Tugas
NIM: 20170311034041
PONGGAWA-SAWI PADA NELAYAN SUKU
MAKASSAR
Potensi sistem ponggawa-sawi terletak pada pengakuan akan keberadaannya oleh pemerintah
lokal dan regional. Alokasi hak tradisional masyarakat pesisir sebenarnya telah lama dikenal
melalui Hak Ulayat. Selanjutnya dengan hak tradisional tersebut, tersirat juga makna
kepemilikan atau hak pengelolaan. Ini berarti terdapat hak eksklusif dan kepemilikan yang
dipunyai oleh sekelompok masyarakat, hak tradisional adalah suatu kelompok sosial yang
mempunyai hak untuk memanfaatkan, mengelola tingkat eksploitasi, dan pempertahankannya
dari kemungkinan tangkap lebih dalam konteks norma kesepakatan tanggung jawab.
Pada tiga etnis utama yaitu Bugis, Makassar, dan Makassar yang memanfaatkan
sumberdaya pesisir di Sulawesi Selatan, maka terdapat peluang dan kendala yang seharusnya
dicermati dan ditindak lanjuti secara hati-hati. Transformasi sistem pengelolaan sumberdaya
wilayah pesisir dan lautan di Indonesia ke daerah yang tercantum dalam Undang-Undang
No.22/1999 memuat aspirasi legitimasi kelembagaan tradisional ponggawa-sawi dalam
pengelolaan sendiri sumberdaya pesisir. Walaupun demikian, integrasi sistem ponggawa-sawi
kedalam pengelolaan sumberdaya pesisir secara lokalitas tidak menjamin keberhasilannya dalam
memecahkan segala aspek peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Konsep dasar yang
diajukan adalah penerapan co-management (pengelolaan kemitraan) antara masyarakat pesisir
dan pemerintah setempat. Akibat terdapat keunikan karakteristik dari sistem tradisional ini, maka
kerangka kemitraan selayaknya berbentuk segitiga dengan asumsi bahwa antara kelompok
nelayan dan ponggawa-sawi terdapat perbedaan strategi pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Diasumsikan bahwa terlepas dari perbedaan strategi pemanfaatan dan mekanisme perolehan
sumberdaya, maka yang sebaiknya ditetapkan adalah terdapatnya kesamaan pandang
perencanaan yang ditujukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, penguatan peran
kelembagaan, konsistensi dukungan pemerintah dan rasionalisasi kemampuan sumberdaya
pesisir di dalam proses pengelolaan kemitraan.
Perlunya penguatan, revitalisasi dan mengintegrasikan nelayan tradisional, mungkin juga
termasuk sistem ponggawa-sawi dalam konsep pengelolaan sumberdaya pesisir sebenarnya telah
lama diusulkan pada konferensi regional “Desentralisasi Pengelolaan Wilayah Laut” tahun 2001
di Makassar. Di konferensi tersebut dilakukan diskusi tentang perlunya peran aktif nelayan
tradisional dalam merancang, mengimplementasi dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya pesisir. Urgensi untuk melibatkan langsung sistem ponggawa-sawi sayangnya tidak
mendapatkan porsi lebih banyak dalam diskusi tersebut, sehingga kesan potensi sistem
tradisional ini tidak banyak diungkap. Marginalisasi sistem ponggawa-sawi dalam kerangka
pengelolaan sumberdaya pesisir mungkin akan menimbulkan dampak yang tidak diharapkan,
karenanya untuk meminimumkan hal tersebut, maka pilihan sistem tradisional ini harus termasuk
didalam kerangka pengelolaan. Sebagai gambaran, potensi yang dimiliki oleh ponggawa-sawi
adalah:
Pengambilan Keputusan
Dominasi Pemasaran Lokal
Partisipasi Lokal
Hubungan Penangkapan yang Saling Menguntungkan
Bagian dari Komunitas Masyarakat Pesisir
Kepemimpinan Lokal
Dengan norma hubungan sosial dengan sawi, bakat alami bisnis, kepemimpinan tradisional
kharismatik, maka proses dan mekanisme pengambilan keputusan akan perlakuan dan strategi
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir akan banyak ditentukan oleh peran ponggawa.
Hal tersebut juga menyebabkan ponggawa mendominasi atau bahkan ikut menentukan rona
pemasaran hasil tangkapan, termasuk jaringan pemasaran yang lebih luas. Partisipasi ponggawa
dalam menyikapi pentingnya pelestarian ekosistem pesisir juga terlihat. Dalam prakteknya,
mungkin hanya sistem ponggawa-sawi yang membentuk suatu ikatan kerjasama dengan nelayan
dalam bentuk penyediaan umpan hidup bagi perikanan pole and line misalnya. Dengan
terbentuknya sistem persepakatan ini yang tentu saja aplikasi dari norma dari sistem ponggawa-
sawi, maka nelayan mempunyai prospek perolehan pendapatan dan investasi dalam melakukan
kegiatan usahanya.