PENDAHULUAN
petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat
para petani. Subak sebagai lembaga berciri agraris dipandang sebagai lembaga yang
khusus bergerak dalam pengaturan air irigasi dan usahatani di hamparan sawah,
sedangkan sebagai lembaga yang berciri religius artinya subak didasari oleh aturan-
aturan Agama Hindu. Prinsip-prinsip subak ini dalam keseharian lebih dikenal
interaksinya dengan dunia luar baik dengan sesama subak, pemerintah, lembaga
sosial lainnya, atau terhadap perkembangan zaman. Hal ini akan membuka peluang
perubahan baik secara positif maupun negatif bagi keberadaan subak. Perubahan yang
1|Pa ge
organisasinya yang bersifat fleksibel sesuai dengan upaya pelestarian subak sudah
lama menjadi wacana para pemerhati subak mengingat rentannya subak dari
intervensi pihak luar seperti kurangnya ketersediaan air irigasi karena adanya
persaingan yang semakin ketat dengan adanya pemanfaatan air oleh sektor non
pertanian (air minum atau PDAM, sektor industri, dan sektor pariwisata atau hotel
maupun restoran). Padahal, subak mempunyai fungsi dan peran cukup penting dalam
menyempitnya lahan pertanian pada subak. Seperti pada kasus Subak Padanggalak
1.2.1 Bagaimana transformasi yang terjadi pada subak Padang galak akibat
alih fungsi lahan dari jaman dahulu sampai sekarang ?
1.2.2 Kapan transformasi itu terjadi pada subak Padanggalak ?
1.2.3 Bagaimana keadaan Pura subak , sarana dan sistem irigasi dan
pelinggih catu pada subak Padang Galak sebelum dan setelah
terjadinya transformasi ?
BAB II
2|Pa ge
2.1. Pengertian dan tujuan subak
Bali No. 9 tahun 2012, subak merupakan organisasi tradisional di bidang tata guna air
dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat Bali yang bersifat
sosioagraris, religius, dan ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan
berkembang. subak merupakan cerminan dari konsep Tri Hita Karana (THK) yang
pada hakikatnya terdiri dari parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan, yang
dimanifestasikan melalui bangunan suci subak dan ritual yang mengikutinya di lahan
dalam kelembagaan subak dan interaksi sosial yang terjadi di subak) dan palemahan
(hubungan manusia dengan alam, yang dimanifestasikan dalam wilayah atau lahan
pertanian yang menjadi wilayah usahatani anggotanya). sistem irigasi subak dapat
dipandang sebagai sistem budaya masyarakat yang pada dasarnya memiliki tiga
subsistem, yaitu: (i) subsistem budaya (termasuk pola pikir, norma dan nilai), (ii)
teknologi).
Subak merupakan organisasi petani lahan basah yang mendapatkan air irigasi
dari suatu sumber bersama, memiliki satu atau lebih Pura Bedugul, serta memiliki
dengan pihak luar. Definisi ini mengandung aspek fisik dan sosial. Aspek fisik subak
3|Pa ge
Menurut Perda Provinsi Bali No. 9 tahun 2012, tujuan pokok dari subak
sebagai berikut.
Denpasar Timur, Kota Denpasar, dengan batas wilayah: Sebelah Utara adalah
Jalan Gatot Subroto, sebelah Timur adalah Sungai Menguntur, sebelah Selatan
4|Pa ge
5|Pa ge
Untuk kegiatan usaha taninya, Subak Padanggalak memperoleh air irigasi dari
Sungai Yeh Lauh. Subak Padanggalak saat ini memiliki luas sebesar 112 ha. Subak
ini memiliki empelan, Pura subak, dan tujuh munduk. Subak Padanggalak merupakan
subak natak tiyis. Maksudnya adalah sumber air Subak Padanggalak berupa air
subak atau sub subak. Istilah munduk identik dengan tempekan di subak lainnya.
6|Pa ge
Pekaseh (kelian subak). Pekaseh bertugas memimpin kegiatan dalam subak.
Tugas pekaseh berkaitan dengan lima fungsi subak, yaitu memimpin alokasi,
Juru arah (Kesinoman). Juru arah terdapat dalam setiap munduk, mendapat tugas
7|Pa ge
Subak Padanggalak juga memiliki koperasi tani. Kegiatan koperasi tani
meliputi pengadaan sarana produksi berupa pupuk, benih padi, dan sarana produksi
lainnya.
subak tirisan (natak tiyis). Di Subak Padanggalak, pengalokasian air irigasi dilakukan
secara relatif proporsional sesuai dengan luas lahan sawah yang diairi. Sistem alokasi
air irigasi di Subak Padanggalak menggunakan sistem tektek/kecoran. Air irigasi satu
Alokasi hak air yang diberikan kepada anggota subak ditentukan berdasarkan
kesepakatan seluruh anggota. Bagi petani yang memiliki lahan garapan lebih besar
dari 25 are akan memperoleh hak atas air lebih dari satu tektek. Artinya, hak atas air
irigasi tidak terlepas dari kewajiban yang harus dipikul oleh anggota subak. Jumlah
ayahan yang harus ditanggung oleh anggota subak sesuai dengan luas lahan sawah
yang digarap. Petani yang menggarap sawah lebih besar dari 25 are akan dikenakan
1.000,00 untuk setiap are lahan garapan di atas 25 are. Konversi ini dibayar jika nilai
jual gabah petani lebih besar dari Rp 100.000,00 per are. Jika nilai jual gabah tidak
8|Pa ge
melebihi Rp 100.000,00 per are atau petani gagal panen maka petani dibebaskan dari
uang konversi. Uang konversi diserahkan kepada kelian munduk, kemudian kelian
munduk menyerahkan kepada bendahara subak. Bagi petani yang menguasai lahan
garapan di atas 25 are akan terbebas dari konversi jika kewajibannya ditutupi oleh
petani lainnya yang menggunakan air lebih rendah dari haknya. Kasus ini harus
dilaporkan kepada kelian munduk, karena kelian munduk yang lebih mengetahui
keadaan anggotanya.
menerus atau sistem pengaliran terus menerus secara serentak (continuous flow).
Anggota subak menerima air irigasi sesuai dengan haknya, kemudian kelebihan air
Subak Padanggalak mendapat air irigasi dari bangunan sadap yang berasal
dari Subak Saba dan Subak Temaga. Air irigasi tersebut masuk ke Subak Padanggalak
melalui bangunan sadap di Desa Penatih. Bangunan sadap di Desa Penatih terletak
dekat Pura Kawitan Dalem Kauman Pujangga Penatih. Bangunan Bagi Penatih
dipecah menjadi dua saluran, yaitu saluran pertama ke Munduk Gendang dan saluran
Tangtu). Saluran kedua mendapat tirisan air irigasi dari Subak Temaga, kemudian di
enam munduk.
9|Pa ge
1
2
9
8
Jl. GatototSubrotoTimur
3
Jl. WR Supratman
10 14
4
5
7
15
7
Jl. Bypass NgurahRai 12 13 6
Jl. IB Mantra
11 16
Keterangan :
1. Sungai Lauh 7. Bangunan Bagi 12. Munduk Batuaji Selatan
2. Bangunan Bagi Penatih Delundung 13. Munduk Delundung
3. Bangunan Bagi Gendang 8. Munduk Batuaji Utara 14. Munduk Kertasari
4. Bangunan Bagi Pos Polisi 9. Subak Temaga 15. Munduk Biaung
5. Bangunan Bagi Padanggalak 10. Munduk Gendang 16. Munduk Tangtu
6. Bangunan Bagi Kertasari 11. Munduk Pasekan
Seperti di subak pada umumnya, alokasi dan distribusi air irigasi di Subak
Pengontrolan distribusi air irigasi ada yang dilakukan oleh anggota atas inisiatif
anggota dan ada pula yang dikoordinasi oleh pekaseh maupun kelian munduk.
10 | P a g e
Pengontrolan distribusi air irigasi secara melembaga umumnya dilakukan dua
kali. Pertama, pada saat awal pengolahan tanah, pengontrolan air irigasi dilakukan
saluran irigasi, yang dipimpin oleh pekaseh. Hal ini dilakukan agar kebutuhan air
untuk pengolahan tanah dapat terpenuhi. Kedua, saat umur padi menjelang 70 hari
(masa generative padi) dilakukan pengontrolan air irigasi dipimpin oleh kelian
munduk. Pada masa generatif padi tidak memerlukan genangan air, tetapi tanah tetap
harus basah. Waktu yang diperlukan untuk mengontrol air irigasi lebih kurang empat
jam per kegiatan atau delapan jam per MT per anggota. Di samping itu, petani
biasanya mengontrol distribusi air irigasi saat akan bekerja di sawah sehari-hari.
pengontrolan air irigasi di munduk wilayahnya, khususnya pada musim kemarau. Jika
perbaikan secara gotong royong di bawah pimpinan kelian munduk. Hal ini dilakukan
karena Subak Padanggalak relatif luas, sehingga dilakukan pembagian tugas antara
pekaseh dan kelian munduk. Oleh karena itu, petani yang mendapat giliran
airnya. Jika lahan sawah kekurangan air, maka pengolahan tanah dengan
kadang ada petani yang tidak berada di sawah untuk mengawasi kecukupan airnya
11 | P a g e
Jika terjadi kekurangan air di Subak Padanggalak maka solusinya adalah
dilakukan peminjaman air irigasi. Hal ini dilakukan antar petani, antar munduk,
maupun antar subak. Peminjam air menutup sebagian ambang di bangunan bagi, agar
air yang mengalir ke sawah peminjam lebih besar. Hal ini dilakukan saat pengolahan
saluran sudah ada yang membuka maka peminjam tidak boleh menutup kembali.
Artinya, air tersebut diperlukan oleh anggota subak yang airnya dipinjam. Telah
adanya saling pengertian antara anggota subak yang meminjam air dengan anggota
subak yang airnya dipinjam, sehingga tidak menimbulkan konflik. Hal ini
prinsip Tri hita karana dengan mewujudkan harmoni dan kebersamaan. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus pinjam air agar semua lahan sawah terairi
Dalam fungsi pemeliharaan fasilitas subak perlu dibahas mengenai jenis fasilitas
yang dimiliki Subak Padanggalak; jenis dan tanggungjawab pemeliharaan saluran
irigasi; penyebab kerusakan saluran irigasi; dan sumberdana pemeliharaan fasilitas
subak.
12 | P a g e
a. Saluran tersier dan saluran kuarter sepanjang 9.400 m, serta saluran pembuangan.
b. Bangunan bagi tersier; bangunan sadap untuk mengairi sawah milik perorangan;
bangunan pelimpah samping yang berfungsi sebagai penguras. Bangunan bagi
tersier di Subak Padanggalak berjumlah lima unit, yaitu
(1) BB Gendang, lokasinya dekat jembatan di Gatot Subroto Timur untuk
mengairi sawah di Munduk Gendang;
(2) BB Pos Polisi, lokasi dekat Pos Polisi dan Balai Subak Padanggalak, untuk
mengairi sawah enam munduk lainnya, yaitu Munduk Pasekan, Munduk
Delundung, Munduk Batuaji, Munduk Kertasari, Munduk Tangtu, dan Munduk
Biaung;
(3) BB Batuaji, khusus untuk mengairi sawah di Munduk Batuaji;
(4) BB Padanggalak, dan
(5) BB Kertasari yang terdiri atas dua unit.
13 | P a g e
c. Pura subak
1.
14 | P a g e
2.
3.
4.
15 | P a g e
5.
6.
7.
16 | P a g e
8.
9.
17 | P a g e
10.
11.
18 | P a g e
d. Sanggah / Pelinggih Catu
19 | P a g e
Kegiatan ritual yang terkait dengan tahapan budidaya padi di Subak Padanggalak
sebagai berikut.
(1) Ngendagin (ngandeg makal), dilaksanakan saat akan pengolahan tanah. Ritual ini
(2) Ngurit (pengwiwit), dilaksanakan setelah benih ditabur. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh petani secara individu dengan cara meletakkan kuwangen di salah satu
(3) Nuasen nandur (bebulih/ bubuh bulih), dilaksanakan saat akan menanam padi. Ritual
(4) Mubuhin, dilaksanakan pada saat padi berumur 12 hari. Ritual ini biasanya dilakukan
(5) Neduh, dilaksanakan pada saat padi berumur 27 sd 35 hari (1 bulan). Ritual ini biasanya
(6) Nyungsung, dilaksanakan setelah padi berumur 42 hari (bulan pitung dina sebelum
(7) Biyukukung (miseh, ngiseh, melupusan), dilaksanakan pada saat padi bunting (umur
padi antara 65 sd 70 hari atau 2 sd 2,50 bulan). Ritual ini dilaksanakan di Sanggah
(8) Ngusaba (mesaba), dilaksanakan sekitar 10 hari menjelang panen oleh subak. Ritual ini
20 | P a g e
(9) Mebanten manyi (nuduk dewa), dilaksanakan pada saat panen berlangsung. Ritual ini
(10) Mantenin, dilaksanakan setelah selesai panen, sebagai rasa syukur atas keberhasilan
Pekaseh Subak Padanggalak (2015) tidak diketahui, dan sekarang tinggal 112ha.
Tetapi menurutnya hampir setengah lahan pertanian telah berubah menjadi lahan
semakin terkikis mengingat letak lahan pertanian pada subak padanggalak pada
pusat kota. Pada tahun 1990-an terjadi alih fungsi lahan pada daerah sekitar
- Letak Pura Subak Padanggalak yang dulunya berada tepat di tengah jalan
digeser ke pinggir Jalan By Pass Ngurah Rai Karena adanya pembangunan jalan
21 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Subak Padanggalak telah banyak mengalami transformasi dari segi luas lahan.
Letaknya pada pusat kota Denpasar mendukung adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi
bangunan-bangunan perumahan penduduk pendatang atau bangunan bangunan tinggi sebagai
pemenuh kebutuhan perkantoran. Perembetan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan
terbangun pada subak Padanggalak terjadi pada tahun 1980-an , 1990-an sampai sekarang.
22 | P a g e