Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bali telah mengokohkan kebudayaan sebagai fondasi dasar pembangunan dengan


menguatkan segi tiga utama pembangunan pertanian, industri kerajinan dan
pariwisata. Pembangunan pertanian yang berbasis lembaga subak, budaya agraris
dengan beragam kearifan merupakan ikon penting masyarakat Bali dan kebudayaan
Indonesia. Sistim pengairan tradisional di tanah Bali diatur oleh suatu lembaga yang
kita kenal dengan istilah subak. Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus
mengatur sistem pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali.
Subak adalah suatu masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-
agraris-religius, yang merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di
lahan sawah. Lingkungan topografi dan kondisi sungai-sungai di Bali yang curam
menyebabkan sumber air untuk suatu komplek persawahan petani umumnya cukup
jauh. Kadang-kadang untuk dapat menyalurkan air ke sebuah kompleks persawahan,
mereka harus membuat terowongan menembus bukit cadas. Kondisi inilah yang
menyebabkan para petani Bali menghimpun diri dan membentuk organisasi Subak.
Subak dimiliki dan dirawat masyakarat Bali sejak abad ke-11 hingga kini. Subak
yang sudah menjadi tradisi ini menggabungkan nilai-nilai tradisional suci dan sistem
yang sangat terorganisasi. Budaya Subak Bali juga merupakan manifestasi luar biasa
yang dimiliki oleh petani Bali. Subak adalah lembaga atau organisasi tradisional yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Para penggarap sawah di Bali menerima air
irigasi dari satu sumber air atau bendungan dan inilah fungsi utama Subak. Subak
berlandaskan Tri Hita Karana yaitu landasan yang mengintegrasikan tiga komponen
penyebab kesejahteraan dan kebahagiaan hidup yang diyakini oleh masyarakat Bali.
Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan manusia akan dapat dicapai bila

1
manusia mampu menjaga keharmonisan hubungan antara tiga faktor dari Tri hita
karana, yaitu Parhyangan (unsur Ketuhanan), Pawongan (manusia), dan Palemahan
(unsur alam). Subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau
Pura Bedugul. Pura tersebut khusus dibangun petani dan diperuntukkan bagi dewi
kemakmuran dan kesuburan (Dewi Sri). Saat ini menurut catatan bahwa subak yang
ada di Pulau Bali berjumlah sekitar 1.482 buah dan subak abian berjumlah 698 buah.

Sistem kosmologis masyarakat Bali yang unik telah dipraktekkan dalam


kehidupan sehari-hari mereka. Salah satunya melalui perencanaan tata ruang dan
penggunaan lahan, penataan pemukiman, arsitektur, upacara dan ritual, seni, serta
dalam organisasi sosial. J.Stephen Lansing telah menarik perhatian umum tentang
pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang
diperuntukkan bagi pertanian, yang biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun
1987 Lansing bekerja sama dengan petani-petani Bali untuk mengembangkan model
komputer sistem irigasi Subak. Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta
pentingnya sistem ini. Kelemahan yang paling menonjol dari sistem irigasi tradisional
adalah ketidakmampuannya untuk membendung pengaruh luar yang menggerogoti
artefaknya, yang terwujud dalam bentuk alih fungsi lahan, sehingga eksistensi sistem
irigasi tradisional termasuk didalamnya sistem subak di Bali menjadi terseok-
seok.Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis menuangkan
masalah ini ke dalam karya tulis yang berjudul”Membatasi Pembangunan Villa di
Desa Canggu sebagai upaya Melestarikan unsure Budaya Sistem Subak”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut :

a. Apakah system subak mulai ditinggalkan oleh para petani ?

2
b. Apakah yang menyebakan system subak mulai berkurang ?
c. Bagimana cara untuk melestarikan system subak ?

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan


Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dibatasi dalam
ruang lingkup upaya melestarikan unsur kebudayaan sistem subak dengan
dibatasinya pembangunan villa lebih khusus pada daerah sekitar kawasan Desa
Canggu, Badung, Bali.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimanakah cara mengembangkan dan memelihara
system subak
b. Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab mulai berkurangnya system
subak
c. Untuk mengetahui cara – cara yang dapat meminimalisir terjadinya
kepunahan dalam system subak

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
akademis yaitu sebagai sumber untuk mengetahui bagaimana upaya
pelestarian system subak. Selain itu juga agar dapat menjadi refrensi untuk
penelitian selanjutnya.

3
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat akademis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis
yaitu sebagai refrensi untuk membuat kondisi ekosistem menjadi
seimbang,sehingga tidak terjadi kerusakan ekosistem akibat pembangunan
villa yang menyebabkan sistem subak di Desa Canggu tersingkirkan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Subak sebagai unsur Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Kebudayaan menurut


Koentjaraningrat (Wahana, 2009:25) adalah keseluruhan jalan hidup yang dimiliki
bersama oleh anggota masyarakat, meliputi tujuh unsure universal yaitu system religi
dan upacara keagamaan, system dan organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan,
bahasa, kesenian, system mata pencaharian, serta system teknologi dan peralatan.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-
Determinism.Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-
struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan
artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.Menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat.

5
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Subak
adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah
yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak adalah suatu masyarakat
hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang
merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Sistem
irigasi subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu system teknologi dan juga
dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan. Karena adanya fenomena dan
pengertian seperti ini, maka sering disebutkan bahwa system subak tersebut adalah
sebagai suatu sistem teknologi yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat
Bali atau sistem seperti ini disebutkan pula sebagai suatu sistem teknologi yang telah
berkembang menjadi fenomena budaya masyarakat. Karena sistem subak dipandang
sebagai system teknologi, maka sistem ini memiliki kemampuan untuk
ditransformasikan ke daerah lain. Sebagai suatu sistem kebudayaan, maka sistem
subak memiliki subsistem pola-pikir, sosial, dan artefak/kebendaan. Antara
subsistem-subsistem dari sistem teknologi dan sistemkebudayaan, masing-masing
memiliki keterkaitan, dan selanjutnya dapat dibentuk sebuah matrik hubungan antara
subsistem-subsistem tersebut. Dalam matrik itulah dapat dilihat elemen-elemen dari
sistem irigasi subak tersebut yang kemudian akan ditransformasikan.

6
Setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya lanskap budaya subak di Bali
ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia pada sidang Komite Warisan Dunia ke-36
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
bangsa (UNESCO) di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (29/6). Subak diusulkan sebgai
Warisan Dunia tahun 2000. Lima titik lanskap subak yang diusulkan sebagai warisan
dunia adalah Pura Subak Danau Batur, Danau Batur, Subak Pakerisan, Subak Catur
Angga Batukaru, dan Pura Taman Ayun. Penetapan itu merefleksikan pengakuan
dunia terhadap nilai luar biasa dan universal subak sehingga dunia ikut
melindunginya. Itu sekaligus pengakuan subak sebagai budaya asli
Indonesia.Chairperson komite Warisan Dunia (WHC) sekaligus Permanent Delegate
Rusia Federation UNESCO Eleonora Valentinovna Mitrofanova, Jumat (29/6),
mengetuk palu sidang tanda sahnya subak masuk daftar warisan dunia setelah
pemaparan rekomendasi dari International Council on Monuments and Sites (Icomos)
yang dibacakan Susan Deyner.Deyner mengatakan, subak sebagai sebuah kesatuan
lanskap, nilai budaya, organisasi masyarakat, dan sistem kepercayaan unik. Tak ada
tempat lain di Asia Tenggara. Subak dimiliki dan dirawat masyakarat Bali sejak abad
ke-11 hingga kini.Itu membuktikan bagaimana subak menjadi bagian penting
masyarakat dan mampu memberikan kesejahteraan.Secara khusus, Icomos
mengingatkan, sejumlah masalah mengancam subak. Hal itu di antaranya penggunaan
pupuk yang menurunkan kualitas air, berkurangnya luasan hutan sebagai penyimpan
air, tekanan pariwisata, dan dijualnya tanah persawahan karena keperluan
pariwisata.Pada sambutannya, delegasi Indonesia sekaligus Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryantie, menyatakan bangga subak menjadi
bagian dari budaya dunia dan akan mengikuti ketentuan UNESCO.

Subak sangat vital bagi masyarakat Bali dan menjadi dari sedikit sistem budaya
kuno yang terjaga.Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Etty Indirati
mengatakan, menjaga subak tidak mudah karena berarti menjaga sistem organisasi

7
masyarakat subak, nilai budaya, tata guna lahan, kualitas air, dan debit air sebagai
satu kesatuan. Kita harus menjaga subak dari hulu ke hilir serta lingkungan
sekitarnya.Pada sidang itu, sejumlah negara seperti Malaysia, India, Swiss, Meksiko,
Kamboja, Jerman, dan Jepang, menyatakan dukungannya terhadap diusulkannya
subak sebagai contoh budaya yang sekaligus mencerminkan kearifan komunitas
dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.Subak dinominasian
dengan tajuk "Budaya Subak Bali" inspired by the Balinese philosophy of Tri Hita
Karana. Subak tak hanya tecermin dari subur, indah, dan hijaunya lanskap
persawahan, tetapi terkait erat dengan budaya dan sistem kepercayaan masyarakat.
Hal itu terlihat dari organisasi komunitas dalam mengurus pengairan dan pura
persembahyangan di lanskap subak.Subak mencerminkan keharmonisan alam dengan
manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya melalui filosofi
Tri Hita Karana.

2.2 Revitalisasi Sistem Subak

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian suatu
negara. Di Indonesia yang merupakan negara Agraris dimana hampir seluruh
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sektor pertanian memberikan
harapan besar dalam pembangunan bangsa. Bahkan pada masa krisis global yang
hampir mengguncang seluruh negara di dunia, sektor pertanian masih tegap berdiri
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Revitalisasi pertanian mengandung arti
sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara
proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas
memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam
pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi bukan
dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon
sentralistik, bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana, tetapi revitalisasi

8
adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah
paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok
tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian
mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari
masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar
masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk
kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam
yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai
penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
Subak sebagai sebuah lembaga irigasi tradisional di Bali diakui sudah mulai
terancam kelestariannya. Hal itu disebabkan lingkungan strategis subak sudah banyak
berubah, sebagai akibat dari gencarnya pelaksanaan program pembangunan dan
derasnya arus globalisasi. Karena itu, subak mesti dijaga kelestariannya dan lebih
diberdayakan. Sebab, jika subak yang diyakini sebagai salah satu penyangga
kebudayaan Bali sampai punah maka kelestarian kebudayaan Bali akan terancam.
Maka dari itu kita harus memelihara subak agar terhindar dari kepunahan dengan cara
di antaranya membatasi alih fungsi lahan yaitu melalui perencanaan tata ruang dan
penggunaan tanah yang cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan air. Di
samping itu, perlu ada perangkat hukum yang melarang penggunaan sawah untuk
usaha nonpertanian pada tempat-tempat atau zone yang sudah ditetapkan sebagai
tempat konservasi sawah. Agar petani betah menjalani profesinya dan tidak tergiur
mengalihfungsikan lahan sawahnya, pemerintah perlu memberikan keringanan pajak.
Selebihnya, harga komoditi pertanian mesti berpihak pada kesejahteraan para petani.

9
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitiaan ini dilaksanakan pada tanggal 9 dan 20 Agustus 2013 yang
bertempat di desa Canggu tepatnya di kantor perbekel desa Canggu, dengan
mewawancarai bapak perbekel desa Canggu yaitu I Nyoman Mustiada dan
melakukan pengamatan di subak Liplip.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang saya gunakan adalah berupa noneksperimen yang
didapatkan dari hasil rekapitulasi data dan masukan dari narasumber.

3.3 Subyek Penelitian


Subyek penelitian dalam karya tulis ini adalah bapak perbekel desa Canggu
yang bernama I Nyoman Mustiada.

3.4 Objek Penelitian


Objek penelitian dalam karya tulis ini yaitu subak, villa, lahan pertanian yang
masih aktif dan yang sudah beralih fungsi.

10
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara, dokumentasi
dan kepustakaan. Alat yang digunakan yaitu format wawancara terlampir dan format
gambar terlampir.

3.6 Teknik Analisis Data


Data – data yang diperoleh dari penyusunan karya tulis ini merupakan data
berupa deskritif kualitatif yaitu mendeskrisikan masalah yang diteliti, sesuai rumusan
masalah yang telah dicantumkan agar dapat ditarik kesimpulan.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sistem Subak di Desa Canggu


Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, Desa Canggu memiliki
tujuh Banjar Dinas dan enam Banjar Adat yang memiliki luas 523 hektar dengan luas
lahan pertaniannya sekitar 284 hektar yang dibagi menjadi 5 subak yang terdiri atas 4
subak yang masih aktif dan satu subak yang sudah tidak aktif yaitu subak Canggu,
subak Liplip, subak Umadesa, subak Bernasi dan subak Umalas. Subak umalas
adalah contoh subak yang sudah tidak aktif akibat terkena dampak alih fungsi lahan.
Alih fungsi lahan di desa Canggu termasuk tinggi karena setiap tahunnya 2 hektar
tanah di alih fungsikan untuk ekspansi pariwisata diantaranya untuk pembangunan
villa. Penduduk di desa Canggu lebih memilih untuk menjual atau mengontrakan
tanahnya dibandingkan dengan mengolahnya untuk dijadikan lahan pertanian karena
hasilnya sangat signifikan dibandingkan dengan membuka lahan pertanian.

4.2 Faktor Penyebab Mulai Berkurangnya Subak


Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, faktor penyebab mulai
bekurangnya system subak yaitu alih fungsi lahan yang semakin meningkat sehingga
lahan pertanian menjadi terkikis. Alih fungsi lahan ini dilatar belakangi oleh

12
keinginan masyarakat untuk menjual atau mengontrakan tanahnya agar mendapat
hasil yang signifikan tanpa memikrikan terlebih dahulu dampak yang terjadi di
kemudian hari daripada mengolah tanahnya untuk lahan pertanian.

4.3 Usaha – Usaha yang dapat dilakukan untuk Melestarikan System Subak
Subak adalah bagian dari budaya yang harus tetap dipertahankan
kelestariannya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan atau
melestarikan system subak sebagai berikut:
1. Tetap menggunakan system subak dalam kegiatan pertanian sehari – hari.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pertanian.
3. Meningkatkan bantuan kepada para petani baik berupa bantuan oprasional
maupun bantuan untuk melestarikan subak.
4. Membatasi izin pembangunan villa.

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Penduduk di desa Canggu sekarang ini mulai menjual atau mengontrakan
tanahnya untuk dijadikan villa karena hasilnya lebih signifikan daripada
digunakan untuk lahan pertanian.
2. Penggunaan system subak di desa Canggu sangat mengkhawatirkan sebab alih
fungsi lahan di desa Canggu termasuk tinggi karena setiap tahunnya 2 hektar
tanah di desa Canggu di alih fungsikan untuk ekspansi pariwisata diantaranya
untuk pembangunan villa.
3. Usaha untuk melestarikan system subak diantaranya tetap menggunakan system
subak dalam kegiatan pertanian sehari – hari, memberikan penyuluhan kepada
masyarakat akan pentingnya pertanian, meningkatkan bantuan kepada para
petani dan membatasi izin pembangunan villa.

5.2 Saran

14
Diharapkan masyarakat khususnya para petani lebih memperhatikan nasib
subak pertanian demi tetap lestarinya system subak di Bali dan diharapkan
pemerintah memberikan penyuluhan tentang pentingnya system subak bagi
masyarakat khususnya para petani demi kelestarian subak sebagai warisan budaya
Bali dan untuk memajukan perekonomian di Bali terutama di bidang pertanian,
sebagaimana yang akan direncanakan bapak perbekel desa Canggu yaitu akan
membuat keseimbangan antara bidang pariwisata dan bidang pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2007. Eksistensi Desa Adat Dan Kelembagaan Lokal: Kasus Bali. Bali:
PPMA.

Arif. l999. Applying Philosophy of Trihita Karana in Design and Management of


Subak Irrigation System, dalam A Study of Subak as Indigenous Cultural Social, and
Technological System to

Dharmayuda. 2001. Desa Adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Bali. Denpasar:


Upada Sastra.

Edi. 2005. Peran Budaya Lokal Dalam Menunjang Sumber Daya Air Yang
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Efendi. 2005. Reformasi Irigasi Dalam Kerangka Pengelolaan Terpadu Sumber


Daya Air. Analisa Kebijakan Pertanian. Vol. 3, No. 3

Gusti. 2006. Upaya Pemerintah Dalam Melestarikan Subak. Visioner. Vol. 2, No. 1

Irfan. 2006. Desentralisasi Dalam Pengelolaan Air Irigasi Tersier. Makara, Sosial


Humaniora.Vol. 10, No. 1

15
Sundari. 2012. Unesco Tetapkan Subak Sebagai Warisan Dunia. Jakarta: Tempo

Susanto, S. Establish a Culturally base Integrated Water Resources Management


Vol.III.  Fac.of Agric.Technology, Yogyakarta: Gadjah Mada Univ,.

Wayan. 2005. Sistem Irigasi Subak Dengan Landasan Tri Hita Karana (THK)
Sebagai Teknologi
Sedapan Dalam Pertanian Beririgassi. Bali: Appropriate Technology.

Wayan. 2006. Transformasi Sistem Irigasi Subak Yang Berlandaskan Konsep Tri


Hita Karana. Denpasar: Universitas udayana.

Arsa Wijaya, I Ketut. 2013. http://www.fp.unud.ac.id/ind/lokakarya-revitalisasi-


subak-menjadi-lembaga-usaha-ekonomi-dan-agribisnis-untuk-peningkatan-
kesejahteraan-petani/.

Nugraha, Imam. 2011. http://imamnugraha.wordpress.com/2011/05/13/pengertian-


budaya/.

Pratomo, Irawan. 2013. http://irawanprastomo.blogspot.com/2010/10/revitalisasi-


lahan-pertanian-untuk.html.

Suyasa, Wayan. 2012.


http://wayansuyasa-webblog.blogspot.com/2012/11/pengertian-subak.html.

http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html.

http://id.wikipedia.org/wiki/Subak_(irigasi)

http://www.menkokesra.go.id/content/unesco-tetapkan-subak-sebagai-warisan-dunia.
2013

16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian


1. Berapakah luas wilayah desa Canggu dan berapakah luas lahan pertanian yang
ada di desa Canggu ?
2. Berapakah jumlah subak yang ada di desa Canggu ?
3. Berapakah luas lahan yang sudah beralih fungsi ?
4. Bagaimanakah sikap Bapak terhadap lahan pertanian yang mulai beralih
fungsi?
5. Apa saja upaya – upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat disini untuk
menjaga kelestarian system subak yang ada di desa Canggu ?

17
Lampiran 2. Hasil wawancara dengan Bapak kepala desa Canggu
1. Luas wilayah desa Canggu sekitar 523 hektar dan luas lahan pertanian yang
terdapat di desa Canggu yaitu 284 hektar
2. Jumlah subak yang masih berada di desa Canggu yaitu lima, yang terdiri dari
empat subak aktif dan satu subak yang sudah tidak aktif
3. Luas lahan yang beralih fungsi yaitu 2 hektar per tahunnya
4. Pemerintah mestinya berperan aktif untuk turun ke lapangan dan membatasi
izin pembangunan villa

18
Lampiran 3. Format dokumentasi berupa gambar mengenai system subak di desa
Canggu

Gambar 1. Kantor Desa Canggu

( Bertempat di Jln. Raya Batu Bolong No 38 B)

19
Gambar 2. Wawancara dengan bapak perbekel

20
Gambar 3. Lahan pertanian yang masih aktif

Gambar
4.
Subak Liplip

21
Gambar 5. Pura Subak

Gambar 6. Lahan pertanian yang sudah tidak aktif dan pra-alih fungsi

22
Gambar 7. Lahan dijual Gambar 8. Pembangunan villa

(Gambar tanda jalur hijau)

23
24

Anda mungkin juga menyukai