PENDAHULUAN
1
manusia mampu menjaga keharmonisan hubungan antara tiga faktor dari Tri hita
karana, yaitu Parhyangan (unsur Ketuhanan), Pawongan (manusia), dan Palemahan
(unsur alam). Subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau
Pura Bedugul. Pura tersebut khusus dibangun petani dan diperuntukkan bagi dewi
kemakmuran dan kesuburan (Dewi Sri). Saat ini menurut catatan bahwa subak yang
ada di Pulau Bali berjumlah sekitar 1.482 buah dan subak abian berjumlah 698 buah.
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
2
b. Apakah yang menyebakan system subak mulai berkurang ?
c. Bagimana cara untuk melestarikan system subak ?
1. Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
akademis yaitu sebagai sumber untuk mengetahui bagaimana upaya
pelestarian system subak. Selain itu juga agar dapat menjadi refrensi untuk
penelitian selanjutnya.
3
2. Manfaat Praktis
Selain manfaat akademis, penelitian ini juga memiliki manfaat praktis
yaitu sebagai refrensi untuk membuat kondisi ekosistem menjadi
seimbang,sehingga tidak terjadi kerusakan ekosistem akibat pembangunan
villa yang menyebabkan sistem subak di Desa Canggu tersingkirkan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-
hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Subak merupakan satu kesatuan ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Subak
adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem pengairan sawah
yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali. Subak adalah suatu masyarakat
hukum adat di Bali yang memiliki karakteristik sosio-agraris-religius, yang
merupakan perkumpulan petani yang mengelola air irigasi di lahan sawah. Sistem
irigasi subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu system teknologi dan juga
dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan. Karena adanya fenomena dan
pengertian seperti ini, maka sering disebutkan bahwa system subak tersebut adalah
sebagai suatu sistem teknologi yang telah menjadi bagian dari budaya masyarakat
Bali atau sistem seperti ini disebutkan pula sebagai suatu sistem teknologi yang telah
berkembang menjadi fenomena budaya masyarakat. Karena sistem subak dipandang
sebagai system teknologi, maka sistem ini memiliki kemampuan untuk
ditransformasikan ke daerah lain. Sebagai suatu sistem kebudayaan, maka sistem
subak memiliki subsistem pola-pikir, sosial, dan artefak/kebendaan. Antara
subsistem-subsistem dari sistem teknologi dan sistemkebudayaan, masing-masing
memiliki keterkaitan, dan selanjutnya dapat dibentuk sebuah matrik hubungan antara
subsistem-subsistem tersebut. Dalam matrik itulah dapat dilihat elemen-elemen dari
sistem irigasi subak tersebut yang kemudian akan ditransformasikan.
6
Setelah menunggu selama 12 tahun, akhirnya lanskap budaya subak di Bali
ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia pada sidang Komite Warisan Dunia ke-36
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
bangsa (UNESCO) di Saint Petersburg, Rusia, Jumat (29/6). Subak diusulkan sebgai
Warisan Dunia tahun 2000. Lima titik lanskap subak yang diusulkan sebagai warisan
dunia adalah Pura Subak Danau Batur, Danau Batur, Subak Pakerisan, Subak Catur
Angga Batukaru, dan Pura Taman Ayun. Penetapan itu merefleksikan pengakuan
dunia terhadap nilai luar biasa dan universal subak sehingga dunia ikut
melindunginya. Itu sekaligus pengakuan subak sebagai budaya asli
Indonesia.Chairperson komite Warisan Dunia (WHC) sekaligus Permanent Delegate
Rusia Federation UNESCO Eleonora Valentinovna Mitrofanova, Jumat (29/6),
mengetuk palu sidang tanda sahnya subak masuk daftar warisan dunia setelah
pemaparan rekomendasi dari International Council on Monuments and Sites (Icomos)
yang dibacakan Susan Deyner.Deyner mengatakan, subak sebagai sebuah kesatuan
lanskap, nilai budaya, organisasi masyarakat, dan sistem kepercayaan unik. Tak ada
tempat lain di Asia Tenggara. Subak dimiliki dan dirawat masyakarat Bali sejak abad
ke-11 hingga kini.Itu membuktikan bagaimana subak menjadi bagian penting
masyarakat dan mampu memberikan kesejahteraan.Secara khusus, Icomos
mengingatkan, sejumlah masalah mengancam subak. Hal itu di antaranya penggunaan
pupuk yang menurunkan kualitas air, berkurangnya luasan hutan sebagai penyimpan
air, tekanan pariwisata, dan dijualnya tanah persawahan karena keperluan
pariwisata.Pada sambutannya, delegasi Indonesia sekaligus Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryantie, menyatakan bangga subak menjadi
bagian dari budaya dunia dan akan mengikuti ketentuan UNESCO.
Subak sangat vital bagi masyarakat Bali dan menjadi dari sedikit sistem budaya
kuno yang terjaga.Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Etty Indirati
mengatakan, menjaga subak tidak mudah karena berarti menjaga sistem organisasi
7
masyarakat subak, nilai budaya, tata guna lahan, kualitas air, dan debit air sebagai
satu kesatuan. Kita harus menjaga subak dari hulu ke hilir serta lingkungan
sekitarnya.Pada sidang itu, sejumlah negara seperti Malaysia, India, Swiss, Meksiko,
Kamboja, Jerman, dan Jepang, menyatakan dukungannya terhadap diusulkannya
subak sebagai contoh budaya yang sekaligus mencerminkan kearifan komunitas
dalam pemeliharaan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.Subak dinominasian
dengan tajuk "Budaya Subak Bali" inspired by the Balinese philosophy of Tri Hita
Karana. Subak tak hanya tecermin dari subur, indah, dan hijaunya lanskap
persawahan, tetapi terkait erat dengan budaya dan sistem kepercayaan masyarakat.
Hal itu terlihat dari organisasi komunitas dalam mengurus pengairan dan pura
persembahyangan di lanskap subak.Subak mencerminkan keharmonisan alam dengan
manusia, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya melalui filosofi
Tri Hita Karana.
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi perekonomian suatu
negara. Di Indonesia yang merupakan negara Agraris dimana hampir seluruh
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sektor pertanian memberikan
harapan besar dalam pembangunan bangsa. Bahkan pada masa krisis global yang
hampir mengguncang seluruh negara di dunia, sektor pertanian masih tegap berdiri
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Revitalisasi pertanian mengandung arti
sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara
proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas
memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam
pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi bukan
dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon
sentralistik, bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana, tetapi revitalisasi
8
adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah
paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok
tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian
mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari
masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar
masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk
kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam
yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai
penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
Subak sebagai sebuah lembaga irigasi tradisional di Bali diakui sudah mulai
terancam kelestariannya. Hal itu disebabkan lingkungan strategis subak sudah banyak
berubah, sebagai akibat dari gencarnya pelaksanaan program pembangunan dan
derasnya arus globalisasi. Karena itu, subak mesti dijaga kelestariannya dan lebih
diberdayakan. Sebab, jika subak yang diyakini sebagai salah satu penyangga
kebudayaan Bali sampai punah maka kelestarian kebudayaan Bali akan terancam.
Maka dari itu kita harus memelihara subak agar terhindar dari kepunahan dengan cara
di antaranya membatasi alih fungsi lahan yaitu melalui perencanaan tata ruang dan
penggunaan tanah yang cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan air. Di
samping itu, perlu ada perangkat hukum yang melarang penggunaan sawah untuk
usaha nonpertanian pada tempat-tempat atau zone yang sudah ditetapkan sebagai
tempat konservasi sawah. Agar petani betah menjalani profesinya dan tidak tergiur
mengalihfungsikan lahan sawahnya, pemerintah perlu memberikan keringanan pajak.
Selebihnya, harga komoditi pertanian mesti berpihak pada kesejahteraan para petani.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara, dokumentasi
dan kepustakaan. Alat yang digunakan yaitu format wawancara terlampir dan format
gambar terlampir.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
keinginan masyarakat untuk menjual atau mengontrakan tanahnya agar mendapat
hasil yang signifikan tanpa memikrikan terlebih dahulu dampak yang terjadi di
kemudian hari daripada mengolah tanahnya untuk lahan pertanian.
4.3 Usaha – Usaha yang dapat dilakukan untuk Melestarikan System Subak
Subak adalah bagian dari budaya yang harus tetap dipertahankan
kelestariannya. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan atau
melestarikan system subak sebagai berikut:
1. Tetap menggunakan system subak dalam kegiatan pertanian sehari – hari.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya pertanian.
3. Meningkatkan bantuan kepada para petani baik berupa bantuan oprasional
maupun bantuan untuk melestarikan subak.
4. Membatasi izin pembangunan villa.
13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut
1. Penduduk di desa Canggu sekarang ini mulai menjual atau mengontrakan
tanahnya untuk dijadikan villa karena hasilnya lebih signifikan daripada
digunakan untuk lahan pertanian.
2. Penggunaan system subak di desa Canggu sangat mengkhawatirkan sebab alih
fungsi lahan di desa Canggu termasuk tinggi karena setiap tahunnya 2 hektar
tanah di desa Canggu di alih fungsikan untuk ekspansi pariwisata diantaranya
untuk pembangunan villa.
3. Usaha untuk melestarikan system subak diantaranya tetap menggunakan system
subak dalam kegiatan pertanian sehari – hari, memberikan penyuluhan kepada
masyarakat akan pentingnya pertanian, meningkatkan bantuan kepada para
petani dan membatasi izin pembangunan villa.
5.2 Saran
14
Diharapkan masyarakat khususnya para petani lebih memperhatikan nasib
subak pertanian demi tetap lestarinya system subak di Bali dan diharapkan
pemerintah memberikan penyuluhan tentang pentingnya system subak bagi
masyarakat khususnya para petani demi kelestarian subak sebagai warisan budaya
Bali dan untuk memajukan perekonomian di Bali terutama di bidang pertanian,
sebagaimana yang akan direncanakan bapak perbekel desa Canggu yaitu akan
membuat keseimbangan antara bidang pariwisata dan bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2007. Eksistensi Desa Adat Dan Kelembagaan Lokal: Kasus Bali. Bali:
PPMA.
Edi. 2005. Peran Budaya Lokal Dalam Menunjang Sumber Daya Air Yang
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Gusti. 2006. Upaya Pemerintah Dalam Melestarikan Subak. Visioner. Vol. 2, No. 1
15
Sundari. 2012. Unesco Tetapkan Subak Sebagai Warisan Dunia. Jakarta: Tempo
Wayan. 2005. Sistem Irigasi Subak Dengan Landasan Tri Hita Karana (THK)
Sebagai Teknologi
Sedapan Dalam Pertanian Beririgassi. Bali: Appropriate Technology.
http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-budaya-dan-kebudayaan.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Subak_(irigasi)
http://www.menkokesra.go.id/content/unesco-tetapkan-subak-sebagai-warisan-dunia.
2013
16
DAFTAR LAMPIRAN
17
Lampiran 2. Hasil wawancara dengan Bapak kepala desa Canggu
1. Luas wilayah desa Canggu sekitar 523 hektar dan luas lahan pertanian yang
terdapat di desa Canggu yaitu 284 hektar
2. Jumlah subak yang masih berada di desa Canggu yaitu lima, yang terdiri dari
empat subak aktif dan satu subak yang sudah tidak aktif
3. Luas lahan yang beralih fungsi yaitu 2 hektar per tahunnya
4. Pemerintah mestinya berperan aktif untuk turun ke lapangan dan membatasi
izin pembangunan villa
18
Lampiran 3. Format dokumentasi berupa gambar mengenai system subak di desa
Canggu
19
Gambar 2. Wawancara dengan bapak perbekel
20
Gambar 3. Lahan pertanian yang masih aktif
Gambar
4.
Subak Liplip
21
Gambar 5. Pura Subak
Gambar 6. Lahan pertanian yang sudah tidak aktif dan pra-alih fungsi
22
Gambar 7. Lahan dijual Gambar 8. Pembangunan villa
23
24