Anda di halaman 1dari 22

HISTORIOGRAFI ISLAM DI INDONESIA

Oleh: Wahyu Iryana

(Stkip Pangeran Dharma Kusuma Indramayu)


Wahyu_iryana@yahoo.com

Abstak
Historiografi Islam adalah penulisan sejarah Islam yang sebagian ditulis dalam
bahasa Arab. Dengan tujuan untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah
baik dalam pemikiran maupun dalam pendekatan ilmiah yang dilakukan disertai
dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-
bentuk sikap yang dipergunakan dalam pengujian bahan-bahan sejarah.
Tinjaun lain dari historiografi adalah mengetahui ciri-ciri, identitas serta
kekhasan dari penulisan sejarah dalam setiap periodenya. Hal tersebut bertujuan
mengetahui sejauh mana latar sosial menyokong kelahiran dari suatu penulisan
sejarah. Masa ketika Nusantara dikuasai kerajaan besar misalnya, maka penulisan
sejarah akan lebih banyak menyoroti keagungan raja yang sepintas membentuk
persepsi bahwa raja-raja selalu mendapatkan kejayaan dalam setiap
kepemimpinannya, dan menyedikitkan informasi mengenai kelemahan dan
kegagalan raja. Uraian tersebut lazim disebut dengan istilah istana sentris. Ini
merupakan salah satu ciri khas yang mencolok dari historiografi tradisional.
Historiografi pada hakekeatnya merupakan tepresentasi dari kesadaran
sejarawan dalam zamanya dan lingkungan kebudayaan di tempat sejarawan itu
hidup. Pandangan sejarawan terhadap peristiwa sejarah yang dituangkan didalam
tulisannya akan dipengaruhi oleh situasi zaman dan lingkungan kebudayaan
dimana sejarawam itu hidup. Dengan kata lain, pandangan sejarawan itu selalu
mewakili zaman dan kebudayaannya.

Keywords: Historiografi, Islam, Indonesia


Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

A. PENDAHULUAN suatu keseluruhan. Bila keseluruhan


Mengurai makna, mencari itu adalah kehidupan, gerak atau
identitas dan mencari jatidiri adalah dinamika suatu bangsa, maka bagian-
bagian terpenting dalam proses bagian dari kisah atau
pemaknaan hidup. Melacak jejak pertanggungjawaban itu harus
sejarah dalam kajian historiografi disusun sedemikian rupa sehingga
menjadi menambah khasanah senantiasa berlandaskan atas
keilmuan yang diperlukan dalam dinamika kehidupan bangsa tersebut.
dunia akedemis dan masyarakat Hal ini menjadi lebih menarik bila
umum yang gandrung akan itu adalah bangsa yang belum lama
perkembangan ilmu humaniora. mengalami proses dekolonisasi.
Sejarah adalah pertanggungjawaban Suatu proses untuk mandiri, suatu
masa silam. Dalam proses untuk mendewasakan diri
pertangggungjawaban tersebut setelah berhasil melepaskan diri dari
manusialah yang menentukan arti penjajahan bangsa lain. Hal itu
masa silam itu. Artinya bukan masa disebabkan oleh karena setelah
silam sebagai tabularasa, melainkan sekian lama bangsa lain itu
masa silam yang lembaran- menyejarah di buminya, maka kini
lembarannya telah ditulis manusia bangsa yang baru merdeka itu harus
melalui tindakan-tindakannya. memberikan pertanggungjawaban
Tindakan-tindakan itulah yang terhadap masa silamnya.
dinamakan sejarah sebagai peristiwa. Demikian pula dengan
Artinya masa silam itu bukan hanya bangsa Indonesia, yang sejak
sebagai simbol, tetapi masa silam itu permulaan Abad ke-20 ini bergejolak
dapat berperan menguatkan dan sedikit demi sedikit secara
solidaritas dari suatu komunitas1. bersama-sama dan terorganisasi
Dalam mempertanggungjawabkan berusaha menuntut kemerdekaan,
masa silam, manusia berhak dan akhirnya berhasil
wajib memberikan makna sehingga memproklamasikan kemerdekaan
sejarah sebagai peristiwa tersebut bangsa pada tanggal 17 Agustus
menjadi sejarah sebagai kisah, 1945. Sejak proklamasi Indonesia
sejarah sebagai tulisan, yang sebagai bangsa yang merdeka,
mempunyai kaidah pokok sebagai bangsa Indonesia wajib
ilmu.2 mempertanggungjawabkan masa
Adapun makna itu tidak lain silamnya. Hal itu tidak berarti
adalah asas yang menentukan saling memutar balikkan fakta yang ada
hubungan bagian-bagian terhadap demi kejayaan bangsa Indonesia,
bukan berarti bahwa semua prestasi
1Asvi Marwan Adam, Pelurusan Sejarah
bangsa Belanda bisa diganti dengan
Indonesia (Yogyakarta: Tride, 2004), hlm.76.
2Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan prestasi bangsa Indonesia begitu saja.
Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Sejarah sebagai kisah haruslah
Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm.v

148
Historiografi Islam di Indonesia

berdasarkan fakta yang benar3. yang bersifat lokal atau etnis-


Sebagaimana yang pernah kultural, juga sering bersifat simbolik
diungkapkan Sartono Kartodirdjo, dalam arti di belakang apa yang
sejarah dalam arti obyektif dikatakan terdapat makna yang
menunjukkan kepada kejadian atau sesungguhnya.8
peristiwa itu sendiri, ialah proses Peristiwa atau kejadian dalam
sejarah dalam aktualitasnya.4 historiografi tradisional selalu
Kemerdekaan telah berpusat pada kekuatan gaib, bukan
menggugah rasa kepribadian, ditentukan oleh aksi atau di motivasi
mendorong bangsa Indonesia untuk manusia. Dominasi kekuatan gaib
mencari defenisi yang lebih jelas digambarkan begitu menonjol di luar
mengenai identitas bangsa melalui diri manusia. Pola cerita seperti itu
sejarah. Seiring dengan perjalanan disebut sebagai mitos atau cerita
bangsa yang semakin kompleks, kepercayaan.9 Lebih lanjut Raymond
bangsa Indonesia mempunyai William mengatakan, seperti dikutip
perhatian dan kesadaran historis pada Taufik Abdullah bahwa historiogafi
bangsanya sendiri.5 Hal ini terbukti tradisional lebih "the myth of
dengan adanya keinginan yang concern" yang berfungsi sebagai
sangat kuat dalam masyarakat pemantapan nilai dan tata atau
sesudah merdeka untuk memiliki makna simbolik dari pandangan
sejarah nasional sendiri yng tidak masyarakat.10
lagi ditulis oleh penjajah Belanda.6 Membicarakan perkembangan
Dalam perkembangan historiogafi Indonesia tidak dapat
historiografi Indonesia terdapat mengabaikan historiografi yang
beberapa corak historiografi yaitu dihasilkan oleh sejarawan kolonial.
historiografi tradisional, historiografi Mereka mempunyai tradisi dalam
kolonial, historiografi nasional dan historiografi kolonial yang cukup
historiografi modern.7 Historiografi lama, dengan visi dan interpretasi
tradisional lebih awal muncul yang telah berubah, tetapi pokok
sebelum adanya kesadaran historis. perhatin tetap difokuskan pada
Corak historiografi tradisional peranan bangsa Belanda di tanah
diperlihatkan oleh babad, tambo,
8Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat:
hikayat, silsilah, lontara dan Pantulan Sejarah Indonesia (Jakarta: LP3S, 1996),
sebagainya. Di samping orientasinya hlm.226. dalam historiografi tradisional makna
simbolik bersifat peristiwa yang sebenarnya itu
pesan kultural serta nilai yang ingin disampaikan.
3Kartodirdjo, Historiografi Indonesia, hlm.vi. Selain itu historiografi tradisional juga berfungsi
4Kartodirdjo, Metodologi Sejarah, hlm.15. sebagai aktualisasi pandangan hidup.
5Soedjatmoko (ed.), An Introduction to 9Maman Abdul Malik Sy, "Historiografi

Indonesian Historiography, diterj Mien Djubhar, Tradisional: Sisi Lain dari Pujangga Kraton",
Historiografi Indonesia: sebuah pengantar dalam Sugeng Sugiyono, (ed.), Bunga Rampai:
(Jakarta: Gramedia, 1995), hlm.XIII-XIV Bahasa, Sastra dan Kebudayaan Islam
6Asvi Marwan Adam, Pelurusan Sejarah (Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan
Indonesia (Yogyakarta: Tride, 2004), hlm.7. Kalijaga,1993), hlm.188.
7Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara 10Taufik Abdullah, Sejarah Lokal di Indonesia

Efektif (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm.104. (Yogyakarta: UGM Press, 1996), hlm.22-23.
149
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

seberang. Belanda dalam tulisan Hoesein Djajadiningrat


historiografi kolonial banyak "Critische Beschauwing Van de
mengedepankan aspek politis, Sadjarah Va Banten", yang mengkaji
11
ekonomis dan institusional. Selain secara kritis tradisi penulisan babad
dengan menjadikan para pejuang dalam khasana sastra, mengakhiri
Indonesia sebagai pemberontak atau periode historiografi tradisional.15
aksi militer, bahkan perusuh.12
Historiografi kolonial sama sekali B. HISTORIOGRAFI ISLAM
mengesampingkan peranan bangsa INDONESIA
Indonesia. a. Corak Historiografi
Historiografi Indonesia Nasional Indonesia
mengalami perkembangan ketika Perkembangan historiografi
muncul kesadaran historis, setelah Indonesia memiliki beberapa corak
kemerdekaan. Pada awal yang mendominasi, di antaranya
kemerdekaan sejarah di lihat dari adalah historiografi tradisional,
aspek nasional, dan sebagai historiografi kolonial, historiografi
konsekuensi dari kesadaran kultural nasional dan historiografi modern
yang timbul adalah sejarah ideologis. atau kontemporer.16 Historiografi
Sejarah ideologis adalah sejarah tradisional mendominasi
yang menanamkan nilai dan perkembangan penulisan sejarah.
semangat nasionalisme, heroisme, Sebagai wujud dari kesadaran
dan patriotisme.13 historis terhadap bangsanya, corak
Adapun corak sejarah yang historiografi tradisional muncul
muncul setelah kemerdekaan sebelum adanya kesadaran nasional.
menghasilkan corak sejarah yang Corak ini mendominasi pada
berbentuk biografi maupun karya penulisan babad, lontara, hikayat,
lain yang lebih berfungsi sebagai tambo, silsilah dan yang lainnya.
cara untuk mengusir imperialisme. Historiografi tradisional
Oleh karena itu, menurut Sartono mempunyai nilai sejarah yang
Kartodirdjo dalam penulisan sejarah berbeda-beda karena tercampur
nasional perlu cakrawala baru baik unsur mite dalam sejarah dan
dalam historiografi tradisional, mengandung banyak anakronisme
kolonial dan nasional.14 sehingga antara "Dichtung dan
Perkembangan penulisan sejarah Whrheitnya" perlu dipilahkan.17 Di
tradisional menuju pada perubahan samping itu, historiografi tradisional
historiografi modern dimulai sekitar memiliki orientasi yang bersifat etnis
tahun 1957, yakni setelah adanya kultural (baca: historiografi modern)

11Kartodirdjo, Historiografi Indonesia , 15 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah


hlm.19. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm.1.
12Ibid., hlm.20. 16 Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara
13Hariyono, Mempelajari Sejarah, hlm.104. Efektif (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm.104.
14 Kartodirdjo, Historiografi Indonesia , hlm.3. 17 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat

(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999), hlm.128.

150
Historiografi Islam di Indonesia

sekaligus bersifat simbolik.18 Hal lain yang menonjol


Artinya, di belakang apa yang dalam historiografi tradisional adalah
dikatakan secara terbuka, terletak bahwa semua peristiwa berkisar
makna yang sesungguhnya ataupun sekitar kerajaan dengan raja sebagai
pesan kultural yang ingin pusatnya, sedangkan apa yang terjadi
disampaikan. Suatu peristiwa diluar itu jarang disinggung,
tertentu yang kadang-kadang bersifat misalnya hikayat Pasai dan hikayat
ajaib kemungkinannya mengatakan Perang Sabil. Hikayat Aceh menarik
sesuatu yang bersifat historis. Jadi, karena terdapat beberapa cerita yang
historiografi tradisional sering terpengaruh Hindu namun mendapat
berfungsi sebagi aktualisasi sisipan Islam.20 Seperti dikisahkan
pandangan hidup. Historiografi dalam Hikayat tersebut bahwa raja
tradisional sering cenderung suatu malam pernah bermimpi
mengaburkan dua macam realitas dengan Nabi Muhammad SAW yang
sejarah, yakni realitas obyektif yang mengajarinya melafalkan kalimat
terjadi dan realitas yang berupa Syahadat21. Adapun dari segi isinya,
penghayatan kultural kolektif. dapat dibagi menjadi dua bagian22.
Sebagian besar historiografi ini Pertama, berisi anjuran untuk
memuat tindakan yang dilakukan berperang sabil dengan menunjukkan
bukan oleh manusia melainkan oleh pahala, keuntungan, dan kebahagiaan
dewa-dewa. Pada umumnya yang akan diraih. Kedua, berisi berita
historiografi ini mencari keterangan mengenai tokoh atau keadaan
tentang sesuatu pada hal-hal yang di peperangan di suatu tempat yang
luar sejarah, sebab dan akibat tidak patut disampaikan kepada
terletak pada rangkaian peristiwa. masyarakat untuk mendorong
Hal ini dapat dilihat dalam peristiwa semangat orang-orang muslimin
atau kejadian yang selalu berpusat
pada kekuatan gaib atau mitos diluar (Yogyakarta: Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga,
1993), hlm.188. lihat juga Kartodirdjo, Pemikiran
diri manusia yang digambarkan dan Perkembangan Historiografi, hlm.6. pola
begitu menonjol. Dengan kata lain, cerita yang terdapat dalam historiografi
tradisional yang berpusat pada kekuatan gaib
peristiwa pada manusia ditentukan disebut mitos atau kepercayaan menurut
oleh kekuatan gaib bukan ditentukan perspektif historiografi modern.
20 UU Hamidy, "Kebijaksanaan Menggunakan
oleh aksi atau motivasi dari manusia Hikayat dalam Pengembngan Islam di Aceh",
itu sendiri.19 dalam Hasmy, Sejarah Masuk dan
Berkembangnya Islam di Indonesia (Jakarta: Al-
Ma'arif, 1993), hlm.349-355.
18Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat: 21Taufik Abdullah (ed.), Tradisi dan
Pantulan Sejarah Indonesia, (Jakarta: Gramedia, Kebangkitan Islam di Asia Tenggara (Jakarta:
1995), hlm.226. Makna simbolik dalam LP3ES, 1988), hlm.64. lihat juga Jajat Burhanudin,
historiografi tradisional merupakan pesan Transformasi Otoritas Keagamaan: Pengalaman
kultural dan nilai yang ingin disampaikan dalam Islam Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
peristiwa dan kejadian tersebut. Utama, 2003), hlm.3.
19 Maman Abdul Malik, "Historiografi 22 Teuku Ibrahim Alfian, Wajah Aceh Dalam

Tradisional: Sisi Lain dari Pujangga Kraton", Lintasan Sejarah (Banda Aceh: Pusat
dalam Sugeng Sugiyono, (ed.), Bunga Rampai: Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999),
Bahasa, Sastra, dan Kebudayaan Islam hlm.169.
151
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

yang sedang berjihad. Sebagaimana karena dalam mitos tidak ada unsur
yang pernah diungkapkan oleh waktu dan juga kronologi, tidak ada
Taufik Abdullah, Hikayat Aceh dan awal maupun akhir, dengan
sejarah Melayu termasuk penulisan kisah manusia yang
historiografi tradisional yang religius magis. Corak tradisional
terkenal di dunia Islam Melayu, pada penulisan sejarah Wali Songo
karena kisahnya yang banyak di Jawa yang digambarkan
mengandung unsur Islam. mempunyai kekuatan gaib (kesaktian
Menurut Taufik Abdullah, diluar diri manusia) tidak
bahwa historiografi yang dihasilkan menekankan pada fakta tentang
masyarakat merupakan ekspresi penyebaran agama Islam ditanah
kultural masyarakat yang Jawa. Dalam sejarah Melayu juga
menghasilkan sejarah. Pantulan terdapat kecenderungan penyusunan
tersebut terlihat dalam historiografi sejarah dengan muatan mitos dan
tradisional yang dapat dipakai fakta yang disamarkan.25 Selain
sebagai alat untuk memahami pola muatan mitologis, historiografi
kesejarahan masyarakat tradisional mempunyai fungsi sosial
23
penganutnya. Walaupun kesadaran psikologis, sehinggga terdapat kohesi
historisitas kita menunjukkan dalam masyarakat antara lain dengan
perbedaan yang besar antara corak memperkuat kedudukan dinasti
historiografi tradisional seperti sebagai kekuatan pusat atau sering
babad, hikayat, tambo dan lainnya disebut rajasentrisme.26 Kronologi
dengan corak historiografi modern,24 dalam historiografi tradisional yang
namun tidak dapat begitu saja lebih muda usianya merupakan benih
dikatakan bahwa historiografi sejarah yang terpusat pada tindakan
tradisional bertentangan dengan manusia.
historiografi modern. Beberapa hal Dalam hal ini sudah mulai
penting yang memang membedakan tampak hal-hal yang esensial bagi
kedua jenis historiografi ini, cerita sejarah, yakni adanya batasan
misalnya pada corak penulisan dan waktu dan urutan kejadian.
metodologinya. Kepastian Meskipun pada masa-masa terakhir
historisitas adalah ukuran yang perkembangannya historiografi
utama bagi penulisan sejarah tradisional semakin jelas
modern. menunjukkan historitas serta
Dalam historiografi periodesasi, namun jenis
tradisional unsur mitos begitu historiografi ini tidak dapat
mendominasi dalam penulisan,
25 Kuntowijoyo, Periodesasi Sejarah, hlm.3.
23 Taufik Abdullah, Ilmu Sejarah dan menurut Kuntowijoyo, mitos di Indonesia
Historiografi: Arah dan Perspektif (Jakarta: umurnya lebih lama dari sejarah. Selanjutnya ia
Gramedia, 1985), hlm.Xxi-xxii. membagi mitos menjadi tiga, yaitu mitos lama,
24 Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan mitos baru dan mitos kontemporer.
Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu 26 Kartodirdjo, Historiografi Indonesia,
Alternatif (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm.16. hlm.17.

152
Historiografi Islam di Indonesia

berkembang sebagaimana di dunia sebagai pemberontak atau aksi


Barat. Historiografi ini juga memuat militer, bahkan perusuh.28 Corak
campuran antara unsur mitologis, historiografi kolonial yang
eskhatologis, dan kronologis. pengkisahannya tentang peristiwa
Dengan demikian, kredebilitas atau politik dan militer sekitar VOC dan
kadar kepercayaan yang bisa pemerintahan kolonial yang sudah
diperoleh dari corak historiografi tidak lagi menonjolkan peranan
tradisional lebih ditentukan oleh bangsa Indonesia.29
penghayatan kultural si pembaca. Aspek politik lain dalam
Pada awal abad ke enam historiografi kolonial dapat dilihat
belas, bangsa Barat mulai menguasai pada penulisan babad Giyanti yang
wilayah Indonesia. Hal itu menceritakan perebutan kekuasaan
menyebabkan akulturasi antar yang menyebabkan tanah Jawa
budaya yang telah ada dengan dibagi menjadi dua bagian, yakni
kebudayaan bangsa Barat. Akulturasi masing-masing dibawah kekuasaan
yang terjadi secara langsung Susuhunan dan Sultan. Selain aspek
membawa dampak pada penulisan politis dapat kita telusuri juga dalam
Sejarah Indonesia. Persoalan- cerita Babad Tanah Jawi yang lebih
persoalan yang ditulis dalam mengedepankan dongeng atau
historiografi tradisional yang akulturasi dan sinkretisme, Islam dan
sebagian besar berkisar pada Hindu.30 Misalnya kisah tentang
lingkungan kerajaan, maka pada pelayaran orang Belanda oleh orang
abad tersebut mengalami pergeseran Belanda sendiri. Ciri lain dari
kearah persoalan kekuasaan atau historiografi kolonial adalah rakyat
lebih pada persoalan hubungan, tidak mendapat peran yang layak;
akibat hubungan, atau tentang rajasentris yang mengedepankan
kekuasaan bangsa Barat itu sendiri.27 peran kerajaan dengan pendiri tokoh
Penulisan sejarah pada abad Belanda; terlihat dramatis, tokoh
ini sering disebut sebagai Indonesia berperan sebagai figuran
historiografi kolonial. Fokus atau pelengkap dari kisah-kisah yang
penulisan lebih ditekankan pada ditulis dalam historiografi kolonial.31
peranan bangsa Belanda di tanah Lain halnya dengan penulisan
seberang. Peranan bangsa Belanda sejarah yang bercorak tradisional,
pada historiografi kolonial memberi yang banyak mengandung unsur
tekanan pada aspek politik, ekonomi, mitos, namun pada corak
dan institusional. Aspek politik dapat
28 Sartono Kartodirdjo, Historiografi
dilihat misalnya, pada penulisan para
Indonesia, hlm.20.
penjajah (Belanda) yang lebih 29Ibid.,hlm.70.
30 Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah,
mengedepankan aspek politis dengan
hlm.65.
menjadikan para pejuang Indonesia 31 William H. Frederick dan Soeri Soeroto,

Pemahaman Sejarah Indonesia: Sebelum dan


27Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah, Sesudah Revolusi, (Jakarta: LP3S, 1984), hlm.65-
(Jakarta: Bhratara, 1981), hlm.64. 66.
153
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

historiografi kolonial unsur mitos nilai nasionalisme, heroisme dan


sudah mulai berkurang. Walaupun patriotisme. Dengan demikian,
corak historiografi kolonial ini historiografi nasional
sangat mendominasi selama masa memperlihatkan sikap perlawanan
penjajahan Belanda. Namun, terhadap kolonialisme Barat.35
menurut Mohammad Ali, "bahwa Suatu fenomena yang
penulisan sejarah Indonesia yang menarik dalam historiografi
dihasilkan oleh orang Belanda lebih Indonesia yakni maraknya corak
tepat disebut sebagai sejarah bangsa penulisan biografi pahlawan, tokoh
Belanda di Indonesia ". 32 politik, dan pemimpin-pemimpin
Historiografi kolonial baik lokal maupun nasional. Seperti
menggugah kesadaran sejarah bangsa penulisan biografi pangeran
Indonesia sebelum masa Diponegoro. Biografi tokoh tersebut
kemerdekaan. Hal ini memberi bertujuan sebagai pewarisan nilai
dampak pada corak penulisan sejarah dan perjuangannya, selain sebagai
Indonsia yang sebelumnya lebih pemicu untuk mengusir imperialisme
berpihak ke Barat (kolonialisme), di Indonesia.36
maka pada masa berikutnya menjadi Dalam historiogrfi nasional,
lebih berwawasan nasional. hubungan sejarawan dengan
Pengingkaran-pengingkaran yang masyarakat tampak erat. Hal ini
menjiwai historiografi kolonial terlihat pada semangat tinggi
menimbulkan rangsangan untuk sejarawan untuk mengungkap masa
membangkitkan kesadaran sejarah lalu lebih akurat. Keterkaitan
sebagai resonansi kesadaran emosional mereka dengan masa kini
kehidupan politik di satu pihak, dan yang didukung semangat
pada pihak lain sebagai ekspresi nasionalisme yang melingkupi
aspirasi nasional untuk menemukan sejarawan. Manakala nasionalisme
kembali identitasnya33. Konsep bergelora pencarian jawaban tersebut
sejarah nasional berangkat dari tidak banyak introspektif, namun
kesadaran ideologis dan keprihatinan upaya tersebut sebagai besar akan
intektual. Maka sejarah nasional berupa tulisan-tulisan yang mendasar
adalah catatan peristiwa di masa lalu tentang penulisan sejarah yang
yang secara nasional (berdasarkan nasionalis serta mitos-mitos nasional.
kesadaran idelogis) dianggap penting Seperti pemanfaatan mitos politis
dan relevan.34 Sebagai pantulan kerajaan-kerajaan yang menjadi
kesadaran kultural, penulisan sejarah pelopor kesatuan, mitos tentang
nasional lebih kearah sejarah penjajahan Belanda selama 350
ideologis yang menanamkan nilai- tahun, ataupun mitos Soeharto
sebagai bapak pembangunan. Mitos
32 Ibid., hlm.65.
33
sebagai alat penolong bagi manusia
Sartono Kartodirdjo, Kebudayaan
Pembangunan dalam Perspektif Sejarah,
(Yogyakarta: UGM Press, 1994), hlm.217. 35 Hariyono, Mempelajari Sejarah, hlm.104.
34Abdullah, Islam dan Masyarakat, hlm.232. 36 Ibid., hlm.3.

154
Historiografi Islam di Indonesia

yang berkaitan dengan masa lmpau, sejarah. Keotentikan sumber


kini dan masa mendatang, bahkan dipertimbangkan, tidak sekedar
mitos digunakan pula sebagai alat penulisan yang lebih sebagai pesanan
legitimasi kekukasaan. Hal itu dapat penguasa seperti yang terjadi pada
dilihat pada masa Orde Baru yang era Orde Baru.42
syarat dengan mitos-mitos dalam b. Corak Awal Historiografi
penulisan sejarah nasional Islam Indonesia
37
Indonesia. Franz Rosental, mengatakan "
Penulisan sejarah semakin bahwa salah satu motivasi yang
berkembang sejak diselenggarakan mendorong perkembangan pesat
seminar nasional sejarah Indonesia di historiografi Islam terdapat dalam
Yogyakarta pada tahun 1957. konsep Islam sebagai agama yang
Peristiwa tersebut dianggap sebagai mengandung sejarah ".43
Periode historiografi modern dan Historiografi Islam pada dasa warsa
titik tolak kesadaran sejarah baru.38 terakhir telah menunjukkan
Sampai kurun waktu tahun 1960–an perkembangan baik dari segi kualitas
penulisan sejarah yang ideologis maupun kuantitas.44 Historiografi
menjadi corak historiografi Islam sebagai unsur dari historiografi
39
Indonesia. Sementara di tahun Indonesia juga telah menunjukkan
1970-an muncul kesadaran sejarawan perkembangannya, dengan
untuk melatakkan tekanan peranan munculnya sejarawan dengan
sejarah orang Indonesia dalam berbagai karya-karyanya tentang
penulisan sejarah Indonesia.40 umat Islam Indonesia.45
Para sejarawan profesional Pada awal perkembangannya,
mencoba membuka wawasan baru kebanyakan historiografi Islam
dalam penulisan sejarah akademis. Indonesia berisi mitos dari pada
Hal itu dilakukan melalui perumusan sejarah dalam pengertian Barat.46
masalah yang tematis dan mendasar Menurut De Graaf, historiografi
dengan sikap kritis terhadap sumber. Islam Indonesia tentang sejarah awal
Sejarah tidak lagi ditulis berdasar
ideologis dan politik tetapi sudah 42 Soedjatmoko, Historiografi
merambah pada tema-tema sejarah Indonesia,hlm.359.
43 Azyumardi Azra, "Historiografi
lain dengan corak penulisan sejarah Kontemporer Indonesia", dalam Henri Chambert
kritis.41 Dalam historiografi modern Loir dan Hasan Muarif Ambari (ed.), Panggung
Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys
terdapat lebih banyak pendekatan Lombard (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi
baru untuk menilai suatu peristiwa Nasional dan Yayasan Obor Indonesia, 1999),
hlm.63.
44 Franz Rosental, "Historiografi Islam",
37 Soejatmoko, Historiografi Indonesia , dalam Taufik Abdullah dan Surjomihardjo, Ilmu
hlm.359. Sejarah dan Historiografi Indonesia, (Jakarta:
38 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Gramedia, 1992), hlm.63.
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hlm.1. 45 Azyumardi Azra, Historiografi Kontemporer
39 Hariyono, Mempelajari Sejarah, hlm.108. Indonesia, hlm.64.
40 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, hlm.3. 46 Azyumardi Azra, Perspektif Islam di Asia
41 Hariyono, Mempelajari Sejarah, hlm.108. Tenggara, (Jakarta: Yayasan Obor, 1989), hlm.vii.
155
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

Islam tidak terlalu bisa dijadikan digunakan adalah buku-buku sejarah


pegangan, walaupun begitu tidak yang dikarang oleh penulis muslim,
dapat diabaikan sama sekali. Hal ini seperti Sejarah Melayu oleh Tun Sri
disebabkan karena historiografi Lanang, Hikayat Raja-raja Pasai oleh
tersebut adalah hasil pribumi dan Syaikh Nuruddin Raniri, Sejarah
merupakan produk tradisi Cirebon, buku tulisan Inggris dan
kebudayaan yang sama dan bukan Belanda tentang Indonesia dan
pada historitasnya. Tanah Melayu, dan tulisan tangan
Penulisan Sejarah Islam yang tidak tercetak yang disimpan
Indonesia pada awal tidak seperti oleh para Sultan atau keluarganya.
yang kita lihat sekarang ini. Akan Begitu juga pada karya Uka
tetapi lebih pada peristiwa-peristiwa Djandrasasmita, Sejarah Nasional
yang mempunyai kekuatan-kekuatan III, yang membahas zaman
gaib (sakti)47 dan tidak berlandaskan pertumbuhan dan perkembangan
pada aturan ilmu sejarah. Babad, kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
hikayat, silsilah, tambo lebih Djandrasasmita mendekati sejarah
bertumpuh pada mitos dari pada Islam di Indonesia sebagai bagian
mengedepankan fakta. Sehingga dari sejarah nasional Indonesia yang
pada karya-karya yang dihasilkan menekankan pada sejarah sebagai
muatan sejarah sangat bervariasi.48 suatu proses yang terjadi karena
Secara khusus penulisan pergeseran elemen-elemen
sejarah Islam di Indonesia belum masyarakat. Dengan demikian
mendapatkan tempat sendiri, penulisan sejarah Islam Indonesia
maksudnya kajian tentang sejarah sudah dimulai sejak awal Islam
lebih banyak pada historiografi Islam masuk walaupun dalam bentuk-
Indonesia secara umum, sedangkan bentuk yang sederhana. Adapun
historiografi Islam secara khusus contoh corak awal historiografi Islam
belum mendapatkan pemusatan Indonesia adalah sebagai berikut:
kajian-kajian.49 Seperti Hamka dan 1. Hikayat.
Uka Djandrasasmita. Hikayat ini merupakan
Sebagaimana yang dilakukan bentuk cerita yang selalu
oleh Hamka, yang mengkaji Islam disampaikan dalam bentuk puisi
Indonesia dengan karya yang yang sering disebut sajak. Seperti
berjudul "Sejarah Umat Islam halnya pada hikayat yang berisi
Indonesia".50 Sumber yang tentang raja dan kerajaan, maka
setelah agama Islam masuk
47 Maman Abdul Malik, "Historiografi penulisan sejarah menjadi berubah
Tradisional", hlm.187.
48Kartodirdjo, Historiografi Indonesia,
pada penulisan sekitar penyebaran
hlm.16. agama, tokoh agama, sebutan raja
49 Muin Umar dkk (ed.), Penulisan Sejarah
berubah menjadi Sultan. Dalam
Islam di Indonesia dalam Sorotan, (Yogyakarta:
Dua Dimensi, 1985), hlm.104. perkembangannya penulisan sejarah
50 Hamka, Sejarah Umat Islam Indonesia,
sekitar tokoh agama menjadi tokoh
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976).

156
Historiografi Islam di Indonesia

sejarah didalam banyak hikayat, keluarga kerajaan, dan pembesar


misalnya Hikayat Amir Hamzah, dan negara lainnya.
Hikayat Muhammad Ali Hanafiah. 2. Khabar
Walaupun tidak jarang dalam hikayat Mengenai istilah khabar ini
tersebut kita temukan pemaparan Franz Rosental menyebutkan sebagai
tentang tokoh atau pahlawan Islam salah satu bentuk dasar historis
yang bersifat mitos, misalnya tentang Islam. Bentuk historiografi Islam
Iskandar Zulkarnain yang hidup yang paling tua yang langsung
sebelum Islam, oleh penulis sejarah berhubungan dengan cerita-cerita
dimasukkan sebagai tokoh pahlawan perang dengan uraian yang baik dan
Islam. Hikayat Nabi yang merupakan sempurna yang biasanya mengenai
penulisan asli Indonesia adalah kitab sesuatu kejadian yang kalau ditulis
al-Anbiya. Selain itu, terdapat hanya menjadi beberapa halaman
Hikayat Sulalatus Salathin, Sejarah saja. Dalam bahasa Aceh, khabar
Negeri Kedah, Hikayat Raja-Raja diistilahkan dengan haba yang berarti
Pasai, Hikayat Hang Tuah (pahlawan khabar. Haba merupakan suatu karya
kerajaan), Hikayat Cirebon.51 narasi yang berbentuk puisi.54
Menurut Sartono Kartodirdjo, Di dalam konteks karya
penulisan hikayat mengandung unsur sejarah yang lebih luas perkataan
raja sentrisme. Hikayat lebih khabar sering dipergunakan sebagai
bercerita tentang Raja dan "laporan, kejadian atau cerita". Di
kekuasaannya, sejarah diluar dalam penulisan sejarah ada tiga hal
kerajaan tidak disinggung secara yang merupakan ciri khas bentuk
universal tetapi penulisannya bersifat khabar
parsial52. Seperti yng diungkapkan a. Di dalam khabar tidak
oleh Azyumardi Azra, penulisan terdapat adanya hubungan
hikayat semacam ini lebih concern sebab akibat di antara dua
terhadap para raja dan keluarga atau lebih peristiwa-
istana atau petinggi negara; ia sangat peristiwa. Tiap-tiap khabar
tidak berminat membahas berbagi sudah melengkapi dirinya
hal pada tingkat rakyat jelata53. sendiri dan membiarkan saja
Akibatnya, sebagian besar penulisan cerita itu tanpa adanya
hikayat ini hanya membicarakan dukungan dari referensi yang
perincian konversi para penguasa, lain sebagai pendukungnya.
b. Bentuk khabar tetap dengan
mempergunakan cerita
51
pendek, memilih situasi dan
Suroto, Teori dan Bimbingan: Apresiasi dan
Sastra Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1990), peristiwa yang disenangi.
hlm.6. Peristiwa selalu disajikan
52 Sidi Gazalba, Pengantar Ilmu Sejarah,

hlm.63. dalam bentuk dialog antara


53 Azyumardi Azra, Islam Nusantara: Jaringan

Global dan Lokal (Bandung: Mizan, 2002),


hlm.22. 54 Umar, Penulisan Sejarah, hlm.106-107.
157
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

pelaku peristiwa, sehingga tokoh.56 Tambo tentang asal usul


meringankan ahli sejarah Negeri menceritakan anak
melakukan analisa terhadap Zulkarnain berlayar dan berhenti di
peristiwa itu kepada gunung Merapi, ketika masih sebesar
pembaca. telur ayam, selanjutnya berubah
c. Bentuk khabar dapat menjadi daratan luas.57
dikatakan lebih banyak 4. Kisah
merupakan gambaran karunia Kisah biasa berisi tentang
yang beraneka ragam. cerita pengembaraan seseorang dan
Sebagai cerita-cerita rentetan kejadian yang dialaminya.
pertempuran yang terus- Makna cerita ini mengalami
menerus, dan sebagai suatu perkembangan makna, karena kisah
ekspresi yang artistik, khabar pengembaraan memiliki keterkaitan
juga memerlukan penyajian dengan suatu kelompok. Dengan
secara puisi. demikian, kisah tidak hanya sebuah
3. Tambo cerita tetapi juga sebagai pelestarian
Istilah tambo berasal dari identitas kelompok dan contoh atau
bahasa Minangkabau, yakni cerita pelajaran untuk generasi berikutnya.
historis tentang silsilah nenek 5. Silsilah
moyang mereka. Tambo biasanya Silsilah merupakan bentuk
kebanyakan berisi penuturan sastra historiografi yang sejak awalnya
lisan dalam bentuk pepatah dan mengandung informasi sejarah.
syair-syair yang panjang. Tambo Silsilah berasal dari bahasa arab
menceritakan adat, sistem yaitu Al-Ansab jamak dari nasab
pemerintahan, dan aturan kehidupan yang berarti silsilah (geneology),
sehari-hari bagi orang Minangkabau. yang bertujuan untuk menjaga
Tambo sering disampaikan oleh para kemurnian keturunan suatu kabilah.58
penutur cerita (tukang Kaba) di Penulisan silsilah di Indonesia juga
tempat-tempat perhelatan yang bertujuan untuk mempertahankan
sering diadakan oleh masyarakat.55 identitas kelompok dan solidaritas
Salah satu fungsi karya dari keturunannya, namun sering
tambo adalah memperkokoh identitas terlihat sebagai pemujaan terhadap
kelompok dan memperkuat tokoh (baca: mitos).59 Silsilah tokoh
solidaritas serta dimaksudkan dalam historiografi Islam tradisional
sebagai pelajaran yang dapat dipetik sering dihubungkan dengan tokoh-
oleh masyarakat. Karya sejarah tokoh terkenal sebelumnya seperti
tradisional ini (tambo) memuat
56 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian
banyak mitos, legenda, dan cerita Sejarah, hlm.4.
57 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jiid 6,

hlm.56.
58 Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.29.


55 Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 16, 59 Dudung Abdurrahman, Metodologi
(Jakarta: PT Cipta Indonesia, 1999), hlm.56. Sejarah, hlm.4.

158
Historiografi Islam di Indonesia

Nabi, Wali, Ulama, dan Pahlawan Ma'arif. Kelima, Metodologi Studi


Islam. Sejarah Islam di Indonesia; beberapa
cacatan dari praktek penyelidikan
c. Tema Historiografi Islam tentang abad ke-19 oleh Karel A.
Indonesia. Steenbrink.
Banyak karya-karya sejarah Tentang pembagian tema-
yang telah ditulis baik oleh tema penulisan sejarah Islam
sejarawan profesional maupun Indonesia, Muin Umar menyusun
sejarawan amatir. Mereka sebuah kerangka alternatif dalam
menghasilkan beragam bentuk, penulisan sejarah Islam Indonesia
corak, dan tema tentang sejarah dengan merujuk pada karya Franz
Islam Indonesia. Fenomena ini Rosental, A History of Muslim
menjadi wajar seiring dengan Historiography,60 sebagai berikut:
tumbuhnya kesadaran historis Islam 1. Tema yang Berkisar pada Sejarah
Indonesia. Seminar penulisan sejarah Lokal
Islam di Indonesia, yang Kedudukan sejarah lokal
diselenggarakan oleh Institut Agama sangat digemari karena langsung
Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga berhubungan dengan sejarah mereka
Yogyakarta dari tanggal 8 sampai 10 sendiri. Penulisan-penulisan sejarah
Juni 1983, merupakan rintisan awal lokal banyak dipengaruhi oleh
untuk melahirkan teori dan pertimbangan-pertimbangan aqidah
metodologi penulisan sejarah Islam dan fiqih disamping kebanggaan bila
di Indonesia. dapat menceritakan tanah tempat
Seminar ini diikuti oleh para kelahirannya61.
cendekiawan muslim dari IAIN dan Penulisan sejarah lokal
berbagai Perguruan Tinggi Umum banyak dilakukan oleh penulis-
lainnya. Pada kesempatan itu dibahas penulis terdahulu dalam bentuk yang
lima makalah yang berkaitan dengan sederhana, atau sering disebut
historiografi. Pertama, penulisan sebagai historiografi tradisional.
sejarah Islam di Indonesia Sejarah lokal Indonesia yang di edit
(pembahasan masalah metodologi), oleh Taufik Abdullah merupakan
oleh Mukti Ali. Kedua, Islam pada sebuah penulisan sejarah Islam
Masa Pendudukan Jepang (Sebuah Indonesia.62 Sejarah lokal dalam
Tinjauan tentang Peranan Ulama dan historiografi tradisional adalah,
Pergerakan Muslim di Indonesia), babad, hikayat, tambo, silsilah dan
oleh Nourouzzaman Shidiqi. Ketiga, haba. Misalnya Hikayat Banjar,
Historiografi Islam di Indonesia
(Kemungkinan Studi Pertumbuhan 60 Muin Umar, Penulisan Sejarah, hlm.105.
61Muin Umar, "Sejarah dan Perkembangan
dan Perkembangan) oleh Muin
Historiografi Islam" dalam Rekonstruksi
Umar. Keempat, Islam di Indonesia Metodologi Ilmu-Ilmu Keislaman (Yogyakarta:
dalam Perspektif sejarah SUKA Press, 2003), hlm.93.
62 Abdullah, Sejarah Lokal Indonesia ,
Kontemporer oleh Ahmad Syafi'i (Yogyakarta: UGM Press, 1992).
159
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat tentang tokoh atau pejuang melawan


Kutai bercerita tentang kekuasaan imperialisme.66
atau kerajaan dari suatu daerah 5. Penulisan Novel Sejarah
tertentu. Novel sejarah lahir sebagai
2. Tema-tema Sejarah yang jawaban intelektual dan literer
Mengkaji Penulisan Sejarah terhadap problematika suatu jaman
Islam Indonesia secara Universal. dengan menggunakan masa lampau
Penulisan sejarah Islam sebagai refleksi. Eksistensi dan
Indonesia secara umum ditujukan popularitas dari novel sejarah
dalam kajian Hamka yang brjudul menunjukkan kesadaran sejarah yang
Sejarah Umat Islam Indonesia.63 tinggi dikalangan masyarakat pada
Kemudian dalam karya lain oleh waktu itu. Melalui novel-novel
Nuruddin ar-Raniri yang berjudul sejarah ini cerita sejarah merasuk
Bustan as-Salathin yakni tentang secara mendalam di dalam hati
Raja-raja dari Kerajaan Islam orang-orang Islam. Novel sejarah
Indonesia.64 sebagai media untuk memahami
3. Tema Penulisan Sejarah Islam Islam sebagai suatu fenomena
Indonesia tentang Sejarah Militer sejarah.67 Mereka yang buta huruf
Salah satu karya sejarah yang dapat memperoleh kegemilangan
menunjukan tentang Sejarah Militer sejarah Islam ketika mendengarkan
ditulis oleh T. Ibrahim Alfian dalam para pengkisah novel sejarah.
disertasinya yang telah dibukukan, Novel sejarah yang secara
berjudul Perang di Jalan Allah: Aceh sengaja menggunakan peristiwa
1873-1912. Karya ini merupakan sejarah sebagai bahan, memunyai
salah satu karya sejarah yang ikatan kepada "historical truth".
mengungkap tentang perang sipil Novel sejarah dikenal sebagai
yang melawan penjajah di tanah pendukung gerakan nasionalisme
Aceh.65 melawan kolonialisme.68
4. Penulisan Sejarah Tokoh Sebagaimana yang diungkapkan
(Biografi) Muin Umar, penulisan historiografi
Penulisan sejarah tentang Islam akan menjadi mengagumkan
tokoh salah satunya ditulis oleh Uka sebagai suatu ekspresi para
Djandrasasmita yang berjudul Sultan intelektual, apabila memperhatikan
Agung Tirtayasa: musuh-musuh novel sejarah. Lebih lanjut dalam
besar kompeni Belanda. Merupakan penulisan novel sejarah, Muin Umar
karya sejarah yang menuliskan memberikan contoh karya Said

66 Umar, Historiografi Islam, hlm.187.


63 Umar, Historiografi Indonesia, hlm.187. 67Umar, "Sejarah dan Perkembangan
lihat juga pada karya Hamka, Sejarah Umat Islam Historiografi Islam" dalam Rekonstruksi
Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976). Metodologi Ilmu-Ilmu Keislaman (Yogyakarta:
64 Ibid., hlm.187. SUKA Press, 2003), hlm.95.
65 Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah: Aceh 68 Kuntowijoyo, Budaya dan Masyarakat,

1873-1912, (Jakarta: Sinar Harapan, 1987). hlm.132-133.

160
Historiografi Islam di Indonesia

Hasan bin Said Muhammad Ulee menimbulkan reaksi di Aceh,


Abu Syamah yang ditulis dengan Banten, Mataram, Banjar, Goa
huruf Arab berbahasa Aceh dan dan di tempat-tempat lainnya.
karya Muhammad Dara yang c. Historiografi Islam masa awal
berjudul Hikayat Putrae Baren69. abad ke-20 seperti terlihat pada
Walaupun demikian novel karya Deliar Noer, Gerakan
sejarah tetap masih banyak Modern Islam di Indonesia 1900-
kekurangannya untuk dijadikan alat 1942, merupakan sejarah politik
membuat sejarah sebagai bagian dari di Indonesia pada awal abad ke-
pengalaman intelektual muslim. Hal 20.72
ini disebabkan oleh adanya unsur Penulisan sejarah Islam
subyektivitas dari para pengkisah Indonesia adalah hal yang menarik
novel sejarah yang sangat tinggi. untuk dijadikan kajian. Oleh karena
Sehingga diperlukan penafsiran itu, banyak para ahli baik asing
ulang terhadap novel sejarah. maupun lokal yang melakukan kajian
Dalam makalahnya, Muin terhadap Islam di Indonesia. Sejarah
Umar memberikan alternatif tema- Islam Indonesia sendiri sudah
tema penulisan Sejarah Islam banyak dikaji dalam bentuk, corak,
Indonesia, antara lain melalui tema dan tema yang beragam namun dari
yang dikelompokkan dengan sekian banyak karya tidak dapat
periodesasi sejarah Islam Indonesia. secara tegas disebut sebagai karya
Muin Umar mengajukan empat historiografi Islam Indonesia. Karena
periodesasi secara kronologis,70 sebagaimana yang pernah
yaitu: diungkapkan oleh Azyumardi Azra,
a. Historiografi Islam periode awal baik sejarawan asing maupun lokal
masuknya agama Islam di sampai sekarang belum mampu
Indonesia sampai Abad ke-16 merumuskan paradigma historis yang
Masehi. Tentang penulisan dapat dijadikan pegangan bersama
Sejarah Islam Indonesia sekitar dalam penulisan historiografi Islam.
masuknya Islam, terdapat bahan- Alternatif kerangka
bahan yang disampaikan dalam penulisan sejarah Islam Indonesia
seminar di Medan pada tahun yang disampaikan Muin Umar tidak
1963.71 menutup kemungkinan adanya
b Historiografi Islam periode kerangka penulisan sejarah Islam
perlawanan terhadap Indonesia yang lain. Namun menurut
kolonialisme, terutama pada penulis, penulisan kerangka tersebut
masa penetrasi politik Barat yang cukup memadai untuk dapat
mengkaji lebih lanjut perkembangan
69 Umar, Historiografi Islam, hlm.187.
70
dan pertumbuhan historiografi Islam
Umar, Penulisan Sejarah, hlm.103.
71 Hasmy, Sejarah Masuknya Agama Islam, Indonesia.
(Jakarta: Al-Ma'arif, 1981). Informasi tentang
masuknya agama Islam di Indonesia lihat dalam
kumpulan bahan seminar di Medan tahun 1963. 72 Umar, Historiografi Islam, hlm.187.
161
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

Kerangka penulisan yang (discontinuity) dengan masuknya


disampaikan oleh Muin Umar Islam dan jatuhnya kerajaan Hindu
terlihat bahwa perkembangan Jawa (Majapahit). Mereka
historiografi Islam Indonesia selalu beranggapan bahwa sejak tahun 1500
berjalan seiring dengan hingga sekarang penduduk pribumi
perkembangan historiografi khususnya di Jawa harus dipandang
Indonesia. Hal tersebut terlihat dalam sebagai orang Islam. Kedua,
corak historiogfrafi tradisional, menekankan tidak adanya
historiografi kolonial, historiografi keterputusan sejarah, yang ada
nasional dan historiografi modern hanyalah kesinambungan. Mereka
maupun historiografi kontemporer.73 mengambil kesimpulan bahwa
Tentang penulisan Sejarah datangnya Islam hanyalah
Islam Indonesia, Ibrahim Alfian menyentuh bagian-bagian atas dari
mengatakan, bahwa masih banyak kehidupan, tidak menukik jauh
tema-tema penulisan sejarah kedalam kesadaran dan bahkan juga
Indonesia dilakukan oleh orang- tidak terpantul secara merata dalam
orang Barat. Lebih lanjut ia struktur sosial.
menyampaikan bahwa dirinya belum Berbeda dengan Hary J.
puas terhadap historiografi Islam Benda, seorang sejarawan yang
Indonesia karena masih minimnya menekankan kembali hal yang
penulis yang berasal dari Indonesia. sebenarnya tidak terlalu asing dalam
Selain itu, ia juga menyarankan pemikiran sejarah, yaitu sejarah
kepada para sejarawan muslim untuk sebagai medan dimana kedua unsur
lebih memperbanyak karya tentang perubahan dan persambungan sering
sejarah Islam, sehingga bertemu. Dengan kata lain,
perkembangan sejarah Islam akan datangnya Islam tidak dapat begitu
semakin pesat.74 saja dikatakan berakhir suasana
Dalam penulisan historiografi kultural dan politik kehidupan.
yang dilakukan oleh Barat terhadap Sebaliknya, tidak dapat juga
Islam di Indonesia, ada beberapa dikatakan bekas-bekas Hindu Jawa
sikap yang cenderung yang masih kelilhatan dalam sistem
mempengaruhi penulisan politik kesultanan Islam harus
75
historiografi nasional. Pertama, dianggap sebagai bukti dari
cenderung untuk menngatakan berlanjutnya zaman Hindu Jawa,
bahwa historiografi Nasional telah meskipun kekuasaan politik Islam
mengalami keterputusan telah bercokol.
Dengan datang serta
73 Umar, Historiografi Islam, hlm.189. lihat
juga dalam bukunya Penulisan Sejarah, hlm.103-
menyebarnya Islam, apalagi dengan
108. terbentuknya komunitas Islam dan
74 Suyono, Kontribusi Kuntowijoyo dalam
berdirinya pusat-pusat kekuasaan
Historiografi Islam Indonesia (Yogyakarta: Skripsi
Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), politik Islam. Salah satu hal yang
hlm.79. penting dalam catatan sejarah adalah
75Abdullah, Islam dan Masyarakat, hlm.228.

162
Historiografi Islam di Indonesia

memperhatikan dinamika dari keutuhan bangsa terwujud, Islam


pembentukan interpretasi dan telah memberikan dasar cita kesatuan
perjalanan dalam pola prilaku. dan anti kolonialisme, dua hal yang
Peranan Islam dalam sejarah merupakan landasan perkembangan
nasional di Indonesia sejak Abad ke- nasionalisme. Ketiga, Islam sebagai
15 terutama sejak Abad ke-17 dan agama universal, memberikan
seterusnya sangat besar. Mungkin di kepada pemeluknya
suatu masyarakat sangat besar dan kosmopolitanisme Islam. Perasaan
kuat, sedangkan di masyarakat lain sebagai bagian dari masyarakat
terutama pada tahap awal proses penganut yang menjembatani
Islamisasi lebih lemah, tetapi secara berbagai ikatan politik dan kultural
hipotesis tanpa lebih dulu melihat memberikan suatu corak komunitas
fakta-faktanya, peranan Islam secara yang bersifat antar bangsa.
keseluruhan sangat besar atau C. Penutup
dengan kata lain, sejak berdirinya Penulisan historiografi Islam
berbagai macam kesultanan, Islam di Indonesia dari tahun ke tahun
merupakan kekuatan historis yang mengalami perkembangan yang
cukup besar dalam dinamika pesat. Bermunculan para pakar
sejarah.Sebagaimana yang terungkap keilmuan yang ahli dalm bidang
di atas peran Islam sangat besar sejarah sebut saja, Mukti Ali,
dalam penulisan historiografi Nourrouzaman Sidqi, Badri Yatim,
nasional. Secara teoritis ada beberapa Syafi’i Ma’arif, Azumardi Azra,
hal yang bisa di lihat. Pertama, Oman Fathurrahman, dan
Islam sebagai dasar kesadaran yang sebagainya.
membentuk etos dan pandangan Meneliti kajian penulisan
hidup. Islam menentukan pola corak sejarah Islam dalam literatur
interpretasi terhadap situasi yang Historiografi berarti membaca
mengitari diri. Dalam interpretasi samudera pemikiran para pakar
inilah tersalur segala hasrat normatif sejarah. Usaha seperti ini akan
dan pengetahuan akan kenyataan menghadapi kemungkinan terjadinya
struktural yang obyektif. Kedua, bias pemahaman (biased
Islam sebagai dasar ikatan solidaritas Understanding) apabila pendekatan
dari komunitas-komunitas yang digunakan kurang tepat. Dalam
pemeluknya. Hal ini akan menjadi karya ini, penulis menggunakan
jelas ketika kekuasaan politik dari pendekatan biografis yang berusaha
masing-masing komunitas telah di meneliti pandangan dan gaya
perdaya atau ditiadakan oleh penulisan para pakar sejarah
kolonialisme. Dalam konteks ini sehingga dapat diungkap pemikiran
sejarawan akan berbicara tentang serta pandangannya terhadap
Islamisme sebagai pranasionalisme. historiografi Islam Indonesia.
Sebelum cita-cita nasionalisme yang Konsekuensi penulisan
telah dirumuskan sebagai dasar perkembangan historiografi Islam di
163
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

Indonesia yang dituangkan dalam


tulisan ini mungkin akan mengalami
perubahan pemahaman (an going
process of understanding). Hal ini
disebabkan pemahaman penyusun
dalam memahami karya-karya para
sejarawan muslim di Indonesia.
Akhirnya semoga skripsi ini
memberikan manfaat kepada para
pembaca yang budiman dan
khususnya bagi penulis secara
pribadi dalam dunia akedemis.

164
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Sejarah Lokal di Indonesia, Yogyakarta: UGM Press,


1996.

Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia, Jakarta:


LP3ES, 1996.

dan Surjomiharjo. Ilmu Sejarah dan Historiografi Indonesia,


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.

dan Sharon Siddique. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia


Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1988.

Abdurrohman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos


Wacana Ilmu, 1999.

Alfian, Ibrahim. Perang di Jalan Allah: Aceh 1873-1912, Jakarta: Sinar


Harapan, 1987.

Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah, Banda Aceh: Pusat


Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1999.

Ambary, Hasan Muarif. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan


Historis Islam Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.

Azra, Azyumardi. Historiografi Kontemporer Indonesia: Wacana,


Aktualitas, dan Aktor Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2003.

Perspektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia, 1989.

Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad


XVII dan XVIII, Bandung: Mizan, 1998.

Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaan,


Bandung: PT Rosdakarya, 1999.

Konflik Baru antar Peradaban: Globalisasi, Radikalisme, dan


Pluralitas, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Menuju Masyarakat Madani: Gagasan, Fakta, dan Tantangan,


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

Islam Substantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih, Bandung: Mizan,


2000.

Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal, Bandung: Mizan,


2002.

Burhanudin, Jajat. Dan Ahmad Baedowi. Transformasi Otoritas


Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2003.

Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 16, Jakarta: PT Cipta Indonesia,


1999.

Frederick, William H. dan Soeri Soeroto. Pemahaman Sejarah Indonesia:


Sebelum dan Sesudah Revolusi, Jakarta: LP3ES, 1984.

Gattschalk, Louis. Understanding History: a Primer of Historical Method,


diterj. Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah, Jakarta: UI
Press, 1986.

Gazalba, Sidi. Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bhratara, 1981.

Hamka. Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

Hariyono. Mempelajari Sejarah Secara Efektif, Yogyakarta: Pustaka Jaya,


1995.

Hasmy. Sejarah Masuknya Agama Islam, Jakarta: al-Ma'arif, 1981.

Huntington, Samuel P, "Benturan Antar Peradaban: Masa Depan Dunia


Politik", dalam Nasir Tamara. Agama dan Dialog Antar
Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1996.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,


Jakarta: Gramedia, 1992.

Pemikiran dan Perkembangan Historiografi: Suatu pengantar


Alternatif, Jakarta: Gramedia, 1982.

Kebudayaan dan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah,


Yogyakarta: UGM Press, 1994.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Bina Aksara, 1987.

166
Historiografi Islam di Indonesia

Budaya dan Masyarakat, Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999.

Periodesasi Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam Di


Indonesia: Mitos, Ideologi, Ilmu, Pidato Pengukuhan Guru Besar
Ilmu Sejarah Pada Fakultas Budaya UGM, Yogyakarta: 12 Juli
2001.
Loir, Henri Chambert dan Hasan Muarif Ambary. Panggung Sejarah:
Persembahan kepada Prof.Dr.Denys Lombard, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1999.

Malik, Maman Abdul. "Historiografi Tradisional: Sisi Lain dari Pujangga


Kraton", dalam Sugeng Sugiyono (ed.), Bunga Rampai: Bahasa
Sastra dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Fakultas Adab, IAIN
Sunan Kalijaga, 1993.

Soedjatmoko (ed.). An Introduction to Indonesian Historiography, diterj.


Mien Djubhar, Historiografi Indonesia: Sebuah Pengantar,
Jakarta: Gramedia, 1995.

Suharto, Toto. Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun, Yogyakarta:


Fajar Pustaka Baru, 2003.

Suroto. Teori dan Bimbingan: Apresiasi dan Sastra Indonesia, Jakarta:


Erlangga, 1990.

Suryanegara, Ahmad Mansur. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan


Islam di Indonesia, Bandung, Mizan, 1996.

Suyono. Kontribusi Kuntowijoyo dalam Historiografi Islam Indonesia,


Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003.

Tjandrasasmita, Uka. Sejarah Nasional III: Jaman Pertumbuhan dan


Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1976.

Umar, Muin. Historiografi Islam: Pertumbuhan dan Perkembangan, dalam


Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Ushuluddin IAIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta: 7 November 1997.

Historiografi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1984.

dkk (ed.). Penulisan Sejarah Islam Indonesia dalam Sorotan


Seminar IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Dua Dimensi, 1985.

167
Jurnal al-Tsaqafa Volume 14, No. 01, Januari 2017

www. Azyumardi-Azra.com-it's me, Kamis 25 Desember 2003.

Yatim, Badri. Historiografi Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Halaman sengaja untuk dikosongkan

168

Anda mungkin juga menyukai