Erik Chilwanto, Safna, Mutiara, Gusmadi Rahmad, Offeny, & Ahmad Saefulloh
Universitas Palangka Raya
erikchilwanto@gmail.com
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tata cara upacara mamapas lewu, fungsi serta
maknanya bagi kehidupan masyarakat di Kota Kasongan Kalimantan Tengah. Metode penelitian yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif. Sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi sedangkan teknik analisis
data menggunakan pengumpulan data (data collection), reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Mamapas lewu adalah salah satu implementasi ajaran Hindu kaharingan dalam
mewujudkan rasa hormat, dan terima kasih kepada Tuhan (Ranying Hatalla Langit) karena telah
menjaga alam dan kampung dari marabahaya. Mamapas Lewu dilakukan karena adanya suatu
peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan pembunuhan, ancaman keselamatan, atau kejadian
di timpa musibah penyakit yang menimpa seluruh penduduk atau kota. Upacara ini bertujuan untuk
membersihkan alam dan lingkungan hidup (petak danum) beserta segala isinya dari berbagai bahaya
dan celaka agar diberikan keberuntungan, keselamatan, umur yang panjang, rejeki yang melimpah
serta ketentraman lahir batin kepada seluruh penduduk kampung atau kota.
Kata Kunci: Upacara Adat Dayak; Mamapas Lewu; Kota Kasongan
Abstract:
This study aims to find out how the mamapas lewu ceremony is performed, its function and meaning for
human life in Kasongan City, Central Kalimantan.The research method used is descriptive qualitative.
Data sources are primary data and secondary data. Data collection techniques use interviews,
observation, and documentation, while data analysis techniques use data collection, data reduction, data
presentation, and drawing conclusions. Mamapas lewu is one of the implementations of Hindu
kaharingan teachings in realizing respect, and thanks to God (Ranying Hatalla Langit) for protecting
nature and the village from harm. Mamapas Lewu is carried out because of an incident or incidents
related to murder, a threat to safety, or an incident that occurs when a disaster strikes the entire
population or the city. This activity aims to clean nature and the environment (Petak Danum) and all its
contents from various dangers and misfortunes in order to be given luck, safety, long life, abundant
fortune and inner and outer peace to all residents of the village or city.
Keywords: Dayak Tradisional Ceremony; Mamapas Lewu; Kasongan city
hal hal yang buruk. Banyak pula yang sendiri (Nurgiansah, 2020). Pemimpin
memakai ritual ini sebagai tolak bala yang diakui oleh masyarakat Suku Dayak
dengan harapan masyarakat dan daerah ini bukanlah seorang yang hanya memberikan
terhindar dari bala bencana. Meski perintah atau menerima pelayanan lebih
merupaka ritual agama hindu kaharingan, dari masyarakat, melainkan pemimpin
namun tujuan kegiatan ini ditujukan untuk yang mampu mengayomi dan mengenal
seluruh masyarakat. Bahkan saat acara, masyarakatnya dengan baik.
seluruh masyarakat diundang tanpa Asal mula Suku Dayak di Kalimantan
membeda bedakan suku, dikatakan adalah migrasi Bangsa Cina dari Provinsi
mamapas lewu ini mempunyai tujuan Yunnan di Cina Selatam pada 3000-1500
untuk memulihkan kesiimbangan SM (sebelum masehi) ke Pulau
hubungan antara manusia dan Tuhan, serta Kalimantan.Sebelum datang ke wilayah
manusia dengan alam sekitar agar Indonesia, mereka mengembara terlebih
terhindar dari marabahaya dan dahulu ke Tumasik dan semenanjung
marabencana, hal ini juga sebagai upaya Melayu.Suku Dayak tidak hanya satu,
melestarikan nilai nilai religius yang melainkan terbagi lagi menjadi sub-suku
melekat pada masyarakat kalteng (Rogate, yang jumlahnya 700 hingga 800 atau
2016). bahkan lebih.
Ritual ini berfungsi sebagai sebagai Ciri khas watak orang Dayak adalah
aktivitas untuk menimbulkan kembali “mamut menteng ureh mameh”, baik laki-
semangat kehidupan sosial dalam setiap laki maupun perempuan sama saja. Mamut
masyarakat secara berulang, dengan menteng artinya gagah perkasa, ureh yang
interval waktu tertentu, memerlukan hal berarti giat, dan mameh yang artinya suka
yang disebut regenerasi semangat mengalah.Selain itu, Suku Dayak juga
kehidupan sosial seperti itu. Hal itu memiliki motto kehidupan warisan leluhur,
disebabkan karena selalu ada saat saat yaitu “Isen Mulang” yang artinya adalah
dimana semangat kehidupan sosial pantang menyerah.Motto ini dipegang oleh
menurun dan akibatnya akan timbul setiap masyarakat Suku Dayak, tidak
kelesuan dalam masyarakat. Mengapa terkecuali pemimpin mereka.
upacara tersebut dilakukan yaitu untuk Selain melalui mitologi dan legenda,
mengucapakan rasa terimakasih kepada cara yang dapat dilakukan untuk mengenal
ranying hatalla serta roh suci leluhur kesadaran sejarah pada masyarakat yang
karena telah menjaga dan memberikan belum mengenal tulisan yaitu melalui
keselamatan kepada masyarakat yang upacara. Upacara yang dimaksud bukanlah
tinggal dikampung tersebut. upacara dalam pengertian upacara yang
Suku Dayak merupakan salah satu formal sering dilakukan, seperti upacara
suku yang ada di Indonesia yang tinggal penghormatan bendera.Melacak melalui
di Pulau Kalimantan.Suku Dayak sendiri upacara, yaitu upacara yang pada
masih dibagi lagi menjadi ratusan sub-suku umumnya memiliki nilai sakral oleh
berdasarkan tempat tinggal mereka. masyarakat pendukung kebudayaan
Biasanya setiap sub-suku Dayak tersebut.Upacara adalah serangkaian
mengambil nama suku mereka dari nama tindakan atau perbuatan yang terikat pada
sungai yang ada di sekitar mereka atau aturan tertentu berdasarkan adat istiadat,
tempat yang mereka diami (Iper, 1999). agama, dan kepercayaan. Jenis upacara
Setiap Suku Dayak sendiri memiliki dalam dalam kehidupa masyarakat, antara
pemimpin yang mereka taati dan setia lain, upacara penguburan, upacara
pada pemimpin yang telah mereka akui perkawinan, dan upacara pengukuhan
kepala suku. Upacara adat adalah bentuk manajah antang, upacara kehamilan,
kebaktian masyarakat Dayak Ngaju upacara sangiang dan bentuk-bentuk
terhadap Ranying Hatalla (Tuhan), dewa- upacara lain berdasarkan adat Dayak
dewa, roh nenek moyang atau mahluk Ngaju. Malahap merupakan simbol
halus lainnya,dan dalam Usahanya untuk ekspresi yang diucapkan sebagai
berkomunikasi dengan Tuhan dan mahluk penyemangat bagi suku Dayak Ngaju. Beras
gaib lainnya untuk memperolehkehidupan dan hewan ini tidak hanya sebagai
yang sejahtera (Nurgiansah, 2021b). pelengkap makanan pokok namun
Upacara adat masyarakat Dayak mempunyai makna lain. Behas (beras)
Ngaju adalah jalan yang dilakukan untuk merupakan simbol media komunikasi yang
berkomunikasi dengan Ranying Hatalla sangat efektif antara manusia dengan
(Tuhan). Dari sepuluh upacara adat Dayak Ranying Hatalla (Tuhan). Adapun darah
Ngaju terdapat beberapa simbol, yaitu: hewan yang biasanya digunakan, yaitu
a. Upacara tiwah terdapat 18 simbol, yaitu babi, kerbau, dan ayam. Darah binatang ini
14 nonverbal, dan 4 simbolverbal biasanya digunakan untukmamalas atau
b. Upacara perkawinan terdapat 47 menetralisir hal-hal yang berbau tidak
simbol, yaitu 44 simbol nonverbal, dan 3 baik. Darah ini melambangkan hubungan
simbol verbal antarmakhluk, antarmanusia dan fungsinya
c. Upacara manajah antang terdapat 12 untuk mendinginkan atau menetralisir,
simbol, yaitu 10 simbol nonverbal, dan 2 sedangkan telur dalam setiap upacara adat
simbol verbal adalah lambang hubungan antarmakhluk
d. Upacara kematian terdapat 9 simbol, juga sebagai simbol kedamaian dan
yaitu tujuh simbol nonverbal, dan2 ketentraman (Kuenna, 2015).
simbol verbal Mamapas lewu adalah
e. Upacara mapalas terdapat 11 simbol, “membersihkan desa dengan cara ritual
yaitu 10 simbol nonverbal, dan satu dari segala hal yang sifatnya tidak baik
simbol verbal sehingga berdampak kepada masyarakat
f. Upacara kehamilan terdapatlima simbol setempat” (Uddie, 2016) (Nurgiansah,
nonverbal 2021a). Mamapas lewu dilakukan karena
g. Upacara sangiang terdapat 11 simbol, adanya suatu peristiwa atau kejadian yang
yaitu 7 simbol verbal, dan 4 simbol berhubungan dengan pembunuhan,
nonverbal ancaman keselamatan atau kejadian
h. Upacara manetek pantan terdapat 6 ditimpa musibah penyakit yang menimpa
simbol, 5 nonverbal dan 1 simbol verbal seluruh penduduk kampung atau kota, bisa
i. Upacara mamapas lewu terdapat 7 juga sebagai pembayaran hajat, (niat hajat
simbol yang terdiri dari 5 simbol jika keinginan tercapai), hal ini dilakukan
nonverbal dan 2 simbol verbal karena adanya kepercayaan dan keyakinan
j. Upacara laluhan terdapat 6 simbol yang bahwa penduduk setempat dapat terhindar
terdiri dari 5 simbol nonverbal dan 1 dari berbagai gangguan, ancaman,
simbol verbal. malapetaka, penyakit dan sebagainya.
Kegiatan ini bertujuan untuk
Dalam upacara ritual masyarakat membersihkan alam dan lingkungan hidup
Dayak Ngaju, ekspresi malahap(o lo lo lo (petak danum) beserta segala isinya dari
kiuuu), behas (beras), meto(hewan) dan berbagai, marabahaya, sial wabah
telur, ada dalam upacara apapun baik penyakit, (rutas pali), untuk menciptakan
dalam upacara tiwah, upacara perkawinan, suasana panas menjadi dingin, gerah
upacara mapalas/pengobatan, upacara menjadi sejuk. Tujuan lain dari mamapas
dengan daun papas yang dibuat dari tamping tawar (tirta) sedangkan ancak
daun kayu posi, daun sawang, daun yang lainnya dipersembahkan kepada
kakujung, daun bungi, dan daun tawa. penjaga kampung dihilir, dihulu
Dengan menggunakan tangan kiri seberang dan dikramat. Setelah tukang
terlebih dahulu kemudian diganti rukun mengantarkan persembahan
dengan tangan kanan. Diawali dari sesajen di tempat upacara Mamapas
tempat upacara manyanggar dilanjutkan Lewu dilanjutkan mempersembahkan
mamapas keliling kampung dan sesajen di kramat bersama anggota
mamapas ditempat mendirikan kramat masyarakat untuk memeriahkan
di dekat Balai Basarah Hindu upacara Mamapas Lewu. Upacara
Kaharingan di Kota Kasongan.Tujuannya dikramat dipimpin oleh dua orang basir
untuk menyuruh iblis /buta Kala/ dengan diiringi alunan musik tradisional
makluk yang jahat pindah dari kampung dan tari nganjan mengelilingi kramat
agar tidak mengganggu kehidupan oleh masyarakat yang hadir pada
manusia. upacara tersebut. Seusai upacara
b. Binatang kurban yang telah dipotong dikramat seluruh masyarakat kembali
dibiarkan sedikit yang mentah terutama ketempat upacara Mamapas Lewu untuk
daging babi yang lainnya dimasak oleh makan bersama.
anggota masyarakat untuk sesajen dan
dijadikan menu makan bersama oleh 3. Sehari setelah upacara Mamapas Lewu
masyarakat yag hadir pada upacara dilaksanakan pembongkaran balai
Mamapas Lewu. pandung dan mengembalikan penyang –
c. Pada siang hari setelah olahan binatang penyang serta benda pusaka kepada
kurban masak, pemimpin upacara pemiliknya.
bersama anggota masyarakat
menyiapkan sesajen yang akan Fungsi dan makna upacara mamapas
dipersembahkan kepada Tuhan Yang lewu
Maha Esa/ Ranying Hatalla langit. Fungsi Upacara Mamapas Lewu
Sesajen yang akan dipersembahkan Upacara Mamapas lewu sebagai
disebut pakanan menurut masyarakat tindakan ritual yang mempunyai fungsi
setempat. Setelah sesajen siap religious untuk memuja Tuhan (Ranying
ditata/diatur maka pemimpin upacara Hatalla Langit) serta dengan manifestasi
yang berjumlah 3 orang duduk diatas Beliau karena telah menjaga dan
gong berdoa sambil menawur memelihara alam ini dan segala isinya.
menghaturkan/mempersembahkan Upacara Mamapas Lewu dengan
sesajen kepada Ranyin Hatalla langit menggunakan berbagai sarana bersifat
yang diundang hadir pada upacara sakral dan kaya akan simbol.
tersebut. Dengan disambut tari sakral Sarana yang digunakan dan upacara
Riam panjang dan tari nganjan diiringi yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu
musik tradisional. Kemudian salah satu Kaharingan merupakan simbol rasa cinta
tokoh agama Hindu Kaharingan pergi kasih dan bakti untuk memuja Tuhan
kesungai dekat upacara Mamapas Lewu (Ranying Hatalla Langit) serta leluhur
berlangsung membawa satu buah ancak untuk mencapai kesucian.
yang lengkap diisi nasi, lauk pauk Upacara Mamapas Lewu dilakukan
mentah dan masak, telor kampung, untuk menetralisir membersihkan dan
Malaga dipersembahkan kepada Jata menyucikan alam (kampung) termasuk
dengan maksud memohon air suci untuk manusia dari pengaruh – pengaruh yang
DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, J. A., & Nurgiansah, T. H. (2021). Building Tolerance Attitudes Of PPKN Students
Through Multicultural Education Courses. Jurnal Etika Demokrasi, 6(1), 103–115.
Iper. 1999. Pengertian Suku Dayak. UAJY
Kuenna. 2015. Simbol Dalam Upacara Adat Dayak Ngaju. Jurnal, Bahasa, Sastra, dan
Pembelajaran. Juni 2021
Moleong. 2017. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit : PT.Remaja Rosdakarya : Bandung
Nurgiansah, T. H. (2020). Filsafat Pendidikan. In Banyumas: CV Pena Persada.
Nurgiansah, T. H. (2021a). Partisipasi Politik Masyarakat Sleman di Masa Pandemi Covid-19
dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Civic Hukum, 6(1), 1–9.
Nurgiansah, T. H. (2021b). Pendidikan Pancasila. In Solok: CV Mitra Cendekia Media.