Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kewarganegaraan

Vol. 5 No. 2 Desember 2021


P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

UPACARA ADAT MAMAPAS LEWU (STUDI KASUS DI KOTA KASONGAN


KALIMANTAN TENGAH)

Erik Chilwanto, Safna, Mutiara, Gusmadi Rahmad, Offeny, & Ahmad Saefulloh
Universitas Palangka Raya
erikchilwanto@gmail.com

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tata cara upacara mamapas lewu, fungsi serta
maknanya bagi kehidupan masyarakat di Kota Kasongan Kalimantan Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi sedangkan teknik analisis
data menggunakan pengumpulan data (data collection), reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Mamapas lewu adalah salah satu implementasi ajaran Hindu kaharingan dalam
mewujudkan rasa hormat, dan terima kasih kepada Tuhan (Ranying Hatalla Langit) karena telah
menjaga alam dan kampung dari marabahaya. Mamapas Lewu dilakukan karena adanya suatu
peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan pembunuhan, ancaman keselamatan, atau kejadian
di timpa musibah penyakit yang menimpa seluruh penduduk atau kota. Upacara ini bertujuan untuk
membersihkan alam dan lingkungan hidup (petak danum) beserta segala isinya dari berbagai bahaya
dan celaka agar diberikan keberuntungan, keselamatan, umur yang panjang, rejeki yang melimpah
serta ketentraman lahir batin kepada seluruh penduduk kampung atau kota.
Kata Kunci: Upacara Adat Dayak; Mamapas Lewu; Kota Kasongan

Abstract:
This study aims to find out how the mamapas lewu ceremony is performed, its function and meaning for
human life in Kasongan City, Central Kalimantan.The research method used is descriptive qualitative.
Data sources are primary data and secondary data. Data collection techniques use interviews,
observation, and documentation, while data analysis techniques use data collection, data reduction, data
presentation, and drawing conclusions. Mamapas lewu is one of the implementations of Hindu
kaharingan teachings in realizing respect, and thanks to God (Ranying Hatalla Langit) for protecting
nature and the village from harm. Mamapas Lewu is carried out because of an incident or incidents
related to murder, a threat to safety, or an incident that occurs when a disaster strikes the entire
population or the city. This activity aims to clean nature and the environment (Petak Danum) and all its
contents from various dangers and misfortunes in order to be given luck, safety, long life, abundant
fortune and inner and outer peace to all residents of the village or city.
Keywords: Dayak Tradisional Ceremony; Mamapas Lewu; Kasongan city

PENDAHULUAN yang merupakan gambaran kehidupan


Mamapas lewu adalah sebuah ritual suku dayak dalam menjalin persatuan (
yang dijalankan oleh umat penganut agama falsafah rumah betang ) acara ini juga
kaharingan Provinsi Kalimantan tengah, untuk menjalin silahturami antara sesama
kegiatan ini bertujuan untuk warga sekaligus merupakan perwujudan
membersihkan Alam dan lingkungan hidup dari kerukunan antar umat beragama.
( petak danum ) beserta segala isi nya dari Kegiatan ini disimbolkan dengan
berbagai marabahya, sial wabah penyakit ( mengundang masyarakat untuk makan dan
rutas pali ) dan sebagainya. Mamapas lewu minum bersama dalam suasana
juga merupakan perwujudan tatanan kegembiraan. Acara ini juga diisi dengan “
kehidupan masyarakat dayak dalam mamapas lewu” yang bermakna
berinteraksi dengan komunitas sesama membersihkan kampung atau daerah dari

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 347


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

hal hal yang buruk. Banyak pula yang sendiri (Nurgiansah, 2020). Pemimpin
memakai ritual ini sebagai tolak bala yang diakui oleh masyarakat Suku Dayak
dengan harapan masyarakat dan daerah ini bukanlah seorang yang hanya memberikan
terhindar dari bala bencana. Meski perintah atau menerima pelayanan lebih
merupaka ritual agama hindu kaharingan, dari masyarakat, melainkan pemimpin
namun tujuan kegiatan ini ditujukan untuk yang mampu mengayomi dan mengenal
seluruh masyarakat. Bahkan saat acara, masyarakatnya dengan baik.
seluruh masyarakat diundang tanpa Asal mula Suku Dayak di Kalimantan
membeda bedakan suku, dikatakan adalah migrasi Bangsa Cina dari Provinsi
mamapas lewu ini mempunyai tujuan Yunnan di Cina Selatam pada 3000-1500
untuk memulihkan kesiimbangan SM (sebelum masehi) ke Pulau
hubungan antara manusia dan Tuhan, serta Kalimantan.Sebelum datang ke wilayah
manusia dengan alam sekitar agar Indonesia, mereka mengembara terlebih
terhindar dari marabahaya dan dahulu ke Tumasik dan semenanjung
marabencana, hal ini juga sebagai upaya Melayu.Suku Dayak tidak hanya satu,
melestarikan nilai nilai religius yang melainkan terbagi lagi menjadi sub-suku
melekat pada masyarakat kalteng (Rogate, yang jumlahnya 700 hingga 800 atau
2016). bahkan lebih.
Ritual ini berfungsi sebagai sebagai Ciri khas watak orang Dayak adalah
aktivitas untuk menimbulkan kembali “mamut menteng ureh mameh”, baik laki-
semangat kehidupan sosial dalam setiap laki maupun perempuan sama saja. Mamut
masyarakat secara berulang, dengan menteng artinya gagah perkasa, ureh yang
interval waktu tertentu, memerlukan hal berarti giat, dan mameh yang artinya suka
yang disebut regenerasi semangat mengalah.Selain itu, Suku Dayak juga
kehidupan sosial seperti itu. Hal itu memiliki motto kehidupan warisan leluhur,
disebabkan karena selalu ada saat saat yaitu “Isen Mulang” yang artinya adalah
dimana semangat kehidupan sosial pantang menyerah.Motto ini dipegang oleh
menurun dan akibatnya akan timbul setiap masyarakat Suku Dayak, tidak
kelesuan dalam masyarakat. Mengapa terkecuali pemimpin mereka.
upacara tersebut dilakukan yaitu untuk Selain melalui mitologi dan legenda,
mengucapakan rasa terimakasih kepada cara yang dapat dilakukan untuk mengenal
ranying hatalla serta roh suci leluhur kesadaran sejarah pada masyarakat yang
karena telah menjaga dan memberikan belum mengenal tulisan yaitu melalui
keselamatan kepada masyarakat yang upacara. Upacara yang dimaksud bukanlah
tinggal dikampung tersebut. upacara dalam pengertian upacara yang
Suku Dayak merupakan salah satu formal sering dilakukan, seperti upacara
suku yang ada di Indonesia yang tinggal penghormatan bendera.Melacak melalui
di Pulau Kalimantan.Suku Dayak sendiri upacara, yaitu upacara yang pada
masih dibagi lagi menjadi ratusan sub-suku umumnya memiliki nilai sakral oleh
berdasarkan tempat tinggal mereka. masyarakat pendukung kebudayaan
Biasanya setiap sub-suku Dayak tersebut.Upacara adalah serangkaian
mengambil nama suku mereka dari nama tindakan atau perbuatan yang terikat pada
sungai yang ada di sekitar mereka atau aturan tertentu berdasarkan adat istiadat,
tempat yang mereka diami (Iper, 1999). agama, dan kepercayaan. Jenis upacara
Setiap Suku Dayak sendiri memiliki dalam dalam kehidupa masyarakat, antara
pemimpin yang mereka taati dan setia lain, upacara penguburan, upacara
pada pemimpin yang telah mereka akui perkawinan, dan upacara pengukuhan

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 348


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

kepala suku. Upacara adat adalah bentuk manajah antang, upacara kehamilan,
kebaktian masyarakat Dayak Ngaju upacara sangiang dan bentuk-bentuk
terhadap Ranying Hatalla (Tuhan), dewa- upacara lain berdasarkan adat Dayak
dewa, roh nenek moyang atau mahluk Ngaju. Malahap merupakan simbol
halus lainnya,dan dalam Usahanya untuk ekspresi yang diucapkan sebagai
berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk penyemangat bagi suku Dayak Ngaju. Beras
gaib lainnya untuk memperolehkehidupan dan hewan ini tidak hanya sebagai
yang sejahtera (Nurgiansah, 2021b). pelengkap makanan pokok namun
Upacara adat masyarakat Dayak mempunyai makna lain. Behas (beras)
Ngaju adalah jalan yang dilakukan untuk merupakan simbol media komunikasi yang
berkomunikasi dengan Ranying Hatalla sangat efektif antara manusia dengan
(Tuhan). Dari sepuluh upacara adat Dayak Ranying Hatalla (Tuhan). Adapun darah
Ngaju terdapat beberapa simbol, yaitu: hewan yang biasanya digunakan, yaitu
a. Upacara tiwah terdapat 18 simbol, yaitu babi, kerbau, dan ayam. Darah binatang ini
14 nonverbal, dan 4 simbolverbal biasanya digunakan untukmamalas atau
b. Upacara perkawinan terdapat 47 menetralisir hal-hal yang berbau tidak
simbol, yaitu 44 simbol nonverbal, dan 3 baik. Darah ini melambangkan hubungan
simbol verbal antarmakhluk, antarmanusia dan fungsinya
c. Upacara manajah antang terdapat 12 untuk mendinginkan atau menetralisir,
simbol, yaitu 10 simbol nonverbal, dan 2 sedangkan telur dalam setiap upacara adat
simbol verbal adalah lambang hubungan antarmakhluk
d. Upacara kematian terdapat 9 simbol, juga sebagai simbol kedamaian dan
yaitu tujuh simbol nonverbal, dan2 ketentraman (Kuenna, 2015).
simbol verbal Mamapas lewu adalah
e. Upacara mapalas terdapat 11 simbol, “membersihkan desa dengan cara ritual
yaitu 10 simbol nonverbal, dan satu dari segala hal yang sifatnya tidak baik
simbol verbal sehingga berdampak kepada masyarakat
f. Upacara kehamilan terdapatlima simbol setempat” (Uddie, 2016) (Nurgiansah,
nonverbal 2021a). Mamapas lewu dilakukan karena
g. Upacara sangiang terdapat 11 simbol, adanya suatu peristiwa atau kejadian yang
yaitu 7 simbol verbal, dan 4 simbol berhubungan dengan pembunuhan,
nonverbal ancaman keselamatan atau kejadian
h. Upacara manetek pantan terdapat 6 ditimpa musibah penyakit yang menimpa
simbol, 5 nonverbal dan 1 simbol verbal seluruh penduduk kampung atau kota, bisa
i. Upacara mamapas lewu terdapat 7 juga sebagai pembayaran hajat, (niat hajat
simbol yang terdiri dari 5 simbol jika keinginan tercapai), hal ini dilakukan
nonverbal dan 2 simbol verbal karena adanya kepercayaan dan keyakinan
j. Upacara laluhan terdapat 6 simbol yang bahwa penduduk setempat dapat terhindar
terdiri dari 5 simbol nonverbal dan 1 dari berbagai gangguan, ancaman,
simbol verbal. malapetaka, penyakit dan sebagainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk
Dalam upacara ritual masyarakat membersihkan alam dan lingkungan hidup
Dayak Ngaju, ekspresi malahap(o lo lo lo (petak danum) beserta segala isinya dari
kiuuu), behas (beras), meto(hewan) dan berbagai, marabahaya, sial wabah
telur, ada dalam upacara apapun baik penyakit, (rutas pali), untuk menciptakan
dalam upacara tiwah, upacara perkawinan, suasana panas menjadi dingin, gerah
upacara mapalas/pengobatan, upacara menjadi sejuk. Tujuan lain dari mamapas

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 349


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

lewu atau membersihkan suatu digunakan untuk meneliti pada kondisi


daerah/desa bertujuan agar dijauhkan dari obyek yang alamiah dimana peneliti adalah
bahaya dan celaka, agar diberikan sebagai instrument kunci. (Sugiyono,
keberuntungan dan berkat, umur panjang, 2016), (Dewantara & Nurgiansah, 2021)
rejeki yang melimpah serta ketentraman Penelitian Kualitatif melakukan
lahir batin kepada seluruh penduduk penelitian pada latar alamiah. Hal ini
setempat.Intinya, upacara adat/ritual ini dilakukan karena ontologi alamiah
dilakukan sebagai ucapan syukur pada menghendaki adanya kenyataan –
penguasa alam semesta, Tuhan yang maha kenyataan sebagai keutuhan yang tidak
Esa atas penyertaan dan perlindungan-Nya dapat dipahami jika dipisahkan dari
selama bertahun – tahun yang sudah konteknya. (Meleong, 2017).
dilalui. Dalam penelitian ini, data yang
Upacara ini juga dapat berkonotasi diperoleh berasal dari sumber data primer
doa yang dipanjatkan kepada Sang Maha dan sumber data sekunder. Teknik
pencipta agar terciptanya kehidupan yang pengumpulan data yang digunakan dalam
abadi dimuka bumi ini, terhindar dari penelitian ini adalah dengan interview
segala musibah, pertikaian, iri dan dengki, (wawancara), observasi, dokumentasi.
sehingga terciptanya kerukunan dan Sedangkan untuk teknik analisis data yang
keharmonisan hidup antar sesama umat digunakan dalam penelitian ini
manusia dan alam lingkungannya, saling sebagaimana yang dikemukakan Milles dan
mengasihi, saling menghormati, dan saling Hubberman adalah, pengumpulan data
menghargai antar sesama. (data collection), reduksi data, penyajian
Pelaksanaan Upacara Mamapas Lewu data, penarikan kesimpulan.
sering mengikutsertakan Tokoh dan
kelompok agama lain. Upacara mamapas HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lewu ini tidak dilakukan oleh perorangan Hasil Penelitian
tapi oleh seluruh Masyarakat dan juga Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk pembiayaan ditanggung bersama– untuk mengetahui apa saja sarana dan
sama. prasarana upacara mamapas lewu,
Sejak zaman dahulu, pelaksanaan bagaimana tata cara upacara adat
upacara adat atau ritual adat ini mamapas lewu serta fungsi dan maknanya
dilaksanakan oleh para Basir/Balian yaitu bagi masyarakat hindu kaharingan di Kota
orang tertentu yang mempunyai Kasongan Kalimantan Tengah. Setelah
kemampuan untuk berhubungan dengan melakukan penelitian dan mengumpulkan
roh-roh gaib penjaga alam, yang menurut data yang diperoleh melalui observasi,
keyakinan mereka adalah pelindung. wawancara dan dokumentasi, maka
Dalam berkomunikasi dengan selanjutnya peneliti menganalisis data dari
menggunakan bahasa Sangiang hasil penelitian di Kota Kasongan
(Munawaroh, 2013). Kalimantan Tengah. Adapun analisis hasil
penelitian adalah sebagai berikut:
METODE PENELITIAN 1. Sarana dan sesajen dalam upacara
Lokasi penelitian ini di lakukan di mamapas lewu.
Kota Kasongan Kabupaten Katingan a. Ayam 3 (tiga) ekor
Kalimantan Tengah. Metode penelitian b. Babi 1 (satu) ekor
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2. (tujuh) ruas lamang, merupakan beras
Kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif ketan dicampur dengan santan dimasak
deskripif adalah metode penelitian yang menggunakan bamboo.

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 350


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

3. Air putih dan baram,sebagai 1. Sehari sebelum hari puncak pelaksanaan


persembahan kepada Ranying Hatalla upacara adat mamapas lewu
Langit dan roh leluhur. Penyang – penyang dan benda –
4. Satu buah sangku, sebagai tempat benda pusaka warisan nenek moyang yang
meletakkan sarana dan prasarana. disakralkan oleh masyarakat Hindu
5. Dua talam (Apar-apar), tempat untuk kaharingan dituntun/dijemput dari rumah
meletakkan sesajen. penduduk dibawa ketempat upacara
6. Satu baskom air dicampur dengan darah Mamapas Lewu, diletakkan dibalai
hewan. pandung bersama dengan guci dua buah.
7. Parepen, tempat pembakaran menyan. Masyarakat meletakkan sesajen dan sarana
8. Satu mangkok beras tawur. yang akan digunakan untuk upacara
9. Dawen sawang. Mamapas Lewu di dekat balai Pandung.
10. Bendera, sebagai tanpa sedang di Pada malam hari Tukang rukun
adakan upacara adat. (rohaniawan) melaksanakan menawur
11. Tampung tawar. memohon kehadapan Ranying Hatalla
12. Singah Hambaruan. Langit untuk hadir menyaksikan upacara
13. Selendang untuk menari Riam Mamapas Lewu dengan pekikan lo…lo…lo…
14. Satu buah baskom berisi kepala babi sebanyak tiga kali ditambah pukulan gong
yang masih mentah, dan tujuh buah sebanyak tiga kali juga. Dan memohon
gelas berisi Malaga. kehadapan Ranying Hatalla serta
15. Mendirikan balai pundung yang terbuat manivestasi beliau termasuk roh – roh
dari bamboo yang digunakan untuk penyang penjaga kampung supaya bangun
menyimpan penyang, benda pusaka, yang diyakini oleh umat Hindu Kaharingan
guci, Mandau, dan sarana mamapas. di Kota Kasongan dapat membantu
16. Seperangkat alat musik tradisional masyarakat bila ada kerusuhan dan
kecapi, kangkanung, kandang, seruling bencana yang mengancam masyarakat
dan gong. dikampung mereka. Kemudian disambut
17. Behas tampak, dilengkapi dengan sipa dan dihibur dengan tari yang disakralkan
giling pinang, ruku tarahan, uang, oleh umat Hindu Kaharingan yaitu tari
18. Tambak Hambaruan nganjan dan tari Riam semalam suntuk.
19. Mendirikan kramat
20. Satu lembar kain digunakan untuk 2. Pada Hari puncak upacara mamapas
pelindung, tepatnya dimana pisur lewu
duduk. Jika semua sudah lengkap dan siap
21. Dua lembar kain kuning. maka Basir (Rohaniawan) memulai
upacara dengan rentetan sebagai berikut:
Pembahasan a. Masyarakat Hindu Kaharingan di Kota
Tata cara upacara adat Mamapas Lewu Kasongan berkumpul di tempat Upacara
Setelah sarana dan prasana untuk Mamapas Lewu untuk melaksanakan
upacara Mamapas Lewu terkumpul semua, pemotongan hewan kurban ayam, babi
tempat telah ditentukan dan waktunya dan sapi yang didahului dengan doa oleh
yang direncanakan telah tiba maka proses pemimpin upacara. Darah hewan
upacara Mamapas Lewu dimulai secara kurban di ambil sedikit dicampur
bertahap dengan membutuhkan waktu tiga kedalam baskom yang sudah di isi air
hari. Adapun tahap – tahap dan kayu katabah, dilanjutkan dengan
pelaksanaannya sebagai berikut: menawur dan mamapas dengan
mencipratkan air campuran di atas

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 351


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

dengan daun papas yang dibuat dari tamping tawar (tirta) sedangkan ancak
daun kayu posi, daun sawang, daun yang lainnya dipersembahkan kepada
kakujung, daun bungi, dan daun tawa. penjaga kampung dihilir, dihulu
Dengan menggunakan tangan kiri seberang dan dikramat. Setelah tukang
terlebih dahulu kemudian diganti rukun mengantarkan persembahan
dengan tangan kanan. Diawali dari sesajen di tempat upacara Mamapas
tempat upacara manyanggar dilanjutkan Lewu dilanjutkan mempersembahkan
mamapas keliling kampung dan sesajen di kramat bersama anggota
mamapas ditempat mendirikan kramat masyarakat untuk memeriahkan
di dekat Balai Basarah Hindu upacara Mamapas Lewu. Upacara
Kaharingan di Kota Kasongan.Tujuannya dikramat dipimpin oleh dua orang basir
untuk menyuruh iblis /buta Kala/ dengan diiringi alunan musik tradisional
makluk yang jahat pindah dari kampung dan tari nganjan mengelilingi kramat
agar tidak mengganggu kehidupan oleh masyarakat yang hadir pada
manusia. upacara tersebut. Seusai upacara
b. Binatang kurban yang telah dipotong dikramat seluruh masyarakat kembali
dibiarkan sedikit yang mentah terutama ketempat upacara Mamapas Lewu untuk
daging babi yang lainnya dimasak oleh makan bersama.
anggota masyarakat untuk sesajen dan
dijadikan menu makan bersama oleh 3. Sehari setelah upacara Mamapas Lewu
masyarakat yag hadir pada upacara dilaksanakan pembongkaran balai
Mamapas Lewu. pandung dan mengembalikan penyang –
c. Pada siang hari setelah olahan binatang penyang serta benda pusaka kepada
kurban masak, pemimpin upacara pemiliknya.
bersama anggota masyarakat
menyiapkan sesajen yang akan Fungsi dan makna upacara mamapas
dipersembahkan kepada Tuhan Yang lewu
Maha Esa/ Ranying Hatalla langit. Fungsi Upacara Mamapas Lewu
Sesajen yang akan dipersembahkan Upacara Mamapas lewu sebagai
disebut pakanan menurut masyarakat tindakan ritual yang mempunyai fungsi
setempat. Setelah sesajen siap religious untuk memuja Tuhan (Ranying
ditata/diatur maka pemimpin upacara Hatalla Langit) serta dengan manifestasi
yang berjumlah 3 orang duduk diatas Beliau karena telah menjaga dan
gong berdoa sambil menawur memelihara alam ini dan segala isinya.
menghaturkan/mempersembahkan Upacara Mamapas Lewu dengan
sesajen kepada Ranyin Hatalla langit menggunakan berbagai sarana bersifat
yang diundang hadir pada upacara sakral dan kaya akan simbol.
tersebut. Dengan disambut tari sakral Sarana yang digunakan dan upacara
Riam panjang dan tari nganjan diiringi yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu
musik tradisional. Kemudian salah satu Kaharingan merupakan simbol rasa cinta
tokoh agama Hindu Kaharingan pergi kasih dan bakti untuk memuja Tuhan
kesungai dekat upacara Mamapas Lewu (Ranying Hatalla Langit) serta leluhur
berlangsung membawa satu buah ancak untuk mencapai kesucian.
yang lengkap diisi nasi, lauk pauk Upacara Mamapas Lewu dilakukan
mentah dan masak, telor kampung, untuk menetralisir membersihkan dan
Malaga dipersembahkan kepada Jata menyucikan alam (kampung) termasuk
dengan maksud memohon air suci untuk manusia dari pengaruh – pengaruh yang

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 352


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

tidak baik agar mereka mendapatkan agama Hindu Kaharingan dalam


keselamatan, keharmonisan dan mewujudkan rasa hormat, dan terima
kesejahteraan dalam menjalankan kasih kepada Tuhan (Ranying Hatalla
kehidupannya. Langit) serta roh leluhur penjaga kampung.
Fungsi upacara Mamapas Lewu
Makna Upacara Mamapas Lewu adalah untuk memuja Tuhan (Ranying
Adanya keyakinan dalam suatu religi Hatalla Langit) karena telah menjaga alam
dalam pikiran dan gagasan manusia yang ini dan segala isinya. Upacara Mamapas
menyangkut keyakinan tentang adanya: Lewu dilakukan untuk menetralisir
Tuhan, didunia akhirat, kekuatan sakti, membersihkan dan menyucikan alam
roh-roh nenek moyang dan makluk – (kampung) termasuk manusia dari
makluk /roh – roh halus yang bersifat baik pengaruh – pengaruh yang tidak baik agar
atau pun bersifat buruk.Keyakinan itu mereka mendapatkan keselamatan,
timbul karena memaknai ketuhanan, keharmonisan dan kesejahteraan dalam
bahwa Tuhanlah sebagai awal dan akhir menjalankan kehidupannya.
dari segala yang ada didunia ini. Dengan Upacara Mamapas Lewu bermakna
adanya keyakinan seperti tersebut di atas untuk membersihkan dan menyucikan
maka masyarakat Hindu Kaharingan di alam/Kampung dari pengaruh – pengaruh
kota Kasongan melaksanakan upacara. roh gaib yang buruk agar tercipta kondisi
Upacara Mamapas lewu dilaksanakan yang damai, sejahtera, serta keselamatan
dengan makna membersihkan dan bagi seluruh umat manusia.
menyucikan tempat, alam, kampung Penulis berharap agar kebudayaan –
termasuk masyarakat yang tinggal di kebudayaan yang ada dikalimantan Tengah
kampung itu dari pengaruh – pengaruh terkhususnya upacara adat harus selalu
buruk yang disebabkan oleh bhuta kala dilestarikan karena ini adalah warisan
(Makhluk halus yang bersifat jahat) serta turun temurun dari nenek moyang yang
menetralisir sifat – sifat buruk yang ada harus kita jaga sampai kapan pun. Penulis
padanya. Kemudian diharapkan sifat – sifat juga berharap proposal yang di buat ini
baik muncul yang memiliki kekuatan yang dapat bermanfaat baik dari segi akademis,
berguna untuk kesejahteraan manusia dan teoritis maupun kebudayaan, Penulis
alam lingkungan. menyadari proposal yang di buat ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu
KESIMPULAN Penulis mengharapkan kritik dan saran
Upacara adat Mamapas Lewu adalah bagi para pembaca.
bentuk dari pengimplementasian ajaran

DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Building Tolerance Attitudes Of PPKN Students
Through Multicultural Education Courses. Jurnal Etika Demokrasi, 6(1), 103–115.
Iper. 1999. Pengertian Suku Dayak. UAJY
Kuenna. 2015. Simbol Dalam Upacara Adat Dayak Ngaju. Jurnal, Bahasa, Sastra, dan
Pembelajaran. Juni 2021
Moleong. 2017. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit : PT.Remaja Rosdakarya : Bandung
Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena Persada.
Nurgiansah, T. H. (2021a). Partisipasi Politik Masyarakat Sleman di Masa Pandemi Covid-19
dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Civic Hukum, 6(1), 1–9.
Nurgiansah, T. H. (2021b). Pendidikan Pancasila. In Solok: CV Mitra Cendekia Media.

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 353


Jurnal Kewarganegaraan
Vol. 5 No. 2 Desember 2021
P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

S, Munawaroh. 2013. Upacara Adat Mamapas Lewu. Jantra. Juni 2021


Rogate, A. 2016. Perspektif Masyarakat Terhadap Upacara Mamapas Lewu. Pendidikan Agama
Hindu. Juni 2021
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Juni 2021
Udie, P. 2016. Upacara Mamapas Lewu Pada Masyarakat Hindu Kaharingan. Bawi Ayah. Juni
2021

Erik Chilwanto, dkk. – Universitas Palangka Raya 354

Anda mungkin juga menyukai