TINJAUAN PUSTAKA
konsep Tri Hita Karana yang bersumber dari ajaran agama Hindu. Sistem subak
berarti bahwa sistem subak pada hakekatnya adalah suatu teknologi yang telah
bertujuan untuk berbagi tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi air, dan pola
tanam padi di sawah. Subak sebagai sistem irigasi yang berbasis petani,
merupakan lembaga yang bersifat mandiri dan demokratis. Bangunan utama yang
ada dalam subak adalah bangunan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan sejarah
subak. Nama subak berasal dari kata “kasuwakan” atau saluran air.
Ada beberapa pendapat para pakar tentang pengertian subak yang ada di
9
10
tradisional di bidang pertanian , yang berdasarkan atas seni dan budaya serta
diwarisi secara turun temurun oleh masyarakat di Pulau Dewata. Subak adalah
digunakan dalam bercocok tanam padi di Bali. Subak biasanya memiliki pura
yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul, yang khusus dibangun oleh
para pemilik lahan dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran dan
kesuburan yaitu Dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat
yang juga adalah seorang petani di Bali yang disebut dengan “Pekaseh”
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.9 Tahun 2012, subak adalah
ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang. Definisi ini
yaitu (1) subak sebagai lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosio-
setahun khususnya padi berdasarkan prinsip Tri Hita Karana; (2) subak sebagai
sistem irigasi, selain merupakan sistem fisik juga merupakan sistem sosial.
Sistem fisik diartikan sebagai lingkungan fisik yang berkaitan erat dengan irigasi
seperti sumber-sumber air beserta fasilitas irigasi berupa empelan, bendung atau
sosial adalah organisasi sosial yang mengelola sistem fisik tersebut ; (3) subak
memperoleh air dari sumber yang sama dan mempunyai satu atau lebih Pura
kepentingan rumah tangganya sendiri), maupun keluar dalam arti kata bebas
mengatur irigasi;
Hak otonomi ini sudah melekat sejak awal terbentuknya subak di Bali;
dalam satu subak dan antara subak dengan subak lainnya dapat
5. Subak memiliki satu atau lebih sumber air bersama dan satu atau lebih
Pura Bedugul. Sumber mata air bersama ini diperoleh dari satu atau
lebih sumber mata air seperti empelan/bendung, mata air, tirisan atau
akuntabilitas.
sumber air irigasi dari sebuah empelan (bendungan). (5) Mempunyai awig-awig
hubungan langsung dengan pihak luar). (7) Mempunyai satu atau lebih Pura
Pekaseh
(Ketua Subak)
Penyarikan (Sekretaris)
Juru Raksa/Petengen (Bendahara)
Juru Arah
Kelian Tempek
(Ketua Tempek)
Krama
Tempek/Anggota Subak
Sukawana, Prasasti Trunyan, Prasasti Raja Purana dan Prasasti Bebetin. Dalam
Prasasti Trunyan tertulis bahwa tahun 881 masehi telah dikenal istilah makaraser
yang berart i pekaseh atau pengurus pengairan. Pada tahun 882 masehi dalam
kemudian dalam Prasasti Bebetin tahun 896 masehi ditemukan istilah undagi
lancah (tukang pembuat perahu), undagi batu (tukang pembuat batu) dan undagi
pengarung (tukang membuat terowongan air). Pada masa itu sudah dikenal
adanya kilan (bangunan pembagi air) yang mengalirkan air masuk kepetakan
14
sawah. Tahun 1072 masehi, dalam Prasasti Raja Purana disebutkan telah ada
pembagian air yang masuk ke petak sawah secara baik dan adil yang berasal dari
prasasti tersebut,secara faktual pada tahun 1072 masehi di Bali sudah terbentuk
yang dilakukan oleh anggotanya yang dikenal dengan nama subak. Pada saat
Bali berada dibawah naungan Kerajaan Majapahit tahun 1343, diangkat asidahan
dan bertugas mengurus pungutan upeti atau tigasana (pajak) pertanian. Setiap
pemungutan pajak pertanian, pada masa pemerintahan Belanda di Bali. Selain itu,
tanah-tanah yang ada di Bali menjadi berklas-klas. Pembagian tanah ini ada
diketahui luas sawah maupun tegalan sehingga besarnya pajak dapat ditetapkan.
fungsi dan tugas pokok dalam subak. Fungsi dan tugas yang dilakukan oleh
subak dibagi atas fungsi internal dan eksternal. Secara eksternal, subak
pertanian dan pedesaan. Secara internal, subak mempunyai peranan, fungsi dan
tugas yang sangat penting dan mutlak bagi kehidupan organisasi subak maupun
atau kegiatan memberikan hak pemanfaatan air yang tersedia kepada setiap
jatah air yang telah ditetapkan itu dari saluran induk sampai kepada petak sawah
khususnya beras.
subak untuk mendapat air irigasi dari suatu sumber adalah empelan, aungan,
saluran,dan bangunan fisik lainnya. Air yang telah didapatkan oleh subak
Hak atas air anggota subak ditentukan berdasarkan luas sawah yang
diukur dengan tektek atau kecoran. Secara umum,air irigasi satu tektek diberikan
untuk sawah seluas antara 30 sd 40 are. Satu tektek adalah besarnya air yang
16
mengalir melalui penampang dengan lebar sekitar lima cm dan tinggi sekitar satu
cm. Satu tektek air berarti “satu porsi” air. Hak air satu tektek menuntut
kontribusi tenaga kerja (ayahan) sebanyak satu orang tenaga kerja pada setiap
kegiatan subak dan kontribusi materi atau uang (disebut peturunan) sebesar
pada umumnya menggunakan dua metode, yaitu (1) metode pengaliran kontinyu
semua petani mendapatkan air secara serempak pada musim hujan dan musim
kemarau. Artinya, semua pintu air dalam keadaan terbuka terus menerus
sepanjang tahun. Sebaliknya, dalam metode bergilir tidak semua anggota subak
mendapatkan air pada suatu waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam metode
bergilir, wilayah subak dibagi dalam dua atau tiga kelompok persawahan.
pada waktu yang berbeda. Apabila wilayah subak di bagi dalam dua kelompok
persawahan maka pada musim hujan kedua kelompok menerima air irigasi (MT
tiga kelompok maka pada musim hujan semua kelompok menerima air irigasi,
tetapi pada musim kemarau kelompok hulu (persawahan di bagian hulu) berhak
subak, alokasi air dimulai dari bagian hilir, kemudian ke bagian tengah dan
untuk membuang kelebihan air dari petak sawah yang dialirkan kembali ke
18
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, operasi jaringan irigasi adalah upaya
irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu
pemeliharaan jaringan irigasi, maka subak dapat dibedakan menjadi : (1) subak
yang sepenuhnya dikelola oleh petani, yaitu semua urusan persubakkan ditangani
maupun jaringan tersier dan (2) subak yang dikelola secara patungan, yaitu
Dana subak secara umum sumbernya adalah (1) peturunan, yaitu iuran
yang dibayar oleh anggota subak secara insidental sesuai dengan kebutuhan
subak. Bentuk peturunan dapat berupa uang atau material; (2) dedosan atau
19
denda, yaitu pelaku pelanggaran awig-awig didenda sesuai dengan besar kecilnya
pelanggaran ; (3) sarin tahun, yaitu iuran yang dibayar oleh anggota subak setiap
habis panen padi. Pada umumnya Sarin tahun diberikan dalam bentuk gabah
yang besarnya sesuai dengan luas sawah atau hak atas air; (4) pengoot; dan (5)
sarana dan prasarana (Pitana, 1997; Sudarta, 2002 ; dan Sutawan, 2008).
saluran air irigasi dan terowongan), pemeliharaan dan perbaikan pura subak,
dan keperluan-keperluan lainnya (Sudarta dkk. 1989; Pitana, 1997 dan Sutawan,
2008),
4. Penanganan persengketaan
Subak sebagai lembaga irigasi sering mengalami konflik terkait dengan air
irigasi. Konflik yang dialami juga dapat bersumber pada batas-batas tanah
sawah, adanya pepohonan diperbatasan sawah yang menaungi sawah orang lain,
hewan peliharaan yang merusak tanaman orang lain, dan sebagainya (Sutawan,
2008).
kekeluargaan akan dibawa dalam rapat subak. Umumnya konflik yang terjadi
tidak sampai menimbulkan benturan fisik dan dapat diselesaikan baik ditingkat
pemakai air di luar Bali adalah adanya upacara keagamaan dengan frekuensi
yang cukup tinggi. Upacara keagamaan mengikuti siklus kehidupan padi, ada
yang dilakukan di tingkat petani dan adapula di tingkat tempek (Sutawan, 2008).
pembibitan); (3) nuasen (menanam padi); (4) neduh (saat padi berumur 35 hari);
(5) biyukukung (saat padi bunting); (6) banten manyi (saat mulai panen); (7)
maupun non subak-gede adalah (1) mendak toya, yaitu upacara pada saat mulai
mencari air untuk pertama kalinya sebelum musim tanam padi; (2) mebalik
sumpah, yaitu upacara yang dilakukan pada saat padi berumur sekitar dua
minggu; (3) merebu, yaitu upacara dilakukan menjelang panen; (4) ngusaba,
yaitu upacara yang dilaksanakan setelah selesai panen; (5) nangluk merana, yaitu
upacara yang dilakukan apabila padi diserang hama dan penyakit yang
waktu bergabung dengan subak lain; dan (7) odalan, yaitu upacara yang
religius yang berkaitan dengan filosofi dan ditaati oleh anggota subak.(Sutawan,
21
merupakan anggaran rumah tangga dalam suatu organisasi. Substansi pada awig-
awig menyangkut mengenai hal-hal yang pokok saja, sebaliknya substansi pada
pararem menyangkut mengenai hal-hal yang lebih rinci. Jika pernyataan diawig-
awig sudah jelas, maka pada pararem akan dikatakan cukup jelas, serta jika di
awig-awig ada yang tidak jelas, maka akan dibahas di pararem. Awig-awig dan
Adapun isi peraturan subak tersebut yang dirangkum secara garis besar
2. Dalam peraturan ini dibedakan istilah krama pekaseh dengan krama subak.
sekunder;
22
sebagai anggota krama subak atau krama pekaseh) dengan membayar harga
air;
4. Petunjuk tentang larangan sanksi dan besarnya denda yang harus dibayar
banjar, kelian tempek, kelian pekaseh, kelian subak dan kelian tempekan
keberlanjutan subak baik secara sekala (nyata dan kasat mata) maupun niskala
krama (anggota) subak menyangkut tata cara berinteraksi sosial dengan sesama
anggota dan pengurus subak, larangan dan sanksi yang dikenakan jika terjadi
mengatur tata cara upacara agama yang berkaitan dengan siklus hidup tanaman
padi disawah dan di Pura subak baik menyangkut penentuan hari baik, tata
Anggota subak umumnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sekehe yeh
(anggota aktif), sekehe pengempel (anggota tidak aktif) dan sekehe luput atau
leluputan (anggota khusus). Anggota aktif adalah mereka yang wajib terlibat
perbaikan dan pemeliharaan jaringan irigasi dan bangunan suci (pura subak),
rapat-rapat subak, menjaga air irigasi agar tidak terjadi pencurian oleh pihak-
pihak tertentu. Krama pengempel (anggota pasif) adalah mereka yang tidak
agraris-religius, yang secara historis didirikan sejak dulu kala dan berkembang
terus sebagai organisasi penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan lain-
lain, persawahan dari suatu sumber di dalam suatu daerah (Ganda koesoemah
1975). Menurut Windia, dkk (2015), aspek sosial sistem subak yang menjadi
jenjang sosial,(9) fasilitator dan (10) wilayah. Rincian kajian semua indikator
1. Tujuan
memiliki tujuan. Tujuan subak adalah sesuai dengan asas-asas yang harus
kebersamaan sesuai dengan nilai Tri Hita Karana yang dianut oleh subak.
waktu tanam pada suatu musim tertentu. Tujuan rapat subak adalah untuk (i)
menentukan waktu tanam, (ii) jenis tanaman yang ditanam, (iii) menentukan
waktu gotong royong perbaikan sarana irigasi, (iv) pelaksanaan upacara, (v)
jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan, (vi) masalah denda (Windia dkk,
2015).
2. Kepercayaan
Dalam teori modal sosial, ada tiga komponen yang harus dipahami,
yakni kepercayaan, jaringan kerja dan norma. dari ketiga komponen itu, maka
berkaitan dengan (i) kepercayaan antar petani, (ii) kepercayaan petani kepada
Lapangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah dan LSM (Windia dkk, 2015).
25
3. Setimen
irigasi dan keterikatan terhadap adanya pura yang dikelola oleh subak
4. Norma
sosial. Norma pada dasarnya menunjukkan tentang apa yang baik dan yang
buruk dalam suatu komunitas tertentu. Pada sistem subak, norma dan etika
(peraturan tertulis) dan juga perarem (peraturan yang tidak tertuli, namun
5. Sangsi
Sangsi diberikan kepada anggota subak apabila tidak ikut dalam rapat subak,
tidak mengikuti pola tanam dan tidak melaksanakan upacara agama di subak.
26
Sangsi biasanya berupa uang dan sangsi sosial yaitu melaksanakan upacara
bergandengan satu sama lain dalam suatu sistem sosial (kelompok atau
organisasi) yang artinya tiada status tanpa peranan dan tiada peranan tanpa
dalam subak sebagai sistem sosial terdapat status dan peranan yang dapat
7. Kekuasaan
8. Jenjang sosial
Jenjang sosial atau tingkat hirarki dapat diartikan sebagai suatu status
prestise yang membedakan antara anggota yang satu dengan anggota yang
yang jelas yakni mulai dari jenjang sosial atau tingkat hirarki terendah
yang ada pada subak, umumnya dipahami oleh anggota subak. Hal ini karena
9. Fasilitas
jumlah dan mutu yang memadai. Suatu sistem sosial tidak akan bisa
mencapai tujuan seperti diharapkan apabila tidak didukung oleh fasilitas yang
fasilitas itu telah digunakan secara baik untuk mencapai tujuan. Beberapa
telabah, talikunda, tembuku, pura subak, bale subak dan jalan usaha tani.
28
2015).
10. Wilayah
Wilayah sebagai suatu sub sistem dari sitem sosial mempunyai arti
yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu sistem sosial. Demikian
batas alamiah yang jelas seperti gunung, hutan, jurang, sungai dan desa.
sehingga dapat disebut sebagai suatu lembaga. Nilai adalah sesuatu yang
berharga dan dapat digunakan sebagai pegangan hidup pada masa yang akan
datang. Nilai yang dimiliki subak di Bali adalah Tri Hita Karana (Windia
dkk, 2015).
keagamaan yang sangat padat. Fungsi utama Subak adalah pengelolaan air
pokok utama bagi orang Bali, seperti halnya juga kebanyakan penduduk Asia
(Sutawan et al. 2005). Sebagai lembaga adat, Subak berlandaskan pula falsafah
Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhannya
(Gandakoesoemah, 1975).
29
keinginan umat manusia yang universal. Di Pulau Bali, konsep hidup seperti ini
(Purwita, 2000).
Secara terminalogis Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta yang
terdiri atas kata Tri + Hita + Karana yang berarti tiga hal yang menyebabkan
penyebab tersebut yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang
manusia dengan alam (palemahan). Hal inilah yang harus dan wajib dilakukan
oleh manusia, karena manusialah yang paling utama mendapatkan manfaat jika
Tri Hita Karana itu teraplikasi dengan baik. Oleh sebab itu,berhasil atau
gagalnya penerapan ajaran Tri Hita Karana tergantung pada manusia (Windia,
2005).
Tri Hita Karana pada dasarnya adalah milik seluruh umat manusia dengan
berbagai etnis dan agama yang dianutnya. namun hanya di Bali konsep Tri Hita
Karana ini diimplementasikan secara nyata oleh suatu sistem sosial tertentu,
yaitu sistem subak dan desa adat (Arif, 1999 dan Pusposutardjo, 1999).
30
hidup manusia dan jagat raya. Tri Hita Karana ini juga merupakan landasan
falsafah yang menjadi dasar kehidupan subak di Bali. Adapun implementasi Tri
a. Aspek parhyangan
dengan Ida Sang HyangWidhi Wasa. Dalam subak, aspek parhyangan dapat
dalam satu siklus tanam padi merupakan kegiatan khas subak. Kegiatan
ritual tersebut tidak ditemukan pada semua sistem irigasi yang ada di dunia.
Tidak ada satu subak tanpa pura dan kegiatan ritual. Kegiatan ritual dalam
sebagai pengawas atau kontrol sosial secara niskala (Sudarta dan Dharma,
2013).
agraris dan kebudayaan Bali itu sendiri dan subak memegang peranan
Tri Hita Karana sebagai landasan dan falsafah utama subak sangat
Agama Hindu, nilai kerja sama (gotong-royong dan tolong menolong), nilai
pararem, nilai keadilan, nilai tentang hari baik (dewase) (Sudarta dan
Dharma, 2013).
b. Aspek pawongan
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tidak berbeda dengan sesama
Konflik akan menyebabkan kegiatan subak tidak berlanjut (Windia dan Dewi,
2011).
anggotanya dengan sistem tektek. Jika kondisi air irigasi tidak mencukupi
maka diterapkan pembagian air secara bergilir, pinjam meminjam air irigasi
dan pelampias yakni tambahan air irigasi untuk sawah petani yang berada
dihilir atau jauh dar isumber air irigasi dan saluran air irigasi (Sudarta dan
Dharma, 2013).
2. Penanganan konflik
keterbatasan air irigasi, terjadinya alih fungsi lahan sehingga aliran air
sebagai mediator. Jarang sekali ada konflik internal subak yang dimohonkan
33
c. Aspek palemahan
bangunan bagi umumnya dilakukan oleh subak secara rutin pada setiap
menjelang musim tanam berikutnya. Hal ini dimaksudkan agar aliran air irigasi
(Pura Bendung). Pemeliharaan bangunan fisik lainnya seperti pura, balai subak
dan balai timbang umumnya dipelihara secara insidental atau kalau dipandang
perlu dapat dilakukan secara gotong royong atau diupahkan dengan biaya yang
apabila tidak ada subak dan sebaliknya apabila subak tetap lestari maka akan
beracun oleh tanaman dan pengendali siklus nitrogen yang diserap oleh tanaman
padi. Sawah di wilayah subak juga sebagai habitat beragam jenis flora dan
hayati.
merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan secara lebih luas dimana
pengurusnya belum mampu untuk menghimpun modal mikro yang akan dikelola
sebagai pengatur air irigasi tanpa harus mengorbankan corak sosio agraris
pangan atau lahan sawah. Dengan berprinsip bahwa usahatani itu identik dengan
perusahaan, maka usahatani ini akan eksis dan berkembang jika mampu menjual
hasilnya dengan nilai jual yang layak. Koperasi tani akan menjadi salah satu
sumber dana subak terkait dengan tanggung jawab pembiayaan operasi dan
pemeliharaan institusi subak. Selain itu, koperasi tani akan menjadi wahana
berbasis ekonomi yang berfungsi untuk mengelola unit-unit usaha yang akan
keberlanjutan pertanian dan subak di Bali. Alih fungsi lahan di wilayah Kuta
Utara terjadi karena desakan kebutuhan lahan untuk penggunaan disektor non
pertanian seperti untuk pemukiman, industri, jalan dan sarana wisata. Aspek
ekonomi menjadi salah satu faktor pendorong tejadinya alih fungsi lahan
usahatani padi, pemilik lahan bekerja di sektor lain dan harga lahan di daerah
36
penyusutan lahan pertanian dan pelemahan eksistensi subak. Salah satu yang
berdampak pada eksistensi subak adalah ketahanan ekonomi yang merujuk pada
ketahanan ekonomi petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha
2.3.1 Usahatani
kompleks yang terdiri atas tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input
lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seorang yang disebut
mengupayakan output dari input dan teknologi yang ada dari permukaan bumi
dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok
cukup bagi petani beserta keluarganya apabila secara minimal memenuhi syarat-
membayar bunga modal yang digunakan, baik modal milik petani maupun modal
yang dipinjamkan dari pihak lain; 3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga
37
berada dalam keadaan seperti semula dan 5) usahatani harus pula dapat membayar
tenaga petani sebagai manager yang harus mengambil keputusan mengenai apa
sebagai suatu sistem, yaitu suatu agroekosistem yang unik dengan berbagai
kombinasi sumber daya fisik dan biologis, seperti : bentuk lahan, tanah, air,
tumbuhan (tumbuhan liar, pepohonan, tanaman budidaya) dan hewan (hewan liar
tersebut dan interaksinya, rumah tangga petani memperoleh hasil atau produk
seperti tanaman, kayu, hewan dan lain-lain. Sebagai suatu sistem, kegiatan
usahatani terus berkembang dari waktu ke waktu dan bersifat sangat beragam
dalam hal produktivitas, efisiensi pemanfaatan lahan, tenaga dan modal serta
memperoleh suatu hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi
biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri atas
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost), sedangkan dalam
(Hernanto, 1993)
38
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar
dihasilkan. Makin besar kuantitas produksi yang dihasilkan, maka makin besar
yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang
termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayarkan di dalam
maupun di luar usahatani. Ada empat kategori atau pengelompokan biaya sebagai
berikut.
produksi yang dilakukan. Yang termasuk biaya tetap adalah : sewa tanah,
produksi seperti : bibit, pupuk, obat-obatan, biaya tenaga kerja dan lain-lain.
39
3. Biaya tunai.
Biaya tunai dari biaya tetap yang meliputi pajak air, kredit ataupun pajak
Biaya tidak tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga
petani.
menjadi pendapatan dari sektor pertanian dan dari sektor non-pertanian. Sumber
pendapatan dari pertanian lain (dari ternak besar, kecil, unggas, kolam dan
tanaman tahunan) dan buruh tani. Sedangkan pendapatan dari non pertanian
dibagi menjadi pendapatan dari perdagangan, industri rumah tangga, buruh non
Konsep ini pertama kali dimunculkan oleh Mc Namara pada tahun 1973
berfungsi secara sepadan, baik pada saat ini maupun di masa-masa yang akan
merupakan hal yang sangat penting karena pengalaman dalam proses revolusi-
yang dimaksud dengan keberlanjutan atau lestari yaitu suatu kegiatan atau usaha
mampu menjalankan multi perannya baik secara ekonomi, sosial, budaya dan
Subak sebagai suatu sistem irigasi yang dikelola petani secara swadaya
untuk tanaman semusim khususnya padi serta memiliki beberapa elemen yang
saling terkait, yaitu organisasi petani pengelola air irigasi, jaringan irigasi dan
prasarana irigasi, ekosistem lahan sawah beririgasi, produksi pangan, dan ritual
kelestariannya (Sutawan,2005).
pararem.
memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang. Beberapa hasil
1. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014), "Penerapan Tri Hita Karana
Tri Hita Karana (THK) bagi keberlanjutan sistem subak yang menjadi
Karana di Subak Wangaya Betan adalah sebesar 30,27 % . Hal ini berarti
Wangaya Betan sangat tidak baik yakni sebesar 30,27%. Hasil ini disebabkan
sama menggunakan matriks inverse untuk analisis penerapan konsep Tri Hita
Lestari (2014) terhadap penelitian ini adalah pada aspek ekonomi untuk
konsep Tri Hita Karana. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang
Hita Karana pada PT Alove Bali pencapaian skor sebesar 38,68%. Hasil
Widnyani (2014) terhadap penelitian ini adalah pada obyek yang diteliti adalah
integrasi tanaman-ternak pada lahan pertanian dilihat dari aspek ekonomi, dan
ekonomi dengan Net B/C Ratio dan analisis sosial-budaya penerapan THK
terlihat dari nilai net B/C ratio lebih dari satu yaitu 3,41 %, ini berarti bahwa
keberlanjutan dari suatu pola yang diterapkan pada lahan pertanian. Dilain
pihak, hasil analisis sosial-budaya dengan penerapan TKH dalam skala Likert
integrasi tanaman-ternak pada lahan pertanian dapat diterima dan layak untuk
Penelitian Wahyuni (2009) sangat relevan dengan penelitian ini yaitu untuk
pada penelitian ini dianalisa dengan matriks inverse dan untuk mengetahui
dampak positif kepada petani dimana pendapatan bersih usahatani lebih tinggi
Ardiyani (2009) sangat relevan dengan penelitian ini untuk memperluas kajian
dilakukan Ardiyani (2009) terhadap penelitian ini terletak pada analisis untuk