Abstak
Historiografi Islam adalah penulisan sejarah Islam yang sebagian ditulis dalam
bahasa Arab. Dengan tujuan untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah
baik dalam pemikiran maupun dalam pendekatan ilmiah yang dilakukan disertai
dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-
bentuk sikap yang dipergunakan dalam pengujian bahan-bahan sejarah.
Tinjaun lain dari historiografi adalah mengetahui ciri-ciri, identitas serta
kekhasan dari penulisan sejarah dalam setiap periodenya. Hal tersebut bertujuan
mengetahui sejauh mana latar sosial menyokong kelahiran dari suatu penulisan
sejarah. Masa ketika Nusantara dikuasai kerajaan besar misalnya, maka penulisan
sejarah akan lebih banyak menyoroti keagungan raja yang sepintas membentuk
persepsi bahwa raja-raja selalu mendapatkan kejayaan dalam setiap
kepemimpinannya, dan menyedikitkan informasi mengenai kelemahan dan
kegagalan raja. Uraian tersebut lazim disebut dengan istilah istana sentris. Ini
merupakan salah satu ciri khas yang mencolok dari historiografi tradisional.
Historiografi pada hakekeatnya merupakan tepresentasi dari kesadaran
sejarawan dalam zamanya dan lingkungan kebudayaan di tempat sejarawan itu
hidup. Pandangan sejarawan terhadap peristiwa sejarah yang dituangkan didalam
tulisannya akan dipengaruhi oleh situasi zaman dan lingkungan kebudayaan
dimana sejarawam itu hidup. Dengan kata lain, pandangan sejarawan itu selalu
mewakili zaman dan kebudayaannya.
148
Historiografi Islam di Indonesia
Indonesian Historiography, diterj Mien Djubhar, Tradisional: Sisi Lain dari Pujangga Kraton",
Historiografi Indonesia: sebuah pengantar dalam Sugeng Sugiyono, (ed.), Bunga Rampai:
(Jakarta: Gramedia, 1995), hlm.XIII-XIV Bahasa, Sastra dan Kebudayaan Islam
6Asvi Marwan Adam, Pelurusan Sejarah (Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan
Indonesia (Yogyakarta: Tride, 2004), hlm.7. Kalijaga,1993), hlm.188.
7Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara 10Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia
Efektif (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm.104. (Yogyakarta: UGM Press, 1996), hlm.22-23.
149
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017
150
Historiografi Islam di Indonesia
Tradisional: Sisi Lain dari Pujangga Kraton", Lintasan Sejarah (Banda Aceh: Pusat
dalam Sugeng Sugiyono, (ed.), Bunga Rampai: Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999),
Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Islam hlm.169.
151
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017
yang sedang berjihad. Sebagaimana karena dalam mitos tidak ada unsur
yang pernah diungkapkan oleh waktu dan juga kronologi, tidak ada
Taufik Abdullah, Hikayat Aceh dan awal maupun akhir, dengan
sejarah Melayu termasuk penulisan kisah manusia yang
historiografi tradisional yang religius magis. Corak tradisional
terkenal di dunia Islam Melayu, pada penulisan sejarah Wali Songo
karena kisahnya yang banyak di Jawa yang digambarkan
mengandung unsur Islam. mempunyai kekuatan gaib (kesaktian
Menurut Taufik Abdullah, diluar diri manusia) tidak
bahwa historiografi yang dihasilkan menekankan pada fakta tentang
masyarakat merupakan ekspresi penyebaran agama Islam ditanah
kultural masyarakat yang Jawa. Dalam sejarah Melayu juga
menghasilkan sejarah. Pantulan terdapat kecenderungan penyusunan
tersebut terlihat dalam historiografi sejarah dengan muatan mitos dan
tradisional yang dapat dipakai fakta yang disamarkan.25 Selain
sebagai alat untuk memahami pola muatan mitologis, historiografi
kesejarahan masyarakat tradisional mempunyai fungsi sosial
23
penganutnya. Walaupun kesadaran psikologis, sehinggga terdapat kohesi
historisitas kita menunjukkan dalam masyarakat antara lain dengan
perbedaan yang besar antara corak memperkuat kedudukan dinasti
historiografi tradisional seperti sebagai kekuatan pusat atau sering
babad, hikayat, tambo dan lainnya disebut rajasentrisme.26 Kronologi
dengan corak historiografi modern,24 dalam historiografi tradisional yang
namun tidak dapat begitu saja lebih muda usianya merupakan benih
dikatakan bahwa historiografi sejarah yang terpusat pada tindakan
tradisional bertentangan dengan manusia.
historiografi modern. Beberapa hal Dalam hal ini sudah mulai
penting yang memang membedakan tampak hal-hal yang esensial bagi
kedua jenis historiografi ini, cerita sejarah, yakni adanya batasan
misalnya pada corak penulisan dan waktu dan urutan kejadian.
metodologinya. Kepastian Meskipun pada masa-masa terakhir
historisitas adalah ukuran yang perkembangannya historiografi
utama bagi penulisan sejarah tradisional semakin jelas
modern. menunjukkan historitas serta
Dalam historiografi periodesasi, namun jenis
tradisional unsur mitos begitu historiografi ini tidak dapat
mendominasi dalam penulisan,
25 Kuntowijoyo, Periodesasi Sejarah, hlm.3.
23 Taufik Abdullah, Ilmu Sejarah dan menurut Kuntowijoyo, mitos di Indonesia
Historiografi: Arah dan Perspektif (Jakarta: umurnya lebih lama dari sejarah. Selanjutnya ia
Gramedia, 1985), hlm.Xxi-xxii. membagi mitos menjadi tiga, yaitu mitos lama,
24 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan mitos baru dan mitos kontemporer.
Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu 26 Kartodirdjo, Historiografi Indonesia,
Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm.16. hlm.17.
152
Historiografi Islam di Indonesia
154
Historiografi Islam di Indonesia
156
Historiografi Islam di Indonesia
hlm.56.
58 Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta:
158
Historiografi Islam di Indonesia
160
Historiografi Islam di Indonesia
162
Historiografi Islam di Indonesia
164
DAFTAR PUSTAKA
166
Historiografi Islam di Indonesia
167
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017
168