yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas

peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan

perumahan dihuni selama beberapa waktu (Ibrahim, 2012).


Berdasarkan data yang didapatkan di Desa Awolagading,

Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone memiliki beberapa tempat

ibadah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Sarana Peribadatan Yang Tersedia di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
No. Tempat Ibadah Jumlah (Buah)
1. Masjid 1
2. Gereja -
3. Pura -
4. Wihara -
Total 1
Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 9 di atas terlihat bahwa kurangnya tempat-tempat ibadah

yang tersedia di Desa Awolagading, hanya terdapat satu jenis sarana

peribadatan yaitu Masjid. Jumlah mesjid yang terdapat sebanyak 1 buah

sedangkan untuk gereja, pura, dan wihara tidak terdapat di desa tersebut.

Hal ini dapat membuktikan bahwa penduduk di Kelurahan Apala rata-rata

penduduknya beragama Islam.

4. 3. 3 Sarana Kesehatan dan Umum

Sarana kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan. Salah satu di antaranya adalah

puskesmas. Puskesmas adalah suatu lembaga dalam mata rantai sistem

kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk

seluruh masyarakat (Situmorang, 2011).


Sarana kesehatan merupakan tempat penunjang kesehatan bagi

seluruh warga di Desa Awolagading. Berdasarkan data sekunder, Desa

Awolagading memiliki beberapa sarana kesehatan dan umum. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Jumlah Sarana Kesehatan dan Umum Yang Tersedia di


Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten
Bone, 2017.
No. Sarana Jumlah (Buah)
1. Pustu 1
2. Posyandu 1
3. Puskesmas -
Total 2
Sumber: Kantor Desa Awolagading, 2017.

Tabel 10 diatas menunjukkan sarana kesehatan di Desa

Awolagading kurang memadai. Berdasarkan data sekunder, Desa

Awolagading memiliki pustu 1 buah, posyandu 1 buah, dan tidak memiliki

Puskesmas.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petani Padi Kelompok Tani di Desa Awangpone

Penduduk di Desa Awolagading Kecamatan Awangpone

Kabupaten Bone pada umumnya menjadi petani padi sebagai pekerjaan

utama mereka. Di Desa Awolagading terdapat 7 kelompok tani yang

beranggotakan 429 orang. Karakteristik petani diamati adalah : (1) umur

petani, (2) tingkat pendidikan petani, (3) pengalaman berusaha tani, (4)

luas lahan, (5) status lahan, dan (6) jumlah tanggungan keluarga.

5.1.1 Umur Petani

Faktor yang cenderung mempengaruhi sikap seseorang adalah

umur, ada suatu kecenderungan perbedaan tingkat umur akan

menyebabkan terjadinya perbedaan dalam menentukan sikap terhadap

suatu perubahan. Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani,

terutama dalam kemampuan fisik dan pola pikir.

Umur petani pada kelompok tani di Desa Awolagading berkisar

antara 30-68 tahun. Selanjutnya umur petani responden diklasifikasikan

menjadi tiga kategori umur, yaitu umur 30-42 tahun, 43-55 tahun, 56-68

tahun. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 11. Identitas Responden Menurut Umur di Desa Awolagading,


Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No. Umur Petani (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 30-44 15 25
2 45-59 28 47
3 60-73 17 28
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017
Tabel 11 menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan, rata-

rata petani responden adalah 45-59 tahun sebanyak 28 orang. Umur yang

paling muda yaitu 30 tahun dan tertua yaitu 73 tahun.

Hasil penelitian menujukkan bahwa, terdapat 25% petani

responden berumur antara 30 tahun sampai dengan 44 tahun dan 28%

petani responden antara 60 tahun sampai dengan 73 tahun. Sementara

umur yang jumlahnya tertinggi adalah petani responden berumur antara

45 tahun sampai 59 tahun sebesar 47%. Kemampuan umur produktif yang

memiliki kemampuan bekerja dan berfikir yang lebih tinggi. Hal ini sesuai

dengan pendapat Soetrisno dalam Aprianti (2013) bahwa umur rata-rata

petani Indonesia yang cenderung tua (> 55 tahun) sangat berpengaruh

terhadap produktivitas sektor pertanian Indonesia.

Petani yang berumur produktif pada umumnya mempunyai

kemampuan fisik dan kemampuan bekerja yang lebih besar sehingga

lebih mudah dalam menerima inovasi baru. Sedangkan petani yang tidak

produktif dalam hal ini petani yang berumur tua, mempunyai kemampuan

fisik yang sudah berkurang dan lebih hati-hati dalam mengambil

keputusan yang berkaitan dengan usahataninya. Petani dalam kategori

umur produktif, memiliki kemampuan fisik yang memadai akan memiliki

tingkat produksi lebih tinggi.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan sangat menentukan terhadap penerimaan

inovasi baru. Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan


formal yang pernah diikuti oleh petani responden. Latar belakang

pendidikan yang dimiliki oleh petani responden sangat

berpengaruh terhadap pola pikir dan pengambilan keputusan dalam

menerima inovasi baru.

Pendidikan formal petani merupakan yang ditempuh oleh petani,

dihitung dari sistem pendidikan sekolah yang telah berhasil ditamatkan

oleh petani. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi kebijakan

dalam mengambil suatu keputusan pada kegiatan usahataninya. Semakin

pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini membutuhkan seseorang

dengan tingkat pendidikan semakin tinggi agar dapat mengikuti

perkembangan teknologi tersebut dengan baik, sehingga akan berdampak

positif pada produksi usahatani, pendapatan dan akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan.

Pada kelompok tani di Desa Awolagading tingkat pendidikan

dibagi lima kelompok yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan S1.

Tingkat pendidikan formal responden dalam penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Jumlah
No. Tingkat Pendidikan Petani Persentase (%)
Responden
1 Tidak Sekolah 20 33
2 SD 19 32
3 SMP 9 15
4 SMA 9 15
5 S1 3 5
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017
Tabel 12 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal petani

responden kelompok tani di Desa Tosora pada umumnya masih sangat

rendah yaitu sebanyak 20 orang atau sekitar 33% tidak sekolah, pada

tingkat SD sebanyak 19 orang atau sekitar 32% pada tinggkat SMP dan

SMA sebanyak 9 orang atau sekitar 15% dan pada tingkat perguruan

tinggi (S1) sebanyak 3 orang atau sekitar 5%. Maka dapat diduga bahwa

tingkat pengetahuan mereka terhadap masalah-masalah pertanian kurang

baik. Pendidikan yang rendah akan menyulitkan petani melakukan

penerimaan pesan yang baik.

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani dapat menunjukkan keberhasilan

petani dalam mengelola usahataninya. Sebab dapat menjadi pedoman

pada masa yang akan datang. Petani yang malah berusia muda umumnya

belum terlalu berpengalaman, sehingga untuk mengimbangi

kekurangannya dia harus dinamis. Sebaliknya petani yang sudah berusia

tua telah memiliki banyak berpengalaman dalam berusahatani sehingga

sangat berhati-hati dalam bertindak. Pengalaman bertani responden dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengalaman Berusahatani Petani Responden di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Pengalaman Bertani
No. Jumlah Responden Persentase (%)
(Tahun)
1 7-18 15 25
2 19-30 42 70
3 31-40 3 5
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017
Tabel 13 menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani petani

responden kelompok tani di Desa Awolagading dengan persentase 25%

petani responden telah menjalankan usahataninya antara 7 - 18 tahun

dengan jumlah 15 orang. Petani responden yang telah menjalankan

usahataninya antara 19 - 30 tahun sebanyak 42 orang atau sekitar 70%.

Sedangkan antara 31 - 40 tahun pengalaman bertani responden sebesar

5% atau sebanyak 3 orang. Maka pengalaman berusahatani petani

responden paling tinggi yaitu 70% dengan jumlah orang 42 orang. Dan

yang terendah terdapat pada 31 - 40 tahun atau sekitar 5% dengan jumlah

3 orang.

Dari hasil data yang di dapat bahwa semua anggota kelompok tani

di Desa Awolagading memiliki pengalaman bertani cukup bervariasi yaitu

7 - 40 tahun. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kinerja mereka dalam

berusahatani. Petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama

akan lebih baik dan lebih matang dalam hal perencanaan usahatani

karena lebih memahami berbagai aspek teknis dalam berusahatani.

Demikian juga dengan berbagai masalah non teknis yang biasanya

dihadapi dalam berusahatani sehingga pada akhirnya produksi akan lebih

tinggi. Bertani juga dilakukan secara turun temurun.

5.1.4 Luas lahan

Luas lahan garapan usahatani mempunyai arti yang sangat

penting karena berkaitan dengan besar kecilnya pendapatan yang

diterima petani. Luas lahan dapat mempangaruhi sikap petani dalam


percepatan alih teknologi yang sesuai dengan skala ekonomis sehingga

usahatani menjadi efisien. Luas lahan petani sampel dibagi dua

kategori yaitu terdiri dari 0,20 - 0,85 dan 0,86 – 1,50 Ha. Klasifikasi luas

lahan petani responden kelompok tani di Desa Tosora dapat di lihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Luas Lahan Petani Responden di Desa Awolagading,


Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No. Luas Lahan Petani (Ha) Jumlah Responden Persentase (%)
1 0,20 - 0,85 31 52
2 0,86 – 1,50 29 48
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017

Tabel 14 menujukkan bahwa kelompok tani di Desa Awolagading

yang memiliki luas lahan 0,20 - 0,85 Ha sebanyak 31 orang (52%), dan

luas lahan 0,86 – 1,50 Ha sebanyak 29 orang (48%).

Luas lahan garapan menyebabkan petani lebih memungkinkan

untuk memaksimalkan tingkat produksi sekaligus dapat meningkatkan

kualitas produksinya. Namun luas lahan garapan yang dimiliki petani tidak

selamanya menjamin bahwa luas lahan tersebut lebih produktif

dibandingkan lahan usahatani yang sempit dalam perolehan hasil

produksi. Luas lahan sangat mempengaruhi produksi usahatani, semakin

luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi produksi dan

pendapatan per satuan luasnya.

5.1.5 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi motivasi

petani untuk melakukan kreativitas dan sejumlah inovasi baru dalam hal
menambah ataupun meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Anggota keluarga selain sebagai tanggungan keluarga juga berfungsi

sebagai tenaga kerja yang potensial dalam kegiatan usahatani. Untuk

lebih jelasnya data jumlah tanggungan keluarga petani disajikan pada

Tabel 15.

Tabel 15. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa


Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
No. Tanggungan Keluarga Petani Jumlah (KK) Persentase (%)
1 2-5 44 73
2 6-8 13 22
3 9-11 3 5
Jumlah 60 100
Sumber: Data Primer Stelah di olah, 2017

Tabel 15 menunjukkan bahwa petani di Desa Awolagading

mempunyai tanggungan keluarga yang terendah yaitu 9-11 orang

sebanyak 3 orang (5%), 6-8 orang sebanyak 13 orang (22%) dan

tanggungan keluarga yang tertinggi yaitu 2-5 orang sebanyak 44 orang

(73%). Banyaknya atau sedikitnya jumlah tanggungan keluarga yang

dimiliki oleh petani responden bukanlah suatu hal yang mempengaruhi

dalam penerapan inovasi. Keadaan ini sejalan pendapat Sibulo

(Mandasari, 2014:54) yang menyebutkan bahwa jumlah tanggungan

kelurga tidak berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi.

5.2 Peran Kelompok Tani

Peran kelompok tani dalam pertanian organisasi petani yaitu

menjalankan kerjasama antar anggota mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebeb segala kegiatan dan


permasalahan dalam berusahatani dilaksanakan oleh kelompok secara

bersamaan. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-

sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan

sarana poduksi pertanian, teknis produksi dan pemasara hasil. Melihat

potensi tersebut, maka kelompok tani perlu di bina dan diberdayakan lebih

lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Kelompok tani adalah merupakan perkumpulan yang

beranggotakan para petani desa tersebut, meskipun tidak semua petani di

desa tersebut mengikuti kegiatan ini. Ketua kelompok tani dipilih dari salah

satu seorang petani yang dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan

luas. Ketua kelompok tani yang terpilih diharapkan dapat menjalankan

tugas dan kewajiban antara lain mengkoordinasikan kegiatan gotong-

royong untuk pengolahan lahan anggota kelompok tani secara bergantian,

mengkoordinasikan penjualan hasil produksi, dan melakukan hubungan

dengan pihak penyuluh maupun dinas pertanian.

Peran kelompok tani di Desa Awolagading dari hasil penelitian

dilapangan yang diamati adalah (1) kelas belajar, (2) wahana kerjasama,

dan (3) unit produksi.

5.2.1 Kelas Belajar

 Persepsi Pengurus Kelompok Tani dalam Kelas Belajara

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam kelas belajar

khususunya pengurus kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti


mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan

melakukan proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indidkator dan jawaban pengurus kelompok tani dapat dilihat

pada table berikut :

Tabel 16. Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran


Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Jumlah
No Kelas Belajar
Tinggi Rendah Responden
Menggali dan merumuskan kebutuhan
1 10 8 18
belajar
Merencanakan dan mempersiapkan
2 18 - 18
kebutuhan belajar
Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi
3 18 - 18
anggota
Proses pembelajaran dan pertemuan
4 18 - 18
kondusif dan tertib
Menjalin kerjasama dengan sumber
5 18 - 18
informasi
Menciptakan lingkungan belajar yang
6 18 - 18
sesuai
Berperan aktif dalam proses belajar-
7 18 - 18
mengajar
Mengemukakan dan memahami
8 keinginan, pendapat maupun masalah 11 7 18
yang dihadapi
9 Merumuskan kesepakatan bersama 13 5 18
Merencanakan dan melaksanakan
10 9 9 18
pertemuan berkala
Table 16 menunjukkan jawaban yang sama disetiap indikator.

Untuk indikator pertama menggali dan merumuskan kebutuhan belajar 10

orang memilih kategori tinggi dan 8 orang memilih kategori rendah. Ada

dua kelompok yang belum paham mengenai kelompok tani karena baru

terbentuk pada tahun 2017 sehingga belum bisa menggali dan

merumuskan kebutuhan belajar mereka, dua kelompok tersebut masih

dalam bimbingan penyuluh.


“Kelompok Mappideceng dan Maccolliloloe baru terbentuk pada
tahun 2017 sehingga belum pernah menggali dan merumuskan
kebutuhan belajar bersama dengan pengurus maupun anggota”.
(Alang dan Amir, wawancara, Agustus 2017).
Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi.

“Sebelum melaksanakan kegiatan kelas belajar pengurus kelompok


tani di Desa Awolagading mempersiapkan dengan baik kebutuhan-
kebutuhan dalam kelangsungan kegiatan kelas belajar seperti
penentuan jadwal, tempat, undangan, dan kesiapan penyuluh atau
lembaga pertanian untuk ikut mendukung jalannya kelas belajar”.
(Darwis, wawancara, Agustus 2017).
Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi anggota. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Pengurus kelompok tani

telah menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota agar ikut aktif

pada kegiatan kelompok.

“Memotivasi anggota dengan terus mengajaknya ikut serta dalam


kelas belajar untuk kesusksesa usahataninya”. (Darwis, Wawancara,
Agustus 2017). “Menyampaikan pada anggota bahwa kegiatan kelas
belajar adalah tempat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dalam usahatani dan dapat memperoleh bantuan kebutuhan
usahatani agar mereka dapat termotivasi”. (Darisa, wawancara,
Agustus 2017).

Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan tertib. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi.

“kelas belajar terlaksana secara kondusif karena setiap diadakannya


kelas belajar semua masalah-masalah yang dimiliki mendapatkan
solusi yang dibutuhkan dan berjalan dengan tertib”. (Darwis,
wawancara, Agustus 2017).
Menjalin kerjasama dengan sumber informasi. Semua pengurus

kelompok tani memilih kategori tinggi. Kelompok telah menjalin kerjasama

dengan sumber-sumber informasi seperti penyuluh dan lembaga

pertanian.

“Kelompok tani Desa Awolagading menjalin kerjasama untuk


memperoleh informasi dengan penyuluh yang cukup sering
berkunjung ke Desa Awolagading” (Abdullah, wawancara, Agustus
2017).

Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai. Semua pengurus

kelompok tani memilih kategori tinggi. Untuk pelaksanaan kelas belajar

telah tersedia tempat khusus.

“Untuk melaksanakan kegiatan kelas belajar telah disediakan tempat


khusus kegiatan kelompok tani” (Baharuddin, Darwis dan Abdullah,
wawancara, Agustus 2017).

Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Semua pengurus

kelompok tani memilih kategori tinggi. Skor indicator ini tinggi karena

pengurus kelompok telah mendatangkan dan berkonsultasi dengan

penyuluh.

“Bereperan aktif dalam proses belajar-mengajar dengan


mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluh
pertanian”. (Darwis, wawancara, Agustus 2017).

Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun

masalah yang dihadapi. 13 orang memilih tinggi, 5 orang memilih rendah.

”Masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Awolagading hampir


sama, jadi terkadang hanya beberapa orang yang menyampaikan
dan memaparkan masalah tersebut, contohnya masalah yang
pernah dialami bersama yaitu banyaknya hama tikus yang
menyerang tanaman padi, maka penyuluh memberikan solusi
dengan membuat alat penangkar tikus”. (Baharuddin, wawancara,
Agustus 2017).

Merumuskan kesepakatan bersama. 13 orang memilih kategori

tinggi dan 5 orang memilih rendah.

”Hal ini diakibatkan karena ada beberapa pengurus tidak dapat terus
menerus ikut serta dalam merumuskan kesepakatan, beberpa
pengurus juga memiliki lahan pertanian di daerah lain sehingga
mereka tidak dapat menghadiri pertemuan apabila penentuan waktu
pertemuan bertepatan dengan kepergian mereka yang harus
menetap dalam kurung waktu berbulan-bulan, hingga saat ini juga
belum ada yang bersedia untuk menggantikan tanggung jawab
mereka. (Abdullah, wawancara, Agustus 2017).

Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala. 9 orang

memilih kategori tinggi dan 9 orang memilih rendah.

” Pertemuan dilakukan hanya sekali setahun apabila telah mendekati


musim tanam, pertemuan di Desa Awolagading belum dilakukan
secara berkala untuk poktan, antar poktan atau dengan instansi
terkait, namun ketua kelompok tani biasanya mengikuti pelatihan-
pelatihan yang dilaksanakan oleh lembaga pertanian kemudian ilmu
yang diperoleh di sampaikan ke anggota, dari anggota satu ke
anggota lainnya tanpa melakukan pertemuan”. (Darisa, wawancara,
2017).

Secara umum persepsi pengurus kelompok tani terhadap peran

kelompok tani sebagai kelas belajar dapat dikatakan tinggi, karena dalam

sepuluh indikator yang harus dicapai hanya empat indikator yang memiliki

kategori rendah yaitu menggali dan merumuskan kebutuhan belajar,

mengemukakan dan memahami keinginan pendapat maupun masalah,

merumuskan kesepakatan bersama, dan merencanakan pertemuan

berkala. Indikator yang memiliki kategori tinggi yaitu merencanakan dan

mempersiapkan kebutuhan belajar, menumbuhkan kedisiplinan dan


motivasi anggota, proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan

tertib, menjalin kerjasama dengan sumber informasi, menciptakan

lingkungan belajar yang sesuai, dan berperan aktif dalam proses belajar

mengajar. Tingkat peran kelompok tani dalam kelas belajar untuk

pengurus kelompok tani di Desa Awolagading dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Kelas Belajar Menurut
Persepsi Pengurus Kelompok di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (11-16) 0 0
2. Tinggi (17-22) 18 100
Jumlah 18 100

Tabel 17 menunjukkan bahwa semua pengurus kelompok tani

menyatakan peran kelompok tani dalam kelas belajar tergolong tinggi

sebanyak 18 orang (100%). Dapat dikatakan bahwa persepsi tentang

tingkat kelas belajar di Desa Awolagading sudah tergolong tinggi karena

sebagian besar pengurus kelompok tani telah merencanakan dan

mempersiapkan kebutuhan belajar, menumbuhkan kedisiplinan,

menghadiri kelas belajar, menjalin kerjasama dengan sumber

informasi, menciptakan iklim belajar yang layak, dan ikut aktif dalam

proses belajar-mengajar.

 Persepsi Anggota Kelompok Tani dalam Kelas Belajar

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam kelas belajar

khususunya anggota kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti

mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan


melakukan proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indidkator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 18. Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran


Kelompok Tani Sebagai Kelas Belajar di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Jumlah
No Kelas Belajar
Tinggi Rendah Responden
Menggali dan merumuskan kebutuhan
1 6 36 42
belajar
Merencanakan dan mempersiapkan
2 - 42 42
kebutuhan belajar
Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi
3 25 17 42
anggota
Proses pembelajaran dan pertemuan
4 25 17 42
kondusif dan tertib
Menjalin kerjasama dengan sumber
5 25 17 42
informasi
Menciptakan lingkungan belajar yang
6 25 17 42
sesuai
Berperan aktif dalam proses belajar-
7 25 17 42
mengajar
Mengemukakan dan memahami
8 keinginan, pendapat maupun masalah 12 30 42
yang dihadapi
9 Merumuskan kesepakatan bersama 23 19 42
Merencanakan dan melaksanakan
10 - 42 42
pertemuan berkala

Berdasarkan table 18, terdapat 6 orang memilih kategori tinggi dan

36 orang memilih rendahi untuk indikator menggali dan merumuskan

kebutuhan belajar.

“Tidak pernah ikut serta dalam menggali dan merumuskan


kebutuhan belajar, kami hanya disampaikan jadwal pelaksanaan
pertemuan”. (Samire, wawancara, Agustus 2017). “Terkadang saya
menyampaikan secara langsung masalah saya kepada ketua
kelompok tani karena kami cukup dekat dan akrab”. “Assa,
wawancara, Agustus 2017).
Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar. Semua

responden memilih kategori rendah. Karena ada yang tidak mengetahui

pelaksanaan kegiatan kelas belajar da nada juga yang hanya memperoleh

informasi melalui pengumuman yang disampaikan di Masjid.

“Kami hanya mendapatkan informasi melalui pengumuman di Masjid


tentang jadwal pelaksanaan pertemuan kelompok tani” (Assa dan
Basriadi, wawancara, Agustus 2017).

Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi anggota. 25 orang

memilih kategori tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Anggota

keloanimpok yang memilih rendah adalah anggota yang tidak mengetahui

keikutsertaannya pada kelembagaan kelompok tani. Bahkan ada anggota

kelompok yang menanyakan namanya pada peneliti, apakah tercantum

dalam rencana definitive kebutuhan kelompok (RDKK).

Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan tertib, menjalin

kerjasama dengan sumber informasi, menciptakan lingkungan belajar

yang sesuai, berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Keempat

indikator tersebut memiliki skor yang sama yaitu 25 orang memilih kategori

tinggi, tidak dan 17 orang memilih rendah. Yang memilih kategori rendah

adalah anggota yang memang tidak menghadiri pertemuan atau kelas

belajar dan tidak mengetahui status bergabungnya dalam kelompok.

Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun

masalah yang dihadapi. 12 orang memilih kategori tinggi dan 30 orang

memilih kategori rendah. hanya ada beberapa petani yang mampu

mengemukakan pendapat atau masalah yang dihadapi di usahataninya,


hal ini diakibatkan karena beberapa anggota tidak menghadiri kelas

belajar khususnya bagi kaum wanita sangat jarang menghadiri kelas

belajar karena kurangnya motivasi dan ada beberapa yang tidak

mengetahui status bergabungnya dalam kelompok tani.

Merumuskan kesepakatan bersama. 23 orang memilih kategori

tinggi dan 19 orang yang memilih rendah. Hanya yang hadir dalam

kegiatan kelas belajar atau pertemuan yang dapat merumuskan

kesepakatan.

Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala. Semua

responden memilih kategori rendah. seperti dengan persepsi pengurus

bahwa kelas belajar hanya dilaksanakan dalam sekali setahun pada saat

musim tanam telah tiba dan tidak pernah dilakukan pertemuan pertemuan

khusus dalam kelompok tani maupun antar kelompok tani (GAPOKTAN).

Secara umum persepsi anggota kelompok tani terhadap peran

kelompok tani sebagai kelas belajar dapat dikatakan tinggi, karena dalam

sepuluh indikator yang harus dicapai dari 42 responden hanya empat

indikator yang dominan memiliki kategori rendah yaitu menggali dan

merumuskan kebutuhan belajar, merencanakan dan mempersiapkan

kebutuhan belajar, mengemukakan dan memahami keinginan pendapat

maupun masalah, dan merencanakan pertemuan berkala. Enam indikator

yang dominan memiliki kategori tinggi yaitu menumbuhkan kedisiplinan

dan motivasi anggota, proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan

tertib, menjalin kerjasama dengan sumber informasi, menciptakan


lingkungan belajar yang sesuai, berperan aktif dalam proses

belajar-mengajar, dan merumuskan kesepakatan bersama. Adapun

tingkat peran kelompok tani dalam kelas belajar untuk anggota kelompok

tani di Desa Awolagading dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Kelas Belajar Menurut
Persepsi Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (11-16) 17 41
3. Tinggi (18-22) 25 59
Jumlah 42 100

Tabel 19 menunjukkan bahwa 17 orang (41%) anggota kelompok

tani yang menyatakan peran kelompok tani dalam kelas belajar tergolong

rendah. dan yang menyatakan bahwa peran kelompok tani dalam kelas

belajar tinggi sebanyak 25 orang (59 %). Dapat dikatakan bahwa persepsi

tentang tingkat kelas belajar Desa Awolagading menurut anggota

kelompok tani tergolong tinggi karena para anggota kelompok tani telah

kurang yang ikut serta dalam menggali dan merumuskan kebutuhan

belajar, aktif dalam mempersiapkan kebutuhan belajar, menghadiri

pertemuan atau kelas belajar, sumber informasi yang diperoleh anggota

sebagian besar dari penyuluh.

Secara umum dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa

pengurus kelompok tani Desa Awolagading telah menjalankan tugasnya

sesuai dengan perannya dalam kelas belajar karena adanya kesamaan

persepsi antara pengurus kelompok tani dan anggota kelompok tani.


5.2.2 Wahana Kerjasama

 Persepsi Pengurus Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam wahan kerjasama

khususunya pengurus kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti

mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan

melakukan proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indikator dan jawaban pengurus dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 20. Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran


Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Jumlah
No Wahana Kerjasama
Tinggi Rendah Responden
Menciptakan suasana saling kenal dan saling
1 18 - 18
percaya
Menciptakan suasana keterbukaan dalam
2 11 7 18
menyatakan pendapat
Mengatur dan melaksanakan pembagian
3 12 6 18
tugas/kerja
Mengembangkan kedisiplinan dan rasa
4 18 - 18
tanggung jawab
Merencanakan dan melaksanakan
5 18 - 18
musyawarah
Melaksanakan kerjasama penyedia sarana
6 18 - 18
dan jasa
7 Mengadakan pelestarian lingkungan 18 - 18
Mentaati dan melaksanakan kesepakatan
8 18 - 18
yang dihasilkan bersama
Menjalin kerjasama/kemitraan dengan
9 - 18 18
pemasaran hasil
10 Mengadakan pemupukan modal 10 8 18

Tabel 20, menunjukkan bahwa 18 pengurus kelompok tani memilih

kategori tinggi dan tidak ada yang memilih rendah untuk indikator

menciptakan suasana saling kenal dan saling percaya. karena para


pengurus telah memiliki tugas masing – masing, seperti ketua, bendahara,

dan sekertaris dengan adanya pembagian tugas maka mereka telah

saling kenal, percaya dan mempercayai. Namun ada 3 kelompok tani

yang tidak memiliki sekertaris, hal ini mengakibatkan ketua juga

merangkap sebagai sekertaris, belum ada anggota yang ingin dan siap

bertanggung jawab untuk tugas tersebut.

Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat.

11 orang memilih kategori tinggi, 7 orang yang memilih kategori rendah.

Ada beberapa pengurus yang kurang percaya diri dalam menyatakan

pendapat yang dimilikinya.

”kami hanya datang mendengarkan dan menerima informasi-


informasi yang disampaikan ketua kelompok maupun penyuluh”.
(Mina dan Diyyang, wawancara, Agustus 2017).

Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja. 12 orang

memilih kategori tinggi dan 6 orang yang memilih rendah. Bagi kelompok

tani yang baru, mereka belum bisa membagi pembagian tugas dengan

baik karna masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman.

Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Menurut semua pengurus

kelompok tani mereka telah mengembangkan kedisiplinan dan tanggung

jawab masing-masing yang telah dimiliki

Merencanakan dan melaksanakan musnyawarah. Semua pengurus

kelompok tani memilih kategori tinggi. Karena pengurus telah

melaksanakan musyawarah setiap musim tanam akan dimulai.


Melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Kelompok tani di Desa

Awolagading telah melaksanakan kerjasama dengan penyedia sarana dan

jasa pertanian.

”Kami bisnya memperoleh bantuan bibit dari lembaga pertanian”


(Darisa, wawancara, Agustus 2017). ”Kami telah bekerjasama
dengan pengecer pupuk bersubsidi dengan mendatangkan langsung
pupuk ke ketua kelompok tani” (Darwis, wawancara, Agustus 2017).

Mengadakan pelestarian lingkungan. Semua pengurus kelompok

tani memilih kategori tinggi. Semua orang yang bekerja sebagai petani

tentunya telah melakukan pelestarian lingkungan dengan usahataninya.

Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama.

Semua pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Menurut semua

pengurus kelompok tani mereka telah mentaati dan melaksanakan

kesepakatan yang dihasilkan bersama karena semua keputusan-

keputusan yang dibuat dilaksanakan dengan baik.

Menjalin kerja sama/kemitraan dengan pemasaran hasil. Semua

pengurus kelompok tani memilih kategori rendah. kelompok tidak bermitra

atau menentukan tempat dimana anggotanya dalam memasarkan hasil

usahataninya.

”Di Kecamatan Awangpone terdapat banyak pabrik beras yang


mampu membeli hasil produksi padi yang diperoleh dengan harga
yang bervariasi dan adanya ikatan kepercayaan yang berbeda-beda
pada pembeli, sehingga kelompok merasa tidak perlu bermitra pada
pedagang pengumpul. Di daerah tersebut juga tidak ada pedagang
pengumpul, karena banyaknya pabrik beras sehingga petani dapat
menjualnya langsung ke pabrik tanpa perantara pedagang
pengumpul”. (Jufri, wawancara, Agustus 2017).
Mengadakan pemupukan modal. 10 orang memilih kategori tinggi,

dan 8 orang yang memilih rendah. Untuk dua kelompok yang baru

terbentung memang belum pernah mendapatkan bantuan sehingga belum

bisa melakukan pemupukan modal.

Secara umum persepsi pengurus kelompok tani terhadap peran

kelompok tani dalam wahana kerjasama dapat dikatakan tinggi, karena

dalam sepuluh indikator yang harus dicapai dominan memiliki kategori

rendah hanya satu indikator yaitu menjalin kerjasama/kemitraan dengan

pemasaran hasil. Sembilan indikator dominan memiliki kategori tinggi yaitu

menciptakan suasana saling kenal dan saling percaya, menciptakan

suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat, mengatur dan

melaksanakan pembagian tugas/kerja, mengembangkan kedisiplinan dan

rasa tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah,

melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa, menagadakan

pelestarian lingkungan, mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang

dihasilkan bersama, dan mengadakan pemupukan modal. Tingkat peran

kelompok tani dalam wahana kerjasama untuk pengurus kelompok tani di

Desa Awolagading dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama


Menurut Persepsi Pengurus Kelompok Tani di Desa
Awolagading, Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (11-16) 0 0
3. Tinggi (17-22) 18 100
Jumlah 18 100
Tabel 21 menunjukkan bahwa tidak ada pengurus kelompok tani

yang menyatakan peran kelompok tani dalam wahana kerjasama

tergolong rendah. dan yang menyatakan bahwa peran kelompok tani

dalam wahana kerjasama tergolong tinggi sebanyak 18 orang (100%).

Dapat dikatakan bahwa persepsi tentang tingkat wahana kerjasama

pengurus kelompok tani Desa Awolagading tergolong tinggi karena semua

pengurus kelompok tani telah menciptakan suasana saling kenal dan

saling percaya, mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab,

merencanakan dan melaksanakan musyawarah, melaksanakan

kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa pertanian, mengadakan

pelestarian lingkungan, serta mentaati dan melaksanakan kespakatan

yang dihasilkan secara bersama-sama.

 Persepsi Anggota Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam wahana kerjasama

khususunya anggota kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti

mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan

melakukan proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat pada

table berikut.
Tabel 22. Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Jumlah
No Wahana Kerjasama
Tinggi Rendah Responden
Menciptakan suasana saling kenal dan
1 25 17 42
saling percaya
Menciptakan suasana keterbukaan dalam
2 12 30 42
menyatakan pendapat
Mengatur dan melaksanakan pembagian
3 25 17 42
tugas/kerja
Mengembangkan kedisiplinan dan rasa
4 25 17 42
tanggung jawab
Merencanakan dan melaksanakan
5 25 17 42
musyawarah
Melaksanakan kerjasama penyedia sarana
6 25 17 42
dan jasa
7 Mengadakan pelestarian lingkungan 42 - 42
Mentaati dan melaksanakan kesepakatan
8 25 17 42
yang dihasilkan bersama
Menjalin kerjasama/kemitraan dengan
9 - 42 42
pemasaran hasil
10 Mengadakan pemupukan modal 9 33 42

Tabel 22, menunjukkan bahwa 25 orang memilih kategori tinggi,

dan 17 orang memilih kategori rendah untuk indikator menciptakan

suasana saling kenal dan saling percaya. Yang memilih kategori rendah

adalah anggota yang tidak mengetahui tentang status mereka yang

bergabung kedalam kelompok tani.

Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat.

12 orang memilih kategori tinggi dan 30 orang memilih kategori rendah.

Banyaknya yang memilih kategori rendah diakibatkan karena kurangnya

percaya diri mereka dalam menyatakan pendapat, hal ini juga dapat dilihat

dari rendahnya pendidikan mereka, serta kurang aktifnya anggota dalam

kegiatan kelompok tani.


Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja,

mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, merencanakan

dan melaksanakan musyawarah, melaksanakan kerjasama penyedia

sarana dan jasa, melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa,

mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama.

Kelima indikator tersebut memiliki skor yang sama, yaitu 25 orang memilih

kategori tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Yang memilih

kategori rendah adalah anggota yang tidak mengetahui tentang status

mereka yang bergabung kedalam kelompok tani.

Mengadakan pelestarian lingkungan. Semua anggota kelompok

tani memilih kategori tinggi. Semua orang yang bekerja sebagai petani

tentunya telah melakukan pelestarian lingkungan dengan usahataninya.

Menjalin kerja sama/kemitraan dengan pemasaran hasil. Semua

anggota kelompok tani memilih kategori rendah. Karena di Kecamatan

Awangpone terdapat banyak pabrik beras sehingga petani dapat menjual

langsung hasil usahataninya ke pabrik beras.

Mengadakan pemupukan modal. 9 orang memilih kategori tinggi

dan 33 orang memilih kategori rendah. Hanya beberapa petani

mengatakan adanya pemupukan modal, hal ini diakibatkan karena tingkat

kehadiran petani yang rendah dalam pertemuan – pertemuan sehingga

tidak mengetahui tentang pemupukan modal tersebut.


Secara umum persepsi anggota kelompok tani terhadap peran

kelompok tani sebagai wahana kerjasama dapat dikatakan tinggi, karena

dalam sepuluh indikator yang dominan memiliki kategori rendah hanya

tiga indikator yaitu menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan

pendapat, menjalin kerjasama/kemitraan dengan pemasaran hasil, dan

mengadakan pemupukan modal. Tujuh indikator dominan memiliki

katergori tinggi yaitu menciptakan suasana saling kenal dan saling

percaya, mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja,

mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, melaksanakan

dan merencanakan musyawarah, melaksanakan kerjasama penyedia

sarana dan jasa, mengadakan pelestarian lingkungan, serta mentaati dan

melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan. Adapun peran kelompok tani

dalam tingkat wahana kerjasama untuk anggota kelompok tani di Desa

Awolagading dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama


Menurut Persepsi Anggota Kelompok Tani di Desa
Awolagading, Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (11-16) 17 41
3. Tinggi (17-22) 25 59
Jumlah 42 100

Tabel 23 menunjukkan bahwa 17 orang (41%) anggota kelompok

tani yang menyatakan peran kelompok tani dalam wahana kerjasama

tergolong rendah. dan anggota kelompok tani yang menyatakan bahwa

peran kelompok tani dalam kelas belajar tinggi sebanyak 25 orang (59%).

Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa persepsi tentang tingkat


wahana kerjasama Desa Awolagading menurut anggota kelompok tani

telah tergolong tinggi karena sebagian besar anggota kelompok tani telah

menciptakan suasana saling kenal dan slaing percaya, mengatur dan

melaksanakan pembagian tugas, mengembangkan kedisiplinan dan

tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah,

melaksanakan kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa pertanian,

serta mentaati dan melaksanakan kesepeakatan yang dihasilkan.

Secara umum dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa

pengurus kelompok tani Desa Awolagading telah menjalankan tugasnya

sesuai dengan perannya dalam kelas wahana kerjasama karena adanya

kesamaan persepsi antara pengurus kelompok tani dan anggota

kelompok tani.

5.2.3 Unit Produksi

 Persepsi Pengurus Kelompok Tani dalam Unit Produksi

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam unit produksi

khususunya pengurus kelompok, terdapat 7 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti

mengembangkan 7 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan

melakukan proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indikator dan jawaban pengurus dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 24. Persepsi Pengurus Kelompok Tani Terhadap Peran
Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Indetitas
No Unit Produksi
Tinggi Rendah Responden
Mengambil keputusan dalam menentukan
1 pengembangan produksi yang 18 - 18
menguntungkan
Menyusun rencana dan melaksanakan
2 13 5 18
kegiatan bersama
3 Memfasilitasi penerapan teknologi 12 6 18
Menjalin kerjasama dengan kemitraan
4 18 - 18
usahatani
Mengevaluasi kegiatan bersama dan
5 13 5 18
rencana kebutuhan kelompok
Meningkatkan kesinambungan
6 produktifitas dan kelestarian sumberdaya 18 - 18
alam dan lingkungan
7 Mengelola administrasi secara baik 12 6 18

Tabel 24, menunjukkan bahwa semua pengurus kelompok tani

memilih kategori tinggi untuk indikator mengambil keputusan dalam

menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan. Semua

petani tetntunya menginginkan hasil yang menguntungkan.

Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama. 13 orang

memilih kategori tinggi dan 5 orang memilih kategori rendah. Ada yang

tidak dapat melaksanakan kegiatan bersama karena tuntutan pekerjaan

ditempat lain.

”Saya tidak dapat terus menerus ikut serta dalam merumuskan


kesepakatan, saya juga memiliki lahan pertanian di daerah lain
sehingga saya tidak dapat menghadiri pertemuan apabila penentuan
waktu pertemuan bertepatan dengan kepergian saya yang harus
menetap dalam kurung waktu berbulan-bulan, dan hingga saat ini
juga belum ada yang bersedia untuk menggantikan tanggung jawab
saya. (Cillang, wawancara, Agustus 2017).
Memfasilitasi penerapan teknologi. 12 orang memilih kategori tinggi

dan 6 orang memilih kategori rendah. Hanya satu kelompok yang memiliki

teknologi mesin yaitu traktor, untuk kelompok yang lainnya hanya

mendapatkan bibit dan pupuk.

Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani. Semua pengurus

kelompok tani memilh kategori tinggi. Semua kelompok telah menjalin

kerjasama terkait pelaksanaan usahatani dengan penyuluh, lembaga

pertanian, dan pengecer pupuk.

Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok.

13 orang memilih kategori tinggi dan 5 orang memilih kategori rendah.

Karena adanya pengurus yang tidak menetap di Desa Awolagading, jadi

terkadang mereka tidak dapat ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan.

Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan kelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan. Semua pengurus kelompok tani

memilih kategori tinggi. Semua petani tetntunya menginginkan

produktivitas yang terus meningkat.

Mengelola administrasi secara baik. 12 orang memilih kategori

tinggi, 6 orang memilih kategori rendah. Beberapa kelompok yang tidak

memiliki bendahara merasa belum bisa mengelola administrasi dengan

baik.

“saya merasa sangat kewelahan dalam mengelolah administrasi”.


(Darwis, Wawancara, Agustus 2017).
Secara umum persepsi pengurus kelompok tani terhadap peran

kelompok tani sebagai unit produksi dapat dikatakan tinggi, karena semua

indikator dominan memiliki kategori tinggi yaitu mengambil keputusan

dalam menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan,

menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, memfasilitasu

penerapan teknologi, menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani,

mengevaluasi kegiatan bersma dan rencana kebutuhan kelompok,

meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumberdaya

alam dan lingkungan, dan mengelola administrasi secara baik. Tingkat

peran kelompok tani dalam unit produksi untuk pengurus kelompok tani di

Desa Awolagading dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Unit Produksi Menurut
Persepsi Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (7-10) 0 0
3. Tinggi (11-14) 18 100
Jumlah 18 100

Tabel 25 menunjukkan bahwa tidak ada pengurus kelompok tani

yang menyatakan peran kelompok tani dalam unit produksi tergolong

rendah dan yang menyatakan bahwa peran kelompok tani dalam unit

produksi tergolong tinggi sebanyak 17 orang (100%). Dapat dikatakan

bahwa persepsi tentang tingkat unit produksi pengurus kelompok tani

Desa Awolagading sudah tergolong tinggi karena menurut pengurus, para

anggota dapat mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan

produksi yang menguntungkan, telah mengikut sertakan anggota dalam


menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, telah

menjalin kerjasama dan kemitraan terkait pelaksanaan usahatani,

mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok,

meningkatkan kesinambungan produktivitas, mengelola administrasi

dengan baik dan benar.

 Persepsi Anggota Kelompok Tani dalam Unit Produksi

Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam unit produksi

khususunya anggota kelompok, terdapat 7 indikator yang perlu dicapai.

Untuk mengetahui tercapainya indikator tersebut, peneliti

mengembangkan 7 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan

melakukan proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil

wawancara yang diperoleh memiliki skor, kemudian dikategorikan.

Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat pada

table berikut :

Tabel 26. Persepsi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran


Kelompok Tani Sebagai Unit Produksi di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone,
2017.
Kategori Indetitas
No Unit Produksi
Tinggi Rendah Responden
Mengambil keputusan dalam menentukan
1 pengembangan produksi yang 42 - 42
menguntungkan
Menyusun rencana dan melaksanakan
2 25 17 42
kegiatan bersama
3 Memfasilitasi penerapan teknologi 19 23 42
Menjalin kerjasama dengan kemitraan
4 25 17 42
usahatani
Mengevaluasi kegiatan bersama dan
5 12 30 42
rencana kebutuhan kelompok
Meningkatkan kesinambungan
6 produktifitas dan kelestarian sumberdaya 42 - 42
alam dan lingkungan
7 Mengelola administrasi secara baik 12 30 42
Tabel 26 menunjukkan bahwa semua anggota kelompok tani

memilih kategori tinggi untuk indikator mengambil keputusan dalam

menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan. Semua

petani tetntunya menginginkan hasil yang menguntungkan.

Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama. 25 orang

memilih kategori tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Yang

memilih kategori rendah adalah anggota yang tidak mengetahui tentang

status mereka yang bergabung kedalam kelompok tani.

Memfasilitasi penerapan teknologi. 19 orang memilih kategori tinggi

dan 23 orang memilih kategori rendah. Untuk alat mesin pertanian

kelompok tidak menyediakan fasilitas tersebut, karena sebagian besar

anggota telah memiliki alsintan, namun untuk bahan pertanian

seperti pupuk, petani dapat membelinya pada kelompok tani dengan

harga yang murah.

Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani. 25 orang memilih

kategori tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Yang memilih

kategori rendah adalah anggota yang tidak mengetahui tentang status

mereka yang bergabung kedalam kelompok tani.

Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan

kelompok. 12 orang memilih kategori tinggi dan 30 orang memilih kategori

rendah. Banyak petani yang mengatakan tidak dilibatkannya mereka


dalam evaluasi, hal ini karena ketidak tahuan mereka tentang kelompok

tani dan ketidak hadiran mereka dalam pertemuan – pertemuan, serta

kurangnya komunikasi antara pengurus dan anggota.

Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan kelestarian

sumberdaya alam dan lingkungan. Semua anggota memilih kategori

tinggi. Semua pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Semua

petani tetntunya menginginkan produktivitas yang terus meningkat.

Mengelola administrasi secara baik. 12 orang memilih kategori

tinggi dan 30 orang memilih kategori rendah. Banyak anggota kelompok

yang memilih rendah karena ketidak tahuan mereka dengan statusnya

yang bergabung dalam kelembagaan kelompok tani dan kurangnya

motivasi dalam diri sendiri untuk ikut aktif.

Secara umum persepsi anggota kelompok tani terhadap peran

kelompok tani sebagai unit produksi dapat dikatakan tinggi, karena dala

tujuh indikator hanya tiga indikator yang dominan memiliki kategori rendah

yaitu memfasilitasi penerapan teknologi, mengevaluasi kegiatan bersma

dan rencana kebutuhan kelompok, dan mengelola administrasi secara

baik. Empat indikator dominan memiliki kategori tinggi yaitu mengambil

keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang

menguntungkan, menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan

bersama, menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani, dan


meningkatkan kesinambungan produktifitas dan kelestarian sumberdaya

alam dan lingkungan. Adapun tingkat unit produksi anggota kelompok tani

di Desa Awolagading dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Tingkat Peran Kelompok Tani dalam Unit Produksi Menurut
Persepsi Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1. Rendah (7-10) 17 41
3. Tinggi (11-17) 25 59
Jumlah 42 100

Tabel 27 menunjukkan bahwa 17 orang (41%) anggota kelompok

tani yang menyatakan peran kelompok tani dalam unit produksi tergolong

rendah dan anggota kelompok tani yang menyatakan bahwa peran

kelompok tani dalam unit produksi tinggi sebanyak 25 orang (59%). Dapat

dikatakan bahwa persepsi tentang tingkat unit produksi Desa Awolagading

menurut anggota kelompok tani sudah tergolong tinggi karena anggota

kelompok tani dapat mengambil keputusan dalam menentukan

pengembangan produksi yang menguntungkan, sebagian besar anggota

telah ikut menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama,

sebagian besar telah mendapatkan fasilitas penerapan teknologi, telah

menjalin kerjasama dan kemitraan terkait dalam pelaksanaan usahatani,

dan ikut meningkatkan kesinambungan produktivitas usahatani.

Secara umum dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa

pengurus kelompok tani Desa Awolagading telah menjalankan tugasnya

sesuai dengan perannya dalam unit produksi karena adanya persamaan

beberapa persepsi antara pengurus dan anggota kelompok tani.


 Jumlah Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani Menurut
Persepsi Pengurus Kelompok Tani

Adapun jumlah skor keseluruhan pengurus kelompok tani di Desa

Awolagading dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Jumlah Skor Peran Kelompok Tani Menurut Persepsi


Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1 Rendah (27-40) 0 0
2 Tinggi (41-54) 18 100
Jumlah 18 100

Tabel 22 menunjukkan bahwa semua pengurus kelompok tani

menyatakan peran kelompok tani tergolong tinggi sebanyak 18 orang

(100%). Dapat dikatakan bahwa persepsi tentang peran kelompok

tani di Desa Awolagading menurut pengurus kelompok tani sudah

tergolong tinggi.

 Jumalah Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani Menurut


Persepsi Anggota Kelompok Tani

Adapun jumlah skor keseluruhan anggota kelompok tani di Desa

Awolagading dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Jumlah skor Peran Kelompok Tani Menurut Persepsi


Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan
awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Jumlah Responden
No. Skor Interval Persentase (%)
(orang)
1 Rendah (27-40) 17 41
2 Tinggi (41-54) 25 59
Jumlah 42 100
Tabel 29 menunjukkan bahwa 17 orang (41%) anggota kelompok

tani yang menyatakan peran kelompok tani tergolong rendah dan anggota

kelompok tani yang menyatakan bahwa peran kelompok tani tergolong

tinggi sebanyak 25 orang (59%). Secara umum dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa persepsi tentang peran kelompok tani di Desa

Awolagading menurut anggota kelompok tani sudah tergolong tinggi

dengan jumlah petani 25 orang (59%) dari jumlah sampel peneliti.

Berdasarkan penelitian dilapangan peran kelompok tani yang

ditinjau tiga aspek tolak ukur yaitu kelas belajar, wahana kerjasama, dan

unit produksi, setiap aspek mempunyai daftar pertanyaan dan skor pada

setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Berdasarkan hasil skoring

persepsi pengurus dan anggota kelompok tani sama. Walaupun ada 17

orang yang tidak aktif dalam kelompok tani.

5.3 Hubungan antara Peran Kelompok Tani Terhadap


Produktivitas

Peranan kelompok tani sangat mempengaruhi produktivitas

usahatani padi karena dengan dilaksanakannnya peran sesuai dengan

fungsinya maka produktivitas bisa meningkat, selain itu dapat juga

mempengaruhi pendapatan usahatani. Adapun hasil produktivitas

tanaman padi di desa Awolagading dapat dilihat pada table 30 :


Tabel 30. Produktivitas Tanaman Padi di Desa Awolagading,
Kecamatan awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Tingkat
No. Produktivitas Jumlah Persentase (%)
Petani (Kg)
1 Rendah (40-55) 34 57
3 Tinggi (56-70) 26 43
Jumlah 60 100

Tabel 30 menunjukkan bahwa kelompok tani di Desa Awolagading

berada pada kriteria rendah yaitu dengan skor interval 40 - 55 dengan

jumlah 34 orang atau sebesar 57%. Sementara yang tinggi dengan skor

56 - 70 dengan jumlah 26 orang dengan sebesar 43%. Secara umum dari

hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa tingkat produktivitas petani

di kelompok tani di Desa Awangpone tergolong rendah dengan jumlah

persentase sebanyak 57% responden dari jumlah sampel penelitian.

Hal ini dikarenakan masih kurangnya antusias mereka terhadap

inovasi dan motivasi dunia pertanian. Petani yang memiliki motivasi

keberhasilan kuat akan selalu menerima kritik dan saran dari luar, serta

telah mempersiapkan diri secara matang tentang hal-hal yang akan terjadi

di lapangan. Semakin kuat motivasi keberhasilan petani, maka semakin

tinggi produktivitas petani menggarap lahan pertanian. Dalam hal ini

tingkat pendidikan juga berpengaruh, rata-rata pendidikan petani yang

tergabung dalam kelompok tani di Desa Awolagading memiliki pendidikan

yang masih rendah yaitu hanya sampai pada tingkat sekolah dasar (SD)

bahkan ada yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali.. Selain itu

hal yang menyebabkan produktivitas petani masih tergolong rendah

disebabkan oleh kelompok tani itu sendiri, menurut responden pengurus


inti kelompok tani tidak membagikan bantuan yang diperoleh secara

merata pada anggota kelompok tani. Jenis tanah juga sangat

mempengaruhi produktivitas usahatani di Desa awolagading, kondisi

tanah di daerah tersebut juga sangat berbeda-beda.

Dalam penelitian ini hubungan antara peran kelompok tani dalam

produktivitas petani responden kelompok tani di Desa Awolagading secara

umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah, sedang, dan

tinggi. Peranan kelompok tani di Desa Tosora dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Hubungan Peran Kelompok Tani terhadap Produktivitas


Tanaman Padi Petani di Desa Awolagading, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone 2017.
Produktivitas Tanaman Padi Total
Rendah Tinggi
13 5 18
Pengurus Rendah
22% 8% 30 %
Kelompok
15 27 42
Tani Tinggi
25% 45% 70 %
28 32 60
Total
47% 53% 100%

Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square dengan bantuan aplikasi

Spss IBM 24 diperoleh nilai Pearson Chi-Square X2 hitung sebesar 8,466.

Dengan taraf kepercayaan α: 10%. Yang berarti nilai X2 hitung

lebih besar dari pada X2 tabel (8,466 < 7,779). Dengan demikian maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Dari analisis data di lapangan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara peran kelompok tani dengan

produktivitas tanaman padi di Desa Awolagading, Kecamatan

Awangpone, Kabupaten Bone.


Peran kelompok tani dan produktivitas tanaman padi sangat

berhubungan. Petani yang ikut bergabung kedalam kelompok tani dapat

memperoleh sarana produksi dengan mudah, seperti bibit, pupuk, dan

bantuan insentif.

“Kami sering mendapatkan bantuan bibit padi empari yang


menghasilkan produktivitas yang tinggi, selain itu kami juga
mendapatkan bantuan berupa uang untuk membeli pupuk”.
(Basriadi, wawancara, Agustus, 2017).
“Jika menggunakan bibit empari biasanya menghasilkan produksi
sebesar tujuh ton/hektar. Jika menggunakan bibit ciliwung hanya
menghasilkan produksi sebesar empat ton/hektar” (Darisa,
Wawancara, Agustus, 2017).
VI. PENUTUP

6. 1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka dapat disimpilkan

sebagai berikut :

1. Kelompok tani telah menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya.

Dari ketiga indikator pengukuran, semua indikator menunjukkan peran

kelompok tani tergolong tinggi, dengan melihat persepsi pengurus

kelompok tani dan anggota kelopok tani yang sama.

2. Peran kelompok tani dan produktivitas tanaman padi sangat

berhubungan karena petani yang ikut bergabung kedalam kelompok

tani dapat memperoleh sarana produksi dengan mudah, seperti bibit,

pupuk, dan bantuan insentif.

6. 2 Saran

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilaksanakan, maka

disarankan:

1. Keberhasilan pengurus kelompok dalam menjalankan tugasnya

sesuai dengan perannya sebesar 59%. Diharapkan kedepannya

pengurus berhasil menjalankan tugasnya mencapai persentase 100%.

Dengan memotivasi semua anggota untuk ikut aktif dalam kegiatan

kelompok tani.
2. Kurangnya komunikasi dan koordinasi antara pengurus dengan

beberapa anggota kelompok tani. Untuk itu diharapkan kedepan

pengurus kelompok tani dapat menjalin komunikasi dengan baik dan

mengkoordinir seluruh anggota agar dapat meningkatkan

produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA

Abbas. 2009. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan


Adopsi Teknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aditya, 2013. Kondisi Penduduk Indonesia. Sumatra Utara : Universitas


Sumatra Utara.

Alam, Rini Syamsu. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Produksi Padi Di Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Universitas
Hasanuddin. Makassar
Anantanyu dalam Werren. 2011. Kelembagaan Petani (Peran dan Strategi
Pengembangan Kapasitasnya). Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.

--------------- dalam Mosher. 2011. Kelembagaan Petani (Peran dan


Strategi Pengembangan Kapasitasnya). Universitas Sebelas
Maret : Surakarta.

--------------- dalam Uphoff. 2011. Kelembagaan Petani (Peran dan Strategi


Pengembangan Kapasitasnya). Universitas Sebelas Maret :
Surakarta.

Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor


Pertanian di Indonesia. Diakses di
http://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf, pada tanggal 09 Oktober 2016.
Di Makassar.

BPS Provinsi Sulawesi Selatan. 2015. Statistik Pertanian Tanaman


Pangan Provinsi Sulawesi Selatan.

Conniue. 2011. Sarana dan Prasarana. Bali : Universitas Udayana.

Cornelius. 2013. Mata pencaharian. Diakses melalui www.scribe.com.


Pada tanggal 17 Agustus 2017 Makassar.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara,


Jakarta.
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2012. Data Luas Panen, Produksi
dan Produktivitas Padi. Bone.
Djogo, Tony. 2003. Pengertian Lembaga Menurut Para Ahli. Diakses di
http://guruppkn.com pada tanggal 16 Februari 2017. Pukul 14:57
WITA di Makassar.

Fajrin, Rifky. 20012. Kelembagaan yang Dikembangkan dalam Rangka


Mewujudkan Swadaya Petani. Universitas Brawijaya. Malang.

Famelia, Narulita. 2015. Usahatani. Diakses melalui


http://www.academia.edu pada tanggal 16 Februari 2017. Pukul
19:08 WITA di Makassar.

Gunawan. 2015. Pengertian Kelembagaan. Diakses di


http://www.pengertianilmu.com pada tanggal 16 Februari 2017.
Pukul 14:26 WITA di Makassar.

Hasibuan Ary Munandar dalam Mosher. 2016. Peran Penyuluh Pertanian


Terhadap Kelompok Tani dalam Pengembangan Usahatani Padi
Sawah. Universitas Sumatra Utara : Medan.
Hayami. 2006. Kelembagaan dalam Kelompok Tani. Universitas Sumatra
Utara. Medan.

Hotmaida, Ulima. 2010. Peran Kelompok Tani dalam Peningkatan Status


Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah. Universitas Sumatra Utara.
Medan.

Ibrahim. 2012. Sarana Peribadatan. http://belajarpsikologi.com. Diakses


pada tanggal 17 Agustus 2017 di Makassar.

Ilham. 2013. Pengertian Umur dan Kategori. Semarang : Universitas


Diponegoro.
James, A dan J. Dean dalam Iqbal, Mohamad. Peranan Kelompok Tani
dalam Meningkatkan Pendapatan Petani (Studi Kasus di Desa
Margamulya Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali).
Skripsi. Study Programe, Faculty of Agriculture, Tadulako
University, Palu.
Karsinoma dalam Erlista. 2011. Wujud Partisipasiku dalam Karya Tuhan.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

Kartasaputra. 2005. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara :


Jakarta.
Kukuh. 2009. Beras Untuk Keluarga Miskin, Membahas tentang
bagaimana kriteria-kriteria penerima beras miskin (raskin). UMS,
Solo.
Lewoema, Zefirinus . dan Fauzan. 2008. Pembangunan Pertanian Rakyat
Menuju Ketahanan dan Swasembada Pangan. Diakses melalui
www.indonesiamasadepan.net. Pada tanggal 16 Februari 2017
Pukul 23:50 di Makassar.

Mardian. 2012. Kelembagaan dan Organisasi(Peran Kelembagaan atau


Organisasi dalam Masyarakat). Universitas Gadjamadah :
Yogyakarta.
Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pertanian
No:273/Kpts/OT.160/4/2007. Tentang Pedoman Pembinaan
Kelembagaan Petani. Lampiran 1. Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani.
Departemen Pertanian.
Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Nainjolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.

Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Peraturan Mentri Pertanian. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan


Petani. Diakses melalui www.pertanian.go.id. Pada tanggal 03
Februari 2017 Pukul 20:50 di Makassar.

Peraturan Mentri Pertanian. 2013. Pedoman Pembinaan Kelompok Tani


dan Gabungan Kelompok Tani. Diakses melalui
http://ditjenbun.pertanian.go.id. Pada tanggal 15 Februari 2017
pukul 21:28 WITA di Makassar.

Rasda, M. 2007. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Peningkatan


Produksi Padi di Kabupaten Barru. Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Shinta, Agustina dalam Mosher. 2012. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.

Sibulo dalam Mandasari, Sutra. 2014. Hubungan Peran Kelompok


Tanidengan Produktivitas Usahatani Benih Padi (Studi Kasus di
Desa Mandalawangi, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Subang).
Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Situmorang. 2011. Sarana Prasarana Kesehatan. Universitas Sumatera


Utara: Medan.

Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press : Jakarta.


Soetrisno dalam Aprianti. 2013. Efektivitas Pelaksanaan Keputusan
Musyawarah Tudang Sipulung di Tingkat Petani. Universitas
Hasanudin. Makassar.

Sudaryanto, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian :


Sebuah Tinjauan Sosiologis. Kanisius, Yogyakarta.
Sudjana. 2006. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta : Bandung.

Suparman. 2011. Statistik Sosial. Jakarta Rajawali Perss.


Trimo. 2006. Evaluasi Penyuluhan Pertanian Permasalahan dan Upaya
Pemecahannya di Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali.
Jawa Tengah.
Usman dalam Soejono. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam
Pelayanan Masyarakat Desa Lahumbo Kecamatan Tilamuta
Kabupaten Boalemo. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo.

Wahyuni. 2007. Integritas Kelembagaan Petani Gapoktan dan P3A. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian : Bogor.

Yogo. 2011. Permasalahan Pendidikan. Medan : Universitas Sumatra


Utara.

Zulfahmi, M Guruh Arif. 2012. Kelembagaan Pendukung Usahatani.


Universitas Brawijaya. Malang.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1

Identitas Petani Respondendi Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.

Pekerjaan Luas Jumlah


N Nama Jenis Agam Pekerjaan Pengalaman Status
Nama jabatan Umur Pendidikan Sampinga Lahan Tanggunga
o Kelompok Tani Kelamin a utama Berusahatani Lahan
n (Ha) n Keluarga

1 Darwis ketua / sekertaris 63 laki-laki s1 islam petani tidak ada 30 1 milik 5

2 Muh. Jufri Bendahara 40 laki-laki SMA islam petani tidak ada 10 1,25 milik 4

3 H. Bennu Anggota 60 laki-laki SD islam petani tidak ada 40 1 milik 5

4 Sinring Anggota 68 laki-laki SD islam petani tidak ada 8 1 milik 5


Salama
5 Assa Anggota 35 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 7 0,76 milik 4

6 Samire Anggota 63 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 0,70 milik 2

7 Haba Anggota 67 laki-laki tidak sekolah islam petani Peternak 30 1 milik 5

8 Nuraeni Anggota 46 Wanita SD islam petani IRT 10 0,50 milik 4

9 Muh. Nur Ketua/sekertaris 68 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 1 milik 9
Baharuddi
10 Bendahara 40 laki-laki SD islam petani tidak ada 20 1 milik 9
n
11 Hj. Nurhani Anggota 48 Wanita SD islam petani IRT 10 1 milik 2

12 Bara anggota 60 Wanita tidak sekolah islam petani IRT 20 1 milik 2


Mattampawalie
13 hj. Ruwaya Anggota 63 Wanita tidak sekolah islam petani IRT 20 1 milik 7

14 Baba Anggota 60 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 0,50 milik 5

15 Gala Anggota 53 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 0,80 milik 6

16 Beddu Anggota 58 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 40 1,50 milik 5

17 Amir ketua 36 laki-laki SD islam petani Peternak 20 1 milik 5


Maccolliloloe
18 Baharuddi Sekertaris 30 laki-laki SMP islam peternak Petani 10 0,50 milik 3
n

19 Andu Bendahara 50 laki-laki SD islam petani Peternak 15 0,50 milik 5

20 Ambo Anggota 60 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 0,45 milik 3
Kaharuddi
21 Anggota 37 laki-laki tidak sekolah islam petani Peternak 20 0,50 milik 4
n
22 Hj. Mamma Anggota 55 Wanita SD islam petani IRT 30 1 milik 2

23 Rustan Anggota 45 laki-laki SMP islam petani Peternak 20 0,70 milik 7

24 Tahang Anggota 55 laki-laki SD islam petani tidak ada 30 0,70 milik 5

25 Mustafa Anggota 43 laki-laki SMP islam petani Peternak 15 0,65 milik 4


Hj. St.
26 Anggota 54 Wanita SD islam petani IRT 30 1 milik 4
Amina
Anggota
27 Alang ketua 39 laki-laki SMA islam petani 20 1 milik 6
BPD
28 Setta Sekertaris 42 laki-laki SMA islam petani Peternak 15 0,60 milik 7

29 Mina Bendahara 38 Wanita SMA islam petani IRT 10 0,50 milik 3

30 Hj. Sitti Anggota 68 Wanita tidak sekolah islam petani Peternak 18 0,75 garap 2
Mappidceeng
31 Suti Anggota 73 laki-laki tidak sekolah islam petani Peternak 30 0,70 milik 2
Hj.
32 Anggota 54 Wanita SD islam petani IRT 30 1 milik 4
Bungatang
33 kanna Anggota 55 laki-laki SD islam petani Peternak 30 0,50 milik 3

34 Ambo Upe Anggota 62 laki-laki tidak sekolah islam petani Peternak 35 0,55 milik 2

35 Abdullah ketua/bendahara 51 laki-laki S1 islam PNS Petani 20 1 milik 4

36 Cillang Sekertaris 53 laki-laki SMP islam Petani tidak ada 15 0,50 milik 5

37 jufri Anggota 41 laki-laki SMP islam petani tidak ada 20 0,50 milik 7
Sipatuo
38 H. Lahabe Anggota 53 laki-laki SD islam petani tidak ada 20 0,70 milik 5

39 Tassa Anggota 50 laki-laki SMP islam petani tidak ada 25 0,50 milik 5

40 A. idrus Anggota 57 laki-laki S1 islam PNS Petani 20 0,50 milik 4


41 St. Naisa Anggota 45 Wanita SMA islam Petani IRT 25 0,50 milik 4
Beddu
42 Anggota 70 laki-laki tidak sekolah islam Petani tidak ada 30 0,30 milik 11
Haling
Hj.
43 Anggota 50 Wanita tidak sekolah islam Petani IRT 25 0,25 milik 4
Bungadia
Beddu
44 Ketua 50 laki-laki SMA islam petani tidak ada 30 1 milik 5
Rahman
Baharuddi
45 Sekertaris 40 laki-laki SD islam petani tidak ada 20 1 milik 6
n
46 Kallang Bendahara 50 laki-laki SMA islam petani tidak ada 30 1 milik 5

47 Dacing Anggota 50 laki-laki SMP islam petani tidak ada 20 1 milik 4


Maccope I
48 Taming Anggota 60 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 25 1 milik 2

49 H. Dala Anggota 60 laki-laki SD islam Petani tidak ada 20 1 milik 5

50 Sanuddin Anggota 30 laki-laki SMP islam Petani tidak ada 10 0,70 milik 6
H.
51 Anggota 55 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 25 1,25 milik 2
Badullah
52 Darisa Ketua 42 laki-laki SMP islam petani ketu BPD 20 1,50 milik 7

53 Diyyang Bendahara 48 Wanita SMA islam petani IRT 15 1,50 garap 7

54 Pasinringi Sekertaris 48 laki-laki SMA islam petani tidak ada 20 0,20 milik 7

55 Basriadi Anggota 30 laki-laki SD islam petani Supir 10 1 milik 7

56 Maccope II Andu Anggota 53 laki-laki SD islam petani tidak ada 20 1 milik 7

57 Aras Anggota 50 laki-laki SD islam petani tidak ada 20 0,80 milik 5

58 Sakka Anggota 55 laki-laki tidak sekolah islam petani Peternak 20 0,80 milik 4
59 Beddu Anggota 55 laki-laki tidak sekolah islam petani tidak ada 30 1 milik 4
60 H. Landu Anggota 64 laki-laki SD islam Petani tidak ada 25 0,50 milik 5
Lampiran 2
Nilai Skor Peran Kelompok tani dalam Kelas Belajar (Pengurus Kelompok Tani) di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.

Nama Nama Kelas Belajar Total


No Kategori
Kelompok Tani Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Darwis 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
Salama
2 Muh. Jufri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
3 Muh. Nur 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
Mattampawalie
4 Baharuddin 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
5 Amir 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 21 Tinggi
6 Maccolliloloe Baharuddin 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
7 Andu 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 19 Tinggi
8 Alang 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
9 Mappideceng Setta 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
10 Mina 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 19 Tinggi
11 Abdullah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
Sipatuo
12 Cillang 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
Beddu
2 2 2 2
13 Rahman 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
Maccope I 2 2 2 2
14 Baharuddin 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
15 Kallang 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
16 Darisa 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
17 Maccope II Diyyang 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
18 Pasinringi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 22 Tinggi
jumlah 28 36 37 36 36 36 36 36 29 31 27 368
Interval :
Rendah : 11-16
Tinggi : 17-22
Lampiran 3
Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Kelas Belajar (Anggota Kelompok Tani) di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Nama Nama Kelas Belajar Total
No. Kategori
Kelompok Tani Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Skor
1 H. Bennu 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
2 Sinring 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
3 Assa 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
Salama
4 Samire 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
5 Haba 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
6 Nuraeni 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
7 Hj. Nurhani 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
8 Bara 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
9 hj. Ruwaya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
Mattampawalie
10 Baba 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
11 Gala 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
12 Beddu 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
13 Ambo 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
14 Kaharuddin 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
15 Hj. Mamma 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
16 Maccolliloloe Rustan 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
17 Tahang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
18 Mustafa 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
19 Hj. St. Amina 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
20 Hj. Sitti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
21 Suti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
22 Mappideceng Hj. Bungatang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
23 kanna 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
24 Ambo Upe 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
25 Jufri 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
26 H. Lahabe 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
27 Tassa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
28 Sipatuo A. idrus 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
29 St. Naisa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
30 Beddu Haling 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
31 Hj. Bungadia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
32 Dacing 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
33 Taming 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
34 Maccope I H. Dala 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
35 Sanuddin 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 Tinggi
36 H. Badullah 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
37 Basriadi 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
38 Andu 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 20 Tinggi
39 Aras 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 18 Tinggi
Maccope II
40 Sakka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
41 Beddu 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 19 Tinggi
42 H. Landu 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Rendah
jumlah 48 42 67 67 67 67 67 67 54 65 42 653
Interval :
Rendah : 11-16
Tinggi : 17-22
Lampiran 4
Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama (Pengurus Kelompok Tani) di
Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.

Nama Nama Wahana Kerjasama Total


No. Kategori
Kelompok Tani Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Darwis 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
Salama
2 Muh. Jufri 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
3 Muh. Nur 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
Mattampawalie
4 Baharuddin 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
5 Amir 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
6 Maccolliloloe Baharuddin 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
7 Andu 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
8 Alang 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
9 Mappideceng Setta 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
10 Mina 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 17 Tinggi
11 Abdullah 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
Sipatuo
12 Cillang 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
Beddu
2 2 2 2 2 2 2 1 2
13 Rahman 2 2 21 Tinggi
Maccope I 2 2 2 2 2 2 2 1 2
14 Baharuddin 2 2 21 Tinggi
15 Kallang 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 19 Tinggi
16 Darisa 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
17 Maccope II Diyyang 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 19 Tinggi
18 Pasinringi 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
jumlah 36 29 30 36 36 36 36 36 18 28 28 349
Interval :
Rendah : 11-16
Tinggi : 17-22
Lampiran 5
Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Wahana Kerjasama (Anggota Kelompok Tani) di
Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Nama Nama Wahana Kerjasama Total
No. Kategori
Kelompok Tani Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 H. Bennu 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
2 Sinring 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
3 Assa 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
Salama
4 Samire 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
5 Haba 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
6 Nuraeni 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
7 Hj. Nurhani 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
8 Bara 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
9 hj. Ruwaya 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
Mattampawalie
10 Baba 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
11 Gala 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
12 Beddu 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
13 Ambo 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
14 Kaharuddin 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
15 Hj. Mamma 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
16 Maccolliloloe Rustan 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
17 Tahang 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
18 Mustafa 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
19 Hj. St. Amina 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
20 Hj. Sitti 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
21 Suti 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
22 Mappideceng Hj. Bungatang 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
23 kanna 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
24 Ambo Upe 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 19 Tinggi
25 Jufri 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
26 H. Lahabe 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
27 Tassa 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
28 Sipatuo A. idrus 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
29 St. Naisa 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
30 Beddu Haling 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
31 Hj. Bungadia 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
32 Dacing 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
33 Taming 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
34 Maccope I H. Dala 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
35 Sanuddin 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
36 H. Badullah 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
37 Basriadi 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
38 Andu 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 21 Tinggi
39 Aras 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 18 Tinggi
Maccope II
40 Sakka 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
41 Beddu 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 20 Tinggi
42 H. Landu 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 12 Rendah
jumlah 67 54 67 67 67 67 84 67 42 51 51 684
Rata-rata 1.6 1.3 1.6 1.6 1.6 1.6 2 1.6 1 1.2 1.2 16.29
Interval :
Rendah : 11-16
Tinggi : 17-22
Lampiran 6
Nilai Skor Peran Kelompok tani dalam Unit Produksi (Pengurus Kelompok Tani)
di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Nama Nama Unit Produksi Total
No. Kategori
Kelompok Tani Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 Darwis 2 2 2 2 2 2 1 13 Tinggi
Salama
2 Muh. Jufri 2 2 2 2 2 2 1 13 Tinggi
3 Muh. Nur 2 2 2 2 2 2 1 13 Tinggi
Mattampawalie
4 Baharuddin 2 2 2 2 2 2 1 13 Tinggi
5 Amir 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
6 Maccolliloloe Baharuddin 2 1 1 2 1 2 2 11 Tinggi
7 Andu 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
8 Alang 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
9 Mappideceng Setta 2 1 1 2 2 2 2 12 Tinggi
10 Mina 2 2 1 2 1 2 2 12 Tinggi
11 Abdullah 2 2 2 2 2 2 1 13 Tinggi
Sipatuo
12 Cillang 2 1 2 2 1 2 1 11 Tinggi
Beddu
13 Rahman 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
Maccope I
14 Baharuddin 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
15 Kallang 2 1 2 2 1 2 2 12 Tinggi
16 Darisa 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
17 Maccope II Diyyang 2 1 2 2 1 2 2 12 Tinggi
18 Pasinringi 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
jumlah 36 31 30 36 31 36 30 230
Interval :
Rendah : 7-10
Tinggi : 11-14
Lampiran 7
Nilai Skor Peran Kelompok Tani dalam Unit Produksi (Anggota Kelompok Tani) di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
Nama Nama Unit Produksi Total
No. Kategori
Kelompok Tani Responden Skor
1 2 3 4 5 6 7
1 H. Bennu 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
2 Sinring 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
3 Assa 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
Salama
4 Samire 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
5 Haba 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
6 Nuraeni 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
7 Hj. Nurhani 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
8 Bara 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
9 hj. Ruwaya 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
10 Mattampawalie Baba 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
11 Gala 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
12 Beddu 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
13 Ambo 2 2 1 2 1 2 1 11 Tinggi
14 Kaharuddin 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
15 Hj. Mamma 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
16 Maccolliloloe Rustan 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
17 Tahang 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
18 Mustafa 2 2 1 2 1 2 1 11 Tinggi
19 Hj. St. Amina 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
20 Hj. Sitti 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
21 Suti 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
22 Mappideceng Hj. Bungatang 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
23 Kanna 2 2 1 2 1 2 1 11 Sedang
24 Ambo Upe 2 2 1 2 2 2 2 13 Tinggi
25 Jufri 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
26 H. Lahabe 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
27 Tassa 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
28 Sipatuo A. idrus 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
29 St. Naisa 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
30 Beddu Haling 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
31 Hj. Bungadia 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
32 Dacing 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
33 Taming 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
34 Maccope I H. Dala 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
35 Sanuddin 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
36 H. Badullah 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
37 Basriadi 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
38 Andu 2 2 2 2 2 2 2 14 Tinggi
39 Aras 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
Maccope II
40 Sakka 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
41 Beddu 2 2 2 2 1 2 1 12 Tinggi
42 H. Landu 2 1 1 1 1 2 1 9 Rendah
jumlah 84 67 61 67 54 84 54 471
Interval :
Rendah : 7-10
Tinggi : 11-14
Lampiran 8
Nilai Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani Berdasarkan Persepsi
Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone, 2017
Total Total
Total Skor
Nama Nama Skor Skor
No Wahana Jumlah Kategori
Kelompok Tani Responden Kelas Unit
Kerjasama
Belajar Produksi

1 Darwis 22 21 13 56 Tinggi
Salama
2 Muh. Jufri 22 21 13 56 Tinggi
3 Muh. Nur 22 21 13 56 Tinggi
Mattampawalie
4 Baharuddin 22 21 13 56 Tinggi
5 Amir 21 19 13 53 Tinggi
6 Maccolliloloe Baharuddin 18 17 11 46 Tinggi
7 Andu 19 17 13 49 Tinggi
8 Alang 20 19 13 52 Tinggi
9 Mappideceng Setta 18 17 12 47 Tinggi
10 Mina 19 17 12 48 Tinggi
11 Abdullah 22 19 13 54 Tinggi
Sipatuo
12 Cillang 19 18 11 48 Tinggi
Beddu
22 21 14 Tinggi
13 Rahman 57
Maccope I 22 21 14 Tinggi
14 Baharuddin 57
15 Kallang 18 19 12 49 Tinggi
16 Darisa 22 21 14 57 Tinggi
17 Maccope II Diyyang 18 19 12 49 Tinggi
18 Pasinringi 22 21 14 57 Tinggi
Jumlah 368 349 230 947
Interval :
Tinggi : 41 - 54
Rendah : 27 - 40
Lampiran 9
Nilai Keseluruhan Skor Peran Kelompok Tani Berdasarkan Persepsi Anggota
Kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten
Bone, 2017
Total Skor Total Skor Total Skor
Nama Kelompok Nama Total
No. Kelas Wahana Unit KategorI
Tani Responden Skor
Belajar Kerjasama Produksi
1 H. Bennu 17 18 12 47 Tinggi
2 Sinring 20 21 14 55 Tinggi
3 Assa 20 21 14 55 Tinggi
Salama
4 Samire 17 18 12 47 Tinggi
5 Haba 11 12 9 32 Rendah
6 Nuraeni 11 12 9 32 Rendah
7 Hj. Nurhani 11 12 9 32 Rendah
8 Bara 20 21 14 55 Tinggi
9 Hj. Ruwaya 11 12 9 32 Rendah
Mattampawalie
10 Baba 19 19 14 52 Tinggi
11 Gala 18 18 12 48 Tinggi
12 Beddu 18 18 12 48 Tinggi
13 Ambo 18 18 11 47 Tinggi
14 Kaharuddin 19 19 13 51 Tinggi
15 Hj. Mamma 11 12 9 32 Rendah
16 Maccolliloloe Rustan 19 19 13 51 Tinggi
17 Tahang 11 12 9 32 Rendah
18 Mustafa 18 18 11 47 Tinggi
19 Hj. St. Amina 11 12 9 32 Rendah
20 Hj. Sitti 11 12 9 32 Rendah
21 Suti 11 12 9 32 Rendah
22 Mappideceng Hj. Bungatang 11 12 9 32 Rendah
23 Kanna 18 18 11 47 Tinggi
24 Ambo Upe 19 19 13 51 Tinggi
25 Jufri 19 21 14 54 Tinggi
26 H. Lahabe 18 18 12 48 Tinggi
27 Tassa 11 12 9 32 Rendah
28 Sipatuo A. idrus 11 12 9 32 Rendah
29 St. Naisa 11 12 9 32 Rendah
30 Beddu Haling 18 18 12 48 Tinggi
31 Hj. Bungadia 11 12 9 32 Rendah
32 Dacing 19 21 14 54 Tinggi
33 Taming 18 18 12 48 Tinggi
34 Maccope I H. Dala 11 12 9 32 Rendah
35 Sanuddin 19 21 14 54 Tinggi
36 H. Badullah 18 18 12 48 Tinggi
37 Basriadi 20 21 14 55 Tinggi
38 Andu 20 21 14 55 Tinggi
39 Aras 18 18 12 48 Tinggi
Maccope II
40 Sakka 11 12 9 32 Rendah
41 Beddu 19 20 12 51 Tinggi
42 H. Landu 11 12 9 32 Rendah
Interval :
Tinggi : 41 - 54
Rendah : 27 - 40
Lampran 10
Jumlah Keseluruhan Skor Peran kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017
No 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Jumla Rata-
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Responden 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 h rata

1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
3 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 47 2
4 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 2
5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 2
6 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 47 2
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
12 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 2
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
14 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 53 2
15 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
16 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
17 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 53 2
18 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 46 2
19 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 49 2
20 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 47 2
21 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 51 2
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
23 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 51 2
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
25 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 47 2
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
27 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 52 2
28 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 47 2
29 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 48 2
30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
33 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 47 2
34 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 51 2
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 55 2
36 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 49 2
37 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 2
38 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
42 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
43 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
44 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
45 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
46 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 49 2
47 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 2
48 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
50 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 54 2
51 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
53 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 49 2
54 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 2
55 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 2
56 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 55 2
57 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 48 2
58 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
59 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 51 2
60 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 32 1
Lampiran 11
Hasil Produktivitas Tanaman Padi Kelompok Tani Desa Awolagading, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone, 2017
Nama Kelompok Produksi Produktivitas
No Nama Luas Lahan (Ha) Kategori Skor
Tani (Kg) (Kg/Are)
1 Darwis 100 7000 70 Tinggi 2
2 Muh. Jufri 125 8750 70 Tinggi 2
3 H. Bennu 100 5000 50 Rendah 1
4 Sinring 100 6000 60 Sedang 2
5 salama Assa 76 4200 55 Rendah 1
6 Samire 70 4000 57 Tinggi 2
7 Haba 100 5000 50 Rendah 1
8 Nuraeni 50 2000 40 Rendah 1
9 Muh. Nur 100 7000 70 Tinggi 2
10 Baharuddin 100 7000 70 Tinggi 2
11 Hj. Nurhani 100 4000 40 Rendah 1
12 Bara 100 7000 70 Tinggi 2
Mattampawalie
13 hj. Ruwaya 100 4500 45 Rendah 1
14 Baba 50 3000 60 Tinggi 2
15 Gala 80 4500 56 Tinggi 2
16 Beddu 150 8000 53 Rendah 2
17 Amir 100 4000 40 Rendah 1
18 Baharuddin 50 2500 50 Rendah 1
19 Andu 50 2500 50 Rendah 1
20 Ambo 45 2000 44 Rendah 1
21 Kaharuddin 50 2000 40 Rendah 1
22 Maccolliloloe
Hj. Mamma 100 5500 55 Rendah 2
23 Rustan 70 3000 43 Rendah 1
24 Tahang 70 3000 43 Rendah 1
25 Mustafa 65 2800 43 Rendah 1
26 Hj. St. Amina 100 4500 45 Rendah 1
27 Alang 100 4000 40 Rendah 1
28 Setta 60 2500 42 Rendah 1
29 Mina 50 2000 40 Rendah 1
30 Hj. Sitti 75 3500 47 Rendah 1
Mappidceeng
31 Suti 70 3700 53 Rendah 2
32 Hj. Bungatang 100 6000 60 Tinggi 2
33 kanna 50 2000 40 Rendah 1
34 Ambo Upe 55 2200 40 Rendah 1
35 Abdullah 100 7000 70 Tinggi 2
36 Cillang 50 3500 70 Tinggi 2
37 jufri 50 3500 70 Tinggi 2
38 H. Lahabe 70 3500 50 Rendah 1
39 Sipatuo Tassa 50 2500 50 Rendah 1
40 A. idrus 50 2500 50 Rendah 1
41 St. Naisa 50 2500 50 Rendah 1
42 Beddu Haling 30 1700 57 Tinggi 2
43 Hj. Bungadia 25 1000 40 Rendah 1
44 Beddu Rahman 100 7000 70 Tinggi 2
45 Baharuddin 100 7000 70 Tinggi 2
46 Kallang 100 6000 60 Tinggi 2
47 Dacing 100 6500 65 Tinggi 2
Maccope I
48 Taming 100 5500 55 Rendah 2
49 H. Dala 100 5500 55 Rendah 2
50 Sanuddin 70 4700 67 Tinggi 2
51 H. Badullah 125 7500 60 Tinggi 2
52 Maccope II Darisa 150 10500 70 Tinggi 2
53 Diyyang 150 10500 70 Tinggi 2
54 Pasinringi 20 1200 60 Tinggi 2
55 Basriadi 100 5500 55 Rendah 2
56 Andu 100 6000 60 Tinggi 2
57 Aras 80 4500 56 Tinggi 2
58 Sakka 80 4000 50 Rendah 1
59 Beddu 100 6000 60 Tinggi 2
60 H. Landu 50 2500 50 Rendah 1
Interval :
Rendah : 40-55
Tinggi : 56-70
Lampiran 12

Hasil Uji Chi-Square menggunakan Aplikasi SPSS IBM 24

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Peran Pengurus dan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
Anggota Kelompok Tani
* Produktivitas Tanaman
Padi

Peran Pengurus dan Anggota Kelompok Tani * Produktivitas


Tanaman Padi Crosstabulation
Count
Produktivitas Tanaman Total
Padi
Rendah Tinggi
Peran Pengurus dan Rendah 13 5 18
Anggota Kelompok Tani tinggi 15 27 42
Total 28 32 60

Chi-Square Tests
Value df Asymptotic Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Significance sided) sided)
(2-sided)
a
Pearson Chi-Square 8.466 1 .004
b
Continuity Correction 6.877 1 .009
Likelihood Ratio 8.742 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear 8.325 1 .004
Association
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.93.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 13

NILAI-NILAI CHI KUADRAT


Taraf Signifikansi
dk
50% 30% 20% 10% 5% 1%
1 0.455 1.074 1.642 2.706 3.481 6.635
2 0.139 2.408 3.219 3.605 5.591 9.210
3 2.366 3.665 4.642 6.251 7.815 11.341
4 3.357 4.878 5.989 7.779 9.488 13.277
5 4.351 6.064 7.289 9.236 11.070 15.086
6 5.348 7.231 8.558 10.645 12.592 16.812
7 6.346 8.383 9.803 12.017 14.017 18.475
8 7.344 9.524 11.030 13.362 15.507 20.090
9 8.343 10.656 12.242 14.684 16.919 21.666
10 9.342 11.781 13.442 15.987 18.307 23.209
11 10.341 12.899 14.631 17.275 19.675 24.725
12 11.340 14.011 15.812 18.549 21.026 26.217
13 12.340 15.19 16.985 19.812 22.368 27.688
14 13.332 16.222 18.151 21.064 23.685 29.141
15 14.339 17.322 19.311 22.307 24.996 30.578
16 15.338 18.418 20.465 23.542 26.296 32.000
17 16.337 19.511 21.615 24.785 27.587 33.409
18 17.338 20.601 22.760 26.028 28.869 34.805
19 18.338 21.689 23.900 27.271 30.144 36.191
20 19.337 22.775 25.038 28.514 31.410 37.566
21 20.337 23.858 26.171 29.615 32.671 38.932
22 21.337 24.939 27.301 30.813 33.924 40.289
23 22.337 26.018 28.429 32.007 35.172 41.638
24 23.337 27.096 29.553 33.194 35.415 42.980
25 24.337 28.172 30.675 34.382 37.652 44.314
26 25.336 29.246 31.795 35.563 38.885 45.642
27 26.336 30.319 32.912 36.741 40.113 46.963
28 27.336 31.391 34.027 37.916 41.337 48.278
29 28.336 32.461 35.139 39.087 42.557 49.588
30 29.336 33.530 36.250 40.256 43.775 50.892
Lampiran 14
KUISIONER PENELITIAN
PERAN ANGGOTA KELOMPOK TANI TERHADAP PRODUKTIVITAS
TANAMAN PADI
DI DESA AWOLAGADING, KECAMATAN AWANGPONE, KABUPATEN
BONE

A. IDENTITAS PETANI RESPONDEN

1. Nama :
2. Umur : Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Wanita
4. Pendidikan :
5. Agama :
6. Pekerjaan Utama :
7. Pekerjaan Sampingan :
8. Pengalaman Berusahatani : Tahun
9. Luas Lahan : ha
10. Status Lahan : Milik / Sakap / Garap
11. Jumlah Tanggungan Keluarga : orang
12. Nama Kelompok Tani :
13. Hasil Produksi : Ton/Kg

DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER)

I. Peran kelompok tani dalam kelas belajar


1. Apakah anda pernah ikut serta menggali dan merumuskan kebutuhan
belajar
kelompok tani seperti menanyakan masalah-masalah yang dihadapi
anggota kelompok ?
Pernah Tidak Pernah
2. Apakah anda pernah ikut serta merencanakan dan mempersiapkan
kebutuhan belajar kelompok tani seperti mengatur waktu yang tepat
untuk pelaksanaan kelas belajar?
Pernah Tidak Pernah
3. Apakah anda ikut berpartisipasi menumbuhkan kedisiplinan dan
motivasi anggota kelompok tani dalam kelas belajar?
Ya Tidak
4. Apakah pertemuan dan pembelajaran dilaksanakan secara kondusif
dan tertib ?
Ya Tidak
5. Apakah anda pernah menghadiri pertemuan dan pembelajaran ?
Pernah Tidak Pernah
6. Dengan siapa anda menjalin kerjasama untuk sumber-sumber
informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar ?
Penyuluh Sesama Petani
7. Apakah anda ikut serta menciptakan iklim/lingkungan belajar yang
layak dan sesuai kebutuhan petani ?
Ya Tidak
8. Apakah anda ikut aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk
mendatangkan dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan
pertanian, dan sumber-sumber informasi lainnya ?
Ya Tidak
9. Apakah anda pernah ikut mengemukakan pendapat maupun masalah
yang dihadapi anggota kelompok tani ?
Pernah Tidak Pernah
10. Apakah anda ikut merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam
memecahkan masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan
kelompok tani ?
Ya Tidak
11. Apakah anda ikut serta merencanakan dan melaksanakan pertemuan-
pertemuan berkala baik di dalam kelompok tani, antar kelompok tani
atau dengan instansi terkait ?
Ya Tidak
II. Peran kelompok tani dalam wahana kerjasama
1. Apakah anda ikut berpartisipasi menciptakan suasana saling kenal,
saling percaya mempercayai dan selalu berkeinginan untuk
bekerjasama terhadap pengurus dan anggota poktan ?
Ya Tidak
2. Apakah anda ikut menciptakan suasana keterbukaan dalam
menyatakan pendapat dan pandangan diantara anggota kelompok
tani untuk mencapai tujuan bersama ?
Ya Tidak
3. Apakah anda ikut mengatur dan melaksanakan pembagian
tugas/kerja diantara pengurus dan sesama anggota kelompok tani
sesuai dengan kesepakatan bersama ?
Ya Tidak
4. Apakah anda ikut mengembangkan kedisiplinan dan rasa
tanggungjawab diantara pengurus dan sesama anggota poktan ?
Ya Tidak
5. Apakah anda pernah ikut merencanakan dan melakukan musyawarah
agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok
tani ? dan setiap kapan dilaksanakan musyawarah ?
Pernah Tidak Pernah
6. Apakah kelompok anda melaksanakan kerjasama penyediaan sarana
produksi dan jasa pertanian untuk kebutuhan anggota kelompok ?
Ya Tidak
7. Apakah anda ikut serta melaksanakan kegiatan pelestarian
lingkungan ?
Ya Tidak
8. Apakah anda mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang
dihasilkan bersama dalam kelompok tani ?
Ya Tidak
9. Apakah kelompok anda menjalin kerjasama dan kemitraan usaha
dengan pemasaran hasil usahatani ?
Ya Tidak
10. Apakah kelompok anda menjalin kerjasama dan kemitraan usaha
dengan lembaga permodalan ?
Ya Tidak
11. Apakah kelompok anda pernah memberikan pinjaman modal untuk
keperluan pengembangan usaha anggota kelompok tani ?
Pernah Tidak Pernah
III. Peran kelompok tani dalam unit produksi
1. Apakah anggota kelompok tani dapat mengambil keputusan dalam
menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan
berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial,
permodalan, sarana produksi dan sumberdaya alam lainnya ?
Ya Tidak
2. Apakah anda ikut dan mengikut sertakan anggota kelompok tani
menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, serta
rencana kebutuhan kelompok tani atas dasar pertimbangan efisiensi ?
Ya Tidak
3. Apakah kelompok anda memfasilitasi penerapan teknologi (bahan,
alat pertanian, cara pengunaan) usahatani oleh para anggota poktan
sesuai dengan rencana kegiatan poktan ?
Ya Tidak
4. Apakah kelompok anda menjalin kerjasama dan kemitraan terkait
dalam pelaksanaan usahatani ?
Ya Tidak
5. Apakah anda ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan bersama dan
rencana kebutuhan kelompok tani, sebagai bahan rencana kegiatan
yang akan datang ?
Ya Tidak
6. Apakah anda ikut meningkatkan kesinambungan produktivitas dan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan ?
Ya Tidak
7. apakah anda mengelola administrasi secara baik dan benar ?
Ya Tidak
Lampiran 15

KUISIONER PENELITIAN
PERAN PENGURUS KELOMPOK TANI TERHADP PRODUKTIVITAS
TANAMAN PADI
DI DESA AWOLAGADING, KECAMATAN AWANGPONE, KABUPATEN
BONE

IDENTITAS PETANI RESPONDEN

1. Nama :
3. Umur : Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki Wanita
5. Pendidikan :
6. Agama :
7. Pekerjaan Utama :
8. Pekerjaan Sampingan :
9. Pengalaman Berusahatani : tahun
10. Luas Lahan : ha
11. Status Lahan : Milik / Sakap / Garap
12. Jumlah Tanggungan Keluarga : orang
13. Nama Kelompok Tani :
14. Jumlah Produksi : Ton/Kg
DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER)
I. Peran kelompok tani dalam kelas belajar
1. Apakah anda pernah ikut serta menggali dan merumuskan kebutuhan
belajar kelompok anda seperti memaparkan masalah-masalah yang
dihadapi dalam usahatani anda?
Pernah Tidak Pernah
2. Apakah anda pernah diikut sertakan dalam merencanakan dan
mempersiapkan kebutuhan belajar kelompok anda seperti membantu
mengatur waktu yang tepat dilaksanakannya kelas belajar ?
Pernah Tidak Pernah
3. Apakah anda ikut serta menumbuhkan kedisiplinan dan termotivasi
atas informasi yang disampaikan dalam kelas belajar ?
4. Apakah pertemuan dan pembelajaran dilaksanakan secara kondusif
dan tertib ?
Ya Tidak
5. Apakah anda pernah menghadiri pertemuan dan pembelajaran ?
Pernah Tidak Pernah
6 Dengan siapa anda menjalin kerjasama untuk sumber-sumber
informasi yang diperlukan dalam proses belajar ?
Penyuluh Sesama Petani
7 Apakah pengurus menciptakan iklim/lingkungan belajar yang layak
dan sesuai kebutuhan petani ?
Ya Tidak
8 Apakah pengurus kelompok tani ikut aktif dalam proses belajar-
mengajar, termasuk mendatangkan dan berkonsultasi kepada
kelembagaan penyuluhan pertanian, dan sumber-sumber informasi
lainnya ?
Ya Tidak
9 Apakah anda pernah ikut mengemukakan pendapat maupun masalah
yang anda hadapi ?
Pernah Tidak Pernah
10 Apakah pengurus kelompok tani mengajak anda merumuskan
kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun
untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok tani ?
Ya Tidak
11 Apakah pengurus mengajak anda dalam merencanakan dan
melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di dalam kelompok
tani, antar kelompok tani atau dengan instansi terkait ?
Ya Tidak
II. Peran kelompok tani dalam wahana kerjasama
1. Apakah anda ikut berpartisipasi menciptakan suasana saling kenal,
saling percaya mempercayai dan selalu berkeinginan untuk
bekerjasama terhadap pengurus dan anggota kelompok tani?
Ya Tidak
2. Apakah anda ikut menciptakan suasana keterbukaan dalam
menyatakan pendapat dan pandangan diantara anggota kelompok
tani untuk mencapai tujuan bersama ?
Ya Tidak
3. Apakah pengurus mengatur dan melaksanakan pembagian
tugas/kerja sesuai dengan kesepakatan bersama ?
Ya Tidak
4. Apakah anda ikut mengembangkan kedisiplinan dan rasa
tanggungjawab diantara pengurus dan sesama anggota poktan ?
Ya Tidak
5. Apakah anda pernah ikut merencanakan dan melakukan musyawarah
agar tercapai kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok
tani ? dan setiap kapan dilaksanakan musyawarah ?
Pernah Tidak Pernah
6. Apakah kelompok anda melaksanakan kerjasama dengan penyediaan
sarana produksi dan jasa pertanian untuk kebutuhan anggota ?
Ya Tidak
7. Apakah anda ikut serta melaksanakan kegiatan pelestarian
lingkungan ?
Ya Tidak
8. Apakah anda mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang
dihasilkan bersama dalam kelompok tani ?
Ya Tidak
9. Apakah kelompok anda pernah menjalin kerjasama dan kemitraan
usaha dengan pemasaran hasil usahatani ?
Pernah Tidak Pernah
10. Apakah kelompok anda menjalin kerjasama dan kemitraan usaha
dengan lembaga permodalan ?
Ya Tidak
11. Apakah kelompok anda pernah memberikan pinjaman modal untuk
keperluan pengembangan usaha anggota kelompok tani ?
Pernah Tidak Pernah
III. Peran kelompok tani dalam unit produksi
1. Apakah anda dapat mengambil keputusan dalam menentukan
pengembangan produksi yang menguntungkan berdasarkan informasi
yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana
produksi dan sumberdaya alam lainnya ?
Ya Tidak
2. Apakah pengurus pernah mengajak anda ikut menyusun rencana dan
melaksanakan kegiatan bersama, serta rencana kebutuhan kelompok
tani ?
Pernah Tidak Pernah
3. Apakah kelompok anda memberikan fasilitasi penerapan teknologi
(bahan, alat pertanian, cara penggunaan) usahatani oleh para
anggota kelompok tani sesuai dengan rencana kegiatan kelompok tani
?
Ya Tidak
4. Apakah kelompok anda menjalin kerjasama dan kemitraan terkait
dalam pelaksanaan usahatani ?
Ya Tidak
5. Apakah anda ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan bersama dan
rencana kebutuhan kelompok tani, sebagai bahan rencana kegiatan
yang akan datang ?
Ya Tidak
6. Apakah anda ikut meningkatkan kesinambungan produktivitas
usahatani dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan ?
Ya Tidak
7. Apakah pengurus mengelola administrasi secara baik dan benar ?
Ya Tidak
Lampiran 16

MATRIKS PROPOSAL PENELITIAN

Masalah Tujuan
Konsep dan Variabel Data dan Informasi Sumber Data Penyajian Data Analisis Data
Penelitian Penelitian
3. Apakah 1.1 Untuk 1.1.1 Kelas Belajar 1.1.1.1 Tingkat Petani Observasi, Analisis
kelompok menganalisis 1.1.2 Wahana kehadiran responden Pemberian Kuantitatif
tani telah peranan Kerjasama 1.1.2.1 Bentuk yaitu pengurus kuisioner, menggunakan
menjalankan kelompok tani 1.1.3 Unit Produksi dan anggota Wawancara aplikasi ms
partisipasi
tugasnya dalam kelompok tani mendalam excel 2010
sesuai memfasilitasi 1.1.3.1 Aktivitas yang ada di
dengan petani yang Desa
perannya ? dilakukan Awolagading,
Kecamatan
Awangpone,
Kabupaten
Bone
4. Bagaimana 1.2 Untuk 1.2.1 Peran kelompok 1.2.1.1 hasil skoring Petani Pemberian Analisis Chi-
hubungan menganalisis tani dalam 1.2.2.1 hasil responden kuisioner dan Square
antara peran hubungan memfasilitasi produktivitas yaitupengurus wawancara menggunakan
kelompok antara peran petani dan anggota mendalam aplikasi ms
tani dengan kelompok tani 1.2.2 Hasil produksi kelompok tani excel 2010
produktivitas dengan yang ada di dan aplikasi
produktivitas Desa SPSS IBM 24
Awolagading,
Kecamatan
Awangpone,
Kabupaten
Bone

Lampiran 17
MATRIKS HASIL PENELITIAN

Masalah Tujuan Hasil Penelitian Kesimpulan


Penelitian Penelitian
1. Apakah 1.1 Untuk 1.1.1 Pengurus : Tingkat kelas belajar sudah tergolong tinggi karena  Pengurus kelompok tani telah
kelompok menganalisis sebagian besar pengurus kelompok tani telah merencanakan dan menjalankan tugasnya sesuai dengan
tani telah peranan mempersiapkan kebutuhan belajar, menumbuhkan kedisiplinan, perannya dalam kelas belajar karena
menjalankan kelompok tani menghadiri kelas belajar, menciptakan iklim belajar yang layak, ikut adanya persamaan persepsi antara
tugasnya dalam aktif dalam proses belajar-mengajar, mengemukakan pendapat pengurus kelompok tani dan anggota
sesuai memfasilitasi maupun masalah, dan merumuskan kesepakatan bersama dalam kelompok tani.
dengan petani melakukan kegiatan kelompok.  pengurus kelompok tani telah
perannya ? Anggota : Tingkat kelas belajar menurut anggota kelompok tani menjalankan tugasnya sesuai dengan
tergolong tinggi karena para anggota kelompok tani telah kurang yang perannya dalam wahana kerjasama
ikut serta dalam menggali dan merumuskan kebutuhan belajar, aktif karena adanya persamaan persepsi
dalam mempersiapkan kebutuhan belajar, menghadiri pertemuan atau antara pengurus dan anggota kelompok
kelas belajar, sumber informasi yang diperoleh anggota sebagian tani
besar dari penyuluh.  pengurus kelompok tani telah
1.1.2 Pengurus : Tingkat wahana kerjasama pengurus kelompok tani menjalankan tugasnya sesuai dengan
tergolong tinggi karena semua pengurus kelompok tani telah perannya dalam unit produksi karena
menciptakan suasana saling kenal dan saling percaya, adanya persamaan beberapa persepsi
mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab, antara pengurus dan anggota kelompok
merencanakan dan melaksanakan musyawarah, melaksanakan tani.
kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa pertanian, mengadakan Secara umum dari hasil penelitian ini
pelestarian lingkungan, serta mentaati dan melaksanakan kespakatan dapat dikatakan bahwa pengurus
yang dihasilkan secara bersama-sama. kelompok tani Desa Awolagading telah
Anggota : Tingkat wahana kerjasama menurut anggota kelompok tani menjalankan tugasnya sesuai dengan
tergolong tinggi karena sebagian besar anggota kelompok tani telah perannya karena adanya persamaan
menciptakan suasana saling kenal dan slaing percaya, mengatur dan persepsi antara pengurus dan anggota
melaksanakan pembagian tugas, mengembangkan kedisiplinan dan kelompok tani.
tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah,
melaksanakan kerjasama dengan penyedia sarana dan jasa
pertanian, serta mentaati dan melaksanakan kesepeakatan yang
dihasilkan.
1.1.3 Pengurus : Tingkat unit produksi pengurus kelompok tani sudah
tergolong tinggi karena menurut pengurus, para anggota dapat
mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
yang menguntungkan, telah mengikut sertakan anggota dalam
menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama, telah
menjalin kerjasama dan kemitraan terkait pelaksanaan usahatani,
mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok,
meningkatkan kesinambungan produktivitas, mengelola administrasi
dengan baik dan benar.
Anggota : Tingkat unit produksi sudah tergolong tinggi karena
anggota kelompok tani dapat mengambil keputusan dalam
menentukan pengembangan produksi yang menguntungkan, sebagian
besar anggota telah ikut menyusun rencana dan melaksanakan
kegiatan bersama, sebagian besar telah mendapatkan fasilitas
penerapan teknologi, telah menjalin kerjasama dan kemitraan terkait
dalam pelaksanaan usahatani, dan ikut meningkatkan kesinambungan
produktivitas usahatani.
2
2. Bagaimana 1.2 Untuk Dengan taraf kepercayaan α: 10%. Yang berarti nilai X hitung lebih besar Terdapat hubungan yang signifikan antara
2
hubungan menganalisis dari pada X tabel (8,466 < 7,779). Dengan demikian maka Ho diterima dan pengurus dan anggota kelompok tani di
antara peran hubungan Ha ditolak. Dari analisis data di lapangan bahwa ada hubungan yang Desa Awolagading, Kecamatan
kelompok antara peran signifikan antara peran kelompok tani dengan produktivitas tanaman padi di Awangpone, Kabupaten Bone.
tani dengan kelompok tani Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Peran
produktivitas dengan kelompok tani dan produktivitas tanaman padi sangat berhubungan. Petani
produktivitas yang ikut bergabung kedalam kelompok tani dapat memperoleh sarana
produksi dengan mudah, seperti bibit, pupuk, dan bantuan insentif.
Lampiran 18

DOKUMENTASI PENELITIAN

Ketua Kelompok Tani Salama Bendahara Kelompok Tani


(Pak Darwis) dan Peneliti Salama (Pak Muh. Jufri) dan
Peneliti

Ketua Kelompok Tani Maccope II Ketua Kelompok Tani Sipatuo


(Pak Darisa) dan Peneliti (Pak Abdullah) dan Peneliti
Ketua Kelompok Tani Anggota Kelompok Tani Sipatuo
Mappideceng (Pak Alang) dan (Pak A. idrus) dan Peneliti
Peneliti

Anggota Kelompok Tani Suasana Kelas Belajar Kelompok


Mappideceng (Ibu Hj. Sitti) dan Tani di Desa Awolagading,
Peneliti Kecamatan Awangpone,
Kabupaten Bone

ABSTRAK
Peran Kelompok Tani dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi
(Studi Kasus di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone)

1
Kasriani 2Sitti Bulkis 3Tamzil Ibrahim

Kelompok tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan,
kepentingan, kondisi lingkungan, dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan
usaha anggota. Peran kelompok tani merupakan media belajar organisasi dan kerjasama antar
petani. Semua petani harus bergabung kedalam kelompok tani untuk memenuhi kebutuhan
usahataninya. Partisisipasi anggota kelompok tani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani
sangat mempengaruhi produktivitas tanaman padi. Terdapat (3) tiga aspek peran yang harus
dijalankan kelompok tani agar tujuannya tercapai yaitu kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit
produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kelompok tani dalam memfasilitasi
petani dan hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas tanaman padi. Tempat penelitian
yang dipilih adalah Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Adapun
sampel pada penelitian ini yaitu 7 (tujuh) kelompok tani yang berjumlah 60 (enam puluh) orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tani telah menjalankan tugasnya sesuai dengan
perannya karena kelompok tani telah menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya karena
peran kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi menurut
persepsi pengurus kelompok tani untuk kategori tinggi sebanyak 100%, peran kelompok tani
sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi menurut persepsi anggota kelompok
tani untuk kategori rendah sebanyak 41% dan tinggi sebanyak 59%. Terdapat hubungan yang
signifikan antara peran kelompok tani dan produktivitas tanaman padi karena pengurus
kelompok tani telah mengajak dan memotivasi anggota kelompok tani untuk ikut aktif dalam
kegiatan kelompok tani dan peran kelompok tani sangat mempengaruhi produktivitas karena
yang bergabung dalam kelompok tani akan mudah memperoleh sarana produksi.

Kata kunci : Kelompok Tani, Peran Kelompok Tani, Produktivitas Padi.

1. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia terdiri atas gugusan pulau-pulau yang jumlahnya ribuan, dimana
wilayah perairan meliputi hampir 2/3 dari keseluruhan wilayah daratan Indonesia. Kehidupan
penduduk Indonesia sebagian besar dari sektor pertanian, terutama penduduk yang berada di
wilayah pedesaan. Areal pertanian juga tersebar sekitar 90% di wilayah pedesaan. Oleh karena
itu, pembangunan ekonomi bangsa juga senantiasa menitikberatkan pada sektor pertanian.
Indonesia sebagai negara berkembang menaruh harapan besar dalam bidang pertanian sebagai
ujung tombak pembangunan ekonomi (Nainjolan, 2005:1).
Menurut Hotmaida (2011:1) pembangunan pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara
bertahap dan berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai kesejahteraan,
peningkatan produksi pangan, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani merupakan arah
dan tujuan pembangunan pertanian.
Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam fungsi sektor pertanian di
dalam pembangunan nasional dan kemampuan sektor tersebut untuk bersaing pada abad yang
akan datang. Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia
tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup pada sektor
pertanian, dengan pendapatan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang
tinggal di perkotaan. Perbedaan tersebut berkaitan erat dengan produktifitas para petani
Indonesia, yang tidak dapat dilepaskan dari berbagai faktor, antara lain luas lahan yang dimiliki,
kebijakan pemerintah dalam hal pemberian insentif kepada petani dan sebagainya (Hotmaida,
2011:3).
Tanaman utama pertanian di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan
yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian penduduk
Indonesia.Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang banyak dibudidayakan oleh petani
Indonesia dan pernah menjadi salah satu Negara pengekspor beras yaitu dicapainya swasembada
beras (Ashari, 2010).
Sulawesi Selatan memiliki potensi yang sangat strategis dalam pengembangan dan
peningkatan produksi tanaman pangan. Dari aspek sumber daya manusia petani Sulawesi Selatan
adalah petani yang sejak dahulu kala menggantungkan hidup dan penghidupannya pada sektor
pertanian. Potensi strategis lain yang dimiliki Sulawesi Selatan adalah adanya pranata sosial
yang tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat petani itu sendiri dan telah
membudaya/melembaga sejak dahulu hingga saat ini. Dengan dukungan potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia serta keunggulan-keunggulan spesifik yang dimiliki Sulawesi
Selatan ini maka keberhasilan Sulawesi Selatan dalam meningkatkan produksi cukup
menggembirakan.
Kabupaten Bone adalah daerah dengan wilayah sebagian besar pertanian. Luas areal
pertanian / luas panen mencapai 140.644 ha, masa tanam/panen kurang lebih 2 – 3 kali pertahun.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi padi di Kabupaten Bone senantiasa mengalami
peningkatan. Peningkatan produksi tersebut tidak lepas dari upaya dari semua pihak mulai dari
petani, kelompok tani dan semua yang terkait dengan pertanian. Dari pihak Pemerintah Daerah
berupa dukungan kebijakan program dan anggaran yang mengarah bagi kemudahan dibidang
pertanian (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, 2012:6).
Tabel 1
Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Kabupaten Bone
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 Luas Panen (Ha) 140,644 152,663 131,036 155,931 170,359

2 Produksi (Ton) 817,871 876,937 777,632 888,654 983,219

3 Produktivitas 5,81 5,74 5,93 5,69 5,77


(Ton/Ha)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi padi mulai dari tahun 2011 hingga
tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 59 ton, namun mengalami penurunan produktivitas
sebesar 99,305 ton pada tahun 2013. Dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan produksi
sebesar 111,022 ton. Namun pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 94,565 ton (BPS
Kab. Bone, 2015).
Menurut Nainjolan (2005:7) Peningkatan produktivitas tanaman padi disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor extern dan intern. Faktor intern itu sendiri terdiri dari faktor sosial
dan ekonomi. Faktor sosial itu diantaranya : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan
kepemilikan lahan. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah jumlah tanggungan keluarga,
luas lahan dan ada tidaknya usaha tani lain yang dimiliki petani.
Naik turunnya produktivitas padi di Kabupaten Bone merupakan masalah yang dialami
sektor pertanian saat ini. Salah satu langkah pemerintah untuk mengembangkan pertanian adalah
dengan membentuk kelompok sosial pada masyarakat petani, seperti kelompok tani. Tingkat
dinamika kelompok tani berpengarauh terhadap keberhasilan langkah pemerintah tersebut.
Dinamis yang dimaksud adalah selalu siap untuk maju dan menyonsong pembaharuan pertanian
yang digalakkan dewasa ini (Kukuh, 2009:2).
Salah satu kelembagaan yang dikembangkan dalam rangka mewujudkan swadaya petani
adalah kelompok tani yang merupakan kelompok kerja yang diharapkan berfungsi sebagai
penyebar inovasi kepada para petani. Kelompok tani merupakan wadah bersama bagi petani
dalam rangka mengelola usahatani serta semua persoalan usahatani, wadah untuk proses belajar
bagi petani dalam melaksanakan kegiatan usahatani secara maksimal dan dalam meningkatkan
produksi (Fajrin, 2012).
Kelompok tani merupakan kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan
keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk
berkerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya, yang mana
fungsi kelompok tani tersebut adalah sebagai kelas belajar mengajar, sebagai unit produksi,
sebagai wahana kerjasama dan sebagai kelompok usaha (Sugiyono, 2009:4).
Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang
“Hubungan Peran Kelembagaan Kelompok Tani Terhadap Produktivitas Tanaman Padi”.
Penelitian ini dilakukan terhadap kelompok tani, karena dalam hal ini besar manfaatnya bagi
mereka yang telah bergabung menjadi anggota kelompok tani. Dari hasil observasi yang
dilakukan menunjukkan bahwa hampir semua petani yang ada di Desa Awolagading, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone masuk dalam anggota kelompok tani. Jadi dengan melihat
bagaimana petani menerima kelompok tani sebagai wadah dan sebagai tempat bertukar pikiran,
penulis tertarik ingin menganalisis apakah kelompok tani menjalankan tugas sesuai dengan
perannya serta adakah hubungan antara peranan kelompok tani terhadap produktivitas tanaman
padi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)
Menganalisis peran kelembagaan kelompok tani dalam memfasilitasi petani. (2) Menganalisis
hubungan antara peranan kelompok tani terhadap produktivitas tanaman padi.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten
Bone pada bulan Agustus 2017. Hubungan peran kelembagaan kelompok tani terhadap
produktivitas tanaman padi objek penelitian ini.
Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh kelompok tani padi sawah
yang ada di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone. Terdapat 7 kelompok
tani, masing-masing kelompok tani memiliki rata-rata populasi setiap kelompok sebanyak 53-70
orang, jadi keseluruhan berjumlah 429 orang. Untuk anggota kelompok tani berjumlah 411 dan
jumlah pengurus kelompok tani sebanyak 18 orang.
Sampel yang ditarik dari populasi untuk anggota adalah sebanyak 10% sehingga jumlah
sampel sebanyak 41,1 atau 41 orang. Sampel yang ditarik dari populasi untuk pengurus
kelompok tani adalah sebanyak 18 orang. Penarikan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan
apabila subjek kurang 100 lebih baik populasi diambil semua sebagai sampel, tetapi kalau lebih
dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,2002).
Menurut James dan Dean dalam Iqbal (2014:50) menyatakan bahwa tingkat peranan
kelompok tani dapat diukur menggunakan Skala Likert, yaitu menjabarkan ketiga indikator
tersebut menjadi beberapa item pertanyaan yang telah disusun dalam kuisioner dan setiap item
pertanyaan diberikan skor sesuai dengan pilihan responden. Item pertanyaan dalam daftar
pertanyaan atau kuisioner terdiri dari tiga alternatif pilihan atau tanggapan yaitu Sering (skor 3),
Kadang - kadang (skor 2), Tidak Pernah (skor 1).
Sementara untuk mengetahui hubungan peran kelompok tani dengan produktivitas
tanaman padi, menggunakan aplikasi SPSS IBM 24.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelas Belajar
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam kelas belajar khususunya pengurus
kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indidkator dan jawaban pengurus kelompok tani dapat dilihat
pada table berikut :

Tabel 2
Indikator Kelas Belajar dan Jawaban Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Kelas Belajar Kategori Jumlah
Tinggi Rendah Responden
1 Menggali dan merumuskan kebutuhan belajar 10 8 18
2 Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan 18 - 18
belajar
3 Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi 18 - 18
anggota
4 Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif 18 - 18
dan tertib
5 Menjalin kerjasama dengan sumber informasi 18 - 18
6 Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai 18 - 18
7 Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar 18 - 18
8 Mengemukakan dan memahami keinginan, 11 7 18
pendapat maupun masalah yang dihadapi
9 Merumuskan kesepakatan bersama 13 5 18
10 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan 9 9 18
berkala
Table 2 menunjukkan jawaban yang sama disetiap indikator. Untuk indikator pertama
menggali dan merumuskan kebutuhan belajar 10 orang memilih kategori tinggi dan 8 orang
memilih kategori rendah. Ada dua kelompok yang belum paham mengenai kelompok tani karena
baru terbentuk pada tahun 2017 sehingga belum bisa menggali dan merumuskan kebutuhan
belajar mereka, dua elompok tersebut masih dalam bimbingan penyuluh.
Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori tinggi.
Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi anggota. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori tinggi. Pengurus kelompok tani telah menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi
anggota agar ikut aktif pada kegiatan kelompok.
Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan tertib. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori tinggi.
Menjalin kerjasama dengan sumber informasi. Semua pengurus kelompok tani memilih
kategori tinggi. Kelompok telah menjalin kerjasama dengan sumber-sumber informasi seperti
penyuluh dan lembaga pertanian.
Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai. Semua pengurus kelompok tani memilih
kategori tinggi. Untuk pelaksanaan kelas belajar telah tersedia tempat khusus.
Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar. Semua pengurus kelompok tani memilih
kategori tinggi. Skor indicator ini tinggi karena pengurus kelompok telah mendatangkan dan
berkonsultasi dengan penyuluh.
Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi. 13
orang memilih tinggi, 5 orang memilih rendah.
Merumuskan kesepakatan bersama. 13 orang memilih kategori tinggi dan 5 orang
memilih rendah.
Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala. 9 orang memilih kategori tinggi
dan 9 orang memilih rendah.
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam kelas belajar khususunya anggota
kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indidkator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 3
Indikator Kelas Belajar dan Jawaban Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading, Kecamatan
Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Kelas Belajar Kategori Jumlah
Tinggi Rendah Responden
1 Menggali dan merumuskan kebutuhan belajar 6 36 42
2 Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan - 42 42
belajar
3 Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi 25 17 42
anggota
4 Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif 25 17 42
dan tertib
5 Menjalin kerjasama dengan sumber informasi 25 17 42
6 Menciptakan lingkungan belajar yang sesuai 25 17 42
7 Berperan aktif dalam proses belajar-mengajar 25 17 42
8 Mengemukakan dan memahami keinginan, 12 30 42
pendapat maupun masalah yang dihadapi
9 Merumuskan kesepakatan bersama 23 19 42
10 Merencanakan dan melaksanakan pertemuan - 42 42
berkala
Berdasarkan table 3, terdapat 6 orang memilih kategori tinggi dan 36 orang memilih
rendahi untuk indikator menggali dan merumuskan kebutuhan belajar.
Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar. Semua responden memilih kategori
rendah. Karena ada yang tidak mengetahui pelaksanaan kegiatan kelas belajar da nada juga yang
hanya memperoleh informasi melalui pengumuman yang disampaikan di Masjid.
Menumbuhkan kedisiplinan dan motifvasi anggota. 25 orang memilih kategori tinggi dan
17 orang memilih kategori rendah. Anggota keloanimpok yang memilih rendah adalah anggota
yang tidak mengetahui keikutsertaannya pada kelembagaan kelompok tani. Bahkan ada anggota
kelompok yang menanyakan namanya pada peneliti, apakah tercantum dalam rencana definitive
kebutuhan kelompok (RDKK).
Proses pembelajaran dan pertemuan kondusif dan tertib, menjalin kerjasama dengan
sumber informasi, menciptakan lingkungan belajar yang sesuai, berperan aktif dalam proses
belajar-mengajar. Keempat indikator tersebut memiliki skor yang sama yaitu 25 orang memilih
kategori tinggi, tidak dan 17 orang memilih rendah. Yang memilih kategori rendah adalah
anggota yang memang tidak menghadiri pertemuan atau kelas belajar dan tidak mengetahui
status bergabungnya dalam kelompok.
Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun masalah yang dihadapi. 12
orang memilih kategori tinggi dan 30 orang memilih kategori rendah. hanya ada beberapa petani
yang mampu mengemukakan pendapat atau masalah yang dihadapi di usahataninya, hal ini
diakibatkan karena beberapa anggota tidak menghadiri kelas belajar khususnya bagi kaum
wanita sangat jarang menghadiri kelas belajar karena kurangnya motivasi dan ada beberapa yang
tidak mengetahui status bergabungnya dalam kelompok tani.
Merumuskan kesepakatan bersama. 23 orang memilih kategori tinggi dan 19 orang yang
memilih rendah. Hanya yang hadir dalam kegiatan kelas belajar atau pertemuan yang dapat
merumuskan kesepakatan.
Merencanakan dan melaksanakan pertemuan berkala. Semua responden memilih kategori
rendah. seperti dengan persepsi pengurus bahwa kelas belajar hanya dilaksanakan dalam sekali
setahun pada saat musim tanam telah tiba dan tidak pernah dilakukan pertemuan pertemuan
khusus dalam kelompok tani maupun antar kelompok tani (GAPOKTAN).
Wahana Kerjasama
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam wahan kerjasama khususunya pengurus
kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban pengurus dapat dilihat pada table
berikut :
Tabel 4
Indikator Wahana Kerjasama dan Jawaban Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Wahana Kerjasama Kategori Jumlah
Tinggi Rendah Responden
1 Menciptakan suasana saling kenal dan saling 18 - 18
percaya
2 Menciptakan suasana keterbukaan dalam 11 7 18
menyatakan pendapat
3 Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja 12 6 18
4 Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung 18 - 18
jawab
5 Merencanakan dan melaksanakan musyawarah 18 - 18
6 Melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa 18 - 18
7 Mengadakan pelestarian lingkungan 18 - 18
8 Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang 18 - 18
dihasilkan bersama
9 Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pemasaran - 18 18
hasil
10 Mengadakan pemupukan modal 10 8 18

Tabel 4, menunjukkan bahwa 18 pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi dan
tidak ada yang memilih rendah untuk indikator menciptakan suasana saling kenal dan saling
percaya. karena para pengurus telah memiliki tugas masing – masing, seperti ketua, bendahara,
dan sekertaris dengan adanya pembagian tugas maka mereka telah saling kenal, percaya dan
mempercayai. Namun ada 3 kelompok tani yang tidak memiliki sekertaris, hal ini mengakibatkan
ketua juga merangkap sebagai sekertaris, belum ada anggota yang ingin dan siap bertanggung
jawab untuk tugas tersebut.
Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat. 11 orang memilih
kategori tinggi, 7 orang yang memilih kategori rendah. Ada beberapa pengurus yang kurang
percaya diri dalam menyatakan pendapat yang dimilikinya.
Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja. 12 orang memilih kategori tinggi
dan 6 orang yang memilih rendah. Bagi kelompok tani yang baru, mereka belum bisa membagi
pembagian tugas dengan baik karna masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman.
Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori tinggi. Menurut semua pengurus kelompok tani mereka telah mengembangkan
kedisiplinan dan tanggung jawab masing-masing yang telah dimiliki
Merencanakan dan melaksanakan musnyawarah. Semua pengurus kelompok tani memilih
kategori tinggi. Karena pengurus telah melaksanakan musyawarah setiap musim tanam akan
dimulai.
Melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori tinggi. Kelompok tani di Desa Awolagading telah melaksanakan kerjasama
dengan penyedia sarana dan jasa pertanian.
Mengadakan pelestarian lingkungan. Semua pengurus kelompok tani memilih kategori
tinggi. Semua orang yang bekerja sebagai petani tentunya telah melakukan pelestarian
lingkungan dengan usahataninya.
Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama. Semua pengurus
kelompok tani memilih kategori tinggi. Menurut semua pengurus kelompok tani mereka telah
mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama karena semua keputusan-
keputusan yang dibuat dilaksanakan dengan baik.
Menjalin kerja sama/kemitraan dengan pemasaran hasil. Semua pengurus kelompok tani
memilih kategori rendah. kelompok tidak bermitra atau menentukan tempat dimana anggotanya
dalam memasarkan hasil usahataninya.
Mengadakan pemupukan modal. 10 orang memilih kategori tinggi, dan 8 orang yang
memilih rendah. Untuk dua kelompok yang baru terbentung memang belum pernah mendapatkan
bantuan sehingga belum bisa melakukan pemupukan modal.
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam wahana kerjasama khususunya anggota
kelompok, terdapat 10 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 10 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat
pada table berikut.

Tabel 5
Indikator Wahana Kerjasama dan Jawaban Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Wahana Kerjasama Kategori Jumlah
Tinggi Rendah Responden
1 Menciptakan suasana saling kenal dan saling 25 17 42
percaya
2 Menciptakan suasana keterbukaan dalam 12 30 42
menyatakan pendapat
3 Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja 25 17 42
4 Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung 25 17 42
jawab
5 Merencanakan dan melaksanakan musyawarah 25 17 42
6 Melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa 25 17 42
7 Mengadakan pelestarian lingkungan 42 - 42
8 Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang 25 17 42
dihasilkan bersama
9 Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pemasaran - 42 42
hasil
10 Mengadakan pemupukan modal 9 33 42

Tabel 5, menunjukkan bahwa 25 orang memilih kategori tinggi, dan 17 orang memilih
kategori rendah untuk indikator menciptakan suasana saling kenal dan saling percaya. Yang
memilih kategori rendah adalah anggota yang tidak mengetahui tentang status mereka yang
bergabung kedalam kelompok tani.
Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat. 12 orang memilih
kategori tinggi dan 30 orang memilih kategori rendah. Banyaknya yang memilih kategori rendah
diakibatkan karena kurangnya percaya diri mereka dalam menyatakan pendapat, hal ini juga
dapat dilihat dari rendahnya pendidikan mereka, serta kurang aktifnya anggota dalam kegiatan
kelompok tani.
Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja, mengembangkan kedisiplinan dan
rasa tanggung jawab, merencanakan dan melaksanakan musyawarah, melaksanakan kerjasama
penyedia sarana dan jasa, melaksanakan kerjasama penyedia sarana dan jasa, mentaati dan
melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama. Kelima indikator tersebut memiliki skor
yang sama, yaitu 25 orang memilih kategori tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Yang
memilih kategori rendah adalah anggota yang tidak mengetahui tentang status mereka yang
bergabung kedalam kelompok tani.
Mengadakan pelestarian lingkungan. Semua anggota kelompok tani memilih kategori
tinggi. Semua orang yang bekerja sebagai petani tentunya telah melakukan pelestarian
lingkungan dengan usahataninya.
Menjalin kerja sama/kemitraan dengan pemasaran hasil. Semua anggota kelompok tani
memilih kategori rendah. Karena di Kecamatan Awangpone terdapat banyak pabrik beras
sehingga petani dapat menjual langsung hasil usahataninya ke pabrik beras.
Mengadakan pemupukan modal. 9 orang memilih kategori tinggi dan 33 orang memilih
kategori rendah. Hanya beberapa petani mengatakan adanya pemupukan modal, hal ini
diakibatkan karena tingkat kehadiran petani yang rendah dalam pertemuan – pertemuan sehingga
tidak mengetahui tentang pemupukan modal tersebut.
Unit Produksi
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam unit produksi khususunya pengurus
kelompok, terdapat 7 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 7 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 18 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban pengurus dapat dilihat pada table
berikut
Tabel 6
Indikator Unit Produksi dan Jawaban Pengurus Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Kategori Indetitas
Unit Produksi
Tinggi Rendah Responden
1 Mengambil keputusan dalam menentukan 18 - 18
pengembangan produksi yang menguntungkan
2 Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan 13 5 18
bersama
3 Memfasilitasi penerapan teknologi 12 6 18
4 Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani 18 - 18
5 Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana 13 5 18
kebutuhan kelompok
6 Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan 18 - 18
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
7 Mengelola administrasi secara baik 12 6 18

Tabel 6, menunjukkan bahwa semua pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi
untuk indikator mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang
menguntungkan. Semua petani tetntunya menginginkan hasil yang menguntungkan.
Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama. 13 orang memilih kategori
tinggi dan 5 orang memilih kategori rendah. Ada yang tidak dapat melaksanakan kegiatan
bersama karena tuntutan pekerjaan ditempat lain.
Memfasilitasi penerapan teknologi. 12 orang memilih kategori tinggi dan 6 orang
memilih kategori rendah. Hanya satu kelompok yang memiliki teknologi mesin yaitu traktor,
untuk kelompok yang lainnya hanya mendapatkan bibit dan pupuk.
Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani. Semua pengurus kelompok tani memilh
kategori tinggi. Semua kelompok telah menjalin kerjasama terkait pelaksanaan usahatani dengan
penyuluh, lembaga pertanian, dan pengecer pupuk.
Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok. 13 orang memilih
kategori tinggi dan 5 orang memilih kategori rendah. Karena adanya pengurus yang tidak
menetap di Desa Awolagading, jadi terkadang mereka tidak dapat ikut serta dalam mengevaluasi
kegiatan.
Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Semua pengurus kelompok tani memilih kategori tinggi. Semua petani tetntunya
menginginkan produktivitas yang terus meningkat.
Mengelola administrasi secara baik. 12 orang memilih kategori tinggi, 6 orang memilih kategori
rendah. Beberapa kelompok yang tidak memiliki bendahara merasa belum bisa mengelola
administrasi dengan baik.
Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam unit produksi khususunya anggota
kelompok, terdapat 7 indikator yang perlu dicapai. Untuk mengetahui tercapainya indikator
tersebut, peneliti mengembangkan 7 indikator tersebut dalam bentuk pertanyaan dan melakukan
proses wawancara pada 42 orang responden. Hasil wawancara yang diperoleh memiliki skor,
kemudian dikategorikan. Adapun indikator dan jawaban anggota kelompok tani dapat dilihat
pada table berikut :
Tabel 7
Indikator Unit Produksi dan Jawaban Anggota Kelompok Tani di Desa Awolagading,
Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, 2017.
No Kategori Indetitas
Unit Produksi
Tinggi Rendah Responden
1 Mengambil keputusan dalam menentukan 42 - 42
pengembangan produksi yang menguntungkan
2 Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan 25 17 42
bersama
3 Memfasilitasi penerapan teknologi 19 23 42
4 Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani 25 17 42
5 Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana 12 30 42
kebutuhan kelompok
6 Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan 42 - 42
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
7 Mengelola administrasi secara baik 12 30 42

Tabel 7 menunjukkan bahwa semua anggota kelompok tani memilih kategori tinggi untuk
indikator mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi yang
menguntungkan. Semua petani tetntunya menginginkan hasil yang menguntungkan.
Menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan bersama. 25 orang memilih kategori
tinggi dan 17 orang memilih kategori rendah. Yang memilih kategori rendah adalah anggota
yang tidak mengetahui tentang status mereka yang bergabung kedalam kelompok tani.
Memfasilitasi penerapan teknologi. 19 orang memilih kategori tinggi dan 23 orang
memilih kategori rendah. Untuk alat mesin pertanian kelompok tidak menyediakan fasilitas
tersebut, karena sebagian besar anggota telah memiliki alsintan, namun untuk bahan pertanian
seperti pupuk, petani dapat membelinya pada kelompok tani dengan harga yang murah.
Menjalin kerjasama dengan kemitraan usahatani. 25 orang memilih kategori tinggi dan 17
orang memilih kategori rendah. Yang memilih kategori rendah adalah anggota yang tidak
mengetahui tentang status mereka yang bergabung kedalam kelompok tani.
Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan kelompok. 12 orang memilih
kategori tinggi dan 30 orang memilih kategori rendah. Banyak petani yang mengatakan tidak
dilibatkannya mereka dalam evaluasi, hal ini karena ketidak tahuan mereka tentang kelompok
tani dan ketidak hadiran mereka dalam pertemuan – pertemuan, serta kurangnya komunikasi
antara pengurus dan anggota.
Meningkatkan kesinambungan produktifitas dan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan. Semua anggota memilih kategori tinggi. Semua pengurus kelompok tani memilih
kategori tinggi. Semua petani tetntunya menginginkan produktivitas yang terus meningkat.
Mengelola administrasi secara baik. 12 orang memilih kategori tinggi dan 30 orang
memilih kategori rendah. Banyak anggota kelompok yang memilih rendah karena ketidak tahuan
mereka dengan statusnya yang bergabung dalam kelembagaan kelompok tani dan kurangnya
motivasi dalam diri sendiri untuk ikut aktif.
Hubungan Peran Kelompok Tani Terhadap Produktivitas
Dalam penelitian ini hubungan antara peran kelompok tani dalam produktivitas petani
responden kelompok tani di Desa Awolagading secara umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu
kategori rendah, sedang, dan tinggi. Peranan kelompok tani di Desa Tosora dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8
Hubungan Peran Kelompok Tani terhadap Produktivitas Tanaman Padi Petani di Desa
Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone 2017.
Produktivitas Tanaman Padi Total
Rendah Tinggi
Pengurus Rendah 13 5 18
Kelompok 22% 8% 30 %
Tani Tinggi 15 27 42
25% 45% 70 %
Total 28 32 60
47% 53% 100%
Berdasarkan hasil analisis uji Chi-Square dengan bantuan aplikasi Spss IBM 24
diperoleh nilai Pearson Chi-Square X2 hitung sebesar 8,466.
Dengan taraf kepercayaan α: 10%. Yang berarti nilai X2 hitung lebih besar dari pada X2
tabel (8,466 < 7,779). Dengan demikian maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dari analisis data di
lapangan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran kelompok tani dengan produktivitas
tanaman padi di Desa Awolagading, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone.
Peran kelompok tani dan produktivitas tanaman padi sangat berhubungan. Petani yang ikut
bergabung kedalam kelompok tani dapat memperoleh sarana produksi dengan mudah, seperti
bibit, pupuk, dan bantuan insentif.
4. Kesimpulan
1. Kelompok tani telah menjalankan tugasnya sesuai dengan perannya. Dari ketiga indikator
pengukuran, semua indikator menunjukkan peran kelompok tani tergolong tinggi, dengan
melihat persepsi pengurus kelompok tani dan anggota kelopok tani yang sama.
2. Peran kelompok tani dan produktivitas tanaman padi sangat berhubungan karena petani yang
ikut bergabung kedalam kelompok tani dapat memperoleh sarana produksi dengan mudah,
seperti bibit, pupuk, dan bantuan insentif.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di Indonesia.
Diakses di http://litbang.deptan.go.id/Ind/pdf, pada tanggal 09 Oktober 2016. Di
Makassar.

BPS Kabupaten Bone. 2015. Data Produksi. Bone.

Fajrin, Rifky. 20012. Kelembagaan yang Dikembangkan dalam Rangka Mewujudkan Swadaya
Petani. Universitas Brawijaya. Malang
Hotmaida, Ulima. 2010. Peran Kelompok Tani dalam Peningkatan Status Sosial Ekonomi Petani
Padi Sawah. Universitas Sumatra Utara. Medan.

James, A dan J. Dean dalam Iqbal, Mohamad. Peranan Kelompok Tani dalam Meningkatkan
Pendapatan Petani (Studi Kasus di Desa Margamulya Kecamatan Bungku Barat
Kabupaten Morowali). Skripsi. Study Programe, Faculty of Agriculture, Tadulako
University, Palu.

Kukuh. 2009. Beras Untuk Keluarga Miskin, Membahas tentang bagaimana kriteria-kriteria
penerima beras miskin (raskin). UMS, Solo.

Nainjolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta : Bandung

Anda mungkin juga menyukai