Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

JURNAL DISKUSI
Mata Kuliah : Tri Hita Karana
sks : 2
Semester : Ganjil Tahun
Akademik : 2020/2021
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Maret 2021
Kelas : Rombel 36
Nama Kelompok : Kelompok 5
Anggota Kelompok : 1. Putu Triska Agustini Putri
2. Siti Aminatul Fitriyah
3. I Ketut Karsana Sudarmika
4. Putu Heny Karmilayanti
A. Topik Diskusi: Kearifan Lokal THK pada Subak
Kata “Subak” merupakan
sebuah kata yang berasal
dari bahasa Bali, kata
tersebut pertama kali
dilihat di dalam suatu
prasasti yaitu “prasasti
Pandak Bandung” yang
memiliki angka tahun 1072 Masehi. Kata Subak mengacu kepada sebuah lembaga
social dan keagamaan yang sangat unik, yang dimana memiliki pengaturan
tersendiri, asosiasi-asosiasi yang demokratis dari para petani dalam menetapkan
penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi. Subak adalah sebuah
perkumpulan organisasi kemasyarakatan yang mengatur tentang suatu manajemen
atau sistem pengairan yang sering disebut (irigasi) sawah secara tradisional yang
digunakan di dalam bercocok tanam padi di Bali, dimana subak disini pada
umumnya memiliki pura yang dinamakan pura Uluncarik atau pura Bedugul yang
khususnya dibagun oleh para pemilik lahan dan petani, keberadaan subak sebagai
manifestasi dari filosofi atau konsep Tri Hita Karana.

1. Kearifan Lokal Teologis :


 Pekaseh atau kelian bertugas sebagai kepala subak.
 Pangliman/petajuh bertugas menjadi wakil kepala subak.
 Penyarikan/juru tulis adalah sebagai sekretaris.
 Petengen/juru raksa yang memiliki tugas sebagai bendahara.
 Saya/juru arah/juru uduh/juru tibak/kasinoman mempunyai tugas dalam
urusan pemberitahuan atau pengumuman.
 Pemangku adalah bertugas khusus dalam urusan ritual/keagamaan.
2. Kearifan Lokal Sosial
 Sekaa Numbeg, yaitu sebuah kelompok yang mengatur hal pengolahan tanah.
 Sekaa Jelinjingan, kelompok yang bertugas untuk mengatur pengolahan air.
 Sekaa Sambang, yaitu kelompok yg memiliki tugas dalam hal pengawasan air
dari pencurian, penangkap atau penghalau binatang perusak tanaman seperti
burung maupun tikus.
 Sekaa Memulih/Nandur, yaitu kelompok yang bertugas dalam hal penanaman
bibit padi.
 Sekaa Mejukut yaitu kelompok yang bertugas menyiangi padi.
 Sekaa Manyi adalah kelompok yang bertugas menuai/memotong/mengetam
padi.
 Sekaa Bleseng yaitu kelompok yang memiliki tugas mengangkut ikatan padi
yang telah diketam dari sawah ke lumbung.

3. Kearifan Lokal Ekologi


 Empelan/empengan sebagai sumber aliran air/bendungan.
 Bungas/Buka adalah sebagai pemasukan (in take).
 Aungan adalah saluran air yang tertutup atau terowongan.
 Telabah aya (gede) adalah saluran utama.
 Tembuku aya (gede), adalah bangunan untuk pembagian air utama.
 Telabah tempek (munduk/dahanan/kanca), adalah sebagai saluran air cabang.
 Telabah cerik, sebagai saluran air ranting.
 Telabah panyacah (tali kunda), dibeberapa tempat dikenal dengan istilah
Penasan (untuk 10 bagian), Panca (untuk 5 orang), dan Pamijian (untuk
sendiri/1 orang).
 Pura Ulun Danu Batur di ujung danau Batur yang merupakan pura air utama
(water temple) sebagai sumber dari setiap mata air dan sungai.
 Lanskap Subak dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan, yang diketahui
sebagai sistem irigasi yang tertua di Bali.
 Lanskap Subak dari Catur Angga Batukaru, objek wisata persawahan
berundak-undak (terasering) Jatiluwih merupakan salah satu dari bagiannya.
 Pura Taman ayun, merupakan pura air yang paling besar dengan arsitektur nya
paling terkenal, mencontohkan ekspansi penuh dari sistem subak di bawah
pemerintahan kerajaan Bali pada abad ke-19.

B. Hasil Diskusi
Dikelompok kami ini, kami mendiskusikan mengenai “Kearifan Lokal THK pada
Subak”. Adapun hasil diskusi kami yakni :
 Subak adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang merupakan
perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Subak dapat
menjadi lembaga tradisional yang ada di Bali yang memiliki peranan strategis
dalam menunjang pembangunan nasional, dan berperan dalam pelestarian
lingkungan dengan nilai-nilai Tri Hita Karana dan kearifan lokal yang
dimilikinya. Kearifan lokal Tri Hita Karana ini meliputi kearifan lokal teologis
(kearifan lokal parhyangan), kearifan lokal social (kearifan lokal pawongan),
dan kearifan lokal ekologis (kearifan lokal palemahan). Pada subak, kearifan
lokal teologis diwujudkan dengan hubungan yang harmonis antara anggota
subak dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kearifan lokal sosial diwujudkan dengan
hubungan yang harmonis antara anggota subak (krama subak). Kearifan lokal
ekologis diwujudkan dengan hubungan yang harmonis antara anggota subak
dengan lingkungan atau wilayah irigasi subak. Menurut saya, ketiga kearifan
lokal Tri Hita Karana pada subak apabila disatukan maka konflik antar anggota
dalam organisasi subak maupun konflik antar subak akan dapat dihindari.
Keterkaitan antar ketiga hal tersebut akan memungkinkan terjadinya
keharmonisan dan kebersamaan dalam pengelolaan air irigasi dalam sistem
irigasi subak.
2. Kearifan lokal teologis (Parhyangan)
 Makna kearifan ini sangat fokus pada keyakinan tentang ketuhanan,
spiritualitas yang merupakan roh kehidupan berorganisasi subak. Petani
memiliki keyakinan bahwa semua asset yang ada dalam kawasan subak
dan dikelola oleh subak adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Eksistensi parhyangan (pura subak), yang berstrata dari lingkup kecil
(bedugul), menengah (masceti) sampai dengan besar (pura ulun danu)
merupakan simbul dan media sakral kearifan religius subak. Disamping
itu juga diadakan upacara-upacara yang berhubungan dengan subak
seperti, Ngendagin/memungkah/nuasen tedun, Pengwiwit/ngurit, Nuasen
nandur, Ngulapin, Ngeroras, Mubuhin, Neduh/Ngebulanin,
Nyungsung/ngiseh/ngelanus/dedinan, Biukukung/miseh/ngiseh, Nyiwa
Sraya, Ngusaba/ngusa banini/mantenin Dewi Sri, Mebanten manyi,
Ngerasakin, Mantenin, dan Ngerestiti/Nangluk merana.
Kearifan lokal sosial (Pawongan)
 Kearifan lokal sosial ini menunjukkan bahwa manusia juga harus menjaga
hubungan dengan sesama manusia lainnya. Karena sistem subak ini yaitu
dengan saling pinjam meminjam air irigasi, jadi bisa dikatakan pelaksanan
subak memerlukan kerja sama dan gotong royong secara rutin baik untuk
kegiatan yang berkait dengan pengelolaan saluran irigasi, maupun dalam
hubungan dengan kegiatan ritual. Selain itu para petani ini sepakat untuk
membuat beberapa awig-awig agar tidak ada orang yang bertindak
sewenang-wenang di kawasan subak ini.
Kearifan lokal ekologis (Palemahan)
 Makna kearifan ekologis terfokus pada konservasi, keseimbangan dan
sustainabilitas lingkungan. Pengembangan lingkungan fisik subak yang
harmoni dengan alam lingkungannya, dapat dilihat dari sistem pembuatan
sawah di Bali yang dibuat sedemikian rupa sesuai dengan topografi
wilayah Indonesia yang miring. Kearifan ekologis ini juga
diimplementasikan dengan bagaimana para petani di Bali dalam merawat
serta mengembangkan subak agar sistem subak bisa digunakan secara
bersama-sama hingga sawah bagian paling bawah atau hilir.
3. Menurut saya, Subak yakni lembaga irigasi tradisional yang hingga kini masih
tetap eksis di era pertanian yang semakin modern. Subak menjadi salah satu
kearifan lokal yang senantiasa dipertahankan oleh komunitas petani beretnis
Bali. Landasan filosofi yang digunakan sistem subak dalam mengelola
organisasi yang berbasis masyarakat petani adalah filosofi harmoni dan
kebersamaan. Kedua filosofi ini merupakan perwujudan dari konsep Tri Hita
Karana. Konsep Tri Hita Karana merupakan filosofi hidup sekaligus “way of
life” bagi masyarakat Bali dalam segala aspek kehidupan. Konsep ini mengatur
hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia, dan lingkungan alam.
Keharmonisan ini akan membawa kesejahteraan yang baik bagi manusia,
kesejahteraan dunia dan akhirat, serta kesejahteraan materi dan spiritual.
Dengan mengutamakan filosofi harmoni dan kebersamaan yang berlandaskan
pada aturan-aturan formal dan nilai-nilai religi diharapkan, subak dapat
membendung pengaruh luar sehingga dapat menjaga eksistensinya di masa
mendatang. Nilai-nilai subak memberikan penguatan konsep kearifan lokal
subak. Nilai subak itu sendiri terdiri dari nilai kearifan lokal teologis, kearifan
lokal sosial, dan kearifan lokal ekologi.
 Kearifan lokal teologis
Kearifan lokal teologis ini berfokus pada keyakinan spiritual bahwa Tuhan
sebagai Sang Maha Pencipta menjadi ruh kehidupan organisasi. Anggota subak
dianjurkan untuk memelihara dan menjaga kesucian seluruh ranah, baik tanah,
sember air, dan perilaku karma subak.
 Kearifan lokal sosial
Nilai sosial ini sebagai refleksi dari kebersamaan dan menghindari konflik.
Subak sebagai lembaga sosial di bidang pertanian memberikan kesempatan
besar kepada para anggotanya untuk mempertahankan kontak sosial melalui
interaksi yang penuh kebersamaan dan perasaan akan kepentingan yang sama
karena pada hakikatnya manusia itu sebagai hamba Tuhan yang diberi
kedudukan sama dengan manusia lainnya.
 Kearifan ekologi
Kearifan ini terfokus pada konservasi menjaga keseimbangan dan
keberlanjutan lingkungan alam. Dengan berbagai teknik konservasi
diimplementasikan dengan penghematan, kelancaran, dan pembatasan polusi
aneka sumber daya alam, serta memperhatikan konsep etika dan estetikanya.
4. Menurut pendapat saya subak adalah suatu perkumpulan/organisasi
kemasyarakatan yang khususnya hanya mengatur sistem pengairan sawah yang
digunakan dalam sistem pengairan atau atau irigasi sawah dengan cara
tradisional dimana subak disini menggembangkan konsep TRI HITA
KARANA dimana subak disini menjadi bagian dari budaya yang diwariskan
secara turun-temurun oleh masyarakat di Bali. Dimana subak memiliki
manfaat tersendiri yaitu :
- Mengelola suatu sistem irigasi atas suatu asas kebersaman sehingga
terjadi suatu masalah kekeringan ketika menuju musim kemarau yang
dapat teratasi.
- Dengan adanya suatu sistem subak mengalami kegagalan panen yang
semakin berkurang sehingga mengurangi suatu kecenderungan alih
fungsi lahan industri atau permukiman.

a. Kearifan Lokal Teologis


Kearifan Lokal Teologis ini menjelaskan tentang keyakinan kepada Tuhan
sebagai Tuhan Maha Kuasa yang dimana dalam kondisi ini mengalami
suci dan letah, dimana kita harus sembah sujud kepada Tuhan Yang Maha
Esa

b. Kearifan Lokal Sosial


Kearifan ini menjelaskan tentang menjelaskan tentang hubungan sesama
manusia dimana di dalam sesama manusia pasti sering kali meminta
bantuan Ketika mengalami suatu kendala atau kesusahan. Kearifan lokal
ini juga menjelaskan tentang konsep Tat Twam Asi dan juga melakukan
hidup rukun atar sosial atau masyarakat dimana di kearifan disini
memegang konsep solidaritas dalam sosial.
c. Kearifan Lokal Ekologis
Kearifan ini menjelaskan tentang manusia bergantungan atau
keterhantungan dengan alam, dimana apabila tidak ada alam maka manusia
tidak memiliki kehidupan. Jadi manusia harus mejaga lingkungan alam
sekitar agar tidak terjadinya punah.
KESIMPULAN
Setelah kami diskusikan, adapun kesimpulan yang dapat diambil yakni subak yang
merupakan sebuah kebudayaan atau tradisi Bali dimana terdapat sekumpulan petani yang
mengelola air irigasi di lahan sawah dan membaginya agar dapat digunakan secara bersama.
Subak sebagai lembaga tradisional yang ada di Bali memiliki beberapa nilai Tri Hita Karana
dan kearifan lokal di dalam pelaksanaannya. Kearifan lokal Tri Hita Karana ini meliputi
kearifan lokal teologis (kearifan lokal parhyangan), kearifan lokal sosial (kearifan lokal
pawongan), dan kearifan lokal ekologis (kearifan lokal palemahan). Ketiganya memiliki
hubungan yang erat dalam pelaksanaan subak sendiri dan tentunya hubungan ketiga hal
tersebbut sudah dicerminkan sejak dahulu hingga sekarang. Mulai dari selalu meminta restu
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebelum melakukan kegiatan, melakukan kegiatan dalam
subak secara bersama atau bergotong royong, serta selalu menjaga dan merawat lingkungan
dimana subak ini dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai