80000
70000
60000
20000
10000
0
Th. 2007 Th. 2008 Th. 2013
(3)
memfasilitasi pengembangan subak menjadi lembaga irigasi berorientasi
agribisnis, agrowisata, dan ekowisata guna meningkatkan
kemampuan finansialnya tanpa melalaikan tugas-tugas pokoknya sebagai
pengelola air irigasi yang bercorak sosio-religius;
(4)
bantuan pemerintah bagi subak yang benar- benar butuh perbaikan jaringan
irigasi yang rusak berat karena tidak dapat ditangani sendiri berdasarkan
pendekatan partisipatoris;
(5)
pengakuan subak sebagai badan hukum agar bisa melakukan transaksi
ekonomi dan mencari kredit di bank, melalui peraturan daerah (PERDA).
SUBAK SEBAGAI DESTINASI WISATA
• perkembangan pariwisata di Bali telah
merubah fungsi sawah tradisional menjadi
akomodasi pariwisata.
• Pariwisata membawa dampak negatif bagi
lingkungan, sosial dan budaya masyarakat.
• Di sisi lain pariwisata membawa peningkatan
ekonomi yang pada akhirnya juga merubah
sikap tradisional masyarakat.
Terkait dengan hal tersebut maka terdapat beberapa jenis
pengembangan pariwisata, antara lain:
1. Objek dan daya tarik (attraction) yang mencakup daya tarik yang biasa berbasis
utama pada kekayaan alam, budaya, maupun buatan/artificial, seperti event atau
yang sering disebut sebagai minat khusus (special interest).
2. Aksesibilitas (accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi yang
meliputi: rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara, pelabuhan,
moda transportasi lain.
3. Amenitas (amenities), yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung
wisata yang meliputi: akomodasi, rumah makan (food and beverage), retail, toko
cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, pusat informasi wisata,
dan fasilitas kenyamanan lainnya.
4. Fasilitas pendukung (ancillary service), yaitu ketersediaan fasilitas pendukung
yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, rumah sakit, dan sebagainya.
5. Kelembagaan (institution), yaitu keterkaitan dengan keberadaan dan peran
masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata
termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah (host).
• Pengembangan pariwisata dalam suatu
destinasi wisata dengan memperhatikan
komponen-komponen diatas, harus dipahami
secara holistik sebagai suatu keterkaitan antar
objek dan daya tarik beserta unsur-unsur
pendukungnya seperti: aksesibilitas, amenitas,
masyarakat setempat dan unsur-unsur
penunjang lainnya yang bekerja secara sinergis
dalam satu kesatuan sistem yang saling
menunjang dan melengkapi.
Konsep dalam proses Pengembangan
Agrowisata
• Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa hakekat dari agrowisata adalah kegiatan
yang mengkaitkan dan memanfaatkan kegiatan pertanian untuk kegiatan pariwisata
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pada saat ini
pandangan tentang pertanian tampaknya dilihat dari dua kutub yang berbeda.
• Saragih (2001) melihat sektor pertanian sebagai suatu kegiatan bisnis (agribisnis), dan
Mubyarto (l975 dan 2002) memandang kegiatan sektor pertanian sebagai way of life
dari masyarakat. Hal ini bermakna bahwa meskipun kegiatan di sektor pertanian harus
dipandang sebagai kegiatan bisnis, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan di
sektor pertanian pada dasarnya masih merupakan bagian dari budaya dari kehidupan
masyarakat setempat.
• Karenanya, bahasan-bahasan tentang sektor pertanian dalam konteks apapun
(termasuk dalam konteks pariwisata, dalam rangka pengembangan agrowisata) haruslah
masih dipandang pertanian itu sebagai bagian dari budaya masyarakat. Selanjutnya,
kalau berbicara tentang budaya/kebudayaan sebagai suatu sistem, maka bahasan itu
haruslah meliputi aspek konsep/pola-pikir, aspek sosial, dan aspek artefak/kebendaan
(Koentjaraningrat, 1993).
Hubungan antara Pertanian dengan Pariwisata (Pitana, 2003)
Aspek Konsep/ Pola pikir
• Ada kesadaran dari masyarakat setempat tentang potensi
yang dimiliki dalam rangka pengembangan agrowisata.
Bahwa memang ada sesuatu yang khas, yang diperkirakan
dapat menarik bagi kalangan wisatawan.
• Ada kehendak dari masyarakat setempat bahwa potensi itu
harus dikembangkan.
• Ada kesepakatan dari masyarakat setempat untuk
menerima intervensi dari pihak luar (lembaga indipenden)
dalam rangka pengembangan potensi itu.
• Ada inisiatif dari pihak luar (lembaga indipenden) untuk
mendorong masyarakat setempat untuk mengembangan
potensinya, dalam rangka konsep keberlanjutan.
• Ada kesepakatan dengan masyarakat di sekitarnya yang
terkait/tersentuh dalam pengembangan potensi tersebut,
untuk mengembangkan potensi agrowisata itu, khususnya
yang berkait dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
• Ada kesepakatan antara masyarakat setempat dengan pihak
komponen kepariwisataan (biro perjalanan) bahwa potensi
agrowisata itu memang relevan untuk dikembangkan.
• Ada kesepakatan dengan pemerintah setempat untuk
membantu pengembangan potensi agrowisata tersebut.
• Ada kesepakatan dengan semua stakeholder tentang visi dari
pengembangan agrowisata di kawasan tersebut.
• Secara tradisional, kawasan itu memang sudah menarik bagi
masyarakat setempat, dan kalangan wisatawan-nusantara.
Aspek Sosial
• Ada kesepakatan dari masyarakat untuk memberikan
pengorbanan terhadap lahan yang dimiliki dalam rangka penataan
kawasan agrowisata tersebut.
• Ada kesepakatan tentang proporsi pembagian pendapatan yang
diterima dari kegiatan agrowisata. Baik pembagian pendapatan di
kalangan internal kawasan, maupun dengan kawasan di sekitarnya
yang terkait.
• Ada kesepakatan tentang siapa pengelola kegiatan agrowisata itu,
dan bagaimana strukturnya.
• Ada kesepakatan tentang pembagian penerimaan antara pihak
biro perjalanan dengan pihak pengelola agrowisata.
• Ada kesepakatan bahwa masyarakat tidak menggantungkan
hidupnya hanya dari kedatangan para wisatawan. Untuk itu
mereka harus berusaha meningkakan nilaitambah komoditas yang
dihasilkan di kawasan itu.
• Ada kesepakatan dari masyarakat setempat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam proses peningkatan
nilai tambah komoditas yang dihasilkan, dan dalam pengelolaan
agrowisata.
• Mempersiapkan berbagai paket kegiatan di kawasan agrowisata
itu, dan menyepakati biaya yang harus dibayar oleh wisatawan.
• Mempersiapkan awig-awig (aturan tertulis) tentang apa-apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan/dibangun di kawasan agrowisata
tersebut.
• Mempersiapkan masyarakat setempat untuk mampu menjadi
pemandu-wisata di kawasan agrowisata itu.
• Melakukan penyuluhan yang dilaksanakan oleh pemda setempat
agar masyarakat biasa memperlakukan wisatawan dengan sikap
yang sopan.
• Melakukan studi-banding ke kawasan lain yang kegiatan
agrowisatanya sudah operasional.
Artefak/kebendaan
• Memperbaiki prasarana (jalan, tempat berteduh bagi
kalangan wisatawan, lokasi bagi wisatawan untuk menikmati
pemandangan alam, toilet, dll.).
• Menyiapkan lokasi kawasan parkir.
• Mempersiapkan peta/sketsa untuk setiap paket-perjalanan di
kawasan tersebut.
• Mempersiapkan rumah-rumah penduduk sebagai tempat
penginapan bagi wisatawan yang ingin bermalam.
• Mempersiapkan masyarakat setempat untuk mampu
membuat cendramata yang khas dari kawasan itu.
• Mempersiapkan lokasi untuk menjual cendramata bagi
wisatawan.
Prinsip Agrowisata
1. memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,
hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:
a) subsistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari
pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, dan peternakan ;
b) subsistem industri pertanian yang antara lain terdiri industry pengolahan,
kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor;
c) subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung
kawasan baik terhadap industri dan layanan wisata maupun sektor agro,
misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan,
perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi, dan infrastruktur;
2. adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan
wisata dengan keterkaitan dan kebergantungan yang cukup tinggi, antara lain
kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan
sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor pertanian;
3. adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai
kegiatan dan produk wisata yang dikembangkan secara berkelanjutan .
Pengelolaan Agrowisata