Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MPK TRI HITA KARANA

Aspek Kearifan Lokal Subak

Dosen Pengampu:
dr. I Made Kusuma Wijaya, S.Ked., M.Kes.

OLEH A2:
A Mutawakil Ilham : 1818011007
I Gede Yuda Mahendra : 1818011010
Komang Alit Gita Andhira : 1818011016
Putu Enrico Pramana Okaniawan : 1818011020
Ni Putu Narithya Julieta : 1818011022
Ni Komang Ayu Mirah Widiantari : 1818011028
I Nyoman Windiana : 1818011031
Luh Made Karuni Kartika Sari : 1818011033
Kadek Surya Candra Wijaya : 1818011040
Bayu Kresna Wiratama : 1818011043
Michael Christanto : 1818011046

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2021
DISKUSI THK ASPEK KEARIFAN LOKAL SUBAK

SUBAK 
Subak merupakan organisasi tradisional para petani di Bali yang terutama
bertujuan untuk berbagi tanggung jawab dalam pengelolaan irigasi air, dan pola
tanam padi di sawah. Subak sebagai sistem irigasi yang berbasis petani,
merupakan lembaga yang bersifat mandiri dan demokratis. Bangunan utama yang
ada dalam subak adalah bangunan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan sejarah
subak. Nama subak berasal dari kata “kasuwakan” atau saluran air. 

KEARIFAN LOKAL TEOLOGIS


Makna kearifan ini sangat fokus pada keyakinan tentang ketuhanan,
spiritualitas yang merupakan roh kehidupan berorganisasi subak. Melalui teks
teologis, sistim simbul dan akivitas ritual, bukan saja ranah parhyangan, namun
juga ranah palemahan dan pawongan terkait dengan konsep suci dan leteh.
Kesucian dianggap pangkal harmoni dan keletehan adalah signal disharmoni.
Kesucian menguatkan jagadhita dan keletehan mengganggu jagadhita. Eksistensi
parhyangan (pura subak), yang berstrata dari lingkup kecil (bedugul), menengah
(masceti) sampai dengan besar (pura ulun danu) merupakan simbol dan media
sakral kearifan religius subak. Kearifan lokal teologis yang didapatkan pada subak
dapat dilihat dari dibangunnya pura subak, pura bedugul, dan pelaksanaan upacara
agama pada area subak tersebut untuk menjaga keserasian terhadap sang pencipta
dan mengingatkan diri untuk selalu bersyukur terhadap apa yang telah diberikan
oleh tuhan. Selain itu, bisa juga dilihat bahwa para anggota subak merupakan
umat-Nya sehingga akan menjalankan ajaran-Nya yakni untuk memelihara dan
menjaga kesucian seluruh ranah, baik tanah, sumber air, dan perilaku krama
subak. 

KEARIFAN LOKAL SOSIAL


Subak merupakan salah satu sistem swadaya masyarakat yang berfungsi
mengatur pembagian aliran irigasi yang mengairi setiap petak areal persawahan.
Sistem ini dikelola secara berkelompok dan bertingkat disertai pembagian peran
yang spesifik bagi setiap anggotanya. Dalam organisasi subak, dikenal adanya
beberapa perangkat. Perangkat-perangkat yang ada dalam subak adalah: 
a. pekaseh (ketua subak)
b. petajuh (wakil pekaseh)
c. penyarikan (juru tulis)
d. petengen (juru raksa)
e. kasinoman (kurir)
selain itu ada beberapa yang lainnya serta dikenal adanya sub-kelompok yang
terdiri dari 20-40 petani yang disebut munduk, yang diketuai oleh seorang
pengliman. Dari susunan kelompok diatas dapat dilihat bahwa terdapat penerapan
salah satu nilai dari Tri Hita Karana yang terletak pada hubungan antara manusia
dengan manusia.
Kearifan lokal sosial dari subak juga mencangkup kearifan kultural (yang
berfokus pada budaya mencangkup etika, logika, estetika, dan praktik), kearifan
institusional (yang berfokus pada integritas organisasi subak baik secara internal
maupun eksternal), kearifan ekonomis (berfokus pada mengedepankan kerja keras
dan sikap hemat), kearifan hukum (berfokus pada aspek legalitas sebagai dasar
dalam berinteraksi), kearifan teknologis (kemampuan teknologis dan kemampuan
pengetahuan tradisional petani dalam memahami dan memecahkan masalah-
masalah kehidupan secara rasional, metodis dan sistematis), serta kearifan
keamanan (berfokus dalam sekuritas petani dalam seluruh tahap kehidupan
bertani, pengamanan hasil produksi dan area wilayah pertanian).

KEARIFAN LOKAL EKOLOGIS


      Makna kearifan ekologis terfokus pada konservasi, keseimbangan dan
sustainabilitas lingkungan. Pemuliaan terhadap tanah, air dan aneka sumberdaya
menjadi preferensi para petani yang dikuatkan secara etik dan perundang-
undangan (awig- awig), dan sebaliknya pencemaran terhadap tanah, air dan
sumberdaya juga dicegah melalui tindakan, awig-awig dan sistem ritual. 
Kearifan lokal ekologis merupakan salah satu kearifan lokal dari subak
yang tercermin dari: 
1. Sistem irigasi subak dengan lanskap sawah yang berundak-undak
mengikuti garis kontur. bentuk sawah yang berundag undag mengikuti
garis kontur, dapat mengendalikan erosi tanah, begitu juga dengan airnya,
dimana air dialirkan dengan perlahan sehingga tanah di subak tidak cepat
hanyut. selain itu dengan adanya sistem ini krama subak lebih mudah
dalam mengatur sistem pembagian air sesuai dengan kesepakatan.
2. Adanya awig-awig pembagian air dan pola tanam. dalam awig awig
pembagian air terdapat 3 sistem yang diterapkan oleh krama subak, yang
dimana akan mempengaruhi pola dari pembagian arinya, dalam hal ini
sistem yang dimaksud adalah kertanasa, sistem nyorog dan sistem tulak
sumur. dimana ketiga sistem digunakan disesuaikan dengan kondisi dan
jumlah air.
3. Sistem pengendalian hama melalui sistem ritual, masyarakat bali masih
kental dengan sistem kepercayaan dimana di dalam subak terdapat sistem
ritual yang digunakan dalam mengusir hama, contohnya adalah ritual
ngusabe ngerarung bikul (festival membuang tikus ke laut) di desa
pekeraman julah Kecamatan Tejakula Buleleng.
   Pengetahuan mengenai kearifan ekologi pada subak sangat penting, karena
kearifan ekologi menjadi dasar yang menuntun manusia untuk berperilaku yang
harmonis dengan lingkungan sesuai dengan prinsip Tri Hita Karana. dalam uraian
diatas sudah dijelaskan bahwa sistem Tri hita karana seperti hubungan tuhan
dengan manusia ( sistem pengendalian hama dengan ritual), Manusia dengan
Manusia (pembuatan awig-awig) dan sistem manusia dengan alam (pembuatan
irigasi) sudah sangat jelas bahwa subak yang ada di bali menggunakan konsep tri
hita karana sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam melakukan
kegiatan bersama.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Niswati, dan Mahdalena. 2016. Nilai Kearifan Lokal “Subak” Sebagai
Modal Sosial Transmigran Etnis Balis. Jurnal Akuntansi Multiparadigma.
7(2). 156-323
2. Windia,Wayan, I Ketut Suamba,Sumiyati, dan Wayan Tika. 2018. Sistem
Subak Untuk Pengembangan Lingkungan yang Berlandaskan Tri Hita
Karana.Journal on Socio-Economics of Agriculture and
Agribusiness,12(1),118-132
3. Adnyana, Putu Budi. 2016. Subak Sebagai Media Pembelajaran Biologi
Berbasis Kearifan Lokal. Prosiding Seminar Nasional MIPA 

Anda mungkin juga menyukai