Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERJALANAN KE TANA TORAJA

9 -16 Agustus 2014


Ade Ruchjat
(Survei Ekonomi Pariwisata )
Sabtu, 9 Agustus 2014
Perjalanan Bandung Jakarta menggunakan Bis Primajasa, lanjut ke Makasar dengan
pesawat Citilink.
Makan malam di sekitar pantai, kemudian bermalam di Hotel Grand Imawan.
Minggu, 10 Agustus 2014
Perjalanan menuju destinasi wisata Toraja berangkat dari Makasar sekitar jam 8
pagi dengan menggunakan mobil rental. Menurut informasi Pak Luther ,sopir
rental, akses menuju Toraja cukup mudah dengan banyaknya bus-bus yang
beroperasi dengan trayek Makasar-Tana Toraja pulang pergi dan banyak pula mobilmobil rental yang siap mengantar wisatawan ke destinasi wisata di Toraja. Kondisi
lalulintas sepanjang perjalanan dari Makasar ke Toraja cukup lancar, di setiap kota
kecamatan yang dilalui kendaraan yang melintas cukup ramai, di kiri-kanan jalan
terdapat toko-toko, kios-kios, atau jongko-jongko yang menjual berbagai macam
barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat local maupun pendatang, termasuk
makanan dan minuman khas yang kam cicipi seperti dange, danke, dan tuak
manis. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian masyarakat sekitar sedang
berkembang, walaupun masih memerlukan pengarahan dan penataan agar
berkembang lebih baik lagi.
Dalam perjalan Makasar-Toraja ditemukan beberapa hal yang menarik perhatian
dan berpotensi menjadi daya tarik wisata, diantaranya sebagi berikut:
1. Musium Rumah Adat Sao Mario di Batu-Batu Soppeng
2. Gunung batu yang besar dan unik, sangat menarik dan menjadi suatu
pemandangan yang menakjubkan.
3. Air terjun di sela-sela pegunungan yang jumlahnya mencapai 3 air terjun,
menjadi pemandangan yang menarik dan Indah. Wisatawan dapat menikmati
pemandangan tersebut pada saat beristirahat sambil menikmati makanan
khas local berupa gula kelapa dalam batoknya dan tuak manis (nira kelapa)
4. Jalur alternatif ke Danau Tempe, yang memperlihatkan bagian lain dari
Danau Tempe dengan keunikan dan keindahan tersendiri.
5. Gunung Nona, juga merupakan pemandangan yang unik dan menarik, sudah
banyak dikenal wisatawan tetapi masih perlu dipromosikan agar lebih dikenal
luas. Kami singgah di salah satu rumah makan yang menyuguhkan
pemandangan Gunung Nona yang menakjubkan.
1

Sampai di Rantepao Toraja Utara sudah malam, kami langsung menginap di Hotel
Misiliana yang model arsitekturnya terkesan klasik-etnik, dalam lelap terkandung
harap perjalanan esok lebih menarik lagi .

Senin, 11 Agustus 2014


1. Pagi sampai siang mengikuti kegiatan FGD Pemasaran pariwisata Toraja dengan
para pelaku industry pariwisata .Dalam kesempatan ini kami menyerap
informasi dari para pelaku industry pariwisata Toraja mengenai kondisi eksisting
pariwisata Toraja dan upaya pemulihannya. Kemudian menjalin kontak dengan
perwakilan dari Swisscontact, PHRI dan ASITA Toraja.
2. Saat survei ke Kande Api, Tongkonan sdg direnovasi didanai oleh Yayasan
keluarga yg dipimpin oleh Pieter Sambo. Dari masyarakat sekitar yang sedang
bekerja membangun tongkonan diketahui bahwa biaya borongan membangun
satu bangunan Tongkonan sekitar 350jt + borongan ukiran 15jt. Belum ada tiket
masuk bagi wisatawan yg datang dan belum ada art-shop, hanya ada
warung/kios kecil penjual barang kebutuhan sehari-hari di dekat lokasi. Menurut
mereka kadang ada wisman menginap di Tongkonan.
3. Objek Wisata Lemo di Kec. Makale Utara , adalah kuburan batu pahat sebagai
situs pemakaman purba bagi kepala-kepala suku Toraja pada masa lalu. Patungpatung yang berderet di makam adalah symbol dari orang-orang yang
dimakamkan. Masuk ke objek wisata dikenakan biaya Rp. 10.000/orang.
Disekitar lokasi banyak terdapat kios-kios cinderamata. Saya berhasil
wawancara dg beberapa pemilik kios cinderamata (Ibu Yuni, Bpk Lius dan Ibu
Yenni), seorang perajin Tau-Tau ( ukiran patung kayu), Bpk Anton, dan petugas
parker sekaligus pemilik kios mie instan dan kopi di lokasi objek wisata Lemo.
Omzet artshop dan perajin sangat fluktuatif dari 0 hingga Rp. 30jt/bln.
Keuntungan yang diperoleh pemilik kios dari penjualan cinderamata rata-rata
berkisar 25% - 30%, keuntungan perajin relative sama dengan penjual, akan
tetapi bila menjual langsung ke wisatawan keuntungannya akan berlipat ganda.
4. Tumakke/Papa Batu, Tumakke adalah nama kampung kecil di kecamatan Rembon
di arah Barat Makale, di sana terdapat Tongkonan dengan atap batu yang
disebut Papa Batu. Saat sampai di lokasi objek , hari sudah menjelang malam
kondisi gelap tidak ada penerangan, namun beruntung sempat bertemu dengan
salah satu anggota keluarga pemilik tongkonan yang bersedia berbicara walau
sebentar, yang menyatakan itu milik keluarganya dan baru beberapa hari ada
anggota keluarganya yang meninggal dan disemayamkan di rumahnya. Jika
masuk ke lokasi Papa batu pengunjung dapat mengisi buku tamu yang
disediakan dan memberikan sumbangan sukarela.
5. Dalam perjalannan pulang sempat wawancara dg sopir sekaligus pemilik rental
mobil yang kami sewa, Pak Yan Roland, tinggal di Makale dan hanya memiliki
satu mobil yang dibeli secara tunai. Pendapatan bersih dari rental mobilnya

berkisar Rp. 1,5 jt sd Rp. 3,5jt perbulan, menurutnya pengaruh kedatangan


wisatawan terhadap pendapatannya meningkat rata-rata sekitar 30%.
Selasa, 12 Agustus 2014
1. Dinas Pariwisata Tana Toraja
Kami diterima dengan baik dan dibantu dalam mengumpulkan data mengenai
kepariwisataan di Tana Toraja (Rippda, Jumlah kunjungan wisatawan, pendapatan
daerah dari kunjungan wisatawan, Daftar Hotel dan Wisma, Daftar Restoran dan
Rumah makan, dsb.)
2. Wawancara dengan pengelola RM Kampung Wisata Astrini di Jalan Pongtiku
Makale, menurut Bu Asni ( kasir) usaha rumah makan tersebut sangat
bergantung kepada sepi atau ramainya kunjungan wisatawan ke Toraja, omset
penjualan perbulan pada saat sepi tidak lebih dari Rp. 15 juta (merugi),
sedangkan pada saat ramai wisatawan bisa mencapai Rp. 60 juta bahkan
sesekali lebih dari itu.
3. Sentra Tenun TOBARANA Sadan adalah milik satu keluarga besar, berupa
komplek kios dan workshop tenun, tempat menjual hasil tenun sekaligus tempat
menenun. Kios-kios disana juga menampung dan menjual hasil tenun
masyarakat sekitarnya, bahkan dari luar Toraja Utara. Menurut Nenek Panggauh
salah seorang pemilik kios, selain memintal benang sendiri, sebagian besar
bahan baku berupa benang dibeli di Rantepao atau Makasar kemudian ditenun
oleh masyarakat sekitar. Mengenai penjualan hasil tenunan sangat bergantung
kepada wisatawan yang dating, kalau tidak ada wisatawan tidak ada penjualan,
kalaupun ada wisatawan tidak semua wisatawan membeli, ada pula yang hanya
melihat-lihat. Omset perbulan kalau sedang sepi tidak lebih dari Rp. 500 ribu
dan jika sedang ramai berkisar Rp. 4 juta Rp. 5 juta.Keuntungan yang diperoleh
sekitar 10% - 50% (keuntungan tinggi terutama diperoleh dari wisatawan
mancanegara).
Setelah makan malam kami kembali ke Hotel Misiliana untuk beristirahat

Rabu, 13 Agustus 2014


1. Dinas Perindag Tana Toraja
Menurut Kepala Disperindag Tana Toraja, industri kecil di Tana Toraja terdiri atas
industry kecil ukir-ukiran kayu, anyam-anyaman, tenunan, makanan olahan
berupa kue-kue. Sedangkan industry menengahnya adalah industry olahan kopi
dan jus markisa. Umumnya produk-produk-produk yang dihasilkan oleh industry
kecil dan menengah tersebut banyak dibeli oleh wisatawan, selain dikonsumsi,
biasanya dijadikan oleh-oleh atau cinderamata khas Toraja, sehingga sangat
mendukung industry kepariwisataan di Tana Toraja.
2. Kambira Baby Grave
Adalah tempat pemakaman bayi pada zaman animisme, mayat bayi yang belum
tumbuh gigi dianggap suci dan dimasukkan ke dalam sebuah pohon Lamba yang
3

3.

4.

5.

6.

telah berumur ratusan tahun. Untuk masuk ke lokasi makam diwajibkan membeli
tiket seharga Rp. 10.000/orang. Sekitar makam ada bebrapa kios penjual
cinderamata. Menurut Ningsih salah seorang pemilik kios cinderamata, hasil
pejualan di kiosnya bergantung kepada wisatawan yang dating, berkisar
Rp.500.000 Rp. 1,3 juta dengan profit sekitar 20% - 30% .
Musium Buntu Kalando
Terletak di Kecamatan Sangalla sekitar 8 km dari Makale. Disana terdapat
Tongkonan milik Puang Sangalla (bangsawan local) yang dulunya digunakan
sebagai pusat pemerintahan. Di sana terdapat museum kecil yang
memamerkan barang-barang milik bangsawan tersebut. Jika masuk museum ini
diwajibkan memberikan sumbangan Rp. 5.000/orang.
Tampang Allo
Terletak di kecamatan Sangalla sekitar 12km dari Makale. Obyek ini berupa gua
alam dengan peti mati kuno dan deretan patung milik bangsawan setempat
yakni Puang Menturino dengan isteri dan keturunannya. Masuk ke lokasi ini
dikenakan tiket masuk Rp. 10.000,-/ orang.
Suwaya
Terletak di Kec. Sangalla sekitar 9 km arah Timur Makale. Berupa pemakaman
kerajaan di tebing-tebing batu dengan beberapa patung (tau-tau) serta peti mati
berukir dari kayu (erong). Makam batu ini dipersembahkan untuk Puang Tamboro
langi dan keturunannya. Tiket masuk ke Lokasi ini sebesar Rp. 10.000,Wawancara dengan Pengurus PHRI
Menjelang makan malam Kami bertemu dengan pengurus PHRI Toraja, , mereka
menginformasikan mengenai kondisi dan perkembangan PHRI Toraja berkaitan
dengan kondisi kepariwisataan Toraja yang belum pulih seperti masa kejayaan
dahulu. Menurut PHRI tingkat hunian rata-rata anggota yang aktif adal sekitar
15% (data 2012 ini diakui masih kurang akurat, disinyalir banyak anggota PHRI
yang tidak menyetorkan data yang sebenarnya karena khawatir masalah pajak,
kesadaran bayar pajak ini sedang didorong PHRI). Hotel-hotel besar (bintang 3
dan 4) yang pangsa pasar utamanya wisman umumnya tiap tahun merugi
karena wisman hanya ramai pada bulan-bulan terteru saja (Mei-Okt), sedangkan
hotel-hotel kecil (bintang 1 dan 2) lebih tinggi karena tariff kamarnya lebih
murah lebih terjangkau wisnus, sehingga pangsa pasarnya lebih luas.. Ada
rencana memekarkan organisasi menjadi dua yaitu PHRI Tator dan PHRI Torut
disesuaikan dengan pemekaran kabupatennya, diperkirakan komunikasi
organisasi dengan pemerintah daerah dan Bupati masing-masing akan lebih
efektif.
Pertemuan diakhiri dengan makan malam bersama dan selesai makan malam
kami langsung istirahat malam di kamar hotel.

Kamis, 14 Agustus 2014


1. Survai Pengemudi Angkot
Sambil berangkat menuju Hotel Indra saya melakukan wawancara dengan
pengemudi angkutan kota di Rantepao, Pak Daniel, tarif angkot ditentukan sopir
4

berdasarkan jarak tempuh penumpang yang berkisar antara Rp.2.000 Rp.


5.000,- Pendapatan rata-rata hariannya sekitar Rp. 250.000,- Dipotong setoran
ke pemilik angkot sebesar Rp. 150.000,- Jadi pendapatanrata-rata perbulannya
sekitar Rp. 3 juta. Jika sedang sepi pendapatan perharinya bisa turun menjadi
Rp. 200.000,- atau kurang. Jika sedang ramai bisa mencapai Rp. 300.000 atau
lebih dari itu. Kedatangan wisatawan ke Toraja menurutnya tidak banyak
berpengaruh pada usaha angkotnya. Jarang sekali wisman menaiki angkotnya.
2. Hotel Indra Toraja
Beralamat di Jl. Landorundun No.63 Rantepao Toraja Utara. Pengelola sekaligus
salah seorang pemiliknya hotelnya tergolong hotel bintang 1 dan saat ini
usahanya berjalan lancar dan cukup menguntungkan. Tingkat huniannya saat ini
mencapai sekitar 70% dan profit yang diperoleh berkisar 20%-30%.
Bahan makanan dan minuman Hotel Indra umumnya diperoleh atau dibeli di
sekitar Rantepao, misalnya minyak goreng, sayuran, daging ayam, dan
sebagainya bisa dibeli di pasar pagi dan toko swalayan di Rantepao, kecuali gula
dan margarine sachet dibeli dari Makasar.
Saya sempat menemui pemasok daging ayam ke Hotel Indra, bernama Rahman
yang tinggal di Jl. Kartika No.7 Rantepao, berasal dari Bugis-Bone. Sudah
berjualan ayam potong sejak 10 tahun lalu dan disembelih sendiri dengan cara
Islam sehingga halal bagi orang muslim. Pak Rahman menjual ayam yang sdh
dipotong dan dibersihkan ke Hotel Indra seharga Rp.50rb/ekor. Keuntungan
yang diperolehnya sekitar 10% berarti Rp.5rb, sedangkan harga pasokan ayam
diperolehnya dari pemasok Sidrap (Pak Idris) Rp. 42rb/ekor (@2kg) sehingga
dapat disimpulkan biaya potong, pembersihan dan pengiriman daging ayam ke
hotel adalah sebesar Rp. 3rb. Sedangkan Pak Idris membeli ayam dari
perusahaan peternakan seharga Rp. 38rb, jadi ada margin Rp.4rb. Sekali kirim
ke Toraja sekitar 800 ekor menggunakan mobil pickup k dengan biaya Rp.
400.000,- ditambah upah pekerja dan lainnya Rp.400rb sekali kirim, sehingga
muncul biaya operasional pengiriman seribu rupiah per ekor ayam, dengan
demikian dapat disimpulkan Pak Idris memperoleh keuntungan sekitar Rp. 3 rb
per ekor.
3. Pasar Hewan Bolu
Pasar Bolu adalah pasar tradisional besar di arah barat Rantepao, terutama
terkenal pada hari-hari pasar kerbau (tedong)dan babi yang dilaksanakan setiap
6 hari. Menurut Kepala Dinas Peternakan yang mengelola Pasar Bolu, terutama
pasar hewannya, setiap hari pasar hewan yang masuk pasar sekitar 700 ekor
hingga 1200 ekor kerbau dan pada hari biasa (bukan hari pasar) sekitar 200 ekor
-300 kerbau saja. Pada hari pasar jumlah babi yang masuk sekitar 1500 ekor
hingga 3000 ekor, sedangkan pada hari biasa sekitar 350-700 ekor babi.
Setiap kerbau yang masuk pasar dikenakan bea masuk Rp. 10 ribu/ekor dan
babi Rp. 5 ribu/ ekor. Biaya penyimpanan/penitipan kerbau Rp. 2.500/ekor/24jam
dan untuk babi Rp.1.500/ekor/24jam. Dan setiap kendaraan pengengkut hewan
yang masuk dikenakan retribusi Rp. 3000/unit. Dari sini dapat dihitung minimal
pemasukan pengelola pasar setiap hari pasar tidak kurang dari Rp. 15 juta.
5

Perputaran uang di pasar dari transaksi hewan ini belum ada datanya, tapi
diperkirakan volumenya bisa mencapai puluhan miliar rupiah, karena harga satu
ekor kerbau dewasa harganya berkisar puluhan juta hingga miliaran rupiah.
Sedangkan harga babi berkisar dari Rp. 1 juta hingga Rp.4 juta .
Salah seorang pedagang kerbau bernama Lukas mengatakan bahwa setiap hari
pasar biasanya terjual 2 ekor kerbaunya, kalau tidak terjual akan dibawa lagi
pada hari pasar berikutnya. Keuntungan yang diperoleh berkisar Rp. 30 juta
hingga 50 juta dari harga kerbaunya yang berkisar Rp 290 juta hingga Rp.390
juta.
4. Dinas Peternakan Toraja Utara
Selanjutnya Bpk Kepada Dinas juga menjelaskan bahwa potensi ternak di Toraja
selain kerbau dan babi, juga terdapat potensi ternak lainnya seperti ayam
kampong, itik/bebek, kambing, sapi dan perikanan darat seperti ikan mas dan
lele sangkuriang.
Kami pindah hotel dan menginap di Hotel Herritage, setelah makan malam,
langsung menuju kamar untuk beristirahat.
Jumat, 15 Agustus
1. Dinas Koperasi dan UMKM Tator
Pada saat kunjungan saya dilayani oleh Ibu Siska Kabid Pemberdayaan UMKM
karena Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Tator sedang tugas keluar kantor.
Menurut Ibu Siska program pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas terhadap
terhadap koperasi-koperasi dan Usaha Menengah Kecil dan Mikro diantaranya
melalui:
= Pelatihan Kewirausahaan
= Pelatihan Perencanaan Bisnis
= Seminar-seminar mengenai Peluang Usaha dan Investasi
Beberapa sentra perajin usaha kecil di Tana Toraja di antaranya:
Perajin tenun di Rantetayo
Perajin ukiran/souvenir di Lemo
Perajin dan kelompok alat music bamboo di Sangalla
Perajin ukiran kayu peti mati di poros Makasar (Botang Dongpas)
Perajin kue-kue: Tori, Jipang dan kue kacang di Sepon
Data selengkapnya berupa file data base UMKMdi Tana Toraja telah di copy.
2. Badan Ketahanan Pangan Tator
Kepala Badan dan beberapa staf sedang rapat sehingga tidak dapat ditemui,
tetapi didapat selembar data yang menunjukan ketahanan pangan berupa
produksi beras (Ketersediaan Beras) Kabupaten Tana Toraja Tahun 2013 yang
masih memenuhi kebutuhan penduduknya, sehingga masih ada cadangan
hingga pertengahan tahun 2014.
3. Dinsosnaker Tator
Kami diterima oleh Kabid Kesetiakawanan Sosial dan kabid Ketenagakerjaan, di
berikan data dan informasi mengenai program pengentasan kemiskinan melalui
6

pemberian bantuan modal usaha bersama untuk 300 KK miskin yang dibagi
menjadi 30 kelompok. Diberikan pula copy file ketenagakerjaan di Tana Toraja.
4. Hotel Heritage
Wawancara dengan General Manager Hotel Heritage ternyata mengkonfirmasi
informasi dari PHRI bahwa Hotel besar umumnya merugi karena rata-rata tingkat
hunian kamarnya hanya sebesar 15%, begitu pula yang terjadi dengan tingkat
hunian Hotel Heritage, walaupun di Bulan Agustus hamper mencapai 50% tetapi
di bulan Nopember hingga April umumnya rendah sekali, sehingga di akhir tahun
totalnya hanya sekitar 15%. Padahal menurutnya, untuk mencapai titik impas
dibutuhkan tingkat hunian sebesar 30%. Walau demikian syukur Hotel Heritage
masih tetap bisa bertahan.
Hotel Heritage juga menjalin kemitraan dengan masyarakat sekitar yaitu dengan
memberikan kesempatan kepada kelompok seni local seperti kelompok seni
music bambu dari Sangalla. Selain itu juga Hotel Heritage memberikan lapak
(space) untuk dimanfaat perajin sekitar hotel untuk memasarkan hasil
produksinya. Walaupun masih dalam skala kecil.
Demikian, setelah selesai wawancara dengan General Manager hotel, kami
berangkat makan malam di dekat Pool Bus yang akan membawa kami ke
Makasar, selesai makan malam kami berangkat dengan bus malam dan
menginap di dalamnya.
Sabtu, 16 Agustus 2014
Beristirahat sejenak di bandara, makan pagi kemudian langsung berangkat ke
Jakarta dengan pesawat Citilink.
Setibanya di Bandara Soeta kami membeli makan siang dan melanjutkan
perjalanan ke Bandung menggunakan bus Primajasa.

Anda mungkin juga menyukai