Anda di halaman 1dari 161

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS

ABON LELE
(Studi Kasus Sahabat Lele Wirausaha Mahasiswa Agribisnis
UNHAS pada Program Mahasiswa Wirausaha di Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan)

OLEH:

IFTYTAH AMELYANI UMAR


G21113331

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
ii
PANITIA UJIAN SARJANA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Judul : STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS ABON LELE

(Studi Kasus Sahabat Lele Wirausaha Mahasiswa


Agribisnis UNHAS pada Program Mahasiswa
Wirausaha di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan)

Nama : Iftytah Amelyani Umar

NIM : G 211 13 331

TIM PENGUJI

Dr. Ir. Mahyuddin, M.Si.

Dr. Letty Fudjaja, S.P., M.Si.

Dr. Ir. Eymal Demmallino, M.Si

Dr. Ir. Rahmadanih, M.Si.

Rasyidah Bakri, S.P, M.Sc

Dr. Ir. Saadah, M.Si.

Tanggal Ujian: 12 Februari 2018

iii
RINGKASAN
Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele
(Studi Kasus Sahabat Lele Wirausaha Mahasiswa Agribisnis
UNHAS pada Program Mahasiswa Wirausaha di Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan)
1
Iftytah Amelyani Umar, 2 Mahyuddin, 2Letty Fudjaja
1
Mahasiswa, 2Dosen Program Studi Agribisnis
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Makassar, Sulawesi Selatan 90245
Email : Iftytah_amelyaniumar@yahoo.co.id

Nilai guna ikan lele dapat ditingkatkan dengan mengolahnya menjadi produk abon
lele. Abon lele kurang berkembang, padahal bahan baku ikan lele cukup melimpah.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor pendorong, dan penghambat
dari usaha Abon Lele, menganalisis pesaing, menganalisis preferensi konsumen dan
merumuskan strategi untuk mengembangkan usaha Abon Lele. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei 2017 di Kota Makassar dengan responden konsumen
sebanyak 30 dan informan kunci dari pelaku usaha Abon Lele di Makassar. Data
dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini
menemukan bahwa faktor-faktor pendorong usaha Abon Lele adalah memiliki mitra
bahan baku, harga yang ditawarkan pesaing lebih tinggi, kemasan yang praktis,
memiliki SDM yang berpotensial, tidak menggunakan bahan pengawet, banyaknya
penyedia bahan baku, produsen abon ikan lele masih kurang, bahan penunjang yang
mudah didapatkan, adanya peluang pasar, dan tersedianya lembaga penyedia
permodalan. Sedangkan faktor-faktor penghambat adalah keterbatasan modal, belum
adanya lokasi usaha, waktu produksi tidak menentu, kekhasan produk masih kurang,
daya simpan produk kurang tahan lama, jaringan pemasaran belum ada, belum
mendapat nomor izin usaha, harga bahan dapat mengalami fluktuasi, dan kurangnya
tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk. Jumlah pesaing Sahabat Lele di
Makassar hanya satu yaitu UKM Mangga Tiga yang mampu menguasai pangsa pasar
sebesar 93,4%. Uji preferensi konsumen pada tampilan produk, konsumen lebih suka
produk Sahabat Lele, pada aspek harga konsumen bersifat netral, dan pada aspek
organoleptik (warna,aroma,tekstur,rasa) konsumen lebih menyukai produk pesaing.
Strategi pengembangan bisnis Abon Lele adalah melakukan kerjasama dengan
lembaga permodalan dan melakukan pengevaluasian kembali terkait produksi dan
pemasaran dalam meningkatkan produktivitas usaha.

Kata Kunci : Strategi Pengembangan Bisni; Abon Lele; Analalisis SWOT.

iv
ABSTRACT
The Business Development Strategy of Catfish Shredded
(Case Study of Entrepreneurship by Agribusiness Students of
Hasanuddin University through Students Entrepreneurial Program
in Makassar, South Sulawesi)
1
Iftytah Amelyani Umar, 2 Mahyuddin, 2Letty Fudjaja
1
Students, 2Lecturer of Agribusiness Program
Social Economy Agriculture Departement
Agriculture Faculty, Hasanuddin University
Makassar, South Sulawesi 90245
Email : Iftytah_amelyaniumar@yahoo.co.id

The value of catfish can be improved by processing it into shredded products. Catfish
shredded is less developed, besides catfish raw material is abundant. The purpose of
this research is to know the driving factors, and obstacles of Abon Lele business,
analyze the competitors, analyze consumer preferences and formulate strategies to
develop Catfish Shredded business. The research was conducted in May 2017 in
Makassar City with 30 consumer respondents and key informants from Catfish
Shredded businessmen in Makassar. Data were analyzed by qualitative and
quantitative descriptive method. This study found that the driving factors of Catfish
Shredded 's business were to have raw material partners, higher competitor prices,
practical packaging, potential human resources, no preservatives, the number of raw
material providers, the manufacturers of catfish shredded is still lacking, easy-to-
obtain supporting materials, market opportunities, and availability of capital provider
institutions. While the inhibiting factors are limited capital, the absence of business
location, production time is uncertain, product specificity is still lacking, shelf life of
less durable product, marketing network does not yet exist, has not got business
license number, material price can experience fluctuation, and lack the level of
consumer confidence in the product. The number of competitors that produce
shredded from catfish there is only one that is UKM Mangga Tiga dominate market
share 93,4%. Preference test about package, consumer prefer Sahabat Lele product, in
price aspect consumer are netral, and for organoleptik aspect (colour, aroma, texture,
flavor) consumer Prefer the competitors product. Catfish Shredded business
development strategy is to cooperate with capital institution and conduct reevaluation
related to production and marketing for improving business productivity.

Keywords: Business Development Strategy; Catfish Shredded; SWOT Analysis

v
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Iftytah Amelyani Umar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Tanete, 09 September 1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Tinggi, Berat Badan : 153 cm, 42 kg

Agama : Islam

Alamat : Jl. Politeknik Tamalanrea Makassar

Telepon : 085397004658

Email : Iftytah_amelyaniumar@yahoo.co.id

Nama Orang Tua

a. Ibu : ST. Husna


b. Ayah : Umar Karim

Latar Belakang Pendidikan

Formal

2001 – 2007 : SDN 58 Tanete

2007 – 2010 : SMPN 14 Bulukumba

2010 – 2013 : SMAN 2 Bulukumba

2013 – 2017 : Universitas Hasanuddin

vi
Non Formal/Training-Seminar

1. Kuliah Kerja Nyata Universitas Hasanuddin Tahun 2016


2. Regenerasi Tani menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan Tahun
2015.
3. Stop Dreaming and Strat Your Business with Coperation Tahun 2015
4. Daya Saing Produk Pertanian Menghadapi AEC (Asean Economic
Community) Tahun 2013.
5. Potensi Pemuda Sebagai Inspirator Wirausaha Mandiri Tahun 2016.
6. Ketahanan Pangan Berbasis Inovasi Pangan Lokal untuk Kemandirian
Indonesia Tahun 2014.
7. Optimalisasi Sumber Daya Air Menuju Swasembada Pangan 2017 Tahun
2016.
8. Revolusi Pola Pikir Pembangunan Pertanian Indonesia Menuju
Swasembada Pangan 2017 Tahun 2015.
9. Daya Saing Bangsa: Perspektif Ekonomi Dogital dan Hegemoni Politik
dalam Era ASEAN Community 2015. Tahun 2014.
10. Inovasi Nanoteknologi untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
Tahun 2014.
11. Energi Terbarukan dalam Memajukan Teknologi dan Ekonomi
Masyarakat Indonesia Tahun 2015
12. Mewujudkan Jiwa Kreatif dan Inovatif dalam Semangat Entrepreneurship
Tahun 2015.
13. Local Heroes dari Timur untuk Indonesia Tahun 2015.
14. Siap Jadi Wirausaha dengan Bisnis Plan Tahun 2016.
15. Berkarya dengan Kreativitas Berlaku Inovatif Menuju Insan Kompetitif
Tahun 2013.

Pengalaman Organisasi

2015 : Anggota Ikatan Keluarga Mahasiswa Bidikmisi

2013 : Anggota Muda MISEKTA Fakultas Pertanian UNHAS

Pengalaman Kepanitian/Committee Experience

1. Asisten Dosen Mata kuliah Kewirausahaan Tahun 2016-2017.


2. Asisten Dosen Mata Kuliah Berfikir Kreatif Tahun 2016-2017.
3. Anggota Divisi Acara Bina Dasar Kepemimpinan Bidik Misi Tahun 2015-
2016

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa,

atas Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai tugas akhir pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Tak lupa pula mengirimkan

salawat dan salam kepada Junjungan Kita Nabi besar Muhammad SAW yang

telah menjadi tauladan bagi kita semua.

Skripsi ini berjudul Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele Studi

Kasus Sahabat Lele Wirausaha Mahasiswa Agribisnis UNHAS pada Program

Mahasiswa Wirausaha di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan) Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan kemampuan

yang penulis miliki, dengan penuh kerendahan hati penulis mengakui bahwa

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca

dan semua pihak yang terkait untuk penyempurnaan karya tulis ini, sekaligus

sebagai sumbangan pemikiran kepada penulis.

viii
Akhir kata, semoga percikan pemikiran yang tersaji dalam skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga jasa baik dan amal bakti kita

tercatatkan sebagai pahala di sisi-Nya.

Wassalamu alaikum wr.wb

Makassar, Februari 2018

Penulis

ix
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, berkat rahmat dan

kasih sayang-Nya. Rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada

Allah SWT, satu dari berbagai nikmat yang selalu diberikan Allah SWT

kepada setiap hamba-Nya, yakni terselesaikannya tugas akhir penulis dalam

meraih gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Sholawat serta salam selalu

tercurah kepada tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang

benderang dari jaman jahilia (kebodohan) menuju jaman kepintaran seperti

sekarang ini beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang

senantiasa istiqomah hingga akhir jaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan

terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dari beberapa pihak baik moril

dan materil. Pada kesempatan ini penulis ingin menghanturkan penghargaan

yang tersistimewa dan setinggi-tingginya, rasa cinta penulis serta sembah

sujud penulis persembahkan untuk ibunda ST. Husna dan Ayahanda Umar

Karim dengan penuh kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada beliau yang membesarkan, mendidik,

meberikan motivasi dengan penuh kasih sayang, kesabaran, ketulusan, dan

keikhlasan, segala cinta dan sayangnya yang tiada berujung, pengorbanan

yang tak ternilai, serta doa yang senantiasa dipanjatkan untuk anaknya.

x
Kepada Kakak-kakakku Irmayani Umar, Darmiyani Umar dan Lely Indra

Suryani Umar terima kasih banyak atas segala bantuan, perhatian, doa,

motivasi, kasih sayang, materi, dan segala bantuannya yang diberikan

selama ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis

temui mulai dari tahap persiapan hingga tahap penyelesaian akhir skripsi ini.

Namun, Alhamdulillah berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan, arahan,

kerjas sama, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, melalui

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. Ir. Mahyuddin, M.Si. sekaligus sebagai Pembimbing Akademik (PA)

dan sebagai Orang Tua pengganti di lingkungan akademik, terima kasih

atas setiap waktu yang diberikan untuk ilmu, motivasi, saran, teguran

yang membangun, dan pemahaman baru mengenai berbagai hal. Penulis

memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan tingkah laku

yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan selama

penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Letty Fudjaja, S.P., M.Si. selaku pembimbing II Selaku pembimbing I,

terimah kasih atas segala bimbingan, saran, motivasi, serta teguran

membangun sehingga penulis selalu bersemangat untuk menyelesaikan

skripsi ini. Penulis secara pribadi memohon maaf atas segala kekurangan

serta kekhilafan jika selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini

xi
sempat membuat kecewa akibat tingkat dan perbuatan saya selama

proses perkuliahan dan pembimbingan skripsi, semoga doa dan

dukungan ibunda menjadi berkah untuk penulis kedepannya.

3. Dr. Ir. Nurbaya Busthanul, M.Si. selaku pembimbing PMW terimakasih

karena selalu memberikan motivasi, arahan dan bantuan berlanjutnya

usaha yang kami jadikan salah satu bahan untuk peneliti.

4. Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si., Dr. Ir. Rahmadanih, M.Si. dan

Rasyidah Bakri, S.P, M.Sc selaku penguji yang telah memberikan kritik

dan saran yang membangun guna penyempurnaan penyusunan tugas

akhir ini. Walaupun beliau bukanlah pembimbing skripsi penulis, namun

penulis sangat berterima kasih karena beliau masih rela untuk

meluangkan waktunya dan selalu memperhatikan perkembangan skripsi

serta penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan dan

tingkah laku yang penulis lakukan selama ini baik sewaktu kuliah dan

selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Saadah, M.Si. selaku panitia ujian sarjana dan Ibu Ni Made

Viantika S. SP, M.Agb. selaku panitia seminar proposal dan seminar

hasil, terimahkasih telah meluangkan banyak waktunya dalam memimpin

seminar terimah kasih juga telah memberikan petunjuk, saran dan

masukan dalam penyempurnaan skripsi serta penulis memohon maaf

yang sebesar-besarnya atas kesalahan serta tingkah laku penulis lakukan

selama ini baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi.

xii
6. Seluruh staf dan pegawai Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin. Khususnya Pak Ahmad, Pak Bahar,

Kak Hera, dan Kak Ima terimah kasih telah membantu penulis dalam

proses administrasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Ibu Ratna dan ibu Salma, selaku informan yang telah bersedia

membantu memberikan informasi terkait penelitian . Penulis sangat

berterima kasih atas waktu, kesedian dan informasi yang diberikan sesuai

dengan apa yang diperlukan penulis serta izin yang diberikan untuk

melakukan penelitian. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya

jika ada kesalahan penulis baik dari segi perilaku dan perbuatan selama

penulis melakukan penelitian.

8. Seluruh staf pegawai di Kantor Dinas Perindustrian dan

Perdagangan dan Dinas Koperasi Kota Makassar, penulis sangat

berterima kasih atas data-data yang telah diberikan, kesempatan dan

waktunya untuk melayani penulis untuk memudahkan dalam proses

pengambilan data penulis yang dibutuhkan. Penulis memohon maaf jika

ada kata dan perbuatan yang tidak berkenang di hati bapak dan ibu serta

kakak-kakak

9. Keluarga besar “Selaras13” teman-teman seperjuanganku di dalam

proses penyusunan skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu

dan untuk teman-teman RUMPI terima kasih atas waktu, saran, serta

kerjasama yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih telah membantu dalam pembuatan skripsi ini.

xiii
10. Saudara-saudariku terkhusus, Ardina Tambung, Siti Mahmudah,

Karsiani, Nurjayadi Nasir, Novitasari, Nelly Pratiwi, Nurfatonny,

Rahma Syafirah, A.Syahrul Ramadhan, Hasrina Utami, Khaeria A,

Serli Hatul Hidayat, Winda Vita Sari, Rosmawati, Marselia, A.Irma Eka

Lestari, A. Syahrul Gunawan, Assagaf Saleh, Dirland Junardi, Muh.

Yusril Abni, Ahmad Hidayat, Irma Ningsih, Hasniar Yunus, Andi

Rifka, Yuliana, Nurnila, Rahmat Yusran, Askar Afriadi, Muhammad

Ashar Ishak, telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian

dan penyusunan skripsi dengan memberikan saran-saran serta kritik yang

sifatnya membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah.

Demikian, semoga segala pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung telah membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir semoga

Allah SWT memberikan kita kebahagiaan, Amin.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Februari 2018

Penulis

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii

RINGKASAN ..................................................................................... iv

RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi

KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................. x

DAFTAR ISI ....................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xx

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan ........................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

2.1 Ikan Lele................................................................................ 7

2.2 Abon Ikan .............................................................................. 11

2.3 Pesaing ................................................................................. 14

2.4 Preferensi Konsumen ............................................................ 16

2.5 Analisis SWOT ...................................................................... 18

xv
2.6 Strategi Bisnis ....................................................................... 19

2.6.1 Strategi Bisnis Untuk Bersaing Dalam Industri

yang Berkembang Strategi Produk.............................. 20

2.6.2 Strategi Produksi ........................................................ 22

2.6.3 Strategi Pemasaran .................................................... 24

2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................. 34

2.8 Kerangka Pemikiran .............................................................. 37

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 39

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 39

3.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................... 39

3.3 Metode Pengambilan Sampel ............................................... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 41

3.5 Analisis Data ......................................................................... 42

3.6 Konsep Operasional .............................................................. 44

IV. GAMBARAN UMUM USAHA ...................................................... 47

4.1 Riwayat Singkat Usaha ......................................................... 47

4.2 Analisis Posisi Sumberdaya Perusahaan .............................. 51

4.2.1 Sumber Daya Lahan dan Bangunan........................... 53

4.2.2 Sumber Daya Manusia ............................................... 55

4.2.3 Sumber Daya Peralatan ............................................. 57

4.2.4 Sumber Daya Finansial .............................................. 60

4.3 Analisis Kinerja Perusahaan ................................................. 63

4.3.1 Pengadaan Bahan Baku ............................................. 64

xvi
4.3.2 Proses Produksi.......................................................... 67

4.3.3 Proses Pemasaran ..................................................... 70

4.3.4 Pengendalian Dampak Lingkungan ............................ 81

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 84

5.1 Analisis Pesaing .................................................................... 84

5.1.1 Jumlah Pesaing .......................................................... 86

5.1.2 Harga yang Ditawarkan .............................................. 87

5.1.3 Saluran Distribusi........................................................ 88

5.1.4 Promodi yang Telah Dilakukan ................................... 89

5.1.5 Posisi Pasar ................................................................ 90

5.2 Analisis Preferensi Konsumen .............................................. 94

5.3 Analisis SWOT ...................................................................... 110

5.3.1 Analisis Faktor Internal ................................................. 111

5.3.2 Analisis Faktor Eksternal .............................................. 118

5.3.3 Perumusan Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele 121

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 126

6.1 Kesimpulan ........................................................................... 126

6.2 Saran..................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman

1. Standar Industri Indonesia untuk Abon No 0368-80,0368-85 13


2. Metode Penelitian Bisnis Abon Lele, 2016 44
3. Sumber Daya Peralatan, Sahabat Lele, 2017 58
4. Sumber Daya Finansial, Sahabat Lele, Makassar 2017. 61
5. Analisis Kebutuhan Dana Sahabat Lele, Makassar 2017 62
6. Jumlah dan Nilai Pengadaan Bahan Baku Setiap Produksi
pada Sahabat Lele, 2017 66
7. Jenis Limbah Fisik-Kimia yang Dihasilkan Abon Lele serta
pengendaliannya, Makassar, 2017 82
8. Jumlah dan Jenis Pesaing Sahabat Lele di Makassar, 2017 85
9. Harga Produk Abon Ikan Lele UKM Mangga Tiga 87
10. Jumlah Produksi yang di Distribusikan Abon Ikan Lele pada
Bulan Februari, Mei dan Agustus oleh UKM Mangga Tiga
di Makassar, 2017 90
11. Jumlah Produk Abon Lele yang di Pasarkan Sahabat Lele 91
12. Posisi Pasar Sahabat Lele Dibandingkan Pesaing di Wilayah
Pasar Kota Makassar, 2017 93
13. Karakteristik Konsumen Terhadap Abon Ikan Lele,
Makassar 2017 95
14. Preferensi Konsumen Terhadap Tampilan Produk dari
Abon Ikan Lele di Makassar, 2017 97
15. Preferensi Konsumen Terhadap Warna dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017 99
16. Preferensi Konsumen Terhadap Aroma dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017 102
17. Preferensi Konsumen Terhadap Tekstur dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017 104
18. Preferensi Konsumen Terhadap Rasa dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017 106
19. Preferensi Konsumen Terhadap Harga dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017 108
20. Kerangka Matriks Analisis SWOT 111
21. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan Bisnis
Abon Lele, Makassar 2017 123

xviii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman

1. Skema Kerangka Pikir Strategi Pengembangan

Bisnis Abon Lele ......................................................................... 38

2. Struktur Organisasi Sahabat Lele ............................................... 49

3. Tata Letak Sumberdaya Lahan dan

Bangunan Sahabat Lele .............................................................. 54

4. Proses Produksi Abon Lele ......................................................... 68

5. Tampilan Produk Abon Lele ....................................................... 72

6. Bentuk Produk Abon Lele............................................................ 73

7. Label Produk Abon Lele ............................................................. 74

8. Kemasan Produk Abon Lele........................................................ 75

9. Skema Alur Distribusi Sahabat Lele ............................................ 80

10. Grafik Hasil Penjualan Pesaing dan Sahabat Lele ...................... 92

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks Halaman

1. Foto Proses Produksi Sahabat Lele ................................ 132


2. Proses Wawancara Terhadap Pesaing Abon Lele .......... 133
3. Proses Preferensi Konsumen dengan Pameran ............. 133
4. Proses Preferensi Konsumen dengan Menawarkan
Secara Langsung ............................................................ 134
5. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kota Makassar ................................................................ 138
6. Data Produk dari Dinas Koperasi dan UKM
Provinsi Sulawesi Selatan ............................................... 139
7. Proyeksi Laba Rugi Sahabat Lele Tahun 2017 ............... 140
8. Proyeksi Arus Kas Sahabat Lele Tahun 2017 ................. 141

xx
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sber daya alam

khususnya dalam bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan,

sehingga memiliki banyak potensi dan peluang kepada masyarakat untuk

mengembangkan hasil alam yang dapat meningkatkan perekonomian

Indonesia menjadi lebih baik. Salah satunya yaitu dengan membuat suatu

usaha kecil yang bisa menyokong kehidupan masyarakat agar tidak

bergantung pada bantuan pemerintah dan mengurangi jumlah pengangguran

di Indonesia. Perkembangan usaha kecil saat ini sangat penting karena dapat

mendorong kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi, di tambah lagi untuk

mendapatkan pekerjaan sangat kecil, sehingga memicu masyarakat berfikir

kreatif untuk mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhannya.

Perguruan Tinggi Negeri Universitas Hasanuddin mengadakan salah

satu program yang bantuannya dari pemerintah yaitu PMW (Program

Mahasiswa Wirausaha). Program ini bertujuan agar mahasiswa dapat aktif

pada dunia usaha dan mengaplikasikannya dalam bentuk nyata. Dengan

adanya program ini beberapa mahasiswa menjadi antusias untuk

menjadikannya peluang untuk mengembangkan usaha yang sebelumnya

telah di buat pada praktek pembelajaran kewirausahaan yang ada pada mata

kuliah dari program studi agribisnis.

1
Usaha kecil yang telah dibuat bergerak di bidang kuliner yang bahan

dasarnya dari ikan lele. Ikan lele di pilih menjadi salah satu usaha karena

melihat kenyataan yang ada, ikan lele banyak di minati oleh masyarakat

khususnya di Sulawesi Selatan Kota Makassar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Arief (2004) bahwa peningkatan pertumbuhan budidaya air tawar

didasarkan pada potensi sumberdaya alam yang dimiliki oleh Indonesia,

salah satu komoditas air tawar yang memiliki potensi untuk dikembangkan

adalah ikan lele. Hal ini didasarkan ikan lele memiliki tingkat perimintaan

yang cukup tinggi yaitu sekitar ± 500.000 ekor/minggu. Selain itu ikan lele

memiliki banyak manfaat yang dapat membantu pertumbuhan tubuh

manusia, sehingga dapat menjadi peluang untuk dikembangkan.

Ikan lele merupakan salah satu bahan pangan bergizi yang mudah

untuk dihidangkan sebagai lauk. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan

daging ikan lainnya. Beberapa jenis ikan, termasuk ikan lele mengandung

protein lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan daging hewan

lainnya. Nilai gizi ikan lele meningkat apabila diolah dengan baik yang

terdapat pada ikan lele segar yang belum rusak dan busuk (Abbas, 2010).

Ikan lele mengandung karoten, vitamin A, protein, lemak, karbohidrat,

fosfor, kalsium, zat besi, vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12, dan kaya akan

asam amino. Daging ikan lele mengandung asam lemak omega-3 yang

sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan sel otak pada anak

dibawah usia 12 tahun sekaligus memelihara sel otak. Kandungan komponen

gizi ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia baik pada anak-

2
anak, dewasa, dan orang tua. Manfaat ikan lele dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Kandungan asam amino

esensial sangat berguna untuk tumbuh kembang tulang, membantu

penyerapan kalsium dan menjaga keseimbangan nitrogen dalam tubuh, dan

memelihara masa tubuh anak agar tidak terlalu berlemak. Selain itu juga ikan

lele dapat menghasilkan antibody, hormon, enzim, dan pembentukan

kolagen, untuk perbaikan pada jaringan tubuh. Sehingga kandungan ikan lele

pun bisa melindungi anak dari cold sore dan virus herpes. Ikan lele memiliki

kandungan air tinggi sebesar 80% yang dapat menyebabkan daging ikan

mudah rusak. Selain itu kandungan kandungan asam lemak tak jenuh

menyebabkan daging ikan mudah mengalami proses oksidasi sehingga

menyebabkan bau tengik. Hal-hal tersebut dapat menghambat

penggunaanya sebagai bahan pangan, oleh karena itu diperlukan proses

pengolahan untuk menambah nilai, baik dari segi gizi, rasa, bau, bentuk,

maupun daya awetnya (Adawyah, 2007).

Konsumsi masyarakat di Makassar/Ujung Pandang terhadap ikan air

tawar cukup tinggi, terutama pada jenis ikan lele. Saat ini ikan lele

merupakan salah satu primadona di masyarakat Makassar guna memenuhi

tingginya permintaan masyarakat akan komsumsi ikan lele maka produksi

budidaya ikan lele terus ditingkatkan. Selain membantu meningkatkan

produksi ikan lele di Makassar, budidaya ikan lele juga meningkatkan nilai

tambah bagi keluarga. Dengan keunggulan mudah dibudidayakan serta

harganya relatif terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Budidaya benih

3
ikan lele merupakan prospek usaha beternak yang sangat layak untuk

dicoba. Agribisnis ikan Lele adalah suatu kegiatan usaha/bisnis yang

berkaitan dengan benih ikan lele sebagai komoditas utamanya. Bisnis benih

lele sekarang ini tengah marak dan bekembang pesat. Bisnis lele ini meliputi

bisnis benih, pembesaran, maupun bisnis pascapanen sebut saja warung

pecel lele yang telah menjamur di seluruh wilayah (Tribunnews, 2017).

Selain permintaan ikan lele segar untuk konsumsi, usaha pembenihan

dan pembesaran lele, usaha lele di bidang pemancingan juga masih sangat

berprospek. Satu hal yang sedang menjamur adalah produk olahan dengan

bahan baku ikan lele, seperti abon lele serta kerupuk lele. Minat masyarakat

atas hasil olahan inipun cukup baik. Pasar utama ikan lele adalah warung

lesehan dan pecel lele, disamping itu lele segar ataupun aneka olahan ikan

lele mulai banyak dijumpai di restoran, supermarket dan industri olahan.

Dengan demikian, prospek usaha / bisnis lele ke depan masih cukup

menjanjikan yang ditunjukkan dengan permintaan dan harga lele yang setiap

tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Prospek ikan lele ini

sebenarnya tidak hanya terbatas pada pasar lokal saja. Lele memiliki peluang

masuk ke pasar internasional / ekspor karena tekstur daging, ukuran serta

kuantitasnya sudah memenuhi persyaratan untuk dijadikan komoditas ekspor

ke mancanegara. Lele memiliki tekstur yang sangat baik yaitu tergolong

dalam kelompok white meat dan tidak berserat. Daging lele juga tidak

memiliki duri halus pada bagian utamanya sehingga dapat diolah menjadi

fillet segar dan beku (Tribunnews, 2017).

4
1.2 Rumusan Masalah

Tingginya permintaan Ikan lele membuat mahasiswa terinspirasi untuk

mengolahnya menjadi makanan Abon. Abon merupakan salah satu bentuk

penganekaragaman makanan yang lebih praktis dan tahan lama. Selain itu

tambahan rempah-rempah dari hasil pertanian langsung menambah cita

rasa, aroma dan juga manfaat dari ikan lele tersebut. Saat ini di pasaran kita

dapat menemukan dengan mudah berbagai macam sajian ikan lele, tetapi

yang diolah menjadi abon masih jarang di temukan di pasaran. Khususnya di

Makassar sampai saat ini belum ada industri yang menghasilkan abon lele

secara profesional. Semenjak itulah mahasiswa memproduksi abon lele dan

banyak yang mulai menyukainya tetapi belakang ini hasil dari penjualan tidak

menambah permintaan dalam produksi lebih banyak Abon Lele. Dengan

adanya permasalahan tersebut peneliti menjadi tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele” Studi

Eksperensial Wirausaha Mahasiswa Agribisnis UNHAS pada Program

Mahasiswa Wirausaha di Makassar Provinsi Sulawesi Selatan). Berdasarkan

latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahan yaitu;

1. Apa faktor penghambat dan pendorong pengembangan bisnis abon lele?

2. Siapa saja yang menjadi pesaing abon lele?

3. Bagaimana preferensi konsumen tentang abon lele?

4. Strategi apa yang baik digunakan dalam mengembangkan bisnis abon

lele?

5
1.3 Tujuan dan Kegunaan

1.3.1 Adapun tujuan di lakukannya penelitian ini adalah ;

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung

pengembangan usaha abon lele.

2. Untuk menganalisis pesaing dari usaha abon lele.

3. Untuk menganalisis preferensi konsumen tentang abon lele.

4. Untuk merumuskan strategi pengembangan bisnis abon lele.

1.3.2 Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah ;

1. Bagi pengusaha abon lele, penelitian ini berguna dalam memberikan

masukan tentang cara atau strategi yang dapat di terapkan untuk

mengembangkan usahanya;

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk memberikan tambahan

pengetahuan bagi peneliti dan merealisasikan ilmu yang telah di

pelajari dari bangku perkuliahan sehingga dapat secara langsung di

rasakan kendala-kendala dalam berbisnis atau membuka suatu

usaha serta merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

3. Bagi Universitas Hasanuddin, khususnya Agribisnis tentunya ini

berguna untuk menjadi referensi tambahan bagi peneliti lain yang

penelitiannya berkaitan dengan analisis pengembangan usaha.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele

Ikan merupakan sumber pangan yang relatif ekonomis jika

dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Ikan sebagai bahan

makanan telah diidentifikasi sebagai pangan yang memiliki keunggulan

tertentu. Keunggulan utama produk ikan adalah nilai cerna protein ikan

sangat tinggi (lebih dari 90%) sehingga ikan mudah untuk dicerna karena

daging ikan lebih lembut dibandingkan dengan hewani lainnya. Selain kaya

akan protein yang bermutu tinggi, vitamin yang banyak tedapat pada ikan

adalah vitamin yang larut lemak (vitamin A dan D). Ikan mengandung asam

lemak tak jenuh. Dibandingkan dengan lemak hewani lainnya, lemak ikan

sangat sedikit mengandung kolesterol. Ikan adalah salah satu bahan

makanan yang digemari dan dikonsumsi oleh masyarakat selain sebagai

komoditi eksport. Secara umum ikan cepat mengalami pembusukan apabila

dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi

pada ikan yang mati menyebabkan pembusukan. Berdasarkan pada

kenyataan ini maka dibutuhkan teknologi pengawetan ikan ataupun olahan

ikan sehingga dapat memperpanjang umur simpannya, diantaranya inovasi

pengolahan ikan menjadi abon ikan (Astawan, 2008).

7
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke

dalam ordo Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele

dicirikan dengan tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya

sungut yang menyembul dari daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele

adalah Clarias spp. yang berasal dari bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat

dan lincah". Dalam bahasa Inggris lele disebut dengan beberapa nama,

seperti catfish, mudfish dan walking catfish.

Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain

ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan

Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa

Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond

(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang

(Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan

walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin.

Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk,

sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak

mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri

dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada

musim penghujan (Saparinto dan Cahyo. 2009).

Di Indonesia ikan lele merupakan jenis ikan yang cukup populer. Ada

beberapa jenis-jenis ikan lele yang biasa di konsumsi masyarakat menurut

Sunarma et al. dalam Hilwa (2004) yaitu :

8
1. Ikan Lele Dumbo

Ikan lele Dumbo memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang

standar dibandingkan lele Lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang

lebih cepat. Ukuran kepala 3-3,5 kali lebih besar. Kepala agak persegi

panjang dan lancip ke garis dorsal. Moncongnya yang bulat melebar.

Mata memiliki posisi supero-lateral dan relatif kecil. Gigi pada

premaxilla dan rahang bawah kecil, halus dan diatur dalam beberapa

baris. Barbels 1/5 sampai ½ kali dari ukuran kepala dan ½ sampai 4/5

kali dari ukuran kepala ketika individu masih kecil. Sirip pektoral hanya

bergerigi dibagian luar dan tidak beracun. Jumlah gerigi semakin

banyak seiring bertumbuhnya individu. Berwarna abu ungu kemerahan

dan bercorak marble. Warnanya akan semakin pucat dan corak

tampak lebih jelas apabila stress. Bagian perut, ventral dan sirip yang

berpasangan berwarna keputih-putihan. Selain itu juga lele Dumbo

dapat dibudidayakan dalam tingkat kepadatan yang tinggi, tingkat

kematangan gonad yang relatif lebih cepat dan dapat mengkonsumsi

banyak jenis produk samping agrikultur serta dapat mentolerir kualitas

air yang buruk.

2. Ikan Lele Lokal

Lele Lokal memiliki tubuh yang pipih dibagian posterior. Rahang atas

yang lebih menjorok. Ujung dari sirip pectoral mengeras menyerupai

duri dan kasar dibagian sisi luar serta bergerigi dibagian ujung dalam.

Duri atau sirip pektoral mengandung racun, dan memiliki panjang 2 kali

9
dari lebar tubuh. Genital jantan panjang dan meruncing, serta memiliki

warna hitam ke abuan walaupun dalam keadaan stress disertai bintik

putih. Lele Lokal dapat bertahan hidup dengan berpindah tempat

selama tempat itu tetap menjaga lele dalam keadaan lembab dan

basah seperti berpindah dari kolam air stagnan, rawa, sungai, atau

bahkan lahan padi yang terkena banjir. Ikan lele Lokal mampu

bertahan cukup lama di daratan karena memiliki alat bantu pernafasan

berupa arborescent. Lele Lokal memiliki tubuh paling panjang rata-rata

30cm, lele Lokal dapat mengkonsumsi ikan kecil, moluska,

invertebrata lain, detritus, bahkan gulma air di habitat alaminya.

3. Ikan Lele Sangkuriang

ikan lele Sangkuriang memiliki tingkat pertumbuhan dan kualitas dan

kuantitas fekunditas yang lebih baik dibanding dengan lele Dumbo

sebelumnya. Lele Sangkuriang memiliki fekunditas 33.33% lebih tinggi

dibandingkan lele Dumbo dan umur pertama matang gonad yang lebih

tua. Pada pemeliharaan umur 5-26 hari ikan ini menghasilkan laju

pertumbuhan harian 43.57% lebih tinggi dibandingkan lele Dumbo

sedangkan pada pemeliharaan umur 26-40 hari 14.61% lebih tinggi.

Pada pembesaran calon tetua tingkat pertama dan kedua, lele

Sangkuriang menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi

dibandingkan lele Dumbo yaitu 11.36% dan 16.44%. sedangkan pada

pembesaran kelas konsumsi, konversi pakan pada lele Sangkuriang

mencapai 0.8 dibandingkan lele Dumbo yang mencapai >1.

10
4. Ikan Lele Albino

Lele Albino merupakan lele jenis apa saja yang memiliki gen resesif

dari parental, tercermin dari warnanya yang putih akibat gen yang tidak

dapat membentuk pigmen melanin. Biasanya ikan lele Albino ini

dipertahankan dan diperbanyak oleh beberapa pembudidaya karena

tergolong ikan lele hias serta memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi

dibandingkan ikan lele konsumsi pada umumnya. Kulitnya berwarna

merah keputihan dan ada bercak hitam. Memiliki sirip mengeras

pektoral yang tumpul dan tidak berbisa.

2.2 Abon Ikan

Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging

(sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau

dipisahkan dari seratnya. Kemudian ditambahkan dengan bumbu-

bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-1995 disebutkan abon

adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging,

direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.

Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama

dikenal masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan

bahwa abon merupakan produk nomor empat terbanyak diproduksi. Abon

termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah

dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang

11
diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering, renyah dan

gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu

daging sapi atau kerbau (Suryani, 2007).

Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut

yang diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan.

Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan

mempunyai daya simpan yang relatif lama. Menurut Suryani (2007) Abon

ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang diberi bumbu, diolah

dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan

mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya

simpan yang relatif lama. Karyono dan Wachid (1982) menyatakan, abon

ikan adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan,

melalui kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan

dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan bahan

penyedap terhadap daging ikan. Seperti halnya produk abon yang terbuat

dari daging ternak, abon ikan cocok dikonsumsi sebagai pelengkap makan

roti ataupun sebagai lauk-pauk.

2.2.1 Standar Mutu Abon

Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki

standar mutu yang telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian.

Penetapan standar mutu merupakan acuan bahwa suatu produk tersebut

12
memiliki kualitas yang baik dan aman bagi konsumen. Para produsen abon

disarankan membuat produk abon dengan memenuhi Standar Industri

Indonesia (SII). Standar SII dapat dilihat pada Tabel 1.

Faktor-faktor yang mempengaruhi standar mutu abon antara lain :

1. Kadar air – berpengaruh terhadap daya simpan dan keawetan abon.

2. Kadar abu – menurunkan derajat penerimaan dari konsumen.

3. Kadar protein – sebagai petunjuk beberapa jumlah daging/ikan yang

digunakan untuk abon.

4. Kadar lemak – berhubungan dengan bahan baku yang digunakan, ada

tidaknya menggunakan minyak goreng dalam penggorengan.

Tabel 1. Standar Industri Indonesia untuk Abon No 0368-80,0368-85


Komponen Nilai

Lemak (maksimum) 30%


Gula (maksimum) 30%
Protein 20%
Air (maksimum) 10%
Abu (maksimum) 9%
Aroma, warna dan rasa Khas
Logam berbahaya (Cu, Pb, Mg, Zn dan As) Negatif
Jumlah bakteri (maksimum) 3000/g
Bakteri bentuk koli Negatif
Jamur Negatif
Sumber : Standar Industri Abon, 2017

Menurut Wisena (1998) dalam Sianturi (2000), semakin tinggi harga

abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan yang digunakan

sebagai pencampur semakin sedikit atau tidak ada sama sekali.

13
2.3 Pesaing

Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan atau menjual barang

dan jasa yang sama atau mirip dengan produk yang ditawarkan. Dalam

dunia persaingan, tugas utama pengusaha adalah menggaet pelanggan

sebanyak mungkin, baik pelanggan baru maupun pelanggan lama, dan juga

bagaimana cara mematikan laju perkembangan pesaing. Dengan demikian,

dalam menjalankan strategi perusahaan yang kompetitif, seorang pengusaha

diharapkan untuk terus menerus mengetahui dan memantau setiap gerak-

gerik pesaing. Hal-hal yang perlu diketahui dari pesaing dan terus-menerus

kita pantau adalah produk pesaing, baik mutu kemasan, label, atau lainnya.

Kita bandingkan kelebihan produk yang dimiliki pesaing berikut kelemahan

yang dimilikinya dengan produk kita. Di samping itu, pengusaha juga harus

mampu menangkap peluang yang ada di pasar sebelum ditangkap pesaing.

Seorang pengusaha diharapkan mampu menciptakan peluang-peluang baru.

Namun, pengusaha juga harus waspada terhadap setiap ancaman yang ada

sekarang dan di masa yang akan datang. Ancaman yang dilakukan pesaing

dapat secara langsung menyerang kita atau secara pelan-pelan (bergerilya).

Hal-hal yang perlu diketahui dari pesaing adalah tentang:

1. Kelengkapan, mutu, desain dan bentuk produk;

2. Harga yang ditawarkan;

3. Saluran distribusi atau lokasi cabang yang dimiliki;

4. Promosi yang dijalankan;

5. Rencana kegiatan pesaing ke depan.

14
Untuk memantau kegiatan pemasaran pesaing terdapat istilah analisis

pesaing. Kegiatan ini meliputi:

a. Mengidentifikasikan pesaing;

b. Menentukan sasaran pesaing;

c. Identifikasi strategi pesaing;

d. Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing;

e. Identifikasi reaksi pesaing; dan

f. Strategi menghadapi pesaing.

Dari kegiatan ini akan dapat diketahui:

a. Siapa pesaing kita;

b. Apa sasaran yang ingin mereka capai;

c. Bagaimana strategi yang mereka lakukan;

d. Apa dan di mana kekuatan dan kelemahan pesaing;

e. Bagaimana pola reaksi mereka;

f. Siapa-siapa saja yang perlu diserang lebih dahulu;

g. Bagaimana cara menyerangnya;

h. Pesaing mana yang harus dihindari lebih dulu.

Analisis pesaing merupakan suatu perbuatan menganalisa atau

mengidentifikasi apa-apa saja yang dilakukan oleh pihak pesaing atau

perusahaan yang menghasilkan barang atau jasa yang mirip dengan produk

yang di buat. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a) Identifikasi pesaing

b) Menentukan sasaran pesaing

15
c) Identifikasi strategi pesaing

d) Analisis kekuatan dan kelemahan pesaing

e) Identifikasi reaksi pesaing

f) Strategi menghadapi pesaing.

Analisis persaingan pada suatu perusahaan dapat membantu melihat

posisi perusahaannya dalam industri. Dengan memahami struktur persaingan

tersebut maka perusahaan dapat mengembangkan strategi yang sesuai

dengan lingkungan faktor internal dan eksternalnya (Permatasari, 2013)

2.4 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai suatu pilihan suka atau tidak

suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi.

Preferansi konsumen menunjukan kesukaan dari berbagai pilihan produk

yang ada. Teori preferensi digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan

bagi konsumen. Dalam konsep penetapan pilihan tersebut, para ahli

mengasumsikan bahwa dari berbagai macam produk yang ada, konsumen

akan memilih produk yang diminati, dapat memaksimumkan kepuasannya,

dan tentunya mempunyai karakteristik yang sesuai dengan penilaian,

keinginan, dan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain, karakteristik produk

tersebut akan mempengaruhi preferensi konsumen (Kotler, 2000).

Preferensi konsumen muncul dalam tahap evaluasi alternatif dalam

proses keputusan pembelian, dimana dalam tahap tersebut konsumen

dihadapkan dengan berbagai macam pilihan produk maupun jasa dengan

berbagai macam atribut yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dapat

16
disimpulkan bahwa preferensi adalah suatu pilihan yang diambil dan dipilih

konsumen dari berbagai macam pilihan yang tersedia (Schiffman dan Kanuk,

2000:181). Dengan memahami preferensi konsumen, perusahaan dapat

merancang strategi yang tepat untuk merespon ekspektasi konsumen dan

menjadikan strategi differensiasi sebuah perusahaan tersebut dengan

pesaingnya, Menurut Kotler dan Keller (2007:296) ada beberapa langkah

yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi :

1. Diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan

atribut. Konsumen yang berbeda memiliki atribut yang berbeda mengenai

suatu produk yang relevan.

2. Tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang berbeda-

beda dalam menilai atribut apa yang paling penting. Konsumen yang daya

belinya besar akan mementingkan atribut harga yang paling utama.

3. Konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak produk

pada setiap atribut.

4. Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai

dengan perbedaan atribut.

5. Konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda

melalui prosedur evaluasi.

Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk

mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk

menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu

17
sendiri. Dengan menggunakan analisis preferensi ini akan diperoleh urutan

kepentingan karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang

paling disukai (Oktaviani, 2013).

2.5 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan

ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan

dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisa faktorfaktor

strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam

kondisi yang saat ini. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal

peluang (opportunity) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan

(strenght) dan kelemahan (weakness). Unsur – unsur SWOT Kekuatan

(Strenght), Kelemahan (weakness), Peluang (Opportunity), Ancaman

(Threats) (Rangkuti, 2004 : 18).

Faktor eksternal dan internal Menurut (irham fahmi, 2013:260) untuk

menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor

eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu:

1. Faktor eksternal, faktor ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and

threats (O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi

yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan

18
keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan

lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi,

kependudukan, dan sosial budaya.

2. Faktor internal, faktor ini mempengaruhi terbentuknya strenghts and

weaknesses (S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi

yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi

terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan.

Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen fungsional :

pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dan

pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan

(corporate culture)

2.6 Strategi Bisnis

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam

kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim

kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan

prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam

pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi

dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan

waktu yang lebih singkat. Strategi juga dapat diartikan sebagai serangkaian

keputusan dan tindakan mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan

diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu organisasi dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi tersebut (Siagian 2004).

19
Strategi bisnis adalah suatu cara atau metode yang digunakan suatu

perusahaan untuk dapat bertahan ditengah persaingan yang ada. Sebuah

strategi bisnis biasanya adalah sebuah dokumen yang jelas

mengartikulasikan arah bisnis akan mengejar dan langkah-langkah yang

diperlukan untuk mencapai tujuannya (Siagian, 2004).

2.6.1 Strategi Bisnis Untuk Bersaing Dalam Industri Yang


Berkembang

Perkembangan bisnis yang masih baru berkembang ditandai dengan

pertumbuhan yang cepat. Ketika suatu industri sedang berkembang akan

memberikan peluang yang menarik namun ancaman pun bisa sama

besarnya. Pada fase ini umumnya perusahaan baru mulai menata aktivitas

bisnisnya atau sedang belajar untuk dapat menemukan cara yang paling

efektif dalam proses produksi, pemasaran, distribusi dan mengenal

konsumen (Irawan, 2016).

1. Ciri-ciri Industri yang Berkembang

Industri yang berkembang adalah industri yang memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Pasar masih baru dan belum terbentuk sehingga banyak unsur

ketidakpastian mengenai bagaimana pasar berfungsi, seberapa cepat

pertumbuhan pasar dan seberapa besar akan tumbuh.

b. Teknologi masih sederhana dan belum banyak diketahui orang, aktivitas

proses produksi masih bisa dikembangkan dalam industri rumahan.

20
c. Belum ada standar ukuran yang pasti, baik mengenai kualitas,

peralatan, fasilitas dan pelayanan.

d. Penghalang masuk cenderung masih rendah dan setiap pesaing bisa

dengan mudah masuk jika terdapat peluang bagus dalam industri

tersebut.

2. Keadaan Pasar Pada Industri Berkembang

a. Definisi dan analisis pasar : Selama tahap pertumbuhan, pembeli telah

berpengalaman dengan produk dan sudah memiliki pola tanggapan

terhadap perkembangan penjualan.

b. Segmentasi Pasar : Pengidentifikasian kelompok konsumen dengan

kebutuhan yang hampir sama memerlukan peningkatan penentuan

sasaran, sedangkan pengalaman dengan produk, proses dan teknologi

material mengarah pada efisiensi serta peningkatan standardisasi.

c. Struktur Industri dan Persaingan : Menggeneralisasi struktur industri

pada pasar yang berkembang cukup sulit. Ada beberapa bukti yang

mengatakan bahwa perusahaan besar dan mantap biasanya akan

memasuki pasar yang berkembang dibanding pasar yang baru muncul.

Strategi yang dapat digunakan untuk bersaing dalam Industri yang

berkembang yaitu sebagai berikut :

a. Kreatif, mengembangkan strategi diferensiasi, dan raih peluang

menjadi “first mover”.

b. Memperbarui terus teknologi untuk meningkatkan kualitas produk.

21
c. Memberikan kemudahan bagi konsumen pertama untuk membangun

generasi konsumen pertama.

d. Menggunakan potongan harga untuk menarik generasi konsumen

berikutnya.

2.6.2 Strategi Produksi

Strategi produksi digunakan untuk mengatur kapan harus produksi

kapan stop produksi. Tanpa adanya sebuah strategi produksi, tentunya akan

berakibat fatal bagi industri itu sendiri. Jika Strategi Produksi yang di gunakan

tidak tepat, maka pengiriman hasil produksi dari sebuah industri akan

terlambat (istilah dalam dunia industri adalah DELAY). Dengan

adanya keterlambatan dalam produksi dapat membuat berkurangnya

kepercayaan dari pelanggan (customer). Strategi Produksi dalam dunia

industri sudah banyak diterapkan hampir di semua industri yang ada. Ada

beberapa istilah Strategi produksi dalam dunia industri diantaranya :

1. Flowshop, yaitu adalah proses penentuan urutan pekerjaan yang

memiliki lintasan produk yang sama. Pada pola flowshop, operasi dari

suatu job hanya dapat bergerak satu arah, yaitu dari proses awal di

mesin awal sampai proses akhir di mesin akhir dan jumlah tahapan

proses umumnya sama dengan jumlah jenis mesin yang digunakan.

2. Batch Production, adalah proses produksi yang tidak berlangsung

secara kontinu. Proses produksi secara partaian pada umumnya

dilakukan oleh industri proses kimia dengan skala produksi kecil atau

menengah dan industri manufaktur. Contoh dari industri yang

22
umumnya melakukan proses produksi secara partaian adalah industri

manufaktur seperti industri sepatu dan industri proses kimia seperti

industri farmasi, tinta, cat, dan perekat. Proses produksi secara

partaian lebih tidak efisien karena pada setiap akhir proses produksi

partaian, peralatan proses harus dihentikan, dikonfigurasi ulang, dan

dilakukan pengecekan terhadap kualitas produk sebelum partai

selanjutnya diproduksi. Hal ini menyebabkan adanya waktu jeda

antar proses produksi. Cara ini cocok untuk produksi musiman.

3. Job Shop, adalah proses produksi berbagai jenis barang yang

berbeda dengan volume produksi yang rendah (beberapa unit saja)

untuk tiap-tiap jenis barang. Produksi ini memerlukan peralatan yang

sangat fleksibel serta tenaga kerja dengan kemampuan tingkat tinggi.

Biasanya berproduksi berdasarkan pesanan.

4. Make To Stock adalah pola produksi yang bertujuan untuk disimpan.

Untuk mengantisipasi permintaan konsumen, perusahaan

memproduksi produk dalam jumlah yang besar. Strategi yang

dilakukan dalam lingkungan manufaktur ini adalah mengusahakan

agar jumlah produk yang dihasilkan meningkat jumlahnya dengan

cara melakukan peramalan terhadap permintaan periode kedepan

yang digunakan sebagai perencanaan produksi.

5. Make To Order adalah pola produksi yang dilakukan berdasarkan

jumlah pesanan konsumen dan berdasarkan waktu yang telah

23
ditentukan. Strategi yang dilakukan lingkungan produksi ini adalah

menepati waktu akan pesanan dari konsumen (Bakhtiyar, 2014).

2.6.3 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan suatu manajemen yang disusun

untuk mempercepat pemecahan persolalan pemasaran dan membuat

keputusan-keputusan yang bersifat strategis. Setiap fungsi manajemen

memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan strategi pada level

yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak paling

besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki

kendali yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu

pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi.

Dalam konteks penyusunan strategi, pemasaran memiliki 2 dimensi, yaitu

dimensi saat ini dan dimensi yang akan datang. Dimensi saat ini berkaitan

dengan hubungan yang telah ada antara perusahaan dengan lingkungannya.

Sedangkan dimensi masa yang akan datang mencakup hubungan dimasa

yang akan datang yang diharapkan akan dapat terjalin dan program tindakan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Kotler, 2004; 92).

Strategi pemasaran terdiri dari prinsip-prinsip dasar yang mendasari

manajemen untuk mencapai tujuan bisnis dan pemasarannya dalam

sebuah pasar sasaran, strategi pemasaran mengandung keputusan dasar

tentang pemasaran, bauran pemasaran, bauran pemasaran dan alokasi

pemasaran. (Kotler, 2004; 92).

24
Dari pengertian di atas struktur manajemen pemasaran strategis

menggambarkan masukan yang digunakan perusahaan untuk dapat

mengidentifikasi dan memilih strategi. Masukan tersebut diperoleh melalui

analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Kekuatan-kekuatan

lingkungan makro yang utama meliputi :demografi, teknologi, politik, hukum

dan sosial budaya yang mempengaruhi bisnis. Disamping itu perlu

selalu memonitor pelaku-pelaku lingkungan mikro yang utama yaitu :

pelanggan pesaing, saluran distribusi, pemasok, pendatang baru dan produk

pengganti yang akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba dipasar sasaran.

Menurut Fandy Tjiptono (2000; 6-7) Dalam Strategi pemasaran terdiri

atas lima elemen-elemen yang saling berkait. Kelima elemen tersebut adalah:

1) Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini

didasarkan pada faktor-faktor berikut ini.

a) Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknologi

yang dapat diproteksi dan didominasi;

b) Keterbatasan sumbar daya internal yang mendorong perlunya

pemusatan (fokus) yang sempit ;

c) Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial-aud-error di

dalam menanggapi peluang dari akses terhadap sumber daya

langka atau pasar yang terproteksi.

25
d) Pemilihan pasar dimulai dengan melakukan segmentasi pasar dan

kemudian memilih pasar sasaran yang paling memungkinkan untuk

dilayani oleh perusahaan.

2) Perencanaan produk, meliputi spesifik yang terjual, pembentukan lini

produk dan desain penawaran individual pada masing-masing lini.

Produk itu sendiri menawarkan manfaat total yang dapat diperoleh

pelanggan dengan melakukan pembelian. Manfaat tersebut meliputi

produk itu sendiri, nama merek produk, ketersediaan produk, jaminan

atau garansi, jasa reparasi dan bantuan teknis yang disediakan penjual,

serta hubungan personal yang mungkin terbentuk diantara pembeli dan

penjual;

3) Penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan

nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan;

4) Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang

dilalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan

menggunakannya;

5) Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal

selling, promosi penjualan, direct marketing dan publick relations.

1. Pendekatan Strategi Pemasaran

Dalam merumuskan strategi pemasaran dibutuhkan pendekatan-

pendekatan analistis. Pendekatan strategi pemasaran suatu perusahaan

untuk menanggapi setiap perubahan kondisi pasar dan faktor biaya

tergantung pada analisis terhadap faktor-faktor berikut ini (Fandy, 2000;7)

26
a. Faktor lingkungan

Analisis terhadap faktor lingkungan seperti pertumbuhan populasi dan

peraturan pemerintah sangat penting untuk mengetahui pangaruh yang

ditimbulkannya pada bisnis perusahaan. Selain itu faktor-faktor seperti

perkembangan teknologi, tingkat inflasi dan gaya hidup juga tidak boleh

diabaikan. Hal-hal tersebut merupakan faktor lingkungan yang harus

dipertimbangkan sesuai dengan produk dan pasar perusahaan;

b. Faktor pasar

Setiap perusahaan perlu selalu memperhatikan dan mempertimbangka

faktor-faktor seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, tahap

perkembangan, trend dalam sistem distribusi, pola perilaku pembeli,

permintaan musiman, segmen pasar yang ada saat ini atau yang dapat

dikembangkan lagi, dan peluang-peluang yang belum terpenuhi.

c. Faktor persaingan

Dalam kaitannya dengan persaingan, setiap perusahaan perlu

memahami siapa pesaingnya, bagaimana posisi produk/pasar pesaing

tersebut, apa strategi mereka, kekuatan dan kelemahan pesaing, struktur

biaya pesaing, dan kapaistas produksi pesaing;

d. Faktor analisis kemampuan internal

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahan dibandingkan

para pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor

seperti tekhnologi, sumber daya finansial, kemampuan pemanufakturan,

kekuatan pemasaran dan basis pelanggan yang dimiliki;

27
e. Faktor perilaku konsumen

Perilaku konsumen perlu dipantau dan dianalisis karena hal ini sangat

bermanfaat bagi pengembangan produk, desain produk, penetapan harga,

pemilihan saluran distribusi dan penentuan strategi promosi. Analisis perilaku

konsumen dapat dilakukan dengan penelitian (riset pasar), baik melalui

observasi maupun metode survai;

f. Faktor analisis ekonomi

Dalam analisis ekonomi, perusahaan dapat memperkirakan pengaruh

setiap peluang pemasaran terhadap kemungkinan mendapatkan laba.

Analisis ekonomi terdiri atas analisis terhadap komitmen yang diperlukan,

analisis BEP (break even point), penilaian resiko/laba, dan analisis faktor

ekonomi pesaing.

Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisa

lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Masing-masing faktor

lingkungan dapat menimbulkan adanya kesempatan atau ancaman bagi

pemasaran produk suatu perusahaan, yaitu terdiri atas: keadaan pasar,

persaingan, teknologi, ekonomi, sosial budaya, hukum dan peraturan.

Sedangkan faktor-faktor internal perusahaan menunjukkan adanya

keunggulan atau kelemahan perusahaan, meliputi keuangan, produksi,

personalia, dan khususnya bidang pemasaran yang terdiri atas produk,

harga, promosi, lokasi, orang, proses dan bukti fisik. Analisa tersebut

merupakan penilaian apakah strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan

dijalankan sesuai dengan keadaan saat ini. Hasil penilaian tersebut

28
digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah strategi yang sedang

dijalankan perlu diubah, dan untuk menyusun atau menentukan strategi yang

akan dijalankan pada masa yang akan dating (Fandy, 2000;7).

Strategi pemasaran tidak terlepas dari strategi perusahaan secara

keseluruhan. Strategi perusahaan adalah suatu rencana induk yang merinci

pokok-pokok arah usaha perusahaan dalam mencapai tujuan dan uraian

mengenai cara penggunaan sumber daya untuk memanfaatkan kesempatan

dan mengatasi ancaman masa kini maupun masa datang. Perumusan

strategi perusahaan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

a. Titik tolak penyusunannya melihat perusahaan secara keseluruhan.

b. Mempertimbangkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan.

c. Dilakukan secara realistis dan relevan dengan lingkungan yang

dihadapi.

2. Bauran Pemasaran

Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran

pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang

berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran

produk pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran

pasarannya. Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan

yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat

dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen

dalam pasar sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu

dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin,

29
dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Dengan demikian perusahaan

tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan

tetapi dapat mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut,

untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Marketing mix

secara umum adalah sebagai berikut: marketing mix adalah istilah yang

dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti

sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat unsur tersebut adalah

penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem

distribusi (William, 2004).

Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran (Marketing mix)

tersebut atau yang disebut 4P adalah sebagai berikut:

1) Strategi Produk

Setiap perusahaan di dalam mempertahankan dan meningkatkan

penjualan dan share pasarnya, perlu mengadakan usaha penyempurnaan

dan perubahan produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik, sehingga

dapat memberikan daya guna dan daya pemuas serta daya tarik yang lebih

besar. Strateginya adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang

tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya

dan sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka

panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan share pasar. Dalam

strategi marketing mix, strategi produk merupakan unsure yang paling

penting karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lain. Strategi produk

yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk

30
(Product Mix), merk dagang (Brand), cara pembungkusan atau kemasan

produk (Product Packaging), tigkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan

(services) yang diberikan. Tujuan utama strategi produk adalah untuk dapat

mencapai sasaran pasar yang dituju dengan meningkatkan kemampuan

bersaing atau mengatasi persaingan.

Pada hakikatnya, seseorang membeli produk bukan karena fisik produk

itu semata-mata tapi karena manfaat yang ditimbulkan dari produk yang

dibelinya. Pada dasarnya, produk yang dibeli konsumen itu dapat dibedakan

atas tiga tingkatan, yaitu:

1) Produk inti (Core Product), merupakan inti yang sesungguhnya dari

produk yang ingin diperoleh oleh seorang pembeli (konsumen) dari

produk tersebut.

2) Produk formal (Formal Product), merupakan bentuk, model,

kualitas/mutu, merek dan kemasan yang menyertai produk tersebut.

3) Produk tambahan (ougemented product), merupakan tambahan produk

formal dengan berbagai jasa yang menyertainya, seperti pemasangan

(instalasi), pelayanan, pemeliharaan, pengangkutan secara cuma-cuma.

2) Strategi Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang

menghasilkan penerimaan penjualan. Dalam penentuan baik untuk harga jual

atau harga beli pihak bank harus berhati-hati. Sebab, kesalahan dalam

penentuan harga akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Dalam

menentukan harga harus dipertimbangkan berbagai hal, misalnya tujuan

31
penentuan harga yaitu untuk bertahan hidup ; Untuk memaksimalkan laba.;

Untuk memperbesar market share; Mutu produk dan Karena pesaing.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi harga yaitu kebutuhan dana ;

Persaingan ; Kebijaksanaan pemerintah; Target laba yang diinginkan ;

Jangka waktu ; Kualitas jaminan; Reputasi perusahaan; Produk yang

kompetiti f; Hubungan baik

3) Strategi Penyaluran / Distribusi

Dalam usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan dibidang

pemasaran, setiap perusahaan melakukan kegiatan penyaluran. Penyaluran

merupakan kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen atau si

pemakai pada waktu yang tepat. Yang dimaksud dengan saluran distribusi

adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk berupa barang atau jasa

dari produsen sampai ke konsumen. Bentuk pola saluran distribusi dapat

dibedakan menjadi:

1) Saluran langsung: Produsen → konsumen.

2) Saluran tidak langsung:

Produsen → Pengecer → Konsumen

Produsen → Pedagang besar / menengah → Pengecer → Konsumen

Produsen → Pedagang besar → Pedagang menengah → Pengecer →

Konsumen.

4) Strategi Promosi

Promosi merupakan salah satu konsep dari Marketing Mix, promosi

lebih kepada menawarkan access/channel kepada pembeli. Bagaimana

32
pembeli/nasabah bisa mendapatkan informasi yang lebih baik, bagaimana

bank mengedukasi calon nasabah, maka promosi adalah salah satu medium

yang tepat! Kegiatan promosi yang dilakukan suatu perusahaan

menggunakan konsep Mix Promotion, yang terdiri dari:

1) Advertensi, yaitu suatu bentuk penyajian dan promosi dan gagasan,

barang, atau jasa yang dibiayai oleh suatu sponsor tertentu yang

bersifatmassif dan nonpersonal.

2) Personal Selling, yaitu penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan

dengan seseorang atau lebih calon pembeli dengan tujuan agar dapat

terealisasinya penjualan.

3) Promosi Penjualan, yaitu segala kegiatan pemasaran selain personal

selling, advertising and publicity. Yang merajuk konsumen untuk

membeli seperti exhibition, roadshow, and all things about selling yang

tidak dilakukan secara teratur atau continue.

4) Publicity, yaitu usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk

secara massif seperti layanan masyarakat, berderma dan kegiatan

sosial lainnya yang menyangkut nama baik perusahaan dan diliput oleh

pers! Karena sifatnya yang accessible, maka promosi memerlukan

Channel untuk mempromosikan produk suatu bank. MIsalnya saat ini

dengan adanya internet, channel begitu mudah diciptakan seperti bank

muamalat yang menerbitkan kartu shar-e, yang bisa diakses lewat

www.share.com. Secara konservatif, bank bisa menyalurkan

33
promosinya melalui agent individu (personal channel) maupun saluran

nonpersonal (nonpersonal channel).

2.7 Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang

juga membahas mengenai strategi pengembangan pada usaha mahasiswa

yaitu sebagai berikut :

1. Nama Peneliti : Nurul Faramitha Sari

Judul Penelitian : Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang

(Studi Eksperensial pada Usaha WIRAGRI dan Komparasi pada

Perusahaan UD. Sinar Surya di Ballewe Desa Binuang, Kecamatan

Balusu, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan) Tahun 2014.

Hasil Penelitian : Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa UD.

Sinar Surya lebih baik dari pada WIRAGRI dari banyak aspek. Namun

WIRAGRI masih meiliki keunggulan yaitu pada kualitas produk keripik

pisang yang menggunakan bahan-bahan alami tanpa MSG. adapun

strategi utama yang muncul adalah (1) Mendaftarkan produk keripik

pisang Banachip WIRAGRI agar mendapatkan izin usaha, depkes, dan

predikat halal; (2) menjalin kerjasama dengan badan penyedia

permodalan dan program kewirausahaan pemerintah agar memberikan

bantuan untuk memenuhi kebutuhan tempat dan peralatan; (3)

melakukan inovasi produk baik dari segi rasa maupun kemasan; (4)

meningkatkan upaya promosi dan penambahan distributor untuk

memenuhi permintaan dan memperluas pasar.

34
2. Nama Peneliti : Iis Trisnawati Iswan

Judul Penelitian : Strategi Pengembangan Produktivitas dan

Pemasaran Keripik Pisang “BanaChip” (Studi Eksperensial Pada

Wirausaha Mahasiswa Agribisnis Universitas Hasanuddin, Kota

Makassar) Tahun 2013.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa, masalah

utama pada Wiragri adalah distribusi produk dengan melakukan

penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 orang pada produksi 2

orang pada pemasaran; mengajukan proposal penambahan modal

usaha pada instansi pemerintah, swasta atau lembaga keuangan lain;

menambah usaha promosi melalui internet, pembuatan spanduk, dan

pamphlet; menggunakan kemasan Polipropilen (PP) ukuran 0,8 mm,

menetapkan standarisasi produk sesuai dengan SNI dan

mengusahakan pengurusan WIragri menjadi badan usaha sendiri

berupa CV.

3. Nama Peneliti : Astuti Mentari

Judul Penelitian : Analsisi Strategi Pengembangan Usaha Kecil

(Studi Pada Kripik Ubi Mak Ati)

Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan strategi yang dapat

diterapkan pada usaha kecil kripik ubi Mak Atik ini adalah 1. Strategi

yang dapat diterapkan pada usaha kripik ubi Mak Atik ini untuk

pengembangan usaha adalah analisis SWOT ,yaitu dengan

menawarkan produk yang berkualitas dengan harga yang terjangkau

35
sesuai dengan keinginan konsumen dan mempertahankan pelayanan

yang ramah untuk mempertahankan loyalitas konsumen. 2. Faktor

internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi

pengembangan usaha pada Usaha Kripik Ubi Mak Atik. Faktor kekuatan

terdiri dari Lokasi Strategis, harganya terjangkau, fasilitas yang

memadai, kelengkapan peralatan untuk membantu proses produksi,

produk yang berkualitas, karyawan yang ramah kepada konsumen,

karyawan yang disiplin. Faktor kelemahan terdiri dari produknya belum

memiliki merk, promosi yang kurang, tidak memiliki laporan keuangan,

tidak adanya pelatihan karyawan, dan jumlah karyawan yang masih

sedikit. Dan 3. Faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman

yang mempengaruhi pengembangan usaha pada Usaha Kripik Ubi Mak

Atik.Faktor peluang terdiri dari rendahnya daya tawar pemasok,

masyarakat yang hobinya ngemil, berkembangnya teknologi dari tahun

ke tahun. Faktor ancaman terdiri dari munculnya pesaing baru, dan

banyaknya barang substitusi.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa

kecenderungan penelitian berfokus dalam melakukan strategi untuk

mengembangkan usaha dengan melihat faktor internal dan eksternal. Karena

itu, penelitian ini juga melakukan analisis faktor internal dan eksternal, hanya

saja ditambahkan analisis preferensi konsumen dengan mengujikan produk

dari segi organoleptik, kemasan dan harga kemudian dirumuskan strategi

yang dapat mengembangkan usaha.

36
2.8 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur penelitian yang dipakai oleh

seorang peneliti yang berisi gambaran mengenai penelitian yang akan

dilakukan, dimana dalam penelitian ini peneliti merumuskan strategi yang

dapat di gunakan untuk mengembangkan bisnis abon lele.

Bisnis Abon lele merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek

yang baik untuk di kembangkan karena kebutuhan pangan dari ikan lele terus

meningkat tiap tahunnya khususnya di Kota Makassar. Hal ini dapat terlihat

semakin banyaknya orang yang membudidayakan ikan lele karena

permintaan dari masyarakat akan konsumsi ikan lele tidak terbatas baik itu

dalam bentuk ikan maupun tidak, sehingga ada peluang dalam

mengembangkan bisnis abon lele ini.

Untuk mengembangkan usaha ini tentunya harus memiliki beberapa

strategi agar dapat diterima oleh masyarakat. Pertama, menggunakan

preferensi konsumen dengan menawarkan produk untuk di cicipi kemudian di

beri nilai serta kritik dan saran seberapa suka mereka de ngan abon dari ikan

lele mulai dari kemasan, orgenoleptik dan harganya. Kedua, menggunakan

analisis pesaing, pesaing disini merupakan perusahaan yang menciptakan

produk yang sama dengan yang kita buat. Adapun hal-hal yang menjadi

indikator untuk analisis pesaing yaitu mengetahui jumlah pesaing yang

memproduksi abon ikan lele, berapa harga yang ditawarkan, dimana saja

saluran distribusinya dan promosi apa saja yang telah di lakukan untuk

37
memperkenalkan produknya. Ketiga, menggunakan analisis SWOT dengan

mengidentifikasi faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan serta faktor

eksternal meliputi peluang dan ancaman yang sebagian diperoleh dari

analisis pesaing dan preferensi konsumen sehingga memudahkan untuk

mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendorong produk untuk

berkembang. Keempat, setelah dikelompokkan maka dapat dirumuskan

startegi-strategi yang perlu di gunakan untuk pengembangan bisnis abon lele.

kemudian setelah perumusan dapat di pilih beberapa strategi yang penting

untuk di lakukan terlebih dahulu. Penentuan strategi ini sangat

mempengaruhi pengembangan usaha abon lele sehingga harus tepat dan

relevan atau sesuai dengan keinginan pasar. Adapun bagan kerangka

pemikiran dapat diuraikan sebagai berikut :

Bisnis Abon Lele

Analisis Pesaing Analisis Preferensi


Konsumen
- Jumlah pesaing SWOT
- Harga yang di
- Kemasan
tawarkan
- Harga
- Saluran distribusi
- Organoleptik
- Promosi yang
dijalankan
STRATEGI
PENGEMBANGAN

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Strategi Pengembangan


Bisnis Abon Lele

38
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Kota Makassar, dan Lokasi produksi

bertempat di Jl. Politeknik, Kecamatan Tamalanrea. Penelitian di laksanakan

mulai bulan Mei sampai dengan Agustus 2017. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Kota Makassar

merupakan pusat perbelanjaan dan sebagian besar masyarakatnya dapat

dengan mudah menerima produk baru yang di tawarkan khususnya di

Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data kualitatif merupakan data yang berupa tulisan mengenai tingkah

laku manusia yang dapat diamati. Data kualitatif itu berbentuk uraian

terperinci, kutipan langsung dan dokumentasi kasus. Data ini

dikumpulkan sebagai suatu cerita. Data kualitatif diperoleh melalui

berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara,

analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah

dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip).

2. Data Kuantitatif merupakan data informasi yang berupa simbol angka

atau bilangan. Berdasarkan simbol-simbol angka tersebut, perhitungan

secara kuantitatif dapat dilakukan untuk menghasilkan suatu kesimpulan

yang berlaku umum di dalam suatu parameter. Data ini di peroleh dari

39
preferensi konsumen, kemudian diolah secara manual untuk melihat

hasil dari yang paling dominan setelah itu disimpulkan.

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri dari :

1. Data primer, data yang di peroleh melalui observasi langsung dengan

mengadakan wawancara terhadap informan yang merupakan pesaing

dan uji hedonik terhadap produk kepada responden/konsumen.

2. Data sekunder, data yang di peroleh dari instansi yaitu Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas

Koperasi Provinsi Sulawesi Selatan, internet, buku-buku, skripsi, jurnal,

dan kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang di gunakan sebanyak 30 responden/konsumen.

Penentuan jumlah sampel di ikuti sesuai dengan penetapan uji hedonik yaitu

paling sedikit 30 dan paling banyak 100 orang sehingga di pilih peneliti

memilih yang paling sedikit yaitu 30 orang dengan pertimbangan tertentu

terkait dengan faktor internal dari usaha. Metode yang digunakan untuk

pengambilan sampel preferensi konsumen adalah accidental sampling yaitu

teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa

saja yang secara tidak sengaja atau kebetulan bertemu dengan peneliti,

maka orang tersebut dapat menjadi sampel.

Adapun informan yang diambil melalui penelitian analisis pesaing.

Metode yang digunakan untuk analisis pesaing dengan cara mengetahui

seberapa banyak jumlah pesaing di Kota Makassar yang datanya di peroleh

40
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar dan Dinas

Koperasi dan UKM Kota Makassar, kemudian memilih pesaing yang

usahanya sejenis dengan kita untuk di identifikasi dengan melakukan

wawancara dari beberapa pertanyaan terkait variabel-variabel yang telah di

tentukan dan di jadikan bahan informasi dalam pengembangan usaha serta

melakukan dokumentasi untuk menjadi tanda bukti pelaksanaan

penelitian.sehingga jumlah informan di tentukan dari data yang diberikan oleh

instansi pendukung.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk melaksanakan

penelitian ini yaitu dengan cara sebagai berikut :

1. Wawancara, yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang telah

di buat dengan maksud meminta kritik dan saran terhadap produk yang

ditawarkan agar dapat menjadi perimbangan dalam mengambil

keputusan untuk menentukan strategi yang akan di lakukan untuk

pengembangan bisnis.

2. Observasi partisipasi, yaitu melakukan pengamatan langsung dengan

menawarkan produk kepada konsumen dengan pengujian organoleptik.

3. Literatur, yaitu studi kepustakaan seperti pendapat para ahli yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti untuk memperoleh

landasan teoritis yang dapat menunjang penelitian dari buku-buku atau

internet.

41
4. Dokumentasi yaitu data sekunder berupa dokumen foto-foto terkait

dengan kegiatan dalam penelitian yang diamati.

3.5 Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut :

3.5.1 Uji Organeleptik Skala Hedonik.

Uji organoleptik merupakan pengujian berdasarkan tingkat kesukaan.

Pengujian ini penting karena berkaitan dengan selera konsumen. Menurut

Suryati (2006) biasanya konsumen memilih daging melalui penampilan

secara fisik yang meliputi warna, tekstur, kekilapan, kebasahan serta

intensitas aroma daging segar. Karena berkaitan dengan selera konsumen uji

organoleptikpun dilakukan oleh panelis dari berbagai kalangan. Parameter

yang digunakan adalah sifat fisik daging yang dapat diamati, diraba, dicium

aromanya yang menurut winarno (1995) dalam menentukan rasa suatu

makanan diperlukan penunjang lain diantaranya adalah penciuman.

Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan penilaian skala

hedonik terhadap parameter kemasan, warna, aroma, tekstur dan rasa dan

harga dari produk tersebut dengan membandingkan dua intervensi dari satu

sampel. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji kesukaan yang

merupakan bagian dari uji organoleptik. Uji kesukaan di sebut juga uji

hedonik, dilakukan apabila uji dari desain untuk memilih satu produk diantara

produk lain secara langsung. Uji ini dapat diaplikasikan pada saat

pengembangan produk atau pembanding produk dengan produk pesaing. Uji

42
kesuakaan meminta penelis untuk harus memilih satu pilihan diantara yang

lain. Maka dari itu, produk yang tidak dipilih dapat menujukkan bahwa produk

tersebut disukai atau tidak disukai. Panelis (konsumen/responden) diminta

tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan).

Disamping itu mereka mengemukakan tanggapan senang, suka atau

kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-

tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Skala hedonik dapat juga

direntangkan atau dialirkan menurut rentangan skala yang akan

dikehendakinya. Skala hedonik juga dapat diubah menjadi skala numerik

dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik dapat

dilakukan analisis secara parameterik (Soekarto, 1985).

3.5.2 Analisis SWOT

Untuk merumuskan strategi pengembangan bisnis Abon lele pada

penelitian ini maka di gunakan analisis SWOT yaitu semua data dan fakta

yang berhasil dikumpulkan berupa catatan lapangan, uraian informan

penelitian dari pesaing dan konsumen, dokumen-dokumen dari laporan,

artikel dan sumber data lainnya yang terkait dengan pengembangan bisnis

abon lele selanjutnya di analisis secara kualitatif yaitu dengan melihat faktor

internal dan faktor eksternalnya.

1. Faktor internal untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan (Strengths)

yang di miliki dan kelemahan-kelemahan (Weakness) yang di hadapi

pada bisnis abon lele berdasarkan uraian dari informan dan sumber

data lainnya.

43
2. Faktor eksternal untuk mengidentifikasi peluang-peluang (Opportunities)

yang dapat diraih di masa yang akan datang dan mengidentifikasi

ancaman-ancaman (Threats) yang mungkin akan menghambat Abon

Ikan lele adalah salah satu jenis makanan penganekaragaman ikan

yang diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Abon ikan

inilah yang menjadi produk dalam penelitian. Pengembangan usaha

abon lele berdasarkan uraian dari informan dan sumber data lainnya.

Adapun metode penelitian bisnis Abon Lele yang dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2. Metode Penelitian Bisnis Abon Lele, 2016


No. Tujuan Analisis Data Sumber Data Variabel
1. Analisis pesaing - Jumlah pesaing
- Informan - Harga yang
Deskriptif
- Data dari ditawarkan
Kualitatif
Dinas - Saluran Distribusi
- Promosi yang di
lakukan
2. Analisis Uji Konsume/ - Kemasan
Preferensi Organeleptik responden - Harga
konsumen Hedonik - Organoleptik
3. Strategi - Penelitian - Kekuatan
Pengembangan terdahulu - Kelemahan
SWOT
- Buku-buku - Peluang
- Internet - Ancaman

3.6 Konsep Operasional

Konsep operasional merupakan acuan dalam melaksanakan penelitian

mencakup pengertian dan berbagai istilah. Untuk menghindari terjadinya

kesalahan interpretasi, maka batasan tersebut adalah sebagai berikut:

44
1. Produksi abon lele adalah suatu kegiatan untuk menciptakan/

menghasilkan atau menambah nilai guna terhadap ikan lele untuk

memenuhi kebutuhan oleh produsen.

1. Abon ikan lele adalah salah satu jenis makanan penganekaragaman ikan

lele yang diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Abon ikan

inilah yang menjadi produk dalam penelitian.

2. Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan atau menjual barang

yang sama persis dengan produk abon lele yang ditawarkan di kalangan

masyarakat.

3. Preferensi Konsumen adalah pilihan suka tidak suka seseorang terhadap

produk abon lele yang di tawarkan untuk di konsumsi.

4. Analisis SWOT adalah identifikasi faktor internal dan ekternal secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada

kekuatan (strengths), peluang (opportunities), kelemahan (weaknesses)

dan ancaman (threats) yang dimiliki perusahaan dari abon lele.

5. Strategi pengembangan bisnis abon lele adalah perencanaan atau

penetapan sasaran yang dilakukan perusahaan dalam perdagangan

untuk mendapatkan laba dengan memproduksi abon lele agar dapat

meningkat dan berkembang.

6. Strategi Pemasaran adalah suatu manajemen atau rencana yang

digunakan dalam menjual atau menawarkan produk kepada konsumen

dalam mengembangkan suatu usaha.

45
7. Harga adalah satuan ukuran yang menjadi nilai jual produk yang

ditukarkan untuk memperoleh Abon Lele.

8. Distribusi adalah kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

menyalurkan, menyebarkan, serta menyampaikan barang yang

dipasarkannya kepada konsumen.

9. Promosi adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau

mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran, untuk memberi

informasi tentang keistimewaan, dan kegunaan produk yang di jual.

46
IV. GAMBARAN UMUM USAHA

4.1 Riwayat Singkat Usaha

Usaha Abon Lele didirikan pada bulan November 2015 oleh peneliti

dan rekannya yang di beri nama Sahabat Lele. Sahabat Lele merupakan

salah sau usaha yang muncul dari proses pembelajaran kewirausahaan pada

Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin. Pemilihan nama tersebut merupakan

hasil kesepakatan yang diambil dari aspek lokasi usaha atau tempat awal

produksi yaitu di Jl. Sahabat dan produk yang di hasilkan dari bahan baku

ikan lele sehingga di gabungkan menjadi Sahabat Lele. Usaha ini di jalankan

dalam upaya pengaplikasian pengetahuan kewirausahaan dengan tujuan,

sebagai media pembelajaran mengaktualisasikan rencana usaha yang

melibatkan mahasiswa secara langsung pada berbagai kegiatan dan

peristiwa dalam proses pembelajaran menjadi seorang wirausahawan

Penerapan metode ekperensial akan memberikan dampak dalam bentuk

perubahan dari cara berfikir dan bertindak.

Munculnya ide usaha Abon lele berawal dari salah satu rekan

mahasiswa yang sangat suka membawa oleh-oleh abon lele sepulang dari

kampung. Menurutnya makanan ini sangat cocok untuk kalangan mahasiswa

dengan keunggulan dapat dijadikan sebagai lauk dan daya simpan cukup

lama. Semenjak itu Rahma, Khaeria dan Iftytah berinisiatif untuk menjadikan

abon lele ini sebagai usaha dalam menyelesaikan studi kewirausahaan,

47
namun, ternyata usaha ini justru mendapat dukungan dosen agar produk ini

di tindaklanjuti untuk menjadi usaha yang dapat dikembangkan secara nyata

dalam dunia wirausaha sesungguhnya.

Seiring berjalannya waktu pada tahun 2016 hingga saat ini terjadi

pergantian dan penambahan anggota Sahabat Lele di karenakan usaha ini di

ikutkan dalam Program Mahasiswa Wirausaha pada tahun 2016 di

Universitas Hasanuddin. Program ini tentunya cukup membantu, setelah lolos

dana di gunakan untuk pembelian alat-alat dan bahan untuk memulai usaha

sehingga tidak repot untuk meminjam dari orang lain. Setelah beberapa kali

memproduksi, tanggapan tentang produk Abon Lele cukup memuaskan akan

tetapi tidak membawa peningkatan perkembangan usaha dari segi produksi,

oleh karena itu peneliti mulai memikirkan untuk membuat strategi dalam

mengembangkan produk ini agar dapat melanjutkan usaha berskala kecil ini

kearah yang lebih profesional dari segala aspek manajemen yang juga dapat

meningkatkan nilai jual ikan lele di pasaran.

Usaha ini terletak di Jl. Politeknik Tamalanrea tepatnya kompleks

UNHAS sebagai tempat produksi. Lokasi ini masih dalam status kontrakan

karena belum ada dana yang cukup untuk mendirikan sebuah tempat usaha.

Dalam kegiatan usaha banyak kendala yang dihadapi dalam menempati

lokasi usaha ini salah satunya adalah luas ruangan yang sempit. Modal

usaha dari Abon Lele ini adalah sebesar Rp. 3.400.000,-. Modal ini

didapatkan dari bantuan dana PMW (Program Mahasiswa Wirausaha) dalam

48
bentuk uang tunai yang kemudian digunakan untuk membeli sebagian

peralatan produksi sebagai modal investasi atau harta tetap Sahabat Lele

dan juga membeli bahan baku produk sebagai modal kerja serta untuk

pembayaran hasil pengujian kandungan produk. Dalam pembuatan produk

Abon Lele ini tidak menggunakan bahan pengawet karena telah di uji di Balai

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Makassar yang hasilnya positif tidak

mengandung bahan yang berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi siapa

saja. Disamping itu tampilan produk yang menarik dengan kemasan praktis

memungkinkan untuk di bawa kemana saja akan lebih mengundang

perhatian konsumen dan dapat menjadi teman ketika sedang lapar yang

tentunya tidak kalah bersaing dengan produk abon lainnya.

Adapun struktur organisasi dari Sahabat Lele dapat di lihat pada

gambar berikut :

Pemimpin Perusahaan
(Iftytah Amelyani Umar)

Muslimin

Manajer Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran


(Ardina Tambung) (Rahma Syafirah) (Novitasari)

Gambar 2. Struktur Organisasi Sahabat Lele

49
Berdasarkan Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa struktur

organisasi ini menitikberatkan pada masing-masing fungsi yang harus

dilaksanakan dalam pekerjaan dan bertanggung jawab atas bidangnya

masing-masing. Manajer umum bertindak sebagai pimpinan yang mengawasi

seluruh kinerja dari bawahannya, bertanggung jawab atas seluruh aktivitas

dalam perusahaan dan mengontrol segala bentuk kegiatan karyawan dalam

perusahaan. Sementara manajer pemasaran berperan dalam melakukan

perencanaan dan pelaksanaan dalam konsep pemasaran, melakukan

promosi dan distribusi produk. Manajer produksi bertanggung jawab penuh

kepada general manajer, mengatur semua bentuk kegiatan produksi

perusahaan, dan mengatur jalannya proses produksi. Kemudian manajer

keuangan berperan dalam menetapkan harga produk, mengatur pengeluaran

serta pemasukan dalam kas perusahaan.

4.1.1 Visi dan Misi

Dalam menjalankan usaha ini Sahabat Lele memiliki visi dan misi

yang digunakan sebagai acuan dalam rangka pengembangan usaha. Visi

merupakan pengarah tujuan yang terbaik dari imajinasi kreatif dan

merupakan motivasi utama dari tindakan. Visi adalah kemampuan untuk

melihat realitas yang kita alami saat ini, untuk menciptakan dan menemukan

apa yang belum ada, serta menjadikan diri sebagai seseorang yang saat

inibelum terwujud (Kadafi, 2010).

50
Adapun Visi dari Sahabat Lele adalah “Menjadi Perusahaan yang

Bergerak di Bidang Kuliner dengan Memberikan Manfaat Bagi

Masyarakat dan Saling Menguntungkan dalam Bermitra” Untuk

memenuhi visi tersebut, maka di rumuskanlah langkah yang akan dilakukan

perusahaan dalam misi yang juga berkaitan dengan latar belakang

perusahaan. Pada dasarnya misi merupakan alasan mendasar eksistensi

suatu organisasi. Pernyataan misi organisasi, terutama di tingkat unit bisnis

menentukan batas dan maksud aktivitas bisnis perusahaan. Jadi perumusan

misi merupakan realisasi yang akan menjadikan suatu organisasi mampu

menghasilkan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan,

keinginan dan harapan pelanggannya (Wicaksono, 2013).

Dalam rangka mewujudkan visi Sahabat Lele maka di tetapkan

beberapa misi yaitu sebagai berikut:

1. Menghasilkan produk makanan yang sehat, lezat dan praktis dari

olahan ikan lele.

2. Menambah keanekaragaman pengolahan dari ikan lele.

3. Menjaga kualitas produk dan meningkatkan produktivitas perusahaan.

4.2 Analisis Posisi Sumberdaya Perusahaan

Sumberdaya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi

atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumberdaya tidak selalu bersifat fisik,

tetapi juga non fisik. Sumberdaya ada yang dapat berubah, baik menjadi

semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumberdaya yang kekal (selalu

tetap). Sumberdaya didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki

51
nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan bahwa sumberdaya adalah komponen

dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi

keutuhan manusia (Fatah, 2014).

Analisis sumberdaya perusahaan dan posisinya dalam persaingan

merupakan salah satu hal yang perlu di lakukan dalam pengembangan

strategi. Pada tataran praktikal, analisa diawali dengan mempertanyakan

seberapa baik strategi yang ada, kemudian melakukan identifikasi terhadap

kekuatan dan kelemahan sumberdaya perusahaan yang dimiliki serta

peluang dan ancaman yang ada di luar lingkungan perusahaan.

Langkah berikutnya mengevaluasi apakah harga produk/jasa dan biaya

sudah unggul dari pesaing. Ketiga langkah diatas kemudian digunakan untuk

menganalisis apakah perusahaan lebih kuat atau lebih lemah dari para

pesaing (Setiyadi, 2009).

Untuk menunjang kelancaran operasional perusahaan pada usaha

Abon Lele maka diperlukan adanya keterpaduan sumberdaya yang cukup

dan memadai. Sumberdaya yang dimiliki oleh Sahabat Lele terdiri dari

sumber daya lahan dan bangunan, sumber daya manusia, sumber daya

peralatan dan sumberdaya finansial. Ke empat sumberdaya ini seharusnya

menjadi kekuatan dalam sebuah perusahaan tetapi karena usaha yang di

bangun ini masih baru sehingga untuk memaksimalkan sumberdaya yang di

miliki masih membutuhkan bantuan karena dapat menjadi penghamat dalam

pengembangan usaha.

52
4.2.1 Sumber Daya Lahan dan Bangunan

Sumber daya lahan dan bangunan merupakan jenis sumberdaya yang

mutlak diperlukan untuk mengelola suatu jenis usaha. Sumber daya lahan

adalah lahan yang digunakan sebagai wadah dan ruang kegiatan manusia

atau kelompok masyarakat menurut kepentingan masing-masing lahan

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya hasil

produksi (Morri, 2000).

Bangunan merupakan hasil karya orang yang mempunyai tujuan

tertenntu untuk kepentingan perorangan maupun untuk umum. Dalam

penyelenggaraan bangunan diusahakan ekonomis, memenuhi persyaratan

tentang bahan, konstruksi maupun pelaksanaannya (Supriatna, 2010).

Sahabat Lele yang kami dirikan merupakan tempat usaha dimana

semua kegiatan perusahaan kami berlangsung. Kegiatan tersebut

diantaranya produksi (pengelolaan), yang berlokasi di Jl. Politeknik UNHAS.

Sumberdaya lahan dan bangunan yang dipakai Sahabat Lele berupa

ruangan seluas 3 x 3 m2 dengan biaya sewanya sebesar Rp 3.500.000

pertahun. Dalam ruangannya pun di bagi lagi menjadi 2 tempat yaitu ruang

produksi dan ruang pengemasan termasuk di dalamnya WC. Untuk usaha

Abon Lele luas bangunan yang dimiliki tentunya tergolong sempit karena

tidak mampu menunjang sumberdaya produksi yang besar. Sumberdaya

lahan dan bangunan ini merupakan salah satu kelemahan dari Sahabat Lele

karena sebenarnya tempat ini belum mengkhusus untuk produksi Abon Lele

hanya saja untuk sementara dijadikan sebagai lokasi usaha dalam

53
menanggulangi masalah sampai mendapatkan solusi yang tepat agar bisa

mendapatkan tempat khusus usaha. Dari penjelasan di atas dapat di lihat

tata letak ruangan yang ada pada gambar di bawah ini :

3m

WC
Ket: 1 2

1 = Pintu Masuk

2 = Ruang Pengemasan 3m
3
3 = Ruang Produksi

Gambar 3. Tata Letak Sumberdaya Lahan dan Bangunan Sahabat Lele

Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan tata letak ruangan yang di

gunakan Sahabat Lele seluas 3 x 3 m 2 yaitu ruang produksi berisikan alat-

alat yang digunakan untuk mengolah bahan-bahan dan ruang pengemasan

sebagai tempat untuk mengemas abon yang telah jadi, semua alat-alat yang

digunakan telah tercantum pada Tabel 3. Pada gambar diatas ruang produksi

terlihat lebih luas dibanding ruang pengemasan ini di karenakan alat yang di

gunakan lebih banyak dan membutuhkan lebih dari satu tenaga kerja agar

proses pembuatan tidak memakan waktu yang sangat lama dan pekerja juga

leluasa beraktifitas sedangkan untuk pengemasan bisa saja di kerjakan oleh

54
satu tenaga kerja karena dalam pengemasan abon bukanlah hal yang cukup

berat untuk di lakukan apalagi jumlah produksi yang masih berskala kecil,

sehingga ruangan yang di butuhkanpun juga tidak terlalu besar.

4.2.2 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen utama organisasi

dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang, sebab

manusia itu sendiri mengendalikan yang lain. Manusia memilih teknologi,

manusia juga mencari modal, manusia yang menggunakan dan

memeliharanya, disamping manusia dapat menjadi salah satu sumber

keunggulan bersaing. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya manusia

dalam organisasi menjadi suatu hal yang sangat penting (Hariandja, 2007).

Secara umum, pengertian sumber daya manusia dapat dibagi menjadi

dua, yakni sumber daya makro dan sumber daya mikro. Pengertian sumber

daya manusia makro adalah jumlah penduduk usia produktif yang ada

disebuah Negara, sedangkan sumber daya manusia mikro lebih mengerucut

pada individu yang bekerja pada institusi (Ciputra, 2015).

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan

pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang

mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah dan mereka yang mengurus

rumah tangga (Firdaus, 2007).

Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Sahabat Lele adalah

sebanyak 4 orang. 1 orang sebagai pemimpin perusahaan yang mengontrol

jalannya usaha, 1 orang sebagai manajer keuangan yang mengatur

55
pengeluaran dan pemasukan dari usaha Abon Lele, 1 orang sebagai manajer

produksi yang mengatur pengadaan bahan baku sampai menjadi produk siap

jual dan 1 orang sebagai manajer pemasaran yang menetapkan harga

produk dan melakukan promosi serta distribusi. Walaupun memiliki tugas

utama, pekerjaan karyawan tetap berangkap.

Sebagai usaha yang baru, sumberdaya manusia yang dimiliki Sahabat

Lele sudah cukup memenuhi kebutuhan tenaga kerja karena dalam

pembuatan produk yang jumlahnya masih dalam skala kecil sudah dapat

teratasi. Dari masing-masing karyawan memiliki keterampilan dalam

bidangnya misalnya pada manajer produksi ahli dalam bidang memasak

yang tingkat kepekaan lidahnya lebih baik di banding yang lain, kemudian

manajer pemasaran yang ahli dalam bidang mempromosikan produk baik

menggunakan media maupun langsung kepada konsumen, pada manajer

keuangan sendiri ahli dalam bidang hitung-hitungan yang teliti terhadap

pengeluaran dan pemasukan. Tetapi walau demikian tenaga kerja masih

membutuhkan pembelajaran dan pelatihan-pelatihan untuk mendapatkan

pengalaman dan wawasan agar membangun usaha yang nantinya akan di

kembangkan dalam menghadapi persaingan.

Disamping itu, pembagian gaji atau upah pada tenaga kerja Sahabat

Lele masih belum terarah, ini diakibatkan karena usaha masih bersifat baru

dan waktu produksi belum menentu. Masalah ini menjadi puncak dari usaha

karena kurangnya permintaan sehingga produksi selalu berhenti ditambah

lagi dengan produk yang belum bisa bertahan lama dan menyebabkan

56
perusahaan rugi karena produk mudah rusak, sehingga berdampak buruk

bagi keuangan Sahabat Lele. Oleh sebab itu upah atau gaji tenaga kerja

belum bisa di tetapkan dengan jelas dikarenakan pemasukan belum stabil.

4.2.3 Sumber Daya Peralatan

Sumberdaya peralatan adalah salah satu faktor pendukung usaha

yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Jenis dan jumlah peralatan

yang digunakan perusahaan akan berpengaruh terhadap kualitas dan

kuantitas produksi yang dihasilkan. Sumberdaya perusahaan yang digunakan

oleh perusahaan tentu akan mengalami penyusutan dari tahun ke tahun

sehingga nilainya juga akan semakin menurun sesuai dengan lama

pemakaiannya (Pambudy, 2001).

Dalam sumberdaya peralatan dikenal istilah NPA atau Nilai

Penyusutan Alat, yaitu nilai yang terdapat pada suatu alat denga melihat

harga awal dari barang tersebut, harga akhir, lama pemakaian, dan jumlah

barang tersebut (Suratiyah, 2008).

Adapun cara mencari nilai penyusutan digunakan rumus yaitu sebagai

berikut : ∑

Sumberdaya peralatan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh

Sahabat Lele dalam membangun sebuah usaha karena peralatan inilah yang

di gunakan sebagai sarana dalam menunjang proses pengolahan produk

abon lele. Peralatan yang digunakanpun juga harus lengkap karena jika tidak,

tentunya akan berdampak bagi keberhasilan proses produksi. Adapun

57
sumberdaya peralatan yang dimiliki oleh Sahabat lele dapat di lihat pada

tabel di bawah ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Sumber Daya Peralatan, Sahabat Lele, 2017


Lama Nilai Nilai
Jumlah Harga-
Jenis Pema Penyusut Penyus
No Kebutuh Satuan Nilai (Rp)
Mesin/Peralatan kaian an utan
an (unit) (Rp/unit)
(thn) (Rp/thn) (Rp/bln)
Produksi
Kompor
1 1 350.000 350.000 2 50.000 2.100
gas+LPG
2 Wajan 1 65.000 65.000 2 7.500 400
3 Panci 1 60.000 60.000 2 7.500 400
4 Spatula 2 12.000 24.000 2 5.000 300
5 Baskom 2 17.000 34.000 2 7.000 450
6 Pisau 2 15.000 30.000 2 7.000 450
7 Piring/mangkok 3 7.000 21.000 2 4.500 200
8 Sendok besar 3 3.000 9.000 2 1.500 100
9 Blender 1 125.000 125.000 2 12.500 600
10 Loyang 2 13.000 26.000 2 5.000 300
11 Saringan 1 8.000 8.000 2 1.500 100
12 Gunting 1 20.000 20.000 2 2.500 200
Pengemasan
13 Alat Pres 1 110.000 110.000 1 20.000 900
14 Timbangan 1 60.000 60.000 1 15.000 700
TOTAL 942.000 142.500 7.200

Berdasakan Tabel 3 menunjukkan bahwa ada 14 macam peralatan

yang dimiliki Sahabat. Saat ini, kondisi peralatan yang dimiliki Sahabat Lele

masih dalam keadaan baik atau masih layak pakai. Total keseluruhan biaya

yang di keluarkan sebesar Rp 942.000,- dengan nilai penyusutan Rp

142.500. Masing-masing alat ini berperan penting dalam pembuatan Abon

Lele mulai dari proses pengolahan sampai pengemasan. Berikut merupakan

fungsi dari peralatan yang di miliki oleh Sahabat Lele, yaitu :

58
1. Kompor gas merupakan peralatan produksi yang berfungsi untuk

menumis bumbu dan menggoreng produk Abon Lele.

2. Wajan merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai wadah

dalam menumis dan menggoreng produk Abon Lele.

3. Panci merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai wadah

untuk mengkukus ikan lele.

4. Spatula merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai alat

pengaduk saat penumisan dan penggorengan.

5. Baskom merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai wadah

untuk menyimpan ikan lele yang belum dikukus atau setelah di kukus.

6. Pisau merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai alat

untuk memotong ikan lele dan mengupas kulit bumbu.

7. Piring/mangkok merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai

wadah untuk menyimpan bumbu yang telah di bersihkan.

8. Sendok besar merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai

alat pengaduk abon yang sedang di spinner

9. Blender merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai alat

untuk menghaluskan bumbu.

10. Loyang merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai wadah

untuk meniriskan produk abon yang telah di goreng.

11. Saringan merupakan peralatan produksi yang berfungsi untuk

memisahkan air dari bumbu yang telah di haluskan.

59
12. Gunting merupakan peralatan produksi yang berfungsi sebagai alat

untuk memotong sirip ikan lele.

13. Pres merupakan alat yang berfungsi untuk merekatkan kemasan agar

udara tidak dapat masuk.

14. Timbangan merupakan alat yang berfungsi untuk menimbang berat

produk agar sama berat dalam kemasan.

Peralatan yang dimiliki belum memenuhi standar produksi karena

masih ada alat yang di pakai tetapi belum dimiliki oleh perusahaan. Alatnya

yaitu spinner, alat ini merupakan salah satu inti dari pembuatan abon karena

jika tidak memakai alat ini ketahanan atau lama simpan produk akan

berkurang sehingga mudah rusak. Tentunya ini menjadi kelemahan dari

perusahaan karena menyangkut kualitas produk yang dapat mempengaruhi

kelancaran usaha serta menjadi hambatan karena setiap kali memproduksi

Sahabat Lele harus meminjam alat spinner kepada rekan dari usaha lain jika

sedang tidak terpakai atau ke laboratorium ilmu dan teknologi pangan.

4.2.4 Sumber Daya Finansial

Sumber yang sangat penting dimiliki perusahaan adalah sumber daya

finansial. Dengan adanya sumber daya finansial, suatu perusahaan dapat

mengetahui dengan rinci mengenai masalah keuangan yang terjadi pada

perusahaannya tersebut, agar perusahaan dapat memperhitungkan

keuntungan dan kerugian, serta pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan

untuk menunjang pengembangan perusahaan. Sumber daya finansial

merupakan syarat mutlak berlangsungnya suatu usaha. Modal termasuk

60
sumber daya finansial. Modal adalah barang ekonomi yang dapat

dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang

ekonomi yang dapat digunakana untuk mempertahankan atau meningkatkan

pendapatan (Sofyan, 2009).

Adapun sumberdaya finansial Sahabat Lele yang digambarkan dalam

bentuk neraca sebagaimana dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Neraca Sahabat Lele, Makassar 2017


Sahabat Lele
Neraca
Juli 2017
AKTIVA PASSIVA
AKTIVA LANCAR PASSIVA LANCAR
Kas Rp 1.602.000 Utang Dagang 0
Piutang Dagang 0 Gaji 0
Perlengkapan 0 Pajak 0
Persediaan 0 Utang Wesel 0
Surat Berharga 0 Utang Obligasi 0
Jumlah Aktiva Lancar Rp 1.602.000
Aktiva Tetap Modal Rp 1. 712. 000
Peralatan Rp 110.000
Tanah 0
Gedung 0
Kendaraan 0
Jumlah Aktiva Tetap 0
TOTAL AKTIVA Rp 1.712.000 TOTAL PASSIVA Rp 1.712.000

Berdasakan Tabel 4 menunjukkan bahwa kas yang dimiliki Sahabat

Lele sebesar Rp 1.602.000. Kas ini di peroleh dari total saldo pada rekening

untuk tahun 2017. Sahabat lele tidak memiliki piutang dan tidak memiliki

tabungan di bank sehingga total aktiva sama dengan total kas. Sedangkan

61
aktiva tetap yang dimiliki berupa peralatan produksi. Untuk lahan dan

bangunan yang digunakan Sahabat Lele belum dapat dimasukkan sebab

belum termasuk tempat khusus usaha. Pada passiva lancar Sahabat Lele

tidak memiliki utang usaha jadi passiva lancar bernilai 0 sehingga modal yang

dimiliki Sahabat Lele senilai dengan total aktiva yaitu sebesar Rp 1.712.000,-.

Modal ini seharusnya sudah dapat di katakan banyak untuk awal memulai

usaha namun ternyata dalam memproduksi abon memerlukan alat/mesin

khusus yang digunakan agar produk bisa bertahan lama dan bertekstur baik

sesuai dengan abon pada umumnya. Sehingga dengan modal Rp 1.712.000

belum mencukupi dalam menjalankan usaha ini karena biaya yang

dibutuhkan melebihi kas yang tersisa.

Adapun analisis kebutuhan dana yang di perlukan dalam

menindaklanjuti usaha Abon Lele dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Analisis Kebutuhan Dana Sahabat Lele, Makassar 2017


No. Jenis Kebutuhan Harga
1. Bangunan Rp 5.000.000
2. Spinner Rp 2.800.000
3. Mesin Peras Abon Rp 800.000
Jumlah Rp 8.600.000

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa modal yang di butuhkan

Sahabat Lele untuk menindaklanjuti usahanya sebesar Rp 8.600.000.

Beberapa kebutuhan ini merupakan sumberdaya yang sangat menunjang

jalannya pengembangan usaha. Oleh sebab itu Sahabat Lele belum bisa

memproduksi terus menerus karena kas yang dimiliki hanya tersisa

62
Rp 1.602.000 dan hal itu adalah salah satu hambatan berjalnnya usaha

karena mesin-mesin tersebut sangat mempengaruhi hasil yang diproduksi

baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

4.3 Analisis Kinerja Perusahaan

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya melakukan produksi

dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Kegiatan

produksi dan distribusi dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor

produksi yaitu manusia, alam dan modal. Kegiatan produksi dan distribusi

umumnya dilakukan untuk memperoleh laba. Namun ada juga kegiatan

produksi yang tujuannya bukan untuk mencari laba. Seperti yayasan sosial,

keagamaan, dll. Hasil suatu produksi dapat berupa barang atau jasa.

Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas

tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan

keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja

perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan

kelompok kerja di perusahaan tersebut (Payaman, 2005).

Sebelum memahami masalah penilaian kinerja lebih jauh, maka ada

beberapa pengertian kinerja seperti yang telah dijelaskan oleh Helfert

(1996:67) bahwa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan

individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.

63
4.3.1 Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif di dalam

perusahaan yang scara terus menerus diperoleh, diubah yang kemudian di

jual kembali. Sebahagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering

dikaitkan dalam persediaan bahan baku yang akan digunakan dalam operasi

perusahaan pabrik (Jay, 1992).

Bahan baku utama adalah bahan mentah yang merupakan bahan

dasar yang mutlak disediakan karena sangat diperlukan dalam suatu proses

produksi, yang selanjutnya akan memulai beberapa tahapan proses tertentu

yang akan memberikan nilai dan manfaat yang lebih sehingga proses

pengadaan ini harus dikelola dengan baik untuk menjamin kontinuitas,

kuantitas dan kualitas produksi. Sedangkan bahan baku tambahan adalah

bahan yang menjadi penguat rasa atau yang membuat produk menjadi lebih

sempurna. Bahan tambahan ini dapat menjadi penunjang jalannya suatu

proses produksi. Prinsipnya, tanpa bahan ini, produk akan tetap bisa

diselesaikan, ataupun diganti dengan bahan yang lain hanya saja jadinya

tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

Pengadaaan bahan baku pada Sahabat Lele dilaksanakan setiap kali

akan melakukan proses produksi termasuk untuk bahan baku utama maupun

tambahan yaitu ikan lele, bawang merah, bawang putih, cabai, jeruk nipis,

serai, jahe, asam, gula merah, garam dan minyak goreng. Kualitas ikan yang

diinginkan adalah ikan segar yang baru di panen. Hal ini agar dapat

menghasilkan produk yang tidak bau. Sedangkan untuk kualitas bumbu

64
dibutuhkan yang masih segar dan tidak layu. Penggunaan garam dan

bawang putih tidak terlalu banyak dalam proses pembuatan bumbu, sehingga

pada saat di lakukan pembelian bahan langsung dalam jumlah yang banyak

selain menghemat biaya karena, bahan tersebut tidak mudah rusak atau bisa

bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Sumber bahan baku ikan lele sangat banyak tersedia di Kota

Makassar dari informasi BPS Provinsi Sulawesi Selatan usaha budidaya ikan

lele sebanyak 705. Sumber pasokan ikan lele oleh Sahabat Lele di peroleh

dari LEORMA yaitu usaha mahasiswa dari fakultas perikanan Universitas

Hasanuddin yang juga salah satu penerima bantuan dana dari PMW yang

lokasinya bertempat NHP Perumahan Citra Cluster Blok 6 no.2. Tempat ini

dipilh kerena cara pembudidyaannya yang bersih, harga yang di tawarkan

tidak mahal dan juga memiliki fasilitas pesan antar sehingga tidak perlu

mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli bahan baku utama,

sedangkan sumber bahan-bahan lainnya seperti bumbu dan repah-rempah,

minyak goreng hanya di pasok dari pasar-pasar terdekat saja yang tidak jauh

dari lokasi produksi karena bahan-bahan ini merupakan bumbu dapur yang

setiap harinya dibutuhkan dalam rumah tangga.

65
Adapun jumlah dan nilai pengadaan bahan baku utama dan tambahan

usaha Abon Lele setiap produksi dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Jumlah dan Nilai Pengadaan Bahan Baku Setiap Produksi pada
Sahabat Lele di Makassar, 2017
Jumlah Harga Jumlah
Sumber
No Jenis Bahan Kebutuhan Satuan Biaya
Pasokan
(unit) (Rp/unit) (Rp)
I Bahan Produksi
NHP
Perumahan
1 Ikan Lele 5 kg 20.000 100.000
Citra Cluster
Blok 6 no.2
2 Bawang Merah ½ kg 20.000 10.000
3 Bawang Putih ½ siung 2.000 1.000
4 Jahe 3 buah 1.000 3.000
5 Lengkuas 3 buah 1.000 3.000
6 Asam 1 buah 1.000 2.000
Pasar
7 Serai 1 ikat 2.000 2.000
8 Gula Merah ¼ kg 20.000 5.000
9 Garam 120 g 2.000 2.000
10 Jeruk Nipis 3 buah 1.000 3.000
11 Minyak Goreng 2 liter 12.000 24.000
12 Gas 3 kg 18.000 18.000 Toko
Jumlah 173.000
II Bahan Pengemasan
1 Kemasan 13 pack 500 6.500 Toko Plastik
2 Stiker 13 lembar 500 6.500 Toko ATK
Jumlah 13.000
TOTAL BIAYA PENGADAAN BAHAN 186.000

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa ada bahan-bahan yang

digunakan Sahabat Lele dalam memproduksi Abon Lele dengan bahan baku

ikan lele sebanyak 5 kg tiap kali produksi dengan tambahan bumbu dan

rempah-rempah yang alami tanpa penyedap rasa instan atau MSG yang

masing-masing sudah ditakar untuk menyeimbangkan rasa produk. Pada

produksi ini Sahabat Lele menghabiskan uang sebesar Rp 186.000 dalam

satu kali produksi. Tempat pengadaan bahan bakunya juga sangat mudah di

66
dapatkan yaitu hanya di pasar, karena sudah jadi pusat perbelanjaan

masyarakat. Untuk bahan baku utama Sahabat Lele sudah mempunya mitra

tersendiri. Sahabat Lele bekerjasama dengan mahasiswa perikanan yang

sekarang juga sedang merintis usaha budidaya ikan lele yaitu LEORMA yang

dananya juga di dapatkan dari Program Wirausaha Mahasiswa, sehingga

cukup mudah untuk melalukan mitra karena sebelumnya sudah saling kenal

dengan usaha masing-masing dan adanya kepercayaan untuk saling

menguntungkan antara produsen. Tetapi terlepas dari itu Sahabat Lele tetap

harus mencari mitra bahan baku lain karena jika sewaktu-waktu stok ikan lele

pada usaha LEORMA habis, Sahabat Lele dapat memasok ikan lele dari

tempat lain yang sudah diajak bermitra.

4.3.2 Proses Produksi

Pada hakekatnya, proses produksi merupakan penciptaan atau

penambahan faedah bentuk, waktu, dan tempat atas faktor-faktor produksi

sehingga lebih disebut proses produksi. Para ahli melalui ekonomi

mendefinisikan produksi sebagai “menghasilkan kekayaan melalui eksploitasi

manusia terhadap sumber-sumber kekayaan lingkungan” atau bilakita artikan

secara konvensional, produksi adalah proses menghasilkan atau menambah

nilai guna suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumberdaya yang

ada. Produk juga dapat diartikan sebagai output yang dihasilkan untuk

memberikan nilai timbal balik bagi yang menghasilkannya (Choir, 2010).

67
Adapun tahap-tahap dari proses produksi Abon Lele yang dilakukan di

tempat salah satu karyawan yaitu dapat di lihat pada Gambar 4 dibawah ini :

Menyiapkan Alat-alat dan


Ikan Lele sebanyak 5 kg serta
Ikan Lele Dipisahkan dari bumbu secukupnya
Membersihkan bumbu
Kepala, Kulit, sirip dan di dan di potong-potong
cuci sampai bersih menjadi Kecil

Mengukus Ikan Lele Menghaluskan Bumbu

Memisahkan tulang dari Menumis bumbu dan


daging ikan lele dan di memasukkan bahan tambahan,
suir -suir diaduk sampai rata
Memasukkan daging ikan
lele ke dalam bumbu yang
telah ditumis dan diaduk
hingga merata

Memindahkan daging ikan lele yang Menggoreng hingga berubah


telah dicampur bumbu ke dalam kemerahan, angkat dan masukkan
minyak goreng yang telah dipanaskan ke dalam mesin spinner

Abon yang di hasilkan seberat 1.310


gr dan dikemas sebanyak 13 Mengangkat abon yang telah di
bungkus kemudian di jual dengan spinner dan siap dikemas.
harga Rp 20.000/ 100gr.

Gambar 4. Proses Produksi Abon Lele

Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa ada beberapa tahap

yang dilakukan dalam proses produksi mulai dari penyiapan alat dan bahan

sampai pengemasan produk. Proses yang pertaman dilakukan menyiapkan

68
ikan lele sebanyak 5 Kg dan bahan tambahan secukupnya, kemudian ikan

dikukus selama 20 menit lalu diambil dagingnya. Daging ikan lele yang

dihasilkan kurang lebih 1,2 Kg setelah dipisahkan dari tulang dan kepalanya.

Bumbu yang sudah dibersihkan kemudian dihaluskan dan ditumis bersama

rempah-rempah selama 15 menit, setelah aroma tercium barulah daging ikan

lele yang telah disuir-suir dicampurkan secara merata kemudian digoreng

kedalam minyak yang telah dipanaskan. Abon diaduk kurang lebih 2 jam

setelah warna berubah dan menjadi kering barulah dipindahkan ke mesin

spinner untuk menisriskan minyak yang masih meresap pada abon selama

15 menit dan abon siap dikemas. Hasil abon yang diperoleh sebanyak

1320gr kemudian dibungkus masing-masing sebanyak 100gr sehingga

menjadi 13 kemasan dan dijual seharga Rp 20.000.

Proses produksi yang dilakukan Sahabat lele masih dengan

pengolahan yang sederhana yaitu alat-alat yang digunakan masih manual,

begitupun proses pengemasan yang dikemas menggunakan sarung tangan

agar lebih higenis. Selain itu menjaga kualitas dengan melakukan

pengontrolan setiap kali produksi. Misalnya pada proses produksi

pengontrolan pada pembuatan bumbu dengan mengandalkan kepekaan

lidah, menjaga kebersihan peralatan baik sebelum maupun sesudah di

gunakan, dan juga pada kebersihan kemasan sebelum produk di bungkus.

Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas produk agar tetap higienis.

69
Keseluruhan tahapan produksi di laksanakan langsung oleh semua

tenaga kerja baik pimpinan maupun para manajer ikut turun langsung

mengerjakan kegiatan produksi. Hal ini dilakukan agar proses pembuatan

tidak memakan waktu yang lama. Pimpinan dan manajer pemasaran

bertugas untuk pengadaan bahan baku dan membersihkan alat serta bahan-

bahan. Setelah itu membantu manajer produksi dalam memasak dan

menggoreng sampai produk siap di kemas. Manajer keuangan bertugas

untuk meniriskan dan mengemas produk untuk siap jual.

4.3.3 Proses Pemasaran

Pemasaran atau marketing adalah suatu aktivitas untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan yang ada melalui proses pertukaran yang saling

menguntungkan. Aktivitas pemasaran antara lain perencanaan produk,

kebijakan harga, melakukan promosi, distribusi, penjualan, pelayanan,

membuat strategi pemasaran, riset pemasaran, sistem informasi pemasaran

dan lain-lain yang terkait dengan pemasran (Syafrizal, 2014).

Menurut Kotler (2009) “Pemasaran adalah proses sosial yang dengan

proses satu individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan

diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”.

Dalam manajemen pemasaran terdapat empat bauran pemasaran

yang mempengaruhi jalannya suatu manajemen pemasaran (marketing).

Bauran pemasaran tersebut antara lain produk, harga, promosi dan distribusi.

70
Agar dapat terjadi penjualan optimal, maka diperlukan tat kelola manajemen

pemasaran yang tepat pula (Rusli, 2010).

1. Produk

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen

untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar

sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Produk yang dibuat oleh Sahabat Lele adalah Abon Lele yaitu sejenis

makanan lauk pauk yang siap saji. Berikut ini merupakan atribut fisik dari

sebuah produk yang umumnya di perlukan.

1) Tampilan Produk

Tampilan produk merupakan cerminan dari signifikansi produk

seperti mutu, sifat, dan rancangan. Mutu produk merupakan hal yang

perlu di perhatikan pada produk untuk melaksanakan fungsinya,

termasuk keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan

dan diperbaiki, serta sifat lain yang bernilai bagi pemenuhan keinginan

dan kebutuhan konsumen (Sinaga, 2010).

Tampilan produk sangat penting untuk menunjang simpati

konsumen dalam membeli suatu produk, karena ketertarikan dan

kepercayaan terhadap penampilan yang di lihat dari segi kualitas.

Tampilan siap jual produk kami yaitu dikemas dalam plastik yang

berlabelkan logo produk, logo perusahaan dan informasi lainnya

sebagai media promosi dalam pengenalan produk yang didesain

semenarik mungkin. Setelah abon dimasukkan selanjutnya plastik

71
direkatkan dengan alat sealer/pres agar udara tidak masuk dan produk

bisa bertahan lama. Berikut ini gambar dari tampilan produk Abon Lele

yang siap jual.

Gambar 5. Tampilan Produk Abon Lele

2) Bentuk Produk

Adapun bentuk produk dari Abon Lele berbentuk serat yang

kering, seperti abon-abon yang lainnya namun serat yang di hasilkan

abon ikan ini lebih sedikit dibandingkan dengan abon daging sapi atau

ayam sehingga teksturnya cukup halus. Pada dasarnya abon yang di

produksi Sahabat Lele tekturnya masih kurang maksimal dari abon

ikan yang ada di pasaran karena alat yang di gunakan masih manual

dan juga mesin spinner yang di gunakan tidak ada.

Sedangkan jika ingin membuat abon yang bertekstur baik harus di

spinner dengan keadaan panas agar mudah terpisah dan sertanya

72
dapat lebih baik. Karena jika di spinner dengan keadaan dingin maka

abon akan menggumpal dan menjadi seperti butir-butir. Hal ini juga

mempengaruhi ketahanan dari produk, yang harusnya dapat bertahan

3-6 bulan hanya menjadi kurang lebih satu bulan, yang diikuti dengan

perubahan warna, aroma serta rasanya. Sehingga kualitas yang di

dapatkan menjadi buruk dan membuat usaha kurang berkembang di

akbiatkan produk yang cepat rusak.

Adapun bentuk produk Abon Lele yang telah diproduksi Sahabat

Lele dapat dilihat pada gambar di bawah ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 6. Bentuk Produk Abon Lele

3) Label Produk

Label merupakan salah satu hal yang perlu ditampilkan dalam

dalam membuat produk, karena dari label tersebut masyarakat dapat

mengenal produk yang di tawarkan baik dari segi merek ataupun

sebagai identitas. Label yang dibuat Sahabat Lele memberikan

73
tampilan ikan lele sebagai backgrounnya dan memberi warna-warna

cerah yang sangat menarik, lengkap dengan tulisan-tulisan penting

seperti komposisinya. Pelabelan pada kemasan produk harus

dipersyaratkan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah lepas dari

kemasannya, tidak mudah luntur atau rusak serta terletak pada bagian

kemasan yang mudah untuk dilihat dan dibaca dengan jelas. Adapun

label pada kemasan Abon Lele dapat dilihat pada gambar dibawah

yaitu sebagai berikut :

Gambar 7. Label Produk Abon Lele

74
4) Kemasan Produk

Kemasan sangat perlu dipertimbangkan dalam memasarkan

produk karena seorang pembeli terkadang pertama kali ingin membeli

suatu produk biasanya berawal dari ketertarikan pada kemasan produk

tersebut. Kemasan yang digunakan terbuat dari plastik yang dilengkapi

dengan klip atau perekat sehingga dapat ditutup kembali jika produk

telah terbuka. Kemasan ini tergolong praktis karena dapat di bawa

kemana-mana serta tidak mudah sobek dan anti air. Adapun tampilan

kemasan dari produk Abon Lele dapat dilihat pada gambar di bawah

ini yaitu sebagai berikut:

Gambar 8. Kemasan Produk Abon Lele

75
2. Harga

Harga merupakan satu-satunya unsur marketing mix yang

menghasilkan penerimaan penjualan, sedangkan unsur lainnya hanya unsur

biaya saja. Peranan penetapan harga akan menjadi sangat penting terutama

pada keadaan persaingan yang semakin tajam dan perkembangan

permintaan yang terbatas. Peranan harga sangat penting terutama untuk

menjaga dan menigkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam

share pasar perusahaan. Disamping itu untuk meningkatkan penjualan dan

keuntungan perusahaan. Dengan kata lain, penetapan harga mempengaruhi

kemampuan bersaing perusahaan dan kemampuan mempengaruhi

konsumen (Sofyan, 2009).

Harga menduduki tempat yang cukup penting, karena harga akan

menentukan penerimaan perusahaan. dalam menentukan harga harus

menitiberatkan pada kemampuan pembeli pada harga yang telah di tetapkan.

Harga bukan semata-mata untuk membiayai produk dan keuntungan yang

diinginkan perusahaan, tetapi lebih penting akan menunjukkan persepsi

konsumen terhadap produk yang di pasarkan (Godam, 2009).

Penetapan harga dari suatu produk merupakan hal yang sangat perlu

diperhatikan oleh suatu perusahaan. Harga produk yang di tawarkan Sahabat

Lele sebesar Rp 20.000 per kemasan dengan berat 100 gram. Harga ini

berasal perhitungan anggaran biaya tetap dan biaya variabel atau harga

pokok produksi, yang telah di hitung menggunakan rumus berikut :

76
Harga Pokok Produksi =

= Rp 193.200 / 13

= Rp 14.861/kemasan

Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat harga pokok produksi yang

dikeluarkan Sahabat Lele untuk setiap kemasan sebesar Rp 14.861. Pada

harga tersebut kemudian di tambahkan keuntungan (mark up plus) yang ingin

diperoleh yaitu sebesar 30% yang dihitung menggunakan rumus berikut :

Harga jual produksi = Total Biaya produksi + Mark Up (30% x TBP)

Jumlah produksi

= Rp. 193.200+ (30% x 193.200)

13

= Rp 251.160

13

= Rp 19.320/kemasan

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa harga Abon Lele per kemasan

sebesar Rp 19.320,- yang kemudian di bulatkan menjadi Rp 20.000,-. Harga

ini di tentukan karena mengingat proses pembuatan abon yang

membutuhkan waktu dan tenaga yang sangat besar sehingga diharapkan

keseimbangan hasil yang diperoleh. Bahkan dari hasil observasi produk

77
abon, harga yang di tawarkan Sahabat Lele masih tergolong rendah. Karena

di beberapa toko-toko khususnya di daerah Tamalanrea, beberapa jenis abon

yang di pasarkan harga yang di tawarkan Sahabat Lele masih tergolong

murah karena dapat dijangkau di semua kalangan masyarakat. Hal ini sesuai

dengan pendapat Rangkuti (2006), bahwa perusahaan dapat memperoleh

keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya jika

dia dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang

diberikan pesaingnya dengan nila/kualitas produk yang sama. Harga jual

yang lebih rendah dapat dapat dicapai oleh perusahaan tersebut karena dia

memanfaatkan skala ekonomi, efisiensi produk, penggunaan teknologi,

kemudahan akses dengan bahan baku, dan sebagainya. Semua itu

merupakan keunggulan yang dapat diciptakan untuk memperoleh

keuntungan dari pasar dan mengalahkan pesaing.

3. Promosi

Promosi adalah daya upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mengenalkan produk kepada konsumen dengan tujuan

utama untuk membujuk konsumen agar mendukung terjadinya transaksi

penjualan. Dalam melakukan suatu promosi diperlukan strategi pemasaran

yang optimal agar mendapatkan hasil yang maksimal. Promosi hendaknya

dilakukan secara berencana dan kontinyu agar efektif sesuai dengan sasaran

yang ingin dicapai. Konsumen potensial agar mau melakukan aksi pembelian

78
perlu mendapat informasi, sedangkan konsumen yang telah melakukan

pembelian perlu terus di bina agar melakukan pembelian ulang atau mereka

dapat menjadi pemasar tidak langsung oleh karena kepuasan yang mereka

terima diinformasikan kepada orang lain (Umar, 2009).

Promosi yang dilakukan Sahabat Lele menggunakan bauran promosi

yaitu personal selling atau dengan menjelaskan kepada kerabat-kerabat dan

masyarakat mengenai produk Abon lelenya sehingga dapat di kenal. Aktivitas

promosi yang dilakukan ini di akui masih sangat kurang sebab belum dapat

menarik perhatian konsumen lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwa

proses pemasaran belum berjalan dengan lancar sehingga dibutuhkan

penambahan usaha dalam promosi agar penyampaian informasi dapat

tersampaikan kepada masyarakat agar permintaan produk dapat meningkat.

4. Distribusi

Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan

pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian

barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya

sesuai dengan yang diperlukan (jenis, harga, tempat dan saat yang

dibutuhkan). Saluran distribusi merupakan keputusan yang menyangkut

kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan. Tempat dimana

produk tersedia dalam sejumlah saluran distribusi dan outlet yang

memungkinkan konsumen dapat dengan mudah memperoleh suatu produk

barang (Umar, 2009).

79
Adapun alur distribusi Sahabat Lele dapat di lihat pada gambar di

bawah ini yaitu sebagai berikut :

Sahabat Lele Pedagang Konsumen


Pengecer

Gambar 9. Skema Alur Distribusi Sahabat Lele

Berdasarkan gambar 9 menunjukkan bahwa alur distribusi pemasaran

Abon Lele terbagi dua yaitu melalui pedagang pengecer dan konsumen

langsung. Untuk pedagang pengecer yang pernah bermitra yaitu staf

perikanan yang ingin membantu mempromosikan produk karena menurutnya

ikan lele banyak memiliki manfaat yang baik untuk tubuh sehingga beliau

tertarik untuk memasarkan di tokonya. Tetapi ini tidak berlangsung lama

karena produk masih belum memiliki waktu ketahanan yang cukup lama

sehingga membuat pedagang rugi karena produk cepat rusak. Sedangkan

untuk proses distribusi lainnya yaitu langsung menjual kepada konsumen

yang dilakukan di lingkungan kampus Universitas Hasanuddin.

Sasaran pasar produk ini sebenarnya difokuskan kepada mahasiswa

sehingga akan dipasarkan di sekitar area kampus Universitas Hasanuddin.

Mahasiswa memang cukup cocok untuk di tawakan makanan Abon Lele

karea melihat kenyataan bahwa sebagian besar menyukai makanan yang

praktis dan siap saji karena selain enak, abon juga adalah makanan

pengganti lauk yang dapat di simpan dengan daya tahan cukup lama.

Sehingga dapat mengantisipasi persediaan makanan sehari-hari.

80
Sebenarnya produk ini memiliki banyak peluang untuk didistribusikan

ke pedagang besar maupun pengecer tetapi karena kurangnya pengenalan

dari produk kami membuat kurangnya permintaan untuk di produksi dengan

jumlah besar, sehingga hanya dilakukan pemasaran dengan menjual

langsung kepada konsumen.

4.3.4 Pengendalian Dampak Lingkungan

Pengendalian Dampak Lingkungan adalah seluruh proses kegiatan

yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan

lingkungan serta pemulihan kualitas lingkungan. Lingkungan hidup, sering

disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup

segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian

dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang

berlebihan. Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1982, lingkungan hidup

merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang

memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lainnya (Siahaan, 2010).

Pengendalian dampak lingkungan merupakan hal yang tidak pernah

lepas dari suatu perusahaan. dampak lingkungan dikategorikan atas dua

bagian yaitu dampak fisik-kimia dan dampak sosial ekonomi. Perusahaan

yang baik akan selalu memperhatikan lingkungan yang berada di sekitar

perusahaannya. Sahabat Lele sangat memperhatikan hal mengenai dampak

liangkungan setiap pembuatan Abon Lele tidak pernah terpisah dengan yang

81
namanya sampah fisik, misalnya sampah organik berupa kepala dan sirip lele

serta kulit kupasan rempah-rempah sedangkan sampah non organik plastik

dari kemasan bahan baku lainnya. Sampah-sampah ini langsung dimasukkan

ke dalam plastik biasanya yang organik di jadikan pakan ternak dan yang non

organik di buang di tempat sampah atau di bakar. Limbah dapat digolongkan

dalam 4 jenis yaitu limbah padat, cair, suara dan gas.

Adapun keseluruhan jenis limbah yang dihasilkan Sahabat Lele dalam

proses produksi Abon Lele beserta car-cara untuk mengendalikannya yaitu

sebagai berikut :

Tabel 6. Jenis Limbah Fisik-Kimia yang Dihasilkan Abon Lele serta


pengendaliannya, Makassar, 2017.
No. Jenis Limbah Pengendalian
Limbah Padat : - Kepala dan sirip lele di
- Kepala dan Sirip Ikan Lele jadikan bahan ternak
1.- Kulit rempah-rempah - Membuang di tempat
- Plastik sampah atau membakar kulit
dan plastik kemasan
Limbah Cair : - Membuang ke saluran air
- Air Cucian Bahan tempat pencucian
- Air Cucian Peralatan - Minyak sampai saat ini belum
2.
- MInyak ada penanganan limbah
sehingga hanya di masukkan
kedalam botol.

82
Berdasarkan Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa hanya ada dua

macam limbah yang ditimbulkan akibat proses pengolahan produk usaha

Sahabat Lele, diantaranya limbah padat dan limbah cair. Pada limbah padat

sendiri untuk saat ini sudah ada penanggulangan yang di lakukan sehingga

tidak terlalu banyak membawa dampak negatif adanya usaha ini. Sedangkan

untuk limbah cair khususnya minyak bekas penggorengan tidak ada

penanganan yang lebih lanjut di karenakan belum menemukan ide untuk

penanggulanan sisa minyak bekas. Tentunya ini menjadi salah satu masalah

dari perusahaan karena jika minyak dibuang sembarang akan menimbulkan

dampak buruk bagi lingkungan.

83
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Pesaing

Pesaing adalah perusahaan yang menghasilkan atau menjual

barang/jasa yang sama atau mirip dengan produk yang kita tawarkan.

Analisa persaingan merupakan sebuah usaha untuk mengidentifikasi

ancaman, kesempatan, ataupermasalahan strategis (strategy question) yang

terjadi sebagai akibat dari perubahan persaingan potensial, serta kekuatan

dan kelemahan pesaing. Pesaing yang termasuk didalamnya pesaing baru

yang berpeluang mengacungkan jari telunjuk sebagai tanda kehadiran.

Analisis persaingan merupakan aktifitas yang terus menerus dan memerlukan

koordinasi informasi. Bisnis dan unit bisnis menganalisis pesaing dapat

dengan cara menggunakan sistem intelejen pesaing. Untuk kepentingan itu,

beberapa teknik dilakukan seperti pencarian database, survey konsumen,

wawancara dengan pemasok serta partisipan lainnya yang sesuai,

perekrutan karyawan pesaing termasuk mempelajari produk pesaing (Kasmir

dan Jafar, 2004).

Adapun tabel di bawah akan menunjukkan jumlah dan jenis pesaing

Abon Ikan yang masuk dalam daftar data produk dari Dinas Koperasi dan

UKM Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota Makassar yaitu sebagai berikut :

84
Tabel 7. Jumlah dan Jenis Pesaing Sahabat Lele di Makassar, 2017.
NO
NAMA USAHA NAMA PRODUK LOKASI USAHA
.
1. UKM Ilo Mandiri Abon Ikan Tuna Mangga 3 C7 N0. 3, Daya
Jl. Muh. Tahir Perum. Grand
2. Bajabu “Fabya’s” Makanan Abon Property No. A21 Balang
Baru- Tamalate
UD Selamat Sehat Abon Ikan
3. Jl. Sipala 2 No. 31
Sejahtera Tenggiri “Melati”
UKM Mangga Jl. Gontang Raya No.44
4. Abon Ikan Lele
Tiga Kec. Tanjung Merdeka
Jl. Barukang 3, No 42 A
5. Fatimah Azzahra Abon Ikan Tuna
Makassar
Abon Ikan
6. RIZKY Jl. BTN Antara D1/1M
Bandeng
UD Bintang Jl. Butta Caddi IV Kec.Tallo,
7. Abon Ikan Tuna
Sembilan Makassar
8. UKM Samawa Abon Ikan Tuna Tanjung Alang No. 51
9. Nurul Jaya Lestary Abon Tuna Biringkanaya, Makassar
Jl. Sastra 2 No 4 Perum
10. TUNAS Abon Ikan Tuna
Dosen Antang Makassar
Jl. KS Tubun No. 15
12. KUB Barokah Abon Ikan
Makassar
Jl. Arif Rahman Hakim II no.
13. Arsya Wistara Abon Ikan
17 Makassar
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan dan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar, 2017
Berdasarkan Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa ada banyak macam

produk abon ikan yang sudah terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi

Sulawesi Selatan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar.

Diantaranya adalah abon ikan tuna, gabus, bandeng, kakap, tenggiri juga lele

yang di produksi dari berbagai daerah dan semua produk tersebut

merupakan pesaing yang dapat membuat ancaman pada produk Sahabat

Lele kedepannya. Tetapi dari sekian banyak usaha hanya ada dua

85
perusahaan yang memproduksi abon ikan lele sehingga masih ada peluang

untuk menambah produksi abon dari jenis ikan yang cukup banyak di gemari

oleh masyarakat Makassar. Usaha yang memproduksi abon lele adalah UKM

Mangga Tiga dan UKM Minasa Te’ne akan tetapi menurut pegawai bagian

pemasaran di toko oleh-oleh Dinas Koperasi, UKM Minasa Te’ne sudah tidak

lagi memasukkan produk abon ikan lele karena tidak memproduksi lagi

mereka hanya memasukkan produknya yang lain salah satunya dodol.

Sedangkan untuk UKM Mangga Tiga masih memproduksi sampai sekarang

dan selalu memasukkan produknya jika sudah habis terjual. Karena UKM

Mangga Tiga adalah salah satu pesaing yang sama persis memproduksi

produk dari Sahabat lele maka dari itu untuk menganalisis pesaing UKM

Mangga tiga menjadi objek yang akan di teliti untuk di indetifikasi lebih lanjut

dan sekaligus mencari informasi mengenai bagaimana mengembangkan

usaha dari variablel-variabel yang telah di tentukan.

5.1.1 Jumlah Pesaing

Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UKM juga Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar diatas dapat di ketahui

bahwa jumlah pesaing yang memproduksi Abon dari Ikan Lele hanya ada

satu yang berada di Kota Makassar yaitu UKM (Unit Kegiatan Masyarakat)

Mangga Tiga yang bertempat di Jl. Gontang Raya No. 44 Kelurahan Tanjung

Merdeka Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Selain data dari Dinas juga

dilakukan penelitian secara langsung pada toko oleh-oleh di Kota Makassar

untuk mencari pesaing dari UKM Mangga Tiga yaitu diantaranya Toko

86
Cahaya Oleh-Oleh di daerah Toddopuli, Toko Oleh-Oleh Khas Sulawesi

Selatan di daerah Perintis tetapi tidak ada dari toko tersebut yang

memasarkan produk abon yang terbuat dari ikan lele. Sehingga dapat

disimpulkan berdasarkan penelusuran yang dilakukan bahwa jumlah pesaing

dari Sahabat Lele hanya ada satu.

5.1.2 Harga yang Di Tawarkan

Tingkat harga yang ditawarkan UKM Mangga Tiga kepada konsumen

bervariasi sesuai dengan berat yang di beli. Berikut dapat di lihat jenis harga

yang di tawarkan UKM Mangga Tiga pada tabel berikut :

Tabel 8. Harga Produk Abon Lele UKM Mangga Tiga di Makassar , 2017
No. Berat (gr) Kemasan Harga (Rp)
1. 100 Toples 25.000
2. 300 Aluminium 50.000
3. 1000 Plastik 250.000

Berdasarkan Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa harga yang di

tawarkan UKM Mangga Tiga paling rendah sebesar Rp 25.000,- dan paling

tinggi sebesar Rp 250.000,- masing-masing sesuai dengan pemesanan baik

dari konsumen langsung baik maupun konsumen tidak langsung atau melalui

pedagang. ada tiga 2 bentuk kemasan yang dipasarkan di toko-toko yaitu

produk dengan berat 25g dan 300g, sedangkan untuk berat 1000g hanya di

pasarkan di Koperasi Rumah Sakit dengan kemasan plastik biasa, kemudian

dari pihak rumah sakit akan memasarkannya langsung kepada pasien atau

konsumen dengan kemasan sediri sehingga jumlah abon yang dipasok selalu

dengan jumlah yang besar.

87
Adapun harga yang di tawarkan Sahabat Lele kepada konsumen

sebesar Rp 20.000/kemasan. Tidak seperti Pesaing, saat ini Sahabat Lele

hanya memakai satu jenis kemasan saja dengan berat 100gr. Tetapi jika di

bandingkan, harga yang ditawarkan Pesaing lebih mahal dari produk Sahabat

Lele. Penetapan harga ini didasarkan pada upaya pengenalan produk baru

dimana perlu adanya kelebihan yang ditonjolkan untuk menarik perhatian

konsumen dan tentunya ini dapat dijadikan kekuatan bagi perusahaan dalam

merebut pangsa pasar, karena harga merupakan salah satu pertimbangan

memilih dalam membeli suatu produk atau barang.

5.1.3 Saluran Distribusi

Ada beberapa saluran distribusi dari UKM Mangga Tiga seperti

koperasi, rumah sakit dan toko-toko besar yaitu dinas koperasi ,toko oleh-

oleh ukm provinsi Sulawesi Selatan, Indomode, toko istana buah, toko

cahaya, rumah sakit labuang baji, dan rumah sakit Hikma. Tetapi dari

beberapa saluran distribusi tersebut masih belum mencakup seluruh

Makassar apalagi belum ada di pasar-pasar modern seperti transmart,

carefour, indomart dan sejenisnya sehingga masyarakat masih banyak yang

tidak tahu adanya produk abon ikan lele dari UKM Mangga Tiga ini.

Sedangkan Abon Lele yang di produksi Sahabat Lele belum memiliki saluran

atau tempat distribusi. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan pemasaran yang

dimiliki Sahabat Lele masih sangat kurang sehingga membuat produksinya

tidak pernah meningkat.

88
5.1.4 Promosi yang Telah Di Lakukan

Awal perkenalan produk ini dengan personal selling, menawarkan

kepada masyarakat dengan memberi tester kemudian di ikutkan pameran-

pameran yang di adakan di Kota Makassar dan sekitarnya dan juga

menawarkan ke warung-warung. Walaupun awalnya harus mendapat celaan

dan penolakan oleh masyarakat, UKM Mangga Tiga terus berusaha agar

usaha ini dapat maju dan hasilnya sudah mulai banyak yang menyukainya

sehingga mulai bermunculan permintaan dari toko-toko bahkan sampai dari

rumah sakit. Setelah usaha ini mulai berkembang, UKM Mangga Tiga

memperkenalkan usahanya itu situs internet dengan mencantumkan lokasi

usaha dan produk apa saja yang mereka buat. Hanya saja mereka tidak

memiliki brosur atau media sosial untuk memasarkan produknya. Oleh

karena itu, jika ingin membeli produk abon ikan lele bisa langsung datang

kelokasi usahanya atau ke toko-toko yang menjadi tempat distribusinya.

Sahabat lele sendiri telah melakukan promosi produk dengan berbagai

cara yaitu dengan mengikuti pameran-pameran yang ada di dalam kampus

maupun di luar kampus, kemudian personal selling, atau menawarkan secara

langsung kepada konsumen ataupun ke pedagang pengecer dan juga

Sahabat Lele memiliki akun di media sosial yang digunakan untuk

memperkenalkan produk. Tetapi beberapa cara diatas masih kurang menarik

perhatian masyarakat untuk mengetahui dan mencoba produk yang

ditawarkan sehingga produksi yang dilakukan tidak pernah meningkat.

89
5.1.5 Posisi Pasar

Posisi pesaing merupakan hal perlu di perhatikan sebelum

menentukan strategi pada usaha, karena dari posisi tersebut kita dapat

melihat seberapa besar pangsa pasar yang dikuasai pesaing dan juga

melihat pertumbuhan produksi yang dialami. Berikut tabel jumlah produksi

yang di distribusikan UKM Mangga Tiga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Jumlah Produksi yang di distribusikan pada Bulan Februari,


Mei dan Agustus UKM Mangga Tiga di Makassar, 2017
Bulan
No Uraian
Februari Mei Agustus
1. Jumlah Produksi (unit) 18000 24000 22000
2. Harga (Rp) 25.000 25.000 25.000
3. Jumlah Penjualan (unit) 18000 24000 22000
4. Nilai (Rp) 45.000.000 60.000.000 55.000.000
Total (Rp) 45.000.000 60.000.000 55.000.000
Sumber : Data Penjualan Pesaing, 2017

Berdasarkan Tabel 9 di atas dapat di lihat bahwa hasil produksi yang

didistribusikan UKM Mangga Tiga pada Bulan Februari, Mei dan Agustus.

Pada bulan Februari UKM Mangga Tiga melakukan produksi sebanyak 7 kali

yang menghasilkan sebanyak 18000gr abon ikan lele dengan total

penerimaan sebesar Rp 45.000.000. Pada bulan Mei permintaan meningkat

sehingga produksi dilakukan sebanyak 10 kali yang menghasilkan 24000gr

abon ikan lele dengan penerimaan sebesar Rp 60.000.000. Sedangkan pada

bulan Agustus produksi menurun dari sebelumnya menjadi 8 kali yang

menghasilkan 22000gr abon ikan lele dengan penerimaan sebesar Rp

55.000.000. Walaupun hasil penjualan mengalami fluktuasi tetapi tidak

90
mengakibatkan kerugian dari usaha tersebut. Adapun dari hasil penelitian

telah diuraikan jumlah produk yang dihasilkan Sahabat Lele setiap kali

produksi dan jumlah produk terjual terdapat pada tabel berikut :

Tabel 10. Jumlah Produk yang di Pasarkan Setiap Kali Produksi Sahabat
Lele di Makassar, 2017
Bulan
No Uraian
Februari Mei Agustus
1. Jumlah Produksi (gram) 1100 1800 1300
2. Harga (Rp) 20.000 20.000 20.000
3. Jumlah Penjualan (unit) 400 1200 700
4. Nilai (Rp) 80.000 240.000 140.000
Total (Rp) 80.000 240.000 140.000

Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat di lihat hasil penjualan yang di

lakukan Sahabat Lele setiap kali produksi. Pada bulan Februari di produksi

4kg ikan lele yang menghasilkan 1100gr abon. Hasil penjualan yang di

dapatkan hanya 400gr dengan penerimaan sebesar Rp 80.000, sedangkan

700gr lainnya rusak dan berjamur akibat alat yang di gunakan masih manual

dan proses produksinya kurang tepat. Pada bulan Mei Sahabat Lele

memproduksi kembali sebanyak 5kg ikan lele dengan hasil 1800gr. Hasil

penjualan sebanyak 1200gr dengan penerimaan sebesar Rp 240.000,

sedangkan 600gr kemasan di berikan kepada staf dan pegawai PMW untuk

terster dan perkenalan produk. Pada Bulan Agustus di produksi kembali

sebanyak 5kg ikan lele yang menghasilkan 1300gr. Hasil produk yang terjual

sebanyak 700gr dengan penerimaan sebesar Rp 140.000, sedangkan 500gr

tidak laku dan berjamur.

91
Hasil diatas menunjukkan adanya perbedaan setiap kali produksi,

penjualan pada bulan Mei lebih tinggi di bandingkan pada bulan Februari dan

Agustus. Hal ini karena lokasi/tempat proses pembuatan berbeda, pada

bulan Mei produksi dilakukan di salah satu rumah rekan pembimbing yang

mempunyai mesin spinner, sehingga hasil yang diperoleh lebih baik. Selain

itu kami juga dibimbing untuk menakar beberapa bahan dalam pemberian

bumbu agar tidak kelebih ataupun kurang sehingga cita rasa yang dihasilkan

sama rata. Selain itu adanya perbedaan jumlah produk yang dihasilkan pada

bulan Mei dan Agustus, dipengaruhi oleh besar kecilnya ikan yang di olah,

karena jika ikan lele yang diproduksi sebanyak 5kg itu masih termasuk berat

kotornya baik dari kepala maupun tulangnya dan setelah di pisahkan maka

berat bersih dari daging ikan kurang lebih 3 sampai 3,5kg saja. Sehingga

dalam pembuatan abon harusnya memilih ikan lele yang besar atau gemuk.

Dari kedua tabel hasil penjualan dari masing-masing produk Abon Lele

maka dapat di gambarkan hasil penjualan mashing-masing produk Abon Ikan

Lele pada grafik sebagai berikut :

30000
25000
20000
15000 Pesaing

10000 Sahabat Lele

5000
0
Februari Mei Agustus

Gambar 10. Grafik Hasil Penjualan Sahabat Lele dan Pesaing

92
Berdasarkan Gambar 10, ke dua grafik diatas dapat disimpulkan bahwa

perbandingan penjualan dari Sahabat Lele dengan Pesaing sangat jauh

karena Pesaing mempunyai pangsa pasar yang cukup tinggi. Produk UKM

Mangga Tiga sudah berdiri selama 7 tahun dan memiliki berbagai macam

produk mulai dari kemasan 100gr-1000gr sedangkan Sahabat Lele hanya

100gr. Jika di lihat posisi pesaing merupakan pemimpin pasar karena sudah

menguasai sebagian pangsa pasar sehingga sudah bukan menjadi masalah

dalam melakukan produksi yang besar. Sedangkan Sahabat Lele yang masih

merintis usahanya belum meiliki pangsa pasar yang menjanjikan karena

produk yang di miliki masih harus diperbaiki dan di evaluasi kembali baik dari

proses produksi maupun pemasarannya untuk menarik minat konsumen.

Adapun posisi pasar Sahabat Lele dan Pesaing di wilayah pasar dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 11. Posisi Pasar Sahabat Lele Dibandingkan Pesaing di Wilayah


Pasar Kota Makassar, 2017.
No. Produk Jumlah Penjualan (gr) Persentasi
1. Sahabat Lele 4.200 6,6
2. Pesaing 64.000 93,4

Berdasarkan Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa pangsa pasar yang

dimiliki Sahabat Lele hanya sebesar 6,6% dan sisanya merupakan pangsa

pasar yang dimiliki Pesaing sebanyak 93,4%. Dari hasil tersebut di simpulkan

bahwa Sahabat Lele lemah dalam aspek pemasaran karena produksi yang di

lakukan tidak maksimal dan belum memiliki pangsa pasar yang besar

93
sehingga perlu adanya strategi untuk pengembangan pasar abon lele.

Sedangkan Pesaing sudah mahir dalam memasarkan produknya karena

telah memiliki beberapa tempat pendistribusian produknya.

6.2 Analisis Preferensi Konsumen

Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk

mengetahui apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk

menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu

sendiri. Dengan menggunakan analisis preferensi ini akan diperoleh urutan

kepentingan karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang

paling disukai (Oktaviani, 2013).

Analisis preferensi kosumen terhadap Abon Lele merupakan pilihan

suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk yang dikonsumsi.

Pilihan tersebut berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya dengan

berbagai karakteristik. Adapun karakteristik yang diperoleh dari penelitian

preferensi konsumen yaitu sebagai berikut

1. Karakteristik Konsumen yang Diperoleh

Karakteristik yang diperoleh setelah melakukan penelitian preferensi

konsumen berdasarkan jenis kelamin, usia dan pekerjaan. Ketiga

karakteristik ini sudah cukup mendukung dalam memberikan informasi

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi tingkat kesukaan

konsumen terhadap produk yang ditawarkan, berikut dapat di lihat pada tabel

di bawah ini :

94
Tabel 12. Karakteristik yang Diperoleh dari Konsumen Abon Ikan Lele,
di Makassar 2017
No Karakteristik Responden Jumlah (org) Total
Jenis Kelamain
1. a. Laki-Laki 7 30
b. Perempuan 23
Usia (tahun)
a. 10-20 5
2. b. 21-30 15 30
c. 31-40 6
d. 41-60 4
Pekerjaan
a. Pelajar/Mahasiswa 14
3. b. Pegawai 9 30
c. Ibu Rumah Tangga 3
d. Lainnya 4

Berdasarkan Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa ada 3 jenis

karakteristik konsumen yang di ambil untuk mengetahui tingkat kesukaan

abon pada penelitian ini. Karakteristik yang pertama adalah usia di mana

konsumen didominasi oleh rentang usia antara 21-30 tahun sebanyak 15

orang. Usia penting dimasukkan ke dalam karakteristik umum dalam

penelitian ini karena pemasar perlu mengetahui komposisi dan distribusi usia

penduduk dari suatu wilayah atau daerah yang dijadikan target pasarnya.

Karakteristik konsumen yang kedua adalah jenis kelamin dari hasil

penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa konsumen didominasi

oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang dari 30 responden. Hal ini

karena konsumen yang berjenis kelamin perempuan biasanya lebih suka

mencoba sesuatu yang baru dibandingkan dengan konsumen dari jenis

kelamin laki-laki dengan jumlah 7 orang. Karakteristik yang ke tiga adalah

pekerjaan dari hasil yang di peroleh bahwa konsumen di dominasi oleh

95
pelajar/mahasiswa sebanyak 14 orang. Hal ini dikarenakan konsumen yang

masih berstatus sebagai mahasiswa cenderung menyukai makanan praktis

atau siap saji, selain tidak membutuhkan waktu yang lama dalam

penyajiannya juga untuk mengirit pengeluaran. Sedangkan untuk pegawai,

ibu rumah tangga dan pekerjaan lainnya mereka lebih senang dengan

makanan olahan sendiri disamping banyak memiliki waktu luang mereka juga

percaya dari bahan-bahan yang digunakan terjamin keamanannya sehingga

dapat mengolahnya sesuai selera masing-masing.

2. Variabel Preferensi Konsumen

Setelah menganalisis jumlah pesaing yang ada di Kota Makassar dan

hanya terdapat satu usaha yang memproduksi abon dari ikan lele maka,

preferensi konsumen di lakukan dengan cara membandingkan tingkat

kesukaan dari dua produk abon ikan lele. Kedua produk ini di tawarkan

kepada konsumen dengan cara mencoba masing-masing produk dalam

melihat tingkat kesukaannya berdasarkan karakteristik yang telah di tentukan

dengan berfokus pada variable-variabel yang telah ditentukan yaitu dari segi

kemasan, warna, aroma, tekstur, rasa dan harga. Adapun hasil preferensi

konsumen pada variabel kemasan dari masing-masing karakteristik

konsumen yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini yaitu :

96
Tabel 13. Preferensi Konsumen Terhadap Tampilan Produk dari Abon
Ikan Lele di Makassar, 2017
No Karakteristik Konsumen Tampilan Produk Persentase
SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 4 1 2 13,3 3,3 6,6
b. Perempuan 13 4 6 40,0 13,3 23,3
Jumlah 17 5 8 56,6 16,6 26,5
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 3 1 1 10,0 3,3 3,3
b. 21-30 11 2 2 36,6 6,6 6,6
c. 31-40 1 1 4 3,3 3,3 13,3
d. 41-60 2 1 1 6,6 3,3 3,3
Jumlah 17 5 8 56,6 16,6 26,5
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa 9 1 4 30,0 3,3 13,3
b. Pegawai 6 - 3 20,0 - 10,0
c. Ibu Rumah Tangga 1 1 1 3,3 3,3 3,3
d. Lainnya 1 3 - 3,3 10,0 -
Jumlah 17 5 8 56,6 16,6 26,5
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat persentase dari masing-

masing karakteristik konsumen terhadap tampilan produk. Pada karakteristik

berdasarkan jenis kelamin laki-laki, 4 dari 7 orang lebih menyukai kemasan

dari Sahabat Lele dengan persentase sebanyak 13,3%, sedangkan untuk

jenis kelamin perempuan terdapat 13 dari 23 orang yang juga lebih

menyukai tampilan dari Sahabat Lele dengan persentase sebanyak 40%.

Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 53,3% konsumen lebih menyukai

tampilan produk Sahabat Lele di bandingkan produk pesaing yang hanya

berjumlah 29,9% dan selebihnya netral atau menyukai keduanya dengan

jumlah 16,6%.

97
Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 3 dari 5

orang lebih menyukai kemasan dari Sahabat Lele dengan persentase

sebanyak 10%. Pada usia 21-30 tahun, 11 dari 15 orang lebih menyukai

kemasan dari Sahabat Lele dengan persentase sebanyak 36,6%. Pada usia

31-40 tahun, 4 dari 6 orang lebih menyukai kemasan Pesaing dengan

persentase sebanyak 13,3% dan pada usia 41-60 tahun 2 dari 4 orang lebih

menyukai kemasan Sahabat Lele dengan persentase sebanyak 6,6%.

Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 56,5% kemasan Sahabat Lele lebih

banyak di sukai konsumen di bandingkan produk Pesaing yang hanya 26,5%

dan selebihnya netral yaitu suka keduanya dengan jumlah persentase 16,5%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 9 dari 13

orang lebih menyukai kemasan Sahabat Lele dengan persentase sebanyak

30%. Pekerjaan sebagai pegawai, 6 dari 9 orang lebih menyukai warna dari

produk pesaing dengan persentase sebanyak 20%. Pekerjaan sebagai Ibu

Rumah Tangga sebanyak 3 orang dan masing-masing menyukai kemasan

baik dari Sahabat Lele maupun Pesaing dengan persentase 3,3% sedangkan

pekerjaan lainnya 3 dari 4 orang, menyukai kemasan keduanya dengan

persentase 10% dan 1 orangnya menyukai kemasan dari Sahabat Lele

dengan persentase 3,3. Sehingga jumlah keseluruhan konsumen yang

menyukai kemasan Sahabat Lele sebesar 56,6% di bandingkan produk

Pesaing sebanyak 26,5%.

98
Hasil di atas menunjukkan bahwa ketiga karakteristik konsumen lebih

dominan menyukai kemasan dari Sahabat Lele di bandingkan produk

Pesaing. Hal ini di karenakan dari segi kemasan, bentuk dan juga label yang

di tampilkan Sahabat Lele lebih menarik, praktis dan tidak mudah rusak

Menurut pengutaraan beberapa konsumen kemasan menjadi salah satu

kriteria dalam melakukan pembelian terhadap produk sehingga perusahan

harus lebih memperhatikan salah satu kriteria ini untuk memacu

perkembangan usaha dengan menarik perhatian konsumen.

Dibawah ini merupakan hasil penelitian preferensi konsumen yang

dilakukan dengan menggunakan uji organeleptik dengan melihat dari segi

warna, aroma, tekstur dan rasa yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel 14. Preferensi Konsumen Terhadap Warna dari Abon Ikan Lele di
Makassar, 2017
No Karakteristik Responden Warna Persentase
. SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 1 1 5 3,3 3,3 16,6
b. Perempuan 3 2 18 10,0 6,6 60,0
Jumlah 4 3 23 13,3 9,9 76,6
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 1 - 4 3,3 - 13,3
b. 21-30 2 2 11 6,6 6,6 36,6
c. 31-40 1 1 4 3,3 3,3 13,3
d. 41-60 - - 4 - - 13,3
Jumlah 5 3 23 13,2 9,9 76,5
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa 2 1 11 6,6 3,3 36,6
b. Pegawai 2 - 7 6,6 - 23,3
c. Ibu Rumah Tangga - - 3 - - 10,0
d. Lainnya - 2 2 - 6,6 6,6
Jumlah 4 3 23 13,2 9,9 76,5
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

99
Berdasarkan Tabel 14 di atas menunjukkan tingkat kesukaan konsumen

terhadap uji organoleptik pada warna dari masing-masing produk. Pada

karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki, 5 dari 7 orang lebih

menyukai warna dari produk pesaing dengan persentase sebanyak 16,6%,

sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 18 dari 23 orang yang

juga lebih menyukai warna dari produk pesaing dengan persentase sebanyak

60%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 76,6% konsumen lebih

menyukai warna produk pesaing di bandingkan produk Sahabat Lele.

Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 4 dari 5

orang lebih menyukai warna dari produk pesaing dengan persentase

sebanyak 13,3%. Pada usia 21-30 tahun, 11 dari 15 orang lebih menyukai

warna produk dari pesaing dengan persentase sebanyak 36,6%. Pada usia

31-40 tahun, 4 dari 6 orang lebih menyukai warna dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 13,3% dan pada usia 41-60 tahun yang

berjumlah 4 orang semuanya lebih menyukai warna dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 13,3%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar

76,5% produk pesaing lebih banyak di sukai konsumen di bandingkan produk

Sahabat Lele yang hanya 13,2% dan selebihnya netral yaitu menyukai warna

kedua produk dengan jumlah persentase 9,9%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 11 dari 13

orang lebih menyukai warna produk pesaing dengan persentase sebanyak

36,6%. Pekerjaan sebagai pegawai, 7 dari 9 orang lebih menyukai warna dari

produk pesaing dengan persentase sebanyak 23,3%. Pekerjaan sebagai Ibu

100
Rumah Tangga sebanyak 3 orang dan semuanya menyukai warna dari

produk pesaing dengan persentase 10% sedangkan pekerjaan lainnya

dengan jumlah 4 orang, 2 diantaranya lebih menyukai warna dari produk

pesaing dengan persentase sebanyak 6,6% dan 2 orang menyukai warna

keduanya. Sehingga jumlah keseluruhan konsumen yang menyukai produk

pesaing sebesar 76,5% di bandingkan warna dari produk Sahabat Lele

sebanyak 13,2%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa tingkat kesukaan konsumen terhadap

warna lebih dominan pada produk Pesaing karena warna yang dihasilkannya

sudah memenuhi standar mutu abon yaitu berwarna kecoklatan seperti abon

pada dasarnya sedangkan menurut beberapa konsumen produk Sahabat

Lele masih dominan warna kekuningannya disebabkan karena kelebihan

rempah yang ditambahkan dan kurangnya tambahan gula, sehingaa warna

yang dihasilkan kurang menarik perhatian konsumen.

101
Tabel 15. Preferensi Konsumen Terhadap Aroma dari Abon Ikan Lele di
Makassar, 2017
No Karakteristik Responden Aroma Persentase
SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 3 - 4 10,0 - 13,3
b. Perempuan 3 6 14 10,0 20,0 46,6
Jumlah 6 6 18 20,0 20,0 59,9
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 - 1 4 - 3,3 13,3
b. 21-30 5 1 9 16,6 3,3 30,0
c. 31-40 - 2 4 - 6,6 13,3
d. 41-60 1 2 1 3,3 6,6 3,3
Jumlah 6 6 18 19,9 19,8 59,9
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa 2 2 10 6,6 6,6 33,3
b. Pegawai 2 2 5 6,6 6,6 16,6
c. Ibu Rumah Tangga - 1 2 - 3,3 6,6
d. Lainnya 2 1 1 6,6 3,3 3,3
Jumlah 6 6 18 19,8 19,8 59,8
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

Berdasarkan Tabel 15 di atas menunjukkan tingkat kesukaan konsumen

terhadap uji organoleptik pada aroma dari masing-masing produk. Pada

karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki, 4 dari 7 orang lebih

menyukai aroma dari produk Pesaing dengan persentase sebanyak 13,3%,

sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 14 dari 23 orang yang

juga lebih menyukai aroma dari produk Pesaing dengan persentase

sebanyak 64,6%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 59,9% konsumen

lebih menyukai aroma produk Pesaing di bandingkan produk Sahabat Lele.

Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 4 dari 5

orang lebih menyukai aroma dari produk pesaing dengan persetase

sebanyak 13,3%. Pada usia 21-30 tahun, 9 dari 15 orang lebih menyukai

102
aroma produk dari pesaing dengan persentase sebanyak 30,0%. Pada usia

31-40 tahun, 4 dari 6 orang lebih menyukai aroma dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 13,3% dan pada usia 41-60 tahun yang

berjumlah 4 orang terdapat 1 orang menyukai aroma dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 3,3%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar

59,9% produk pesaing lebih banyak di sukai konsumen di bandingkan produk

Sahabat Lele yang hanya 19,9% dan selebihnya netral yaitu menyukai warna

kedua produk dengan jumlah persentase 19,8%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 10 dari 14

orang lebih menyukai aroma produk pesaing dengan persentase sebanyak

33,3%. Pekerjaan sebagai pegawai, 5 dari 9 orang lebih menyukai aroma dari

produk pesaing dengan persentase sebanyak 16,6%. Pekerjaan sebagai Ibu

Rumah Tangga sebanyak 3 orang dan 1 diantaranya menyukai aroma dari

produk pesaing dengan persentase 3,3% sedangkan pekerjaan lainnya

dengan jumlah 4 orang, 1 diantaranya lebih menyukai aroma dari produk

pesaing dengan persentase sebanyak 3,3% dan 1 orang netral. Sehingga

jumlah keseluruhan konsumen yang menyukai produk pesaing sebesar

59,8% di bandingkan aroma dari produk Sahabat Lele sebanyak 19,8%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa aroma yang di hasilkan produk

Pesaing lebih banyak di sukai oleh konsumen di bandingkan aroma produk

Sahabat Lele. Menurut sebagian konsumen bahwa produk Pesaing masih

terasa bau khas ikannya sedangkan produk Sahabat Lele hanya terasa bau

103
rempah-rempah yang sangat kuat. Sehingga konsumen lebih suka abon yang

masih terasa aroma khas dari bahan bakunya, agar dapat memberikan

perbedaan dari berbagai jenis produk abon di pasaran.

Tabel 16. Preferensi Konsumen Terhadap Tekstur dari Abon Ikan Lele
di Makassar, 2017
No Karakteristik Responden Tekstur Persentase
SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 1 1 5 3,3 3,3 16,6
b. Perempuan 1 3 19 3,3 10,0 63,3
Jumlah 2 4 24 6,6 13,3 79,9
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 - 1 4 - 3,3 13,3
b. 21-30 1 3 11 3,3 10,0 36,6
c. 31-40 1 - 5 3,3 - 16,6
d. 41-60 - - 4 - - 13,3
Jumlah 2 4 24 6,6 13,3 79,8
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa - 3 11 - 3,3 36,6
b. Pegawai 2 - 7 6,6 - 23,3
c. Ibu Rumah Tangga - - 3 - - 10,0
d. Lainnya - 1 3 - 3,3 10,0
Jumlah 2 4 24 6,6 9,9 79,9
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

Berdasarkan Tabel 16 di atas menunjukkan tingkat kesukaan konsumen

terhadap uji organoleptik pada tekstur dari masing-masing produk. Pada

karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki, 5 dari 7 orang lebih

menyukai tekstur dari produk pesaing dengan persentase sebanyak 16,6%,

sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 19 dari 23 orang yang

juga lebih menyukai tekstur dari produk pesaing dengan persentase

sebanyak 63,3%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 79,9% konsumen

lebih menyukai aroma produk pesaing di bandingkan produk Sahabat Lele.

104
Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 4 dari 5

orang lebih menyukai tekstur dari produk pesaing dengan persetase

sebanyak 13,3%. Pada usia 21-30 tahun, 11 dari 15 orang lebih menyukai

tekstur produk dari pesaing dengan persentase sebanyak 36,6%. Pada usia

31-40 tahun, 5 dari 6 orang lebih menyukai tekstur dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 16,6% dan pada usia 41-60 tahun yang

berjumlah 4 orang yang semuanya menyukai tekstur dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 13,3%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar

79,8% produk pesaing lebih banyak di sukai konsumen di bandingkan produk

Sahabat Lele yang hanya 6,6% dan selebihnya netral yaitu menyukai warna

kedua produk dengan jumlah persentase 13,3%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 11 dari 14

orang lebih menyukai tekstur produk pesaing dengan persentase sebanyak

36,6%. Pekerjaan sebagai pegawai, 7 dari 9 orang lebih menyukai tekstur

dari produk pesaing dengan persentase sebanyak 23,3%. Pekerjaan sebagai

Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 orang yang semuanya menyukai tekstur dari

produk pesaing dengan persentase 10,0% sedangkan pekerjaan lainnya

dengan jumlah 4 orang, 3 diantaranya lebih menyukai tekstur dari produk

pesaing dengan persentase sebanyak 10,0% dan 1 orang netral. Sehingga

jumlah keseluruhan konsumen yang menyukai tekstur dari produk pesaing

sebesar 79,9% di bandingkan produk Sahabat Lele sebanyak 6,6%.

105
Hasil di atas menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai produk

Pesaing karena tekstur yang dihasilkan berserat, kering dan gumpalan

seperti abon pada umumnya. Sedangkan tekstur yang dihasilkan Sahabat

Lele sertanya masih kurang kasar dan belum terlalu kering karena minyak

yang menyerap tidak terperas dengan maksimal. Hal ini di akibatkan karena

proses produksi tidak di keringkan dalam keadaan panas sehingga minyak

semakin menyerap ke dalam produk karena di diamkan.

Tabel 17. Preferensi Konsumen Terhadap Rasa dari Abon Ikan Lele di
Makassar, 2017
No Karakteristik Responden Rasa Persentase
SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 2 3 2 6,6 10,0 6,6
b. Perempuan 6 4 13 20,0 13,3 43,3
Jumlah 8 7 15 26,6 23,3 49,9
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 1 1 3 3,3 3,3 10,0
b. 21-30 5 4 6 16,6 13,3 20,0
c. 31-40 1 1 4 3,3 3,3 13,3
d. 41-60 1 1 2 3,3 3,3 6,6
Jumlah 8 7 15 26,5 23,2 59,9
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa 4 2 8 13,3 6,6 26,6
b. Pegawai 2 4 3 6,6 13,3 10,0
c. Ibu Rumah Tangga - - 3 - - 10,0
d. Lainnya 2 1 1 6,6 3,3 3,3
Jumlah 8 7 14 26,5 23,2 59,9
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

Berdasarkan Tabel 17 di atas menunjukkan tingkat kesukaan konsumen

terhadap uji organoleptik pada rasa dari masing-masing produk. Pada

karakteristik berdasarkan jenis kelamin laki-laki, 2 dari 7 orang lebih

menyukai rasa dari produk pesaing dengan persentase sebanyak 6,6%,

sedangkan untuk jenis kelamin perempuan terdapat 13 dari 23 orang yang

106
juga lebih menyukai rasa dari produk pesaing dengan persentase sebanyak

43,3%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 49,9% konsumen lebih

menyukai rasa produk pesaing di bandingkan produk Sahabat Lele.

Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 3 dari 5

orang lebih menyukai rasa dari produk pesaing dengan persetase sebanyak

10,0%. Pada usia 21-30 tahun, 6 dari 15 orang lebih menyukai rasa produk

dari pesaing dengan persentase sebanyak 20,0%. Pada usia 31-40 tahun, 4

dari 6 orang lebih menyukai rasa dari produk pesaing dengan persentase

sebanyak 13,3% dan pada usia 41-60 tahun yang berjumlah 4 orang terdapat

2 orang menyukai rasa dari produk pesaing dengan persentase sebanyak

6,6%. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 59,9% produk pesaing lebih

banyak di sukai konsumen di bandingkan produk Sahabat Lele yang hanya

26,6% dan selebihnya netral yaitu menyukai rasa kedua produk dengan

jumlah persentase 23,3%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 8 dari 14

orang lebih menyukai rasa produk pesaing dengan persentase sebanyak

26,6%. Pekerjaan sebagai pegawai, 3 dari 9 orang lebih menyukai rasa dari

produk pesaing dengan persentase sebanyak 10,0%. Pekerjaan sebagai Ibu

Rumah Tangga sebanyak 3 orang semuanya menyukai rasa dari produk

pesaing dengan persentase 10,0% sedangkan pekerjaan lainnya dengan

jumlah 4 orang, 1 diantaranya lebih menyukai rasa dari produk pesaing

dengan persentase sebanyak 3,3% dan 1 orang netral. Sehingga jumlah

107
keseluruhan konsumen yang menyukai produk pesaing sebesar 59,9% di

bandingkan rasa dari produk Sahabat Lele sebanyak 26,5%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai rasa dari

produk Pesaing karena di dukung dengan tekstur yang lembut dan berserat

banyak. Menurut beberapa konsumen rasa yang di hasilkan Pesaing

sebenarnya tidak terlalu enak hanya saja lebih mendekati abon pada

umumnya yang mempunyai ke khasan yaitu rasa manis sedangkan produk

dari Sahabat Lele terasa lebih pedas dan mendominasi hanya rasa

rempahnya. Tetapi dari rasa pedas tersebut sebagian konsumen ada yang

menyukainya karena merupakan inovasi baru dalam menciptakan makanan

yang berbeda dan tentunya dapat memenuhi permintaan masyarakat yang

mayoritasnya suka denga rasa pedas.

Tabel 18. Preferensi Konsumen Terhadap Harga dari Abon Ikan Lele di
Makassar, 2017
No Karakteristik Responden Harga Persentase
SL N P SL N P
1. Jenis Kelamain
a. Laki-Laki 1 6 - 3,3 20,0 -
b. Perempuan 5 17 1 16,6 56,6 3,3
Jumlah 6 23 1 19,9 76,6 3,3
TOTAL 30 100%
2. Usia (tahun)
a. 10-20 2 2 1 6,6 6,6 3,3
b. 21-30 4 11 - 13,3 36,6 -
c. 31-40 - 6 - - 20,0 -
d. 41-60 - 4 - - 13,3 -
Jumlah 6 23 1 19,9 76,5 3,3
TOTAL 30 100%
3. Pekerjaan
a. Mahasiswa 5 8 1 16,6 26,6 3,3
b. Pegawai 1 8 - 3,3 26,6 -
c. Ibu Rumah Tangga - 3 - - 10,0 -
d. Lainnya - 4 - - 13,3 -
Jumlah 6 23 1 19,9 76,5 3,3
TOTAL 30 100%
Keterangan : SL = Sahabat Lele, N = Netral, P = Pesaing

108
Berdasarkan Tabel 18 di atas menunjukkan tingkat kesukaan konsumen

terhadap harga dari masing-masing produk. Pada karakteristik berdasarkan

jenis kelamin laki-laki, di dominasi oleh 6 dari 7 orang setuju dengan kedua

harga produk tersebut dengan persentase 20%. Sedangkan untuk jenis

kelamin perempuan didominasi oleh 17 dari 23 orang yang menyukai harga

dari kedua produk dengan persentase sebanyak 56,6%. Sehingga jumlah

keseluruhan yang setuju dengan harga keduanya berdasarkan jenis kelamin

sebesar 76,6%.

Pada karakteristik berdasarkan usia mulai dari 10-20 tahun, 2 dari 5

orang lebih menyukai harga dari produk Sahabat Lele dengan persentase

sebanyak 6,6%. Pada usia 21-30 tahun, 4 dari 15 orang lebih menyukai rasa

produk dari Sahabat Lele. Pada usia 31-40 tahun, dengan jumlah 6 orang

semuanya netral dan pada usia 41-60 tahun yang berjumlah 4 orang

semuanya netral.. Sehingga jumlah keseluruhan sebesar 19,9% produk

Sahabat Lele lebih banyak di sukai konsumen di bandingkan produk pesaing

yang hanya 3,3% dan selebihnya netral yaitu menyukai rasa kedua produk

dengan jumlah persentase 76,5%.

Pada karakteristik berdasarkan pekerjaan yaitu mahasiswa 1 dari 14

orang lebih menyukai harga produk pesaing dengan persentase sebanyak

3,3%. Pekerjaan sebagai pegawai, 1 dari 9 orang lebih menyukai harga dari

produk Sahabat Lele. Pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 3

orang semuanya netral menyukai harga kedua produk dengan persentase

10,0% sedangkan pekerjaan lainnya dengan jumlah 4 orang semuanya

109
menyukai harga dari produk pesaing dan produk Sahabat Lele dengan

persentase sebanyak 13,3%. Sehingga jumlah keseluruhan konsumen yang

menyukai produk pesaing sebesar 3,3% di bandingkan harga dari produk

Sahabat Lele sebanyak 19,9%.

Hasil di atas menunjukkan bahwa konsumen merasa setuju dengan

harga yang ditawarkan dari kedua produk tersebut karena sesuai

penampilan. Pada umumnya konsumen akan lebih menyukai produk yang

harganya lebih murah tetapi di sisi lain konsumen juga akan melihat dari segi

kualitas produk tersebut. Jadi walaupun harga yang ditawarkan produk

Sahabat Lele lebih murah dibandingkan harga produk Pesaing tetapi terdapat

perbedaan dari segi tampilan produk yang digunakan sehingga sudah dapat

dikatakan sesuai jika kemasan plastik lebih murah dari pada kemasan toples,

hanya saja konsumen lebih menyukai kemasan yang lebih praktis untuk di

bawa kemana-mana.

6.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistemati

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada jalan

pikiran yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti, 2015).

Analisis SWOT dapat di terapkan denga cara menganalisis dan

memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian

menerapkannyya dalam matriks SWOT seperti tabel dibawah ini:

110
Tabel 19. Kerangka Matriks
EKSTERNAL
OPPORTUNITY TREATHS
INTERNAL
Strategi yang Strategi yang
memaksimalkan kekuatan Memaksimalkan
STRENGTH
untuk memanfaatkan kekuatan untuk
peluang yang ada, mengatasi ancaman,
Strategi yang Strategi yang
Meminimalkan kelemahan Meminimalkan
WEAKNESS
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang mengatasi ancaman

4.4.1 Analisis Faktor Internal

Faktor internal adalah lingkungan yang berada dalam perusahaan itu

sendiri. Faktor inilah yang menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan

perusahaan itu sendiri, baik yang sudah lampau maupun yang akan datang.

Yang termasuk dalam lingkungan internal adalah sumberdaya manusia,

peralatan dan mesin-mesin, permdalan, bahan mentah sistem informasi dan

administrasi, operasi perusahaan (Cynthia, 2013).

Analisis faktor internal bertujuan untuk menemukan berbagai kekuatan

(strengths) yang dimiliki Sahabat Lele pada berbagai aspek yang terkait

dengan pengembangan usaha. Serta menemukan kelemahan (weaknesses)

pada berbagai aspek yang terkait dalam pengembangan usaha.

1. Kekuatan

Kekuatan adalah faktor internal yang adadi dalam institusi yang bisa di

gunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan hanya akan

menjadi keunggulan kompetitif bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut

terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu di

111
butuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan skitarnya. Jika pada institusi

lain juga terdapat kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki kemampuan

utama yang sama, maka kekuatan harus di ukur dari bagaimana kekuatan

relative suatu institusi di bandingkan dengan institusi yang lain. sehingga

dapat di simpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang di miliki institusi harus

di paksa untuk di kembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu

penting jika di lihat dari lingkungan yang lebih luas (LPEM-FE-UI, 2007).

Kekuatan yang di maksud adalah potensi sumberdaya dan kondisi

yang di miliki Sahabat Lele dengan pengembangan produk Abon Lele yang

dapat di jadikan sebagai modal dasar dalam berwirausaha dapat di uraikan

menurut hasil penelitian sebagai berikut:

a. Memiliki Mitra Bahan Baku

Bermitra atau bekerja sama merupakan salah satu hal yang perlu

dilakukan dalam membangun suatu usaha, karena selain saling member

keuntungan juga dapat menambah jaringan dari berbagai tempat bermitra

yang bisa memenuhi kebutuhan utama perusahaan. Hal ini yang di lakukan

oleh Sahabat Lele yang bekerja sama dengan LEORMA salah satu usaha

budidaya ikan lele dari mahasiswa perikanan yang juga mendapat bantuan

dana PMW. Selain membantu memenuhi bahan baku agar tetap

berkesinambungan juga mendapat harga yang konstan sehingga

pengeluaran untuk produksi tidak mengalami fluktuasi.

112
b. Harga yang Ditawarkan Lebih Rendah Dibanding Harga Abon
yang Ada Di Pasaran

Harga abon di pasaran bervariasi tergantung bahan baku yang

digunakan. Harga yang ditawarkan Sahabat Lele tergolong murah dan dapat

dijangkau dari semua kalangan yaitu sebesar Rp 20.000 di bandingkan

dengan harga abon yang lain mulai dari Rp 24.000 – Rp 32.000100gr

terkhusus abon ikan lele dari UKM Mangga Tiga. Penetapan harga ini di

dasarkan untuk upaya pengenalan produk abon lele di pasaran. Karena

usaha ini masih baru perlu adanya kelebihan yang di tampilkan dengan tetap

mempertimbangkan tingkat keuntungan yang nantinya di peroleh.

c. Menggunakan Kemasan yang Praktis

Kemasan adalah wadah yang digunakan untuk mengemas dan

melindungi produk dari luar. Kemasan yang digunakan Sahabat Lele terbuat

dari plastik Polypropylen yang transparan dengan ketebalan 0.001 mm

sebesar 20 cm x 10 cm. Kemasan ini tergolong praktis karena cocok untuk di

bawa kemana saja juga kecil jadi tidak boros tempat. Selain itu tidak mudah

sobek atau rusak jika terjatuh sehingga mengurangi faktor resiko dan

kerugian jika terjatuh atau selama penyimpanan dan transportasi.

d. Tidak Menggunakan Bahan Pengawet

Dalam proses pengolahan abon lele, Sahabat Lele menggunakan

bahan-bahan yang alami dari hasil pertanian seperti rempah-rempah dan

bumbu sehingga aman untuk dikonsumsi, bahkan produk ini telah melalui uji

laboratorium di Balai Kesehatan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan

113
yang hasilnya positif tidak mengandung formalin dan bahan berbahaya

lainnya, maka ini adalah salah satu bukti nyata bahwa produk yang di

hasilkan Sahabat Lele tidak berbahaya sehingga dapat dipasarkan dan juga

dinikmati oleh siapa saja.

e. Memiliki SDM yang Berpotensial Untuk Dikembangkan

Sumberdaya manusia dari Sahabat Lele merupakan anggota dari

pelaku usaha yang merupakan mahasiswi dari jurusan Agribisnis. Tenaga

kerja yang dimiliki Sahabat Lele berpotensi dalam mengembangkan produk

karena dalam usia muda tentunya banyak yang bisa dilakukan dengan

pengetahuan semasa perkulihan dan semangat yang besar untuk memasuki

dunia pekerjaan. Misalnya menciptakan inovasi baru dan kreatifitas dengan

melihat kehidupan yang modern di jaman sekarang agar di ciptakan sebuah

hal-hal yang baru sesuai yang di butuhkan masyarakat.

2. Kelemahan

Hal-hal yang menjadi lawan dari kekuatan adalah kelemahan.

Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus

di paksa untuk di perbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh

pada lingkungan sekitar (LPEM-FE-UI, 2007). Kelemahan yang terdapat

pada Sahabat Lele dapat diuraikan sebagai berikut yaitu :

a. Lokasi Usaha yang Belum Ada

Lokasi usaha merupakan tempat yang dibutuhkan untuk meneruskan

keberlanjutan suatu perusahaan baik untuk melakukan proses produksi

ataupun pemasaran. Lokasi menjadi hal yang penting karena masyarakat

114
dapat mengetahui dan tidak membuat keraguan akan adanya produk yang di

pasarkan. Tetapi Sahabat Lele belum memiliki lokasi usaha atau tempat

khusus produksi di karenakan modal yang tidak cukup menyewa bangunan

untuk di jadikan lokasi usaha. Selama ini ruangan yang digunakan dalam

memproduksi Abon Lele hanya di salah satu tempat tinggal rekan kerja dari

Sahabat Lele yang juga di sewanya, sehingga tempatnya tidak bisa dijadikan

sebagai lokasi usaha karena bukan miliki dari usaha.

b. Keterbatasan Modal

Modal merupakan sesuatu yang diperlukan untuk mendirikan dan

menjalankan suatu usaha. Ada beberapa bentuk dari modal yaitu uang,

tenaga (keahlian) atau sumberdaya. Jika modal tidak ada maka sulit untuk

menjalankan usaha. Hal inilah yang dialami Sahabat Lele karena terbatasnya

modal yang dimiliki baik berupa uang maupun sumberdaya. Modal yang

dimiliki Sahabat Lele masih belum mencukupi untuk membeli peralatan

utama dalam membuat abon yaitu spinner karena mesin ini harganya cukup

mahal sekirat Rp 3.000.000,- sedangkan kas Sahabat Lele kurang dari Rp

2.000.000,-selain itu juga tidak cukup untuk menyewa bangunan yang dapat

dijadikan lokasi usaha.

c. Waktu Produksi yang Tidak Menentu

Sahabat Lele belum memiliki waktu atau jadwal yang tetap untuk

memproduksi. Hal ini karena keterbatasan peralatan yang dimiliki juga modal

yang kurang. Selain itu belum adanya tempatatau saluran distribusi yang

tetap sehingga untuk memproduksi terus menerus hanya akan membawa

115
dampak kerugian bagi perusahaan apalagi produk yang di hasilkan masih

belum bisa bertahan lama kurang lebih sampai 6 bulan seperti abon-abon

yang di jual di pasaran.

d. Kekhasan pada Warna, Aroma, Tekstur dan Rasa Masih Kurang

Abon merupakan makanan yang sudah banyak di kelolah oleh

masyarakat dan memiliki Standarisasi sehingga harus di perhatikan hal-hal

yang menjadi kekhasan pada abon. Abon yang di buat oleh Sahabat Lele

belum sepenuhnya seperti abon yang lain baik dari tingkat warna, aroma, dan

tekstur. Dari beberapa pendapat konsumen abon yang dihasilkan rasanya

enak hanya saja dari segi penampilan warna, aroma dan tekstur masih jauh

berbeda dari abon yang biasa dipasarakan, maka ini menjadi salah satu

masalah dalam Sahabat Lele yang akan ditindaklanjuti agar dapat memenuhi

syarat abon pada umumnya.

e. Daya Simpan Produk yang Kurang Tahan Lama

Produk yang dihasilkan Sahabat Lele masih belum sempuran karena

abon yang biasanya dapat bertahan lama kurang lebih 6 bulan tidak dialami

pada abon yang di produksi Sahabat Lele. Abon yang dihasilkan daya

tahannya hanya sampai satu bulan saja, sehingga setiap memproduksi maka

akan dapat mengalami kerugian jika tidak cepat terjual atau dikonsumsi.

Produk yang tidak tahan lama atau mudah rusak akibat jumlah kadar air yang

terkandung di dalamnya masih banyak karena abon tidak tertiris secara

sempurna dan masih menggunakan alat manual yang seharusnya

menggunakan mesin khusus yaitu spinner selain itu pada waktu penirisan

116
minyak tidak dengan keadaan yang masih panas sehingga penyerapan

minyak semakin banyak dan menyebabkan daya tahan kurang lama dan

menyebabkan produk mudah berjamur.

f. Jaringan Pemasaran yang Belum Ada

Jaringan pemasaran merupakan inti dari membangun usaha, sebagus

apapun produk jika pemasaran tidak baik maka usaha tidak akan

berkembang. Cara yang digunakan oleh Sahabat Lele untuk memasarkan

produknya hanya dengan personal selling. Kegiatan promosi ini masih sangat

sederhana yaitu hanya sekedar memberikan informasi kepada orang lain

tentang adanya produk Abon Lele misalnya dari teman ke teman, atau dari

teman kepada keluarga. Kurangnya aktivitas promosi membuat usaha

Sahabat Lele belum di kenal oleh masyarakat, sehingga produk yang di

hasilkan tidak terjual habis dan menjadi rusak.

g. Belum Mendapat Izin Usaha

Dalam dunia industri, khususnya industri makanan sangat memerlukan

izin dalam usaha agar produk dapat mendapat kepercayaan terhadap

konsumen. Sejauh ini Sahabat Lele sudah berusaha mendaftarkan

produknya di Dinas Kesehatan Kota Makassar tetapi belum diterima, karena

persyaratan yang harus di penuhi yaitu adanya lokasi usaha yang tetap

sedangkan Sahabat Lele belum memiliki lokasi usaha tersebut sehingga hal

ini juga menjadi salah satu penghambat dalam memproduksi abon, jika

belum ada nomor izin usaha dan predikat halal maka untuk mendapatkan

kepercayaan konsumen semakin lemah.

117
4.4.2 Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik

langsung maupun tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak

positif ataupun negative bagi perusahaan, artinya ada yang memberikan

peluang (opportunities) dan sebaliknya ada yang memberikan ancaman

(threats) (Cynthia, 2013).

Analisis faktor ekternal ini bertujuan untuk menemukan berbagai

peluang (opportunities) yang dapat di raih Sahabat Lele pada berbagai aspek

pengembangan usaha dan juga bertujuan untuk mengidentifikasi ancaman-

ancaman yang merupakan faktor penghambat di luar kewenangan Sahabat

Lele pada berbagai aspek yang terkait dalam pengembangan usahanya.

1. Peluang

Perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar selalu datang bersama

peluang. Peluang dapat bersumber dari ketakterdugaan, ketidakserasian,

kebutuhan proses, struktur pasar dan industri, perubahan dalam persepsi dan

pengetahuan baru. Berikut ini beberapa peluang yang dapat di raih oleh

Sahabat Lele dalam pengembangan Abon Lele yaitu:

a. Produsen Abon dari Ikan Lele Masih Kurang

Pada data yang telah di dapatkan dari Dinas Koperasi dan

Perindustrian terlihat pesaing yang memproduksi abon di Kota Makassar

cukup banyak yaitu 42 usaha akan tetapi yang memproduksi abon dengan

bahan baku ikan lele hanya 1 usaha saja yaitu UKM Mangga Tiga sehingga

ada peluang untuk menambah produksi abon dari bahan baku ikan lele selain

118
itu keberadaan usaha Sahabat Lele tersebut dapat membantu Pesaing untuk

melakukan kerjasama dalam memenuhi permintaan pasar yang masih kurang

banyak di ketahui oleh masyarakat di Kota Makassar.

b. Bahan Penunjang yang Selalu Tersedia

Selain bahan baku, bahan penunjang juga sangat berpengaruh dalam

usaha dalam menyempurnakan olahan produk. Saat ini Sahabat Lele tidak

memiliki mitra dalam pengadaan bahan penunjang tetapi untuk mendapatkan

bahan-bahan tersebut tidak cukup sulit karena selalu tersedia di pasar-pasar

baik tradisional maupun modern, sehingga dapat menjadi peluang dalam

mengembangkan usaha karena tidak kesulitan dalam membeli bahan.

c. Banyaknya Penyedia Bahan Baku

Data dari BPS terkait jumlah usaha rumah tangga di Provinsi Sulawesi

Selatan untuk tahun 2013 sebanyak 7056 usaha. Banyaknya peternak ikan

lele di Kota Makassar menjadi salah satu peluang untuk membuat suatu

olahan yang dapat menambah nilai jual ikan lele, mulai dari kalangan orang

tua sampai mahasiswa sekarang banyak yang membudidayakan ikan lele

karena permintaan konsumsi ikan lele di Kota Makassar cukup tinggi.

d. Adanya Peluang pasar

Abon memiliki prospek ekonomi yang baik karena konsumen cukup

luas mulai dari kalangan ekonomi bawah sampai ekonomi tinggi baik

masyarakat yang ada di Kota maupun di Desa. Tingginya minat masyarakat

terhadap makanan yang siap saji menjadi peluang besar bagi Sahabat Lele

untuk lebih mengembangkan usahanya. Produk ini selain tidak memerlukan

119
waktu yang lama dalam penyajiannya juga praktis di bawa kemana saja baik

untuk oleh-oleh maupun persediaan lauk di rumah sehingga membuat

permintaan pasar dapat terus menerus meningkat.

e. Tersedianya Lembaga Penyedia Permodalan Kewirausahaan

Lembaga pendukung suatu usaha sangat besar peranannya dalam

pengembangan kapasitas kinerja suatu usaha tersebut. Lembaga ini

merupakan koperasi yang menyediakan modal dari bank. Di Kota Makassar

terdapat berbagai macam instansi yang mendukung untuk mengembangkan

wirausaha muda khususnya di Universitas Hasanuddin setiap tahunnya

dilaksanakan program yang bersedia membantu melaksanakan kegiatan

dalam mengasa kewirausahaan mahasiswa seperti PMW, PMWP, dan PKMK

sehingga banyak peluang untuk mengembangkan usaha.

2. Ancaman

Ancaman merupakan kondisi yang datang dari luar perusahaan dan

dapat menimbulkan kesulitan, kendala atau tantangan yang cukup serius

bagi perusahaan. Berikut ini di uraikan beberapa ancaman yang dihadapi

oleh Sahabat Lele dalam pengembangan usaha Abon Lele yaitu :

a. Harga Bahan yang akan Mengalami Fluktuasi

Adanya permintaan pasar yang cukup tinggi maka harga bisa saja

akan naik karena ketersediaan bahan mulai berkurang baik bahan baku

maupun bahan penunjang. Oleh sebab itu, pengeluaran dana untuk biaya

produksi Sahabat Lele harus di olah dan perhitungkan sebaik mungkin demi

menghindari masalah kerugian pada keuangan dalam suatu usaha.

120
b. Tingkat Kepercayaan Konsumen Berkurang Dalam Membeli
Produk

Penayangan beberapa media terkait dengan pengolahan berbagai

macam produk pangan yang menggunakan bahan kimia berbahaya membuat

masyarakat jeli dan semakin berhati-hati untuk mengonsumsi berbagai

macam bahan pangan. Tingginya kewaspadaan untuk tidak mengonsumsi

bahan pangan yang berbahaya tentunya sangat mempengaruhi perilaku

konsumen untuk memilih barang yang sudah mempunyai BPOM/PIRT dan

predikat Halal.

4.4.3 Perumusan Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele

Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal sebagaimana yang

telah di uraikan, maka faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan matriks SWOT untuk merumuskan strategi pengembangan

bisnis Abon Lele. Strategi-strategi yang dapat di rumuskan yaitu :

1. Strategi SO, dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan (S) yang di

miliki Sahabat Lele untuk mengambil manfaat dari peluang-peluag (O)

yang ada terutama untuk pengembangan bisnis Abon Lele;

2. Strategi WO, dengan mengatasi kelemahan-kelemahan (W) yang

dimiliki oleh Sahabat Lele untuk meraih peluang-peluang (O) yang ada

terutama untuk pengembangan bisnis Abon Lele;

3. Strategi ST, dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan (S), yang

dimiliki oleh Sahabat Lele untuk meraih peluang-peluang (O) yang ada

terutama untuk pengembangan bisnis Abon Lele;

121
4. Strategi WT, dengan mengurangi kelemahan-kelemahan (W) yang

dimiliki oleh Sahabat Lele dan menghindari ancaman-ancaman (T)

yang ada terutama untuk pengembangan bisnis Abon Lele.

Dari analisis SWOT yang dilakukan dengan menggunakan matriks

sebagaimana tertera pada Tabel 17, maka diperoleh yang dapat di lakukan

untuk pengembangan bisnis Abon Lele. Strategi-strategi tersebut di

kelompokkan berdasarkan strategi SO, WO, ST dan WT yang tertera pada

tabel berikut :

122
Tabel 20. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan Bisnis Abon Lele, Makassar 2017
Faktor Eksternal PELUANG (O) ANCAMAN (T)

Harga bahan

keparcayaan
Tersedianya
cukup tinggi

permodalan
bahan baku
Harga yang

yang dapat
Banyaknya

mengalami
ditawarkan

konsumen
berkurang
Produsen
abon dari

penerima
penyedia

lembaga

membeli
fluktuasi
ikan lele

peluang
pesaing

Adanya

Tingkat
kurang

produk
dalam
masih

pasar
Faktor Internal

2
KEKUATAN (S) STRATEGI SO STRATEGI ST
1 Memiliki mitra bahan baku - Memanfaatkan bahan baku yang tersedia dan mudah - Memberikan kepercayaan konsumen
didapatkan untuk meningkatkan produksi dalam menambah dengan menampilkan komposisi pada
Bahan penunjang yang
2 macam olahan yang belum di miliki oleh pesaing dengan label produk yang bebas dari bahan
mudah di dapatkan
memahami secara detail keinginan konsumen. (S1,S2,O4,O5) pengawet. (S5,T3)
Kemasan yang di gunakan
3 - Memanfaatkan SDM untuk menjalin kerjasama dengan lembaga - Memanfaatkan potensi SDM yang dimiliki
praktis
penyedia permodalan agar memberikan bantuan dalam untuk mengoperasikan keuangan dalam
Memiliki SDM yang meningkatkan sumberdaya pada usaha Abon Lele. (S4,S6) mengantisipasi adanya biaya tak terduga.
4 berpotensial untuk di - Memberikan harga lebih murah dari pesaing, kemasan praktis (S4,T1)
kembangkan dan komposisi produk yang jelas. (S3,S5,O3)
Tidak menggunakan
5
bahan pengawet
KELEMAHAN (W) STRATEGI WO STRATEGI WT
Lokasi usaha yang belum - Membuat proposal untuk mendapat bantuan permodalan dari - Menetapkan harga produk yang dapat
1
ada lembaga-lembaga yang tersedia agar menutupi kekurangan mengantisipasi fluktuasi harga bahan
2 Keterbatasan modal perusahaan seperti lokasi usaha dan sumberdaya peralatan baku sehingga perusahaan tidak
Waktu produksi tidak untuk mendapat nomor izin usaha. (W1,W2,W7,O6) mengalami kerugian (T1)
3 - Meningkatkan citarasa sesuai selera pada masing-masing - Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
menentu
Kekhasan pada warna, kalangan usia dengan mengevaluasi kembali proses dengan untuk dapat mengurus surat izin usaha
4 aroma, tekstur dan rasa memperhatikan standar industri indonesia yang ada. (W4,O1) dan predikat halal sebagai bukti
masih kurang - Meningkatkan produksi abon dari ikan lele dengan memperluas keamanan produk agar membangun
jaringan pemasaran dengan melakukan usaha promosi dan kepercayaan konsumen dalam membeli
Daya simpan produk kurang
5 distribusi mulai dari personal selling, media sosial ataupun produk (W2,W7,T3,)
tahan lama
mengikuti pameran agar produksi dapat teratur. - Menetapkan sasaran pasar dan membuat
Jaringan pemasaran yang (W6,W3,O2,O5).
6 program pemasaran yang lebih baik
belum ada
untuk menarik perhatian dan
Belum mendapat nomor izin memabangun kepercayaan konsumen
7 akan kualitas dan kuantitas produk yang
usaha
dihasilkan. (W4,W6,W7,T3)

123
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa ada beberapa strategi

yang telah di rumuskan berdasarkan faktor internal dan ekternal yang ada

pada usaha Abon Lele yaitu :

1. Strategi SO

a. Memanfaatkan bahan baku yang tersedia dan mudah didapatkan

untuk meningkatkan produksi dalam menambah macam olahan yang

belum di miliki oleh pesaing dengan memahami secara detail

keinginan konsumen.

b. Memanfaatkan SDM untuk menjalin kerjasama dengan lembaga

penyedia permodalan agar memberikan bantuan dalam meningkatkan

sumberdaya pada usaha Abon Lele.

c. Memberikan harga lebih murah dari pesaing, kemasan praktis dan

komposisi produk yang jelas.

2. Strategi WO :

a. Membuat proposal untuk mendapat bantuan permodalan dari

lembaga-lembaga yang tersedia agar menutupi kekurangan

perusahaan seperti lokasi usaha dan sumberdaya peralatan untuk

mendapat nomor izin usaha.

b. Meningkatkan citarasa sesuai selera pada masing-masing kalangan

usia dengan mengevaluasi kembali proses dengan memperhatikan

standar industri indonesia yang ada.

c. Meningkatkan produksi abon dari ikan lele dengan memperluas

jaringan pemasaran dengan melakukan usaha promosi dan distribusi

124
mulai dari personal selling, media sosial ataupun mengikuti pameran

agar produksi dapat teratur.

3. Strategi ST :

a. Memberikan kepercayaan konsumen dengan menampilkan komposisi

pada label produk yang bebas dari bahan pengawet.

b. Memanfaatkan potensi SDM yang dimiliki untuk mengoperasikan

keuangan dalam mengantisipasi adanya biaya tak terduga.

4. Strategi WT :

a. Menetapkan harga produk yang dapat mengantisipasi fluktuasi harga

bahan baku sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.

b. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk dapat mengurus surat

izin usaha dan predikat halal sebagai bukti keamanan produk agar

membangun kepercayaan konsumen dalam membeli produk.

c. Menetapkan sasaran pasar dan membuat program pemasaran yang

lebih baik untuk menarik perhatian dan memabangun kepercayaan

konsumen akan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.

125
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat di

simpulkan bahwa :

1. Faktor-faktor yang mendorong adanya usaha Sahabat Lele adalah

memiliki mitra bahan baku, harga yang ditawarkan pesaing lebih tinggi,

kemasan yang praktis, memiliki SDM yang berpotensial, tidak

menggunakan bahan pengawet, banyaknya penyedia bahan baku,

produsen abon ikan lele masih kurang, bahan penunjang yang mudah

didapatkan, adanya peluang pasar, dan tersedianya lembaga penyedia

permodalan. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat adalah

keterbatasan modal, belum adanya lokasi usaha, waktu produksi tidak

menentu, kekhasan produk masih kurang, daya simpan produk kurang

tahan lama, jaringan pemasaran belum ada, belum mendapat nomor

izin usaha, harga bahan dapat mengalami fluktuasi, dan kurangnya

tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk.

2. Jumlah pesaing yang memproduksi abon dari ikan lele hanya ada satu

yaitu UKM Mangga Tiga yang bertempat di Gontang Raya Kecamatan

Tanjung Merdeka, Makassar yang mampu menguasai pangsa pasar

sebesar 93,4%.

3. Uji preferensi konsumen pada tampilan produk, konsumen lebih suka

produk Sahabat Lele, pada aspek harga konsumen bersifat netral, dan

126
pada aspek organoleptik (warna,aroma,tekstur,rasa) konsumen lebih

menyukai produk pesaing

4. Strategi yang baik digunakan dalam pengembangan bisnis Abon Lele

yaitu 1) Melakukan kerjasama dengan lembaga permodalan untuk

mendapatkan bantuan dana untuk memenuhi kebutuhan usaha yang

masih kurang, 2) Melakukan pengevaluasian kembali terkait produksi

dan pemasaran dalam meningkatkan produktivitas usaha.

6.2 Saran

Dalam rangka pengembangan strategi bisnis Abon Lele terkait dengan

hasil penelitian dapat di sarankan yaitu sebagai berikut :

1. Sebaiknya dilakukan pengevaluasian kembali pada proses produksi

untuk meningkatkan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk yang

di hasilkan

2. Sebaiknya strategi pengembangan yang di rumuskan diharapkan dapat

di aplikasikan secara nyata agar dapat memperbaiki kualitas dan

kuantitas produk agar sesuai harapan yang di inginkan.

3. Perusahaan sebaiknya mengelolah dengan baik dalam segi pemasaran

dan produksi, karena jaringan belum cukup meluas dalam memasarkan

produknya dan perusahaan juga harus memahami pengaruh kapasitas

produksi bagi perusahaan agar usahanya selalu berjalan dengan lancar.

127
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 2004. Pembuatan Sale Ikan Lele. Kanisius : Yogyakarta

Adawyah. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara : Jakarta

Adawiyah DR dan Waysima. 2009. Buku Ajar Evaluasi Sensori Produk


Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Astawan, 2008. Sehat Dengan Hidangan Hewani. Penerbit Swadaya : Depok.

Arief, Muhammad. Dkk. 2014. Pengeruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada


Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan
Ikan Lele Sangkurinag. Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan. Vol
6. No. 1.

Bakhtiyar, Bsierad. 2014. Strategi Produksi Dalam Dunia Industri.


https://bsierad.com/strategi-produksi-dalam-dunia-industri/.
Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2017 : Makassar

Craig, J.C and R.M. Grant. 1996. Strategi Management. The Fast-Track MBA
Series. Penerbit Ekex Media Computindo : Jakarta.

Cynthia. 2013. Manfaat Analisis SWOT dalam Perencanaan Mutu.


http://cynthia-unipdu.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 23
Maret 2017. Makassar.

Choir. 2010. Pengertian Produksi http:zonaekis.com/ dalam google.com.


Diakses pada tanggal 28 Agustus 2017, Makassar.

Ciputra, Uceo.2015. Sumber Daya Manusia. Erlangga : Jakarta

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar, 2017. Data Industri


Produk Abon Tahun 2017: Makassar

Dinas Koperasi dan UKM, 2016. Data UKM Produk Abon di Sulawesi Selatan
Tahun 2016 : Makassar

Fatah, Fatimah 2014. Sumber Daya Perusahaan. Rineka Cipta : Jakarta

Fandy, 2000;7. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi Offset : Yogyakarta

128
Faramitha, Nurul. 2014. Strategi Pengembangan Usaha Keripik Pisang.
Universitas Hasanuddin : Makassar.
Firdaus, Tjiptono. 2007. Sumber Daya Perusahaan dan Manusia. Mitra
Cendekia : Yogyakarta

Godam, 2009. Analisis Pasar dan Strategi Pemasaran.


www.dinanovia.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 28 Agustus
2017 : Makassar

Hariandja, Marihot. T. Efendi, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT.


Grasinda: Jakarta.

Hilwa, Z. 2004. Karakteristik Genotipe Ikan Lele Sangkuriang dengan Metode


PCRRFLPADN Mitokondria.

Husein Umar, 2009, Metode Penelitian untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Edisi
kedua, Rajagrafindo Persada Jakarta.

Kasmir dan Jafar. Studi kelayakan Bisnis. Edisi ke dua. Jakarta: Persada
Media, 2004.

Mentari, Astuti,2014. Analisisi Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kripeik


Ubi Mak Ati. Ilmu Administrasiniaga / Bisnis Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara

Ilham, Muh. 2016. Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram. Universitas


Hasanuddin : Makassar

Irawan, Handi. 2016. 3 Rules for Success in Building Top Brands. Penerbit:
Publishing One: Jakarta.

Kadafi, 2010. Visi dan Misi. http:visidanmisi-kadafi.blogspot.com. Diakses


pada 28 Juli 2017, Makassar

Karyono dan Wachid. 1982. Petunjuk Praktek Penanganan dan Pengolahan


Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta.

Kotler, 2004; 92. Manajemen Pemasaran, Edisi keduabelas Jilid 1. Penerbit


PT. Indeks
LPEM FE-UI, 2007. Metodologi Penelitian : Analisis SWOT. Diakses pada
tanggal 28 Juli 2017, Makassar

Morri, M.J. 2000. Kiat Sukses Pengembangan Usaha Kecil. Arcan: Jakarta

129
Pambudy, Rahmat. 2001. Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem
Agribisnis. Pustaka Wirasaha Muda : Bogor.

Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT. Teknik Membedah Kasus Bisnis.


PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Rusli, M R. dan Bulkis Sitti 2009. Anlisis Perencanaan dan Pengembangan


Agrosistem: Buku Kerja dalam Modul Pembelajaran. Laporan Modul
Pembelajaran Berbasis SCL, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Saanin (1984) dalam Hilwa. 2004. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan,
Bina Cipta : Jakarta.

Saparinto dan Cahyo. 2009. Bandeng Dari Lunak. Cetak I. Kanisius :


Yogyakarta.

Setiyadi, J, Nugroho. 2009. Sumber Daya Perusahaan. Perdana Media,:


Jakarta

Siagian. 2004. Manajemen Strategi. Cetakan kelima. Penerbit PT. Bumi


Aksara : Jakarta.

Sianturi, R. 2000. Kandungan Gizi dan Uji Palatabilitas Abon Daging Sapi
dengan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) Sebagai Bahan
Pencampur. Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siahaan, Nommy Horas Thombang. 2010. Hukum Lingkungan dan Ekologi


Pembangunan. Erlangga. Jakarta.

SII 0368-80,0368-85. Abon. Standar Industri Indonesia. Diakses ada tanggal


28 November 2016 : Makassar

Sinaga. 2010. Manajemen Pemasaran. ITB. Bandung.

SNI 01-3707-1995. Abon. Badan Standarisasi Nasional Indonesia : Jakarta

Soekarto, 1985. Penilaian Organeleptik Untuk Industri Pangan. Bhrata Karya:


Jakarta.

Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo
Persada : Jakarta.

130
Supriatna, Nandan. 2010. Pengertian Bangunan. www.file.upi.edu.kemasan-

produk-1847#.Ux6rZz9_vfc. Diakses pada tanggal 21 Maret 2017.

Suratiyah. 2008. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : Jakarta.

Suryani A, Erliza Hambali, Encep Hidayat. 2007. Membuat Aneka Abon.


Penebar Swadaya : Jakarta.

Suyatno,Yulistyo. 2008. Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan


Agroplolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis
Unggulan Di Kabupaten Semarang. Universitas Dipponegoro.
Semarang.
Syafrizal, Helmi. 2014. Aspek Pemasaran. ocw.usus.ac.id. Diakses Pada
tanggal 23 Novemnber 2016 : Makassar

Tjiptono, 2002. Strategi Pemasaran. Edisi Pertama. Andi : Yogyakarta.

Trisna, Iis, 2013. Strategi Pengembangan Produktivitas dan Pemasaran


Keripik Pisang “Banachip”. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wicaksono, dkk. 2013. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama
: Jakarta

William J.Stanton, 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga. : Jakarta.

Winarno, F.G.1995. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2017: Makassar

Wisena (1998) dalam Sianturi. 2000. Evaluaisi Nilai Gizi Abon Sapi
Menggunakan Metode invitro dan Evaluasi Mutu Abon Komersial
yang Beredar di Kota Bogor. Fakultas Teknologi Pangan: Bogor

131
1. Proses Produksi Abon Lele

132
2. Proses Wawancara Terhadap Pesaing Abon Lele

3. Proses Preferensi Konsumen dengan Pameran

133
4. Proses Preferensi Konsumen dengan Menawarkan Secara
Langsung

134
135
Produk
Sabahat Lele Pesaing
No. Konsumen Umur Pekerjaan
Organoleptik Organoleptik Harga
Tampilan Tampilan
Harga
Produk Warna Aroma Tekstur Rasa Produk Warna Aroma Tekstur Rasa

1 Anwar 44 Pegawai 5 4 4 3 4 5 4 5 5 5 5 5

2 Asti 33 Pegawai 5 5 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4
Kurniati
3 24 Mahasiswa 5 3 4 3 4 3 3 5 3 5 5 3
Kamaruddin
4 Wirahmat 28 Guru 5 5 5 5 5 5 4 3 4 3 5 4

5 Serli 23 Mahasiswa 5 4 3 5 4 5 3 5 5 5 4 4

6 Mega Rio 30 Pegawai 5 4 3 2 3 4 4 5 5 5 5 4


Hj. Siti
7 46 IRT 4 3 5 2 3 5 4 5 5 5 4 5
Fatimah
8 Erawati 18 Mahasiswa 5 3 3 3 3 3 2 5 5 5 5 3

9 Muh. Rusli 27 Wiraswasta 5 3 5 4 5 5 4 5 4 5 3 5

10 Muksin 45 Pegawai 5 4 5 4 4 5 4 5 3 5 3 5

11 Haris 30 Pegawai 5 3 3 3 5 5 3 5 5 5 5 5

12 Ina 31 Honorer 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5

13 Lidiarasti 19 Mahasiswa 4 3 4 4 4 4 3 4 5 5 4 3

14 Andi Sitti R. 19 Mahasiswa 5 3 3 3 3 5 3 5 5 5 5 5

15 Nur 30 IRT 5 3 3 3 3 5 4 4 4 4 4 5

16 Amra 37 Pegawai 4 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 5

17 Risna 18 Mahasiswa 3 4 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4

136
18 Sitti Aisyah 23 Mahasiswa 4 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 3

19 Ahdar 28 Wiraswasta 5 4 3 5 4 4 5 4 4 5 4 4

20 Nuraeni 24 Wiraswasta 4 3 5 3 5 2 4 5 4 5 4 2

Ir. Hj.
21 54 Pegawai 3 3 3 3 4 4 4 4 3 5 4 4
Hasmah

22 Shinta 37 IRT 3 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4

23 Gje' 36 Wiraswasta 3 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4

24 Hasrah 21 Mahasiswa 5 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3

25 Wahyuni 21 Mahasiswa 4 2 2 3 5 4 4 4 3 4 3 2

26 Sittin 29 Mahasiswa 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4

27 Diah 22 Mahasiswa 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3

28 Marianti 36 Mahasiswa 3 3 3 3 3 4 5 5 4 5 4 4

Ainun Rezki
29 18 Mahasiswa 2 4 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4
Salam
30 Layla 22 Mahasiswa 3 4 4 4 4 3 3 5 5 5 5 3

TOTAL 128 108 112 105 119 124 111 135 130 141 127 118

137
5. Daftar Usaha Produk Abon Ikan Pada Dinas Koperasi Dan
Ukm Provinsi Sulawesi Selatan
NO. NAMA USAHA NAMA PRODUK LOKASI USAHA
1. ILO MANDIRI Abon Ikan Tuna Mangga 3 C7 N0. 3
Jl. Muh. Tahir Perum. Grand Property
2. Bajabu “Fabya’s” Makanan Abon
No. A21 Balang Baru- Tamalate
UD Selamat Sehat Abon Ikan Tenggiri
3. Jl. Sipala 2 No. 31
Sejahtera “Melati”
Jl. Gontang Raya No.44 Kec. Tanjung
4. UKM Mangga Tiga Abon Ikan Lele
Merdeka
5. Fatimah Azzahra Abon Ikan Tuna Jl. Barukang 3, No 42 A Makassar
Abon Ikan
6. RIZKY Jl. BTN Antara D1/1M
Bandeng
UD Bintang
7. Abon Ikan Jl. Butta Caddi IV Kec.Tallo, Makassar
Sembilan
8. UKM SAMAWA Abon Ikan Tanjung Alang No. 51
9. Nurul Jaya Lestary Abon Tuna Biringkanaya, Makassar
10. TUNAS Abon Ikan Tuna Jl. Sastra 2 No 4 Perum Dosen Antang
Desa Tamalate Kec. Galesong Utara,
11. AJJULUKANA Abon Ikan Tenggiri
Takalar
UKM Mart/UD
12. Abon Ikan Kakap Jl. Poros Malili Palopo Timur
NURHIKMAH
13. USAHA RIDHA Abon Ikan Gabus Jl. Malino, Bonto Parang, Parangloe
14. HIKMAH Abon Ikan laut BTN Pantai Indah Soreang, Pare-Pare
Perum Mutiara Mandai Indah Blok J No
15. UD. Zaitun Abon Ikan Tuna
11 Maros
16. HATI MULIA Abon Ikan Tuna Lengkese Takalar
Poros Limbung BT. Kadopepe,
17. UKM Minasa Te’ne Abon Ikan Lele
Galesong Utara Takalar
Abon Ikan
18. CAP 2 Lembang Utara, Pangkep
Bandeng
Jl. Bandeng, Desa Balantang, Malili
19. HUDAYA Abon Ikan
Luwu Timur
Abon Ikan
20. Cinde Malise Lembang Utara Poros Makassar-Maros
Bandeng
21. Ramadani Abon Ikan Tuna Jl.Veteran No.11 Barru
UKM
22. Abon Ikan Jl. Hamsah Tuppu Soppeng
SIPAKALABBIRI
23. Nyeti Pratama Abon Ikan Jl. Sambaloge Baru Bone
24. Dini Sejahtera Abon Ikan Gabus BT. Sungguh Parangloe, Gowa
Abon Ikan
25. Dwi Putri Lemba, Lalabata, Soppeng
Bandeng
26. RIZKY Abon Ikan Jl. Sultan Hasanuddin No.73 Pinrang
27. Kop Sipakalewa Abon Ikan Gabus Pitusunggu, Ma’rang
28. UD. Mekar Abon Ikan Tuna Mattiro Tasi No.1 Pare-Pare
29. UMKM Mahardika Abon Ikan Gabus Tempe-Tempe, Wajo

138
6. Daftar Usaha Produk Abon Ikan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan

NO NAMA
NAMA IKM PRODUK ALAMAT
. PEMILIK
Jl. Borong Raya No. 103
1 UKM Eltisyah Bakso Nuget Askari
Makassar
Bakso Nuget, Otak BTN. Agraria Blok Q.9
2 UKM Food Mandiri Yusriani
- otak Ikan Makassar
UKM Ilo Mandiri
3 Abon Ikan Nurhidaya Daya
Daya
4 KUB Aisyah Crabs Olahan Seafood Hasia Tutu Jl. Baji Nyawa No. 17 Makassar
Hasanuddin Jl. Kompleks Unhas Antang
5 CV. Tunas Abon Ikan
Djumakking Makassar
6 Fatimah Az Zahra Abon Ikan Nuaraeni Jl. Barukang Makassar
Jl. Pengayoman ruko mirah II/7
7 Bakso Qolbu Bakso Ikan Hj. Zakiyah
Makassar
8 KUB Barokah Abon Ikan Tahriyani Jl. KS Tubun No. 15 Makassar
Ikan Bandeng Jl. Kerung - kerung ruko P8
9 UD. Samakun Muh. Yusuf
Tanpa Tulang Makassar
10 Otak - otak Kijang Otak - otak ikan Elly lianty jl. Kijang 7D Makassar
Jl. Nusa Tamalanrea Indah blok
11 Safina Nuget Ikan Najmah Azis
PB2 Makassar
Arsya Jl. Arif Rahman Hakim II no. 17
12 Arsya Wistara Abon Ikan
Wistara Makassar
Rumah Ikan Jl. Raya Pendidikan Blok D 2/6
13 Ikan Kering Hardin
Balerakko Makassar

139
7. Proyeksi Laba Rugi Sahabat Lele Tahun 2017
Produksi
No Uraian
1 2 3
1 Hasil Penjualan 80.000 240.000 140.000
2 Total Penjualan Bersih 80.000 240.000 140.000
3 Harga Pokok Penjualan
a. Persediaan awal barang jadi 0 0 0
b. Harga Pokok Produksi 185.000 188.500 186.000
c. Penyusutan Peralatan 7.200 7.200 7.200
4 Total Harga Pokok Penjualan 192.200 195.700 193.200
5 Laba Kotor (2-4) - 112.200 44.300 -53.200
6 Biaya Operasi/Administrasi
a. Biaya Pemasaran 0 0 0
b. Perlengkapan kantor 0 0 0
c. Transportasi 0 20.000 0
d. biaya penyusutan peralatan 0 0 0
kantor
7 Total Biaya 0 20.000 0
Operasi/Administrasi
8 Laba Usaha/Operasi (5 - 7) - 112.200 24.300 -53.200
9 Laba Bersih (11-12) - 112.200 24.300 -53.200

140
8. Proyeksi Arus Kas Sahabat Lele Tahun 2017
Produksi
No Uraian
1 2 3
1 Arus kas Masuk
a. Hasil Penjualan 80.000 240.000 140.000
b. Pinjaman - - -
c. Tagihan - - -
d. modal 1.882.000 1.712.000 1.413.500
Total Arus Kas Masuk 1.962.000 240.000 140.000
2 Arus Kas Keluar
a. HPP 185.000 188.500 186.000
b. Peralatan Kantor - -
c. Peralatan Produksi - 110.000 -
d. Perizinan - - -
Total Arus Kas Keluar 185.000 298.500 186.000
Selisih Kas 1.712.000 1.413.500 1.227.500
Saldo Kas Akhir 1.712.000 1.413.500 1.227.500

141

Anda mungkin juga menyukai