Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBAHARUAN DI TURKI ( Pembaharuan Sultan Mahmud II


Dan Tanzimat )
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Pemikiran Modern
Dalam Islam

Dosen Pengampu : Muhammad Idris, M.Pd

Disusun oleh:
Ahmad Khusaini (1931811172)
Novia Febriani (1931811044)
Yulianto Suryono (1931811159)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pembaharuan Di Turki
( Pembaharuan Sultan Mahmud II dan Tanzimat ) untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangannya, baik dari materi maupun teknik penyajian, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman kami. Oleh karena itu kritik dan saran sangat di harapkan oleh pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Samarinda, 06 Oktober 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pembaharuan Di Turki.........................................................................................................3
B. Pembaharuan Sultan Mahmud II........................................................................................5
C. Pembaharuan Tanzimat.....................................................................................................11
BAB III.........................................................................................................................................17
PENUTUP....................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..........................................................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembaruan dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan,
yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan maupun kebudayaan.
Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami kemajuan dan juga kemunduran.
Dalam bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu dipakai kata modern,
modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan istilah modernisme tersebut
untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran, aliran atau paradigma baru. Istilah ini disesuaikan
untuk suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun
tekhnologi .
Secara umum, gerakan pembaharuan Islam yang muncul dari berbagai aliran dan wilayah yang
berbeda memiliki beberapa premis intelektual yang serupa. Pertama, Islam tidak dapat
dipersalahkan atas dekadensi nyata yang diderita dunia Islam. Segala keburukan itu sepatutnya
dinisbatkan kepada umat Islam yang belum dapat hidup otentik sesuai dengan ajaran agamanya.
Kedua, Islam adalah agama rasional yang senantiasa menginspirasi dan menuntut kemajuan
umatnya. Maka, pembaharuan menjadi niscaya untuk mengeluarkan umat dari peri kehidupan
yang pasif dan statis kepada peri kehidupan Islam yang sesungguhnya.

Pada abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa kemajuan dan
penemuan teknologi modern. Perang demi perang telah mereka dapatkan dengan bantuan ilmu
pengetahuan, Islam sudah masuk ke daerah Turki mulai abad Hijriyah dan Islam berkembang
dengan pesat, semua lini keislaman telah tercium di sudut-sudut kota Turki bangsa Turki
mencapai puncak kemegahan dari tahun 1520-1566 kemudian mendapat gelar orang sakit (The
Sick Men) karena bangsa Turki akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19.
Untuk mengatasi masalah ini pemerintahan turki mengambil kebijakan- kebijakan untuk
membenahi segala kekurangan yang ada. Pembaharuan di Turki ini, meliputi empat fase
pembaharuan yang dimulai oleh Sultan Mahmud II, yang mengubah madrasah tradisional tanpa
pengetahuan umum menjadi madrasah yang berpengetahuan umum. Tanzimat yaitu usaha untuk

1
mengatur dan memperbaiki struktur organisasi pemerintahan sementara Usmani Muda dan Turki
Muda ingin mengubah sistem pemerintahan konstitusional bukan dengan kekuasaan absolut.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pembaharuan Di Turki
2. Menjelaskan Pembaharuan Sultan Mahmud II
3. Menjelaskan Pembaharuan Tanzimat

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pembaharuan Di Turki
2. Untuk Mengetahui Pembaharuan Sultan Mahmud II
3. Untuk Mengetahui Pembaharuan Tanzimat

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembaharuan Di Turki

Kekalahan militer Turki Usmani di Lepanto ( 1571M), dan kegagalan dalam menaklukan
Wina (1683M) merupakan tanda pergeseran kekuatan. Militer Kristen Eropa lebih kuat
dibandingkan dengan Militer Turki Usmani. Solusi yang ditempuhnya adalah   harus mengadopsi
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai Eropa. Adopsi kemajuan tersebut melahirkan gerakan
pembaharun di Turki.

Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam, yakni Turki
Usmani. Oleh karena itu keterikatan  bangsa Turki dengan Islam berlangsung  sangat kuat sebab
mereka bangsa terkemuka di dunia Islam selama beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan
suatu indikasi tentang betapa pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara
politis setiap orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan orang Turki adalah
hanya orang Islam.

Langkah-langkah pembaharuan yang dilakukan adalah, pertama  mengirim para pelajar


ke luar negeri, kedua pengiriman duta besar ke Eropa, ketiga mendatangkan guru dari
Eropa,mendirikan sekolah teknik militer, Pembentukkan badan penerjemah,menulis beberapa
buku matematiaka, geografi, kedokteran, sejarah dan agama, pendirian penerbitan dan
percetakan.
Bangsa Turki adalah orang-orang dan bermartabat dengan suatu persepsi mengenai mereka
sendiri sebagai masyarakat terhormat dan unggul. Dengan demikian Turki sebuah identitas
kebangsaan yang membanggakan warganya. Contoh paling ekspresif mengenai hal ini
ditinjukkan oleh Ziya Gokalp ( 1876-1924) dalam salah satu pernyataannya “ I am Turk, my
religion and may race are noble” dan ungkapan yang lebih fanatik dan angkuh dikatakan Mustafa
Kemal menyatakan “ Saya adalah Turki, merongrong saya sama dengan menghancurkan Turki”.

3
Pembaharuan yang terjadi di Turki terdapat tiga aliran: aliran Barat, aliran Islam dan
aliran nasonalis. Menurut tokoh yang beraliran Barat, Turki mundur karena bodoh yang
disebabkan syariah yang menguasai seluruh kehidupan bangsa Turki, solusinya Barat harus
dijadikan guru, tokohnya Tewfik Fikret. Kedua menurut Aliran Agama, Syariat Islam tidak
menjadi penghalang kemajuan. Turki mundur karena tidak menjalankan syariat Islam, sehingga
Syariat Islam harus dijalankan di Turki, tokohnya Mehmed Akif. Ketiga aliran nasionalis
berpendapat kemunduran Turki disebabkan karena Umat Islam  yang enggan mengakomodir
perubahan-perubahan, tokohnya Zia Gokalp.

Begitu juga dalam Pembaharuan Pendidikan Islam dengan memperhatikan berbagai


macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa
sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh
Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan
Islam. Ketiga pola tersebut adalah :

1. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Pendidikan Modern di


Barat
Mereka berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami bangsa
Barat adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai.
Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa Barat sekarang ini merupakan
pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam.
Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan itu harus
dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola
pendidikan bangsa Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola bangsa Barat
yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat mulai timbul di Turki Utsmani
akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur
pada masa itu.
Pada dasarnya, mereka (golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru
pola Barat dan yang dikembangkan oleh bangsa Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara
dengan pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam
adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat,

4
baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus meniru bangsa Barat agar bisa
maju.

2. Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni


Mereka berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan
dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah
membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena tidak lagi
melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam yang sudah tidak murni
lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola ini dilakukan oleh Muhammad bin
Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan Muhammad Abduh.

3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme


Golongan ini melihat di bangsa Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang menimbulkan
kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya mendorong Bangsa timur dan
bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme mereka masing-masing. Yang
mendorong berkembangnya nasionalisme adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari
berbagai bangsa dengan latar belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu
sama lain.
Golongan ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan
kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata mengambil
unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur dari budaya warisan
bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang akhirnya menimbulkan timbulnya usaha
merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai
akibat dari pembaharuan dan kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan
dualisme sistem pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan
sistem pendidikan tradisional.

5
B. Pembaharuan Sultan Mahmud II
l.1 Biografi Sultan Mahmud II
Sultan Mahmud II lahir di İstanbul tanggal 13 Ramadan 1199 H / 20 Juli 1785 M.
Ayahnya bernanıa Sultan Salim III (sultan ke-3 1). Mahmud II diangkat menjadi sultan ke-33
dari Sultan Kerajaan Ottoman di Turki pada usia 23 tahun, tepatnya tanggal 28 Juli 1808
menggantikan kakaknya bernama Sultan Mustafa IV. Sultan Mahmud II dipandang sebagai
pelopor pembaharuan di Kerajaan Ottoman yang sebanding dengan Muhammad Ali Pasya
(1805-1849) yang mempelopori pembaharuan di Mesir. Semasa kecilnya, ia memperoleh
pendidikan tradisonal dalam bidang agama, termasuk bidang pemerintahan, sejarah, dan sastra
Aral), Tıırki. dan Persia. Selain itu ia juga sangat berpengalaman dalam ilmu geografi. seni, dan
ilmu pengetahuan kemiliteran1.

Pada awal pemerintahannya, ia disibukkan dengan peperangan terutama dalam perang


melawan Rusia untuk menentukan daerah-daerah yang mempunyai wilayah yang luas dan
dijadikan sebagai otonomi besar.

Selain itu, ia juga mendapat tantangan dari berbagai kelompok, baik dari dalam maupun
dari luar. Adapun tantangan tersebut datangnya dari kelompok Janissari yang mempunyai
hubungan dengan Tarekat Bektasyi. Kelompok tersebut mempunyai pengaruh dalam
masyarakat dan kalangan ulama yang memegang kuat tradisi-tradisi umat Islam. Dan akhirnya
Sultan Mahmud II berhasil melakukan pembaharuan, dan hal pertama yang menarik
perhatiannya yakni pembaharuan di bidang militer.

Sultan Mahmud II wafat di istanbul tanggal I Juli 1839 dalam usia 54 tahun. Tokoh
pembaru seperti ia nıerupakan personifıkasi dari ide-ide dan langkah-langkah pembaruannya.
Pembaruan Sultan Mahmud II selanjutnya melahirkan suatıı gagasan dan era baru di Kerajaan
Ottoman yang disebut "Tanzimat”.

1.2 Pembaharuan di Bidang Militer


Setelah Sultan Mahmud II melihat kemajuan bangsa Barat yang begitu pesat, ia
mengadakan pembaharuan di berbagai bidang. Hal pertama yang menarik perhatiannya ialah

1
Hassan İbrahim Hassan, Islanıic Hislory and Cıı/iurc diterjemahkan oleh Djahdan Humam dengan judul
Sejarah dan Kebuda)aan İslam (Yowakarta: Kota Kembang, 1989), h. 329.

6
pembaharuan di bidang militer. Karena sejak semula Kerajaan Usmani terkenal dengan
kekuatan militernya. Tanpa kekuatan militer suatu kerajaan atau kesultanan yang kuat dan
tangguh akan sulit untuk mempertahankan suatu kedaulatannya apabila ada rombongan dari
luar yang ingin meguasai.

Pada tahun 1826 ia membentuk suatu korps militer baru yang diasuh oleh pelatih-
pelatih yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya darı Mesir. la menjauhi pemakaian pelatih-
pelatih eropa yang di masa sebelumnya senantiasa mendapat tantangan dari pihak-pihak yang
tidak menginginkan pembaruan2.

Pembaruan dalam bidang militer, Sultan Mahmud Il terkenal dengan sangat taktis dan
strategis, karena pelatih militernya yang baru adalah pelatih pilihan yang dikirim oleh
Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Dan adapun pembaruannya dalam bidang militer adalah
meliputi: Pertama, terbentuknya tentara kerajaan yang modern. Kedua, melumpuhkan
lantangan dari pilrak Janissari sekaligus tantangan lilanra atas pembaruannya. Ketiga,
terbentuknya korps tentara Kerajaan Ottoman yang baru.

Peristiwa yang terjadi pada pembaruan di bidang militer adalah terjadinya


pertumpahan darah. Dalam peperangan tersebut, lebih kurang seribu tentara Janissari
terbunuh. Selain ltu, markas mereka dihancurkan dan pendukung Janissari dari sipil
ditangkap. Pendukung mereka yang paling berpengaruh ialah golongan Tarekat Bektasyi clan
anggota dari
Janissari dibubarkan, yang pada akhirnya Janissari dihapuskan3.
Adapun tujuan pembaruan dalam bidang militer ini adalah untuk menangkal apabila ada
ronrongan pada kesultanan, baik dari dalam maııpıın dari lııar. Hal ini dimaksudkan agar
setiap anggota masyarakal berhak dalam mempertahankan diri dan masyarakatnya secara luas.
Dan kalau dikaitkan dengan kondisi di Indonesia, juga relevan berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 30, "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara4.

Pembaharuan di bidang militer ini dilakukan dari tentara lama ke tentara (militer) yang
baru dan dibentuk atas dasar mengikuti aturan yang ditetapkan oleh rezim yang baru, yang
dikenal dengan pembaruan di bidang militer.

1.3 Pembaruan di Bidang Pendidikan

2
Harun Nasution, op. cit., h. 91
3
Goodwin Godfrey, The Janiessaries (London: Saqi, 1994), h. 25.
4
Republik Indonesia, Undang-(/ndang /)asar 1945, pasal 30 ayat (l )

7
Sebelum abad modern, pendidikan di Kerajaan Ottoman tidak menjadi tanggung jawab
kerajaan melainkan ditangani oleh ulama yang arahnya hanya terpokus pada pendidikan
agama tanpa adanya pengetahuan umum. Sistem pendidikan semacam itu tidak akan mampu
menjawab tantangan dan promblematik umat di abad modern.
Oleh karena itu, usaha yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II dalam pembahruan di
bidang pendidikan adalah mengubah kurikulum dengan memadukan pengetahuan agama dan
umum serta tetap membiarkan sekolah tradisional berjalan. Di samping itu, Sultan Mahmud II
mendirikan dua sekolah umum, yaitu: Mekteb-i illa 'arif (Sekolah Pengetahuan Umum) dan
Mekteb-i Ulum-ii Edebiye (Sekolah Sastra). Adapun siswa untuk kedua sekolah tersebut
adalah dipilih dari lulusan madrasah yang bermutu tinggi mempunyai indeks Preslasi
Komulatif (IPK) tertinggi, atau siswa yang masuk sepuluh besar. Para siswa tersebut dibina
dan dididik untuk menjadi tenaga trampil dan profesional menurut minat, bakat. dan
keahliannya masing-masing. Sekolah Pengetahuan Umum mendidik siswa unluk menjadi
tenaga administrasi, dan Sekolah Sastra menidik siswa untuk mencetak tenaga penerjemah5.

6
Sekolah (madrasah) sebelum abad modern merupakan primadona lembaga
pendidikan umum, walaupun materi pendidikannya terbatas pada pendidikan agama. Karena
madrasah adalah satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di Kerajaan Usmani, maka
sebagian masyarakat yang mempunyai potensi melanjutkan ke luar negeri. Untuk mengatasi
hal tersebut, maka Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah agar anak usia sekolah jangan
dihalangi untuk masuk madrasah. Namun memasuki abad ke- 19 sistem pendidikan
mengalami perubahan kurikulum, karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
Pembaharuan lain di bidang fisik, Sultan Mahmud II mendirikan Sekolah Militer, Sekolah
Tehnik, dan Sekolah Kedokteran (Sekolah Pembedahan). Para siswa yang berprestasi di
sekolah tersebut, mereka dikirim ke luar negeri untuk belajar ke Eropa yang kelak akan
menjadi tenaga-tenaga baru dan profesional. Sekarang dikenal dengan istilah pertukaran
pelajar dan atau pertukaran mahasiswa antar negara.

1.4 Pembaruan di Bidang Hukum

5
Harun Nasution, op. cif. , h. 94.
6
Niyazi Berkes, Ihe Development of Sekıı/arısm ın Turkey (Canada: Mc GİII Umversity
Press, 1964), h. 100

8
Sultan Mahmud II sebagai seorang sosok pemimpin yang dikenal sebagai sultan yang
tidak mau terikat pada tradisi, dan tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama yang
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun demikian ia bersikap demokratis
dan selalu muncul di hadapan umum untuk berbicara. Kalau rakyatnya mau menghadap
kepadanya, ia melarang untuk berlutut, tidak seperti sultan sultan pendahulunya (rakyat harus
berlutut jika hendak menghadap raja/sultan). Penguasa sebelumnya termasuk penguasa di
daerah (gubernıır) mempunyai kekuasaan tak terbatas.

Untuk mengekang kekuasaan tak terbatas para penguasa di daerah, Sultan Mahmud II
mulai melarang tindakan para penguasa itu. la selalu memerintahkan untuk mengeksekusi
seseorang dengan penuh pertimbangan, dalam hal ini meminta pertimbangan lebih dahulu
kepada pemerintah pusat di istanbul.

Sultan Mahmud II dikenal juga sebagai seorang penulis, ia mencetuskan sejumlah


kitab yang berbau hukum, terutama yang berkenaan dengan perundang-undangan. Hukum
baru yang ia cetuskan adalah berkaitan dengan administrasi dan kriminal, peraturan para
pejabat negara, urusan keagamaan, dan umsan kemiliteran7.

Kemudian, hukum bunuh (eksekusi) untuk masa selanjutnya hanya bisa dilakukan atas
perintah (keputusan) para hakim. Demikian halnya tentang penyitaan terhadap harta seseorang
yang dibuang dan atau hukuman mati ditiadakan. Selain mengeluarkan hukum ia juga
melakukan pembaharuan hukum yang berbeda dengan pendahulunya, seperti ketentuan-
ketentuan tentang kewajiban para hakim dan pejabat lainnya termasuk para pegawai untuk
melaksanakan sesuai prosedur yang berlaku. Dan barang siapa yang terbukti melakukan tindak
korupsi akan dijatuhi hukuman baik rakyat biasa maupun pejabat

Kemudian sistem hukum dalam pembaharuan yang paling menonjol adalah


diadakannya dua sistem hukum, yakni sistem hukum syari'at dan hukum sekunder. Hukum
syari'at di bawah kekuasaan Syaikh al-lslam, dan hukum sekunder diserahkan kepada Dewan
Perancang Hukum untuk mengaturya. Ia adalah orang yang pertama di Kerajaan Usmani
memisahkan antara urusan agama dan urusan dunia.

7
Ira AI. Lapidus, A Hisıory of Islanıic Socıens diterjemahkan oleh Ghuran A. Mas'adi dengan judul Sejarah Sosial
Unıai İslam (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 492.

9
1.5 Pembaharuan Bidang Budaya
8
Sultan Mahmud II mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh sultan
pendahulunya. Ia seorang sultan yang tidak mau terikat dengan tradisi yang menganggap
sultan sebagai seorang yang tinggi derajatnya, sehingga budaya mereka tidak mau bergaul
dengan masyarakat atau rakyat. Bahkan terhadap pembesar kerajaan pun tidak berani duduk
ketika menghadap sultan, karena dianggap bahwa sultan bukanlah manusia biasa.

Tradisi aristokrasi tersebut dilanggar oleh Sultan Mahmud II dengan mengambil sikap
demokrasi, ia selalu muncul di hadapan umum untuk berbicara dan tampil pada upacara-
upacara resmi. Pakaian kebesaran kerajaan termasuk pakaian pembesar lainnya ia tukar dengan
pakaian yang sederhana, dan tanda-tanda kebesaran hilang. Rakyat dianjurkan untuk
meninggalkan pakaian tradisional dan mengganti dengan pakaian Barat. Pakaian para
pembesar kerajaan disamakan dengan pakaian rakyat biasa. Pemikiran seperti ini sangat sukar
untuk pemikiran-pemikiran negatif terhadap kemajuan Barat, termasuk sebagian umat Islam di
Indonesia.

Sultan Mahmud II dikenal juga sebagai pencinta seni dan budaya, dikenal sebagai
arsitektur bangunan-bangunan bersejarah terutama bangunan mesjid. Demikian juga ia
membangun gedung perpustakaan sebagai tempat penyimpanan hasil karya, terutama buku-
buku sebagai bukti sejarah pembaruan dalam Islam

8
Harun Nasution, op. cit. , h. 92

10
C. Pembaharuan Tanzimat
Menurut Ahmad Syaukani dalam bukunya yang berjudul “ Perkembangan Pemikiran
Modern di Dunia Islam” Tanzimat berasal dari Bahasa Arab dan mengandung arti mengatur,
menyusun dan memperbaiki, karena di zaman itu memang banyak diadakan peraturan dan
undang-undang baru. Maka pembaharuan yang diadakan zaman tersebut merupakan kelanjutan
dari usaha-usaha yang dilakukan Mahmud II Yang disebut tanzimat. Hal serupa juga
dikemukakan oleh Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul Pembaharuan dalam Islam,
Sejarah Pemikiran dan Gerakan” mengartikan tanzimat dengan “Pembaharuan yang diadakan
sebagai lanjutan dari usaha-usaha yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II.
Jadi, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa segala pembaharuan yang terjadi setelah Masa
Sultan Mahmud II dinamakan tanzimat terlepas apapun bentuk pembaharuan itu9.

1.1 Latar Belakang Tanzimat

Timbulnya Tanzimat sebagai suatu gerakan pembaharuan dilator belakangi oleh


timbulnya antara lain:

 Desakan Eropa kepada kerajaan Usmani untuk mengayomi warga Eropa yang ada
dibawah kekuasaan Turki Usmani.
 Diberlakukannya hukum fikih yang menetapkan hukuman mati bagi orang Eropa yang
berada di dalam kekuasaan Turki Usmani yang murtad.
 Para tokoh Tanzimat ingin membatasi kekuasaan Sultan yang absolut karena mereka
telah dipengaruhi oleh Revolusi Prancis ketika belajar di Barat.

Selain ketiga faktor tersebut di atas yang merupakan faktor timbulnya Tanzimat adalah
diadakannya pembaruan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II yang menjadi dasar bagi
pemikiran dan usaha pembaruan selanjutnya di kerajaan Turki Usmani pada abad ke-19 (ke
sembilan belas) dan abad ke-20 (ke dua puluh). Dengan demikian, Tanzimat dapat dipahami
sebagai lanjutan dari usaha-usaha pembaharuan yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II.

9
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 5. Cet. 3; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

11
1.2 Tokoh-tokoh Tanzimat dan Pemikiran Mereka

Tokoh-tokoh yang penting dan terkenal dengan ide-ide pembaruan, adalah; Mustafa
Rasyid Pasya, Mahmud Sadik Rifat Pasya, Mustafa Sami, Ali Pasya dan Fuad Pasya. Untuk
lebih jelasnya bagaimana pemikiran, riwayat singkat setiap tokoh tersebut akan dibicarakan di
bawah ini.

1. Mustafa Rasyid Pasya

Mustafa Rasyid Pasya lahir di Istambul tahun 1800 adalah pemuka utama pembaruan di
zaman Tanzimat. Dalam banyak hal, ia sering disebut sebagai arsitek pembaruan abad ke-19 (ke
sembilan belas) di Turki, pokok-pokok pikirannya yang dilontarkan adalah bahwa kemajuan
Eropa sebenarnya disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dijunjung
tingginya toleransi umat beragama, terlepasnya sekat-sekat agama dalam prikehidupan,
menjunjung tinggi pendidikan yang universal antara pria dan wanita.

2. Mustafa Sani

Mustafa Sani meskipun tidak diketahui secara jelas tentang riwayat hidupnya, namun
menurut Harun Nasution, bahwa Mustafa Sani sama halnya dengan Mustafa Rasyid Pasya, ia
juga pernah berkunjung ke Eropa dan mempunyai pengaruh pada pembaruan di zaman
Tanzimat. Nampaknya ia mempunyai pemikiran yang sama dengan Mustafa Rasyid Pasya.
Menurutnya Eropa bisa maju disebabkan perhatiannya yang cukup besar terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi mempunyai toleransi beragama, tidak terputusnya kebudayaan baru
dengan kebudayaan lama, Eropa sangat menjunjung tinggi pendidikan dalam semua lapisan
masyarakat luas. Oleh karena itu, Mustafa Sani sangat yakin bahwa apabila Turki ingin maju,
maka ia harus meniru sebagaimana apa yang terjadi di Eropa.

3. Mahmud Sadik Rifai Pasya (1807-1856 M)

Mahmud Sadik Rifai Pasya setelah selesai dari pendidikan Madrasah, ia melanjutkan
pelajaran di sekolah sastra yang khusus diadakan untuk calon-calon pegawai Istana. Pada tahun
1834 ia diangkat menjadi pembantu Menteri Luar Negeri. Tiga tahun berikutnya ia diangkat

12
menjadi Duta Besar di Wina. Kemudian ketika ia mendirikan Dewan Tanzimat ia sendiri
terpilih menjadi ketuanya. Ide-ide pembaharuannya adalah: Turki hanya dapat mencapai
peradaban modern Barat bila dapat menciptakan suasana damai dan menjalani hubungan baik
dengan negara-negara barat, kemudian menciptakan keamanan dan ketertiban dalam negeri dan
membatasi kekuasaan absolut Sultan agar ia tidak berbuat sekehendak hatinya.

4. Ali Pasya (1815-1817 M) dan Fuad Pasya (1815-1869).

Ali Pasya dan Fuad Pasya, keduanya adalah murid dari Mustafa Rasyid Pasya. Mereka
dikenal sebagai tokoh pembaruan di zaman Tanzimat pasca Piagam Humayun. Sebelum
diangkat menjadi Menteri Luar Negeri pada tahun 1852, Fuad Pasya selalu dikirim ke Eropa
untuk bekerja pada perwakilan kerajaan Turki Usmani. Ia bersama temannya Ali Pasya dalam
upaya pembaruan yang dilakukannya terutama proses hukum-hukum baru diseluruh wilayah
Turki. Penyempurnaan hukum pidana, pertamalah dan sebagai langkah untuk menegakkan
kemajuan-kemajuan seperti negara Eropa. Selain itu mereka melakukan pembaruan dibidang
pendidikan dengan mendirikan sekolah Galatasay pada tahun 1868 yang mengajarkan
pengetahuan umum bahasa asing dan bahasa Perancis10.

1.3 Piagam Gulhane dan Piagam Humayun

1. Piagam Gulhane

Ide pembaruan yang dilontarkan oleh tokoh Tanzimat mendapat tanggapan positif dari
penguasa. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya sebuah Dekrit yang dikenal dengan nama
Hatta-i Syarif Gulhane atau piagam Gulhane oleh Sultan Abd. al-Majid. Disebut piagam
Gulhane, karena dihubungkan dengan nama sebuah penelitian khusus dalam sebuah istana yang
terletak di atas laut Marmara di pinggir kota Istambul, karena di tempat inilah dekrit tersebut
diumumkan oleh Sultan Abd. al-Majid pada tanggal 3 Nopember 1839 M. bertepatan dengan 26
Sya’ban 1255 H.

Piagam ini menjelaskan bahwa pada masa permulaan kerajaan Usmani syari’at dan
undang-undang negara dipatuhi dan oleh karena itu kerajaan menjadi besar serta kuat dan
rakyat hidup dalam kemakmuran. Tetapi pada masa seratus lima puluh tahun terakhir syari’at

10
Nasution, Harun . Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang,
1975. Hal 98-100

13
dan undang-undang tidak diperhatikan lain, akibatnya kemakmuran rakyat hilang digantikan
oleh kemiskinan dan kebesaran negara lenyap dan ditukar oleh kelemahan.

Ada dua hal yang merupakan dasar untuk perubahan tersebut antara lain:

1. Terjaminnya ketentraman hidup harta dan kehormatan warga negara


2. Peraturan mengenai pengaturan pajak dan juga termasuk peraturan menyangkut
kewajiban dan lamanya Dinas Militer.

Disamping itu, ada sejumlah ketentuan yang dipahami sebagai isi dari piagam Gulhane adalah:

1. Orang tertuduh akan diadili secara terbuka dan sebelum ada putusan pengadilan
pelaksanaan hukuman mati dengan racun atau jalan lain tidak dibolehkan.
2. Pelanggaran terhadap kehormatan seseotang tidak diperkenankan dan hak milik
terhadap harta dijamin, serta setiap orang mempunyai kebebasan terhadap harta yang
dimilikinya.
3. Ahli waris dari yang kena hukum pidana tidak boleh dicabut haknya untuk mewarisi dan
demikian pula harta yang kena hukum pidana tidak boleh disita.
4. Semua pegawai kerajaan akan menerima gaji sepadam dengan tugasnya dan oleh karena
itu dikeluarkan undang-undang keras terhadap korupsi.
5. Seluruh pungutan di luar pajak akan segera dihapus, sistem rekruitmen dalam tubuh
angkatan bersenjata diperbarui.
6. Seluruh uamt beragama, baik muslim maupun non muslim akan berada dalam
kedudukan yang sama dihadapan hukum.
7. Keanggotaan Majlis Ahkam-i Adliye yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum
akan bertambah.

Atas dasar piagam ini terjadi pembaharuan-pembaharuan pada berbagai institusi


kemasyarakatan kerajaan Usmani yaitu dibidang hukum, kodifikasi hukum dimulai dan sebagai
sumber hukum disamping syariat dipakai pula sumber-sumber di luar agama di antaranya
hukum Barat, yaitu hukum pidana baru dan hukum dagang baru, didirikan mahkamah-
mahkamah baru untuk urusan pidana dan sipil di bidang pemerintahan dengan mengajak rakyat

14
memberikan pendapat tentang soal-soal negara dan administrasi, wakil-wakil rakyat dari
daerah-daerah diundang ke Istambul.

Di bidang keuangan yaitu dengan mendirikan Bank Usmani pada tahun 1840, mata uang lama
ditarik dari peredaran untuk diganti dengan mata uang baru dengan memakai sistem desimal.

Dibidang pendidikan umum dilepaskan dari kekuasaan kaum ulama dan diserahkan kepada
kementrian pendidikan yang dibentuk tahun 1847.

2. Piagam Humayun

Piagam ini diumumkan pada tanggal 18 Februari 1856 M. yang lebih banyak mengandung
pembaruan terhadap kedudukan orang Eropa yang berada di bawah kekuasaan, kerajaan Turki
Usmani. Tampaknya piagam ini diadakan atas desakan negara-negara Eropa pada kerajaan
Turki Usmani yang menginginkan ada persamaan hak antara orang Islam dan non Islam di
Turki Usmani pada saat itu. Tujuannya adalah untuk memperkuat jaminan-jaminan yang telah
tercantum dalam piagam Gulhane, isi piagam tersebut adalah:

Masyarakat Kristen dan non Islam lainnya dibolehkan mengadakan pembaruan yang mereka
perlukan misalnya mendirikan rumah peribadatan masing-masing, sekolah-sekolah, rumah sakit
dan memiliki tanah-tanah pemakaman. Semua perbedaan yang timbul karena berlainan agama,
bahasa dan bangsa harus dihapuskan dan seluruh rakyat dapat menjadi pegawai kerajaan Turki
Usmani, tanpa diskriminasi. Kebebasan beragama dijamin dan paksaan untuk mengubah agama
dilarang. Perkara yang timbul antara rakyat yang berbeda agama akan diselesaikan oleh
Mahkamah campuran dan Undang-undang yang akan dipakai dalam mahkamah ini segera akan
disusun. Rakyat yang beragama Kristen dan non Islam lainnya diperbolehkan masuk Dinas
Militer. Orang asing diberi hak untuk memiliki tanah dalam wilayah kerajaan Turki Usmani.
Perbedaan besarnya pajak yang dipungut dari rakyat dihapuskan karena itu pajak bagi rakyat
Islam dan bukan Islam akan sama besarnya. Bagi kerajaan Turki Usmani akan diadakan
anggaran belanja tahunan, pembukaan bank-bank asing, pengagaan undang-undang
perdagangan. Penghapusan hukum mati bagi orang murtad. Pemasukan anggota-anggota bukan
Islam ke dalam dewan hukum11.
11
Sani, Abd. Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Islam. Cet. I; Jakarta: Grafindo Persada, 1998.

15
1.4 Pembaharuan di Zaman Tanzimat dan Kritikan yang timbul

1. Pembaruan di zaman Tanzimat

Zaman Tanzimat berlangsung dari tahun 1839 M. sampai dengan tahun 1876 M, berarti
selama 37 tahun itu dalam kerajaan Turki Usmani telah terjadi sejumlah perubahan yang dapat
dipandang sebagai realitas pembaruan, yang ditimbulkan oleh gerakan Tanzimat dengan
meliputi, bidang hukum, pemerintahan, keuangan, pendidikan, administrasi dari perdagangan.

2. Kritik terhadap pembaruan Tanzimat.

Pembaharuan di zaman Tanzimat mendapat kritikan dari kaum intelegensia kerajaan


Turki Usmani. Hal-hal yang dikritik kaum intelegensia adalah sekitar kedua piagam yang
menjadi dasar pemburuan Tanzimat dan sikap pro Barat yang dianut pemuka-pemuka
Tanzimat, dan sikap otoriter dan menteri-menterinya dalam melaksanakan pembaruan
Tanzimat12.

al-Syantanawiy, Ahmad. dkk. Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah, Jilid V. t.Cet; Al-Maniah al-Injilisiyah wa al-
12

Faransiyah, t.t

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembaharuan yang terjadi di Turki terdapat tiga aliran: aliran Barat, aliran Islam dan
aliran nasonalis. Menurut tokoh yang beraliran Barat, Turki mundur karena bodoh yang
disebabkan syariah yang menguasai seluruh kehidupan bangsa Turki, solusinya Barat
harus dijadikan guru, tokohnya Tewfik Fikret. Kedua menurut Aliran Agama, Syariat
Islam tidak menjadi penghalang kemajuan. Turki mundur karena tidak menjalankan
syariat Islam, sehingga Syariat Islam harus dijalankan di Turki, tokohnya Mehmed Akif.
Ketiga aliran nasionalis berpendapat kemunduran Turki disebabkan karena Umat Islam 
yang enggan mengakomodir perubahan-perubahan, tokohnya Zia Gokalp.

Begitu juga dalam Pembaharuan Pendidikan Islam dengan memperhatikan berbagai


macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa
sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang
dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran
pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah :
a) Pola Pembaharuan Pendidikan Islam Yang Berorientasi Pada Pendidikan Modern
di Barat
b) Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni
c) Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme

2. Sultan Mahmud II lahir di İstanbul tanggal 13 Ramadan 1199 H / 20 Juli 1785 M.


Ayahnya bernanıa Sultan Salim III (sultan ke-3 1). Pada awal pemerintahannya, ia
disibukkan dengan peperangan terutama dalam perang melawan Rusia untuk
menentukan daerah-daerah yang mempunyai wilayah yang luas dan dijadikan sebagai
otonomi besar.
Adapun pembaharuan yang berhasil dilakukan oleh Sultan Mahmud II yaitu :
a) Pembaharuan dalam bidang militer
b) Pembaharuan dalam bidang pendidikan
c) Pembaharuan dalam bidang hukum

17
d) Pembaharuan dalam bidang Budaya
3. Tanzimat mengandung pengertian mengatur, menyusun dan memperbaiki serta
pengadaan peraturan Tanzimat adalah suatu gerakan pembaruan di kerajaan Turki yang
berlangsung selama 37 tahun.
4. Tokoh-tokoh Tanzimat pada umumnya adalah pejabat tinggi kerajaan Turki Usmani dan
menyaksikan secara langsung kemajuan di Barat. Karena itu ide-ide dan usaha-usaha
pembaruan yang dilaksanakannya banyak meniru barat.
5. Piagam Gulhane dan Humayun pada dasarnya memuat toleransi dan ajaran persamaan
serta jaminan warga Turki, baik muslim maupun non muslim dan sekaligus dasar
pembaruan Tanzimat dan kaum intelegensi melakukan kritik terhadap kedua piagam
tersebut.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis akan menyadari dan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dan para pembaca

18
DAFTAR PUSTAKA

Hassan ibrahim Hassan, Islamic History and Curiculm diterjemahkan oleh Djah dan Humam
dengan judul Sejarah dan Kebudayaan islam (Yowakarta: Kota Kembang, 1989), h. 329.
Harun Nasution, op. cit., h. 91
Goodwin Godfrey, The Janiessaries (London: Saqi, 1994), h. 25.
Republik Indonesia, Undang-(Undang- undang1945, pasal 30 ayat (l )
Harun Nasution, op. cif. , h. 94.
Niyazi Berkes, Ihe Development of Sekıı/arısm ın Turkey (Canada: Mc GİII Umversity
Press, 1964), h. 100
Ira AI. Lapidus, A Hisıory of Islanıic Socıens diterjemahkan oleh Ghuran A. Mas'adi dengan
judul Sejarah Sosial Unıai İslam (Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 492.

Harun Nasution, op. cit. , h. 92

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 5. Cet. 3; Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994.

Nasution, Harun . Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet. I; Jakarta:
Bulan Bintang, 1975. Hal 98-100

Sani, Abd. Lintas Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern Islam. Cet. I; Jakarta: Grafindo
Persada, 1998.
al-Syantanawiy, Ahmad. dkk. Dairah al-Ma’arif al-Islamiyah, Jilid V. t.Cet; Al-Maniah al-
Injilisiyah wa al-Faransiyah, t.t

19
20

Anda mungkin juga menyukai