Anda di halaman 1dari 25

PENGEMBANGAN NILAI

TRI HITA KARANA


DA L A M
SISTEM PENGELOLAAN SUBAK,
P E N G E L O L A A N S A M PA H
P E N G E L O L A A N S U M B E R DAYA A I R
P E N G E L O L A A N K AWA S A N H U T A N
PENDAHULUAN
Tri Hita Karana merupakan ajaran filosofi agama Hindu
yang selalu ada dalam setiap aspek kehidupan masyarakat
adat di Bali.

Tri Hita Karana secara harfiah merupakan tiga penyebab kebahagiaan yang
dapat dicapai dengan menjaga keharmonisan unsur parhayangan (Tuhan),
pawongan (manusia) dan palemahan (lingkungan).

Bagi masyarakat Bali, Tri Hita Karana memberikan


pengaruh yg besar thdp aspek kehidupan
PENGEMBANGAN NILAI
TR I H ITA K A R A NA
DA L A M
SISTEM PENGELOLAAN
S U BA K
Subak merupakan salah satu
organisasi yang menjadi bagian
dari desa pakraman, di mana
pembentukan subak dilakukan
berdasarkan keanggotaannya di
dalam mengurus sawah.

▪ Secara umum, subak merupakan sistem irigasi yang dijalankan secara tradisional dan

Pengertian
telah menjadi kegiatan secara turun temurun untuk mengolah lahan pertanian.

Subak ▪ Pemerintahan Nomor 23 Tahun 1982 Peraturan Pasal 1 huruf h, subak sebagai
masyarakat hukum adat yang bersifat sosial religius yang secara historis tumbuh dan
berkembang sebagai organisasi dibidang tata guna air ditingkat usaha tani.
Pengembangan nilai
TRI HITA KARANA
dalam sistem Pengelolaan Subak

Parhyangan
Setiap subak mempunyai pura tersendiri yang disebut Pura Subak/ Pura Ulun
Carik, Pura Bedugul,/ Pura Ulun Empelan atau sebutan lain sebagai unsur
Ketuhanan di dalam subak itu sendiri.

20XX
Pawongan
Subak mempunyai anggota yang disebut krama subak atau di
beberapa tempat disebut krama carik sebagai unsur
kemasyarakatan, memiliki struktur kepengurusan dan aturan
tersendiri untuk mengatur anggota-anggotanya, aturan tersendiri
yang disebut awig-awig subak.

Palemahan

Subak mempunyai wilayah/ areal pertanian dengan batas alam


tertentu seperti sungai, jalan, pematang besar, desa dan lain-lain.
Adanya semua unsur-unsur tsb dalam
subak, membantu menjaga eksistensi
subak sebagai salah satu warisan
dunia yang berlandaskan dengan
nilai-nilai agama didalamnya serta
dengan penerapan konsep Tri Hita
Karana dalam subak, masyarakat
adat Bali dapat menjaga
keseimbangan alam
20XX
Pengembangan nilai
TRI HITA KARANA
dalam Pengelolaan sampah

20XX
PRINSIP KESEIMBANGAN HUBUNGAN DAN TANGGUNG JAWAB
ANTARA MANUSIA DAN ALAM SEKITARNYA (PRINSIP
PALEMAHAN).
HUBUNGAN YANG HARMONIS ANTARA SESAMA MANUSIA DENGAN ALAM
DIKEMBANGKAN DARI PERUMPAMAAN BAGAIKAN JANIN DALAM RAHIM.

DALAM HAL INI, MANUSIA ADALAH JANIN, DAN LINGKUNGAN ADALAH


RAHIM.

JIKA MANUSIA MERUSAK LINGKUNGAN, MAKA DIA SENDIRILAH YANG


TERLEBIH DAHULU AKAN MUSNAH.
Umat Hindu mempunyai keyakinan bahwa
keselarasan hubungan dan tanggung jawab
antara manusia dengan alam sekitarnya
merupakan sumber kesejahteraan dan
kebahagiaa

Peran strategis manusia untuk


memprakarsai sesuatu agar alam semesta
ini memberi kehidupan bagi manusia.
Manusia dituntut agar memikirkan upaya
demi kelestarian lingkungan

Memberdayakan masyarakat serta memilih teknologi tepat guna untuk


mengatasi masalah sampah.
PENGEMBANGAN NILAI
TRI HITA KARANA
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Ajaran leluhur Bali mengenai sumber daya air
sendiri sudah tercantum pada lontar-lontar dengan
konsep “Segara Gunung‟, yaitu di antara segara dan
gunung terdapat mata air yang tidak dapat
dipisahkan dengan sungai sebagai urat nadinya.

Sungai tersebut diibaratkan sebagai Naga Basuki


dengan ekor bertengger di atas gunung dan kepala di
laut dan kaki-kaki sebagai anak-anak sungai.

Jadi sebenarnya permasalahan dan keberadaan sungai yang ada sudah dibaca oleh leluhur di
Bali dengan konsep penanganan membuat empelan/waduk/ embung yang berfungsi sebagai
air baku, air irigasi, air sekaligus sebagai pengendali daya rusak air untuk sungai dengan
karakteristik aliran langsung menuju ke laut.
Konsep keselarasan dan keseimbangan mengenai sumber daya air yang sampai saat ini
masih terpelihara dengan baik adalah Sad Kerthi.

Pengejawantahan untuk sumber daya air terutama di sungai yang berkonsepkan Tri Hita
Karana dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, dapat dikonsepkan sbb

▪ Parahyangan, yaitu pengelolaan SDA yang ada di atas, dalam konsep Tata Ruang
sungai adalah di Hulu sebagai aspek konservasi.
▪ Pawongan, yaitu interaksi manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan,
dalam konsep Tata Ruang sungai sebagai aspek pendayagunaan.

▪ Palemahan, yaitu penunjang aktivitas manusia dan lingkungan, dalam konsep Tata
Ruang adalah di Hilir sebagai aspek pengendalian daya air rusak.
PENGEMBANGAN NILAI
TRI HITA KARANA
DALAM PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999
TENTANG KEHUTANAN

Hutan tetap adalah kawasan hutan yang akan


dipertahankan keberadaannya sebagai kawasan hutan, terdiri dari hutan konservasi,
hutan lindung, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi tetap (PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN.


P E N E R A PA N T R I H I TA K A R A NA DA L A M
H A R M O N I S A S I B U DAYA KO N S E RVA S I

Upaya konservasi kawasan yang ada di areal Kebun Raya Bali telah dilakukan oleh berbagai
pihak termasuk Kebun Raya Bali dalam kegiatan reintroduksi jenis-jenis tumbuhan yang
berasal dari kawasan setempat.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan kerja sama dari berbagai pihak terkait dan kalangan
masyarakat.
ASPEK PARHYANGAN

Alam lingkungan di Kebun Raya Bali secara alami merupakan Kawasan pegunungan dengan
vegetasi hutan hujan tropis, vegetasi tumbuhan koleksi dan tanaman hias landskape, serta
adanya pura sebagai zona religious umat Hindu di Bali sebagai pelengkap bagi masyarakat
dalam menikmati alam Kebun Raya Bali.

Di dalam kawasan Kebun Raya Bali terdapat tiga bangunan pura yaitu Pura Batu Meringgit
(tahun 1123), Teratai Bang (abad 16), dan pura Giri Putri (tahun 1963). Sejarah keberadaan
tiga pura ini menjadi aset budaya masyarakat di Bedugul yang berdampingan dengan
Kebun Raya Bali dan memperkaya informasi dalam kemasan wisata budaya.
ASPEK PALEMAHAN

Tri Hita Karana dalam filosofi budaya Bali juga telah menjadi prioritas
Kebun Raya Bali dalam pengembangan koleksi etnobotani (pengetahuan masyarakat etnis
dalam memanfaatkan tumbuhan, mineral, atau material lainnya secara tradisionil).

Konservasi tumbuhan etnobotani oleh Kebun Raya Bali yaitu Taman Usada dan Taman
Panca Yadnya yang didalamnya banyak memuat nilai- nilai budaya Bali. Kegiatan ini
dipadukan dengan dengan kajian ilmiah. dalam pengembangan
koleksi etnobotani melalui kegiatan eksplorasi dan penelitian pada wilayah masyarakat
tradisional Bali yang disebut masyarakat Bali Age.
ASPEK PAWONGAN

Pawongan terjalin dalam desa adat (Peraturan Daerah Provinsi No 3 Tahun 2001)

Sebagai masyarakat desa adat terdapat aturan yang mengikat untuk saling menghormati dengan
yang lain serta memandang antar sesama adalah sama (tat wam asi).

Kebun Raya Bali merupakan kawasan konservasi yang dimiliki Bersama,


Masyarakat disekitar Kebun Raya Bali memiliki peran dan tanggung jawab dalam menjaga
keharmonisan, konservasi dan budaya dalam penerapan Tri Hita Karana di Kebun Raya Bali.
THE WAY TO GET STARTED IS TO
QUIT TALKING AND BEGIN DOING.

Walt Disney
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai