PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KARTASURA BERGOLAK
Studi tentang Konflik Internal
Masa Kepemimpinan Pakubuwana II (1726-1749)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada
Program Studi Sejarah
Oleh:
Dyah Indrawati
NIM. 104314007
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Dharma.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO:
Laswell, Harold D. 1972. Politics, Who gets What, When, How. New York: World
Publishing Co.
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Skripsi ini tidak memuat karya orang lain atau suatu lembaga atau bagian
dari karya orang lain atau suatu lembaga, kecuali bagian-bagian tertentu yang
disebutkan dalam kutipan, catatan kaki dan daftar pustaka.
Penulis
Dyah Indrawati
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dibuat di Yogyakarta
Yang menyatakan
(Dyah Indrawati)
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Kerja penelitian dan penulisan skripsi ini dipandang penulis tidak mudah.
Kedisiplinan dan kematangan emosi adalah salah satu kunci skripsi ini akhirnya
dapat diselesaikan dan telah diterima oleh Panitia Penguji pada Program Studi
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma pada bulan Juni 2015.
Skripsi ini diawali oleh minat penulis terhadap biografi Pakubuwana II.
timur hingga ke kota kelahiran penulis. Ada beberapa jejak yang dihubungkan
terjang Pakubuwana II itulah, penelitian ini kemudian dipilih oleh penulis. Penulis
menyadari bahwa kajian ini baru tahap awal dari sebuah proses historiografi.
Masih terlalu dini apabila mengatakannya lengkap dan sempurna. Kritik dan saran
Proses studi, penelitian dan penulisan skripsi ini berhutang budi pada:
Kasanpuro (almarhumah): atas kebesaran hati kedua orang tuaku yang tetap
mengizinkan anaknya untuk tak henti belajar. Edy Susilo dan Yeni Puspitasari:
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
saudara dan sahabatku. Arahmaiani, Dr. Nasir Tamara, Danarto: tiga lilin dalam
Ucapan terima kasih yang terbesar adalah bagi para dosen: Dr. Gregorius
Budi Subanar, S.J.: yang berkenan membimbing saya dalam proses penulisan
skripsi ini hingga selesai, Drs. Silverio R.L. A. Sampurno, Dr. H. Purwanta, M.A.,
Drs. Ign. Sandiwan Suharso, Drs. Hb. Hery Santosa, M. Hum., Drs. Manu
Joyoatmojo, Dr. Lucia Juningsih, M. Hum., Dr. F.X. Baskara T. Wardaya, S.J.,
dan Dr. Anton Haryono, M. Hum: terima kasih untuk pengetahuan yang telah
diberikan.
malaikatku: Magda, Desy Liman, Marni Lotu, Erick Tasen, Rangga, Popon-
University Japan 2012: short journey but brought big think for the future; dan
di Bol-Brutu (Gerombolan Pemburu Batu) dan Sakala Syndicate. Para Guru: Prof.
Rusyad Adi Suriyanto, Prof. Daud Tanudirdjo, Dr. Harry Widianto, D.E.A. dan
perjumpaan yang unik dengan inspirator George Junus Aditjondro. Juga untuk
Jeng Bidadaries: Mbak Ida Fitri, Miranda Harlan, dan Des Cristy; dan Mas
Apriadi “Charlie” Ujiarso. Untuk spiritku agar tak pernah henti belajar hingga
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
salah satu pojoknya: ruang Pustaka Sartono, Pustaka Artati dan Pusdok Verhaar
Bagi saya, karya ini baru langkah awal dalam karir kepenulisan sejarah.
lebih baik dan menghasilkan historiografi yang berguna untuk khasanah sejarah
Nusantara.
Salam,
Dyah Indrawati
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This study aims to address three issues. First, is to find out the factors of internal
conflicts emergence in the Kartasura during Pakubuwana II (1726-1749). Second,
is to know the policies of Pakubuwana II to hold the spread of internal conflicts in
the Kartasura. Third, is to understand the impact of the turmoil of internal
conflicts in the Kartasura.
The results showed that the political system of patrimonial monarchy without a
clear succession rules always brought up the internal conflict. In practice, the
internal conflict in the Kartasura not only triggered by a problem of succession,
but there were some other symptoms that occur such as: stretched relations
between negara and mancanagara; the problem of the distribution of power: the
authority that goes beyond power; to treason. To get sympathy in the face of these
tendencies, which were deemed capable of undermining his authority, Susuhunan
Pakubuwana II emphasizes political pedigree or political marriage, politics title,
untuk political of competition in some of his policies. Ironically, the problem
keagungbinataraan also suspected to be the reason of the failure of His Majesty
Pakubuwana II (1726-1749) leadership which were reflected in the confidence
crisis that culminated in the policy of Susuhunan on December 11, 1749: the
transfer of sovereignty Mataram on VOC. Since this period, VOC carried the
enforcement of divide et impera politics were de facto on Kartasura.
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Compagnie (VOC)1 setelah naik takhta pada 19 Juni 1704 kemudian dilantik
1
Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) adalah sebuah persekutuan
dagang yang terbentuk pada tahun 1602 dari penggabungan enam perusahaan
kecil di Belanda. Dewan Perwakilan (Staten-Generaal) Pemerintah Belanda
mengeluarkan oktroi (piagam) pada 20 Maret 1602 yang menetapkan bahwa VOC
memiliki monopoli untuk melakukan aktivitas perdagangan di Asia, termasuk di
Hindia Timur (Indonesia) pada kala itu. VOC didukung oleh negara dan diberi
fasilitas-fasilitas istimewa seperti: boleh memiliki tentara, boleh bernegosiasi
dengan negara-negara lain, memungut pajak, hingga mengeluarkan mata uang
sendiri. Pada awal tahun 1796, setelah Bataafse Republiek berdiri, VOC
dinasionalisasi salah satu alasannya karena krisis keuangan. Sejak 1 Januari 1800,
oktroi VOC sebagai dasar hukum organisasi tersebut tidak lagi berlaku. Lebih
jelasnya dapat dibaca tulisan F.S. Gaastra, “The Organization of the VOC” dalam
Balk, G.L., et.al. 2007. The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
sepenuhnya melepaskan diri dari kekuatan VOC, baik secara politik maupun
membangun afiliasi dengan pihak dari luar keraton, misalnya VOC, sebagaimana
yang dilakukan oleh Puger2 diasumsikan bahwa Mataram sebagai sebuah kerajaan
memelihara benteng Kartasura4. Dalam kurun ini, keterlibatan VOC lebih banyak
Mataram.
menjadi penguasa tanah Jawa. Hal itu direalisasikannya melalui sebuah surat yang
ditulis pada 5 Mei 1704 kepada salah satu petinggi VOC di Batavia.5 Surat Puger
ditujukan dalam rangka bekerja sama dengan VOC untuk mengambil-alih takhta
membawa intervensi militer VOC yang pertama ke dalam kerajaan Jawa. Atas
4
De Graaf, H.J. 1989. Terbunuhnya Kapten Tack: Kemelut di Kartasura
Abad XVII. Jakarta: Grafitipers, hlm.7.
5
M.C. Ricklefs, “Surat Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian
kepada Pemerintah Agung, 5 Mei 1704”, dalam Harta Karun, Khazanah Sejarah
Indonesia dan Asia-Eropa dari Arsip VOC di Jakarta, dokumen 4. Jakarta: Arsip
Nasional Republik Indonesia, 2013. Diakses melalui http://www.sejarah-
nusantara.anri.go.id/media/dasadefined/HartaKarunArticles/HK004/Doc_4_Ind.p
df pada 9 September 2014 13:37 WIB.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
dengan mudah diboncengi VOC demi melicinkan tujuan, baik yang bersifat politis
divide et impera di Mataram seperti yang mereka lakukan di Ternate dan Tidore,
setiap usaha untuk mengukuhkan sultan –yang lebih suka menyebut dirinya
seputaran suksesi raja-raja Jawa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama
terdahulu dengan dinasti yang sekarang, (2) menerima gagasan bahwa perkenan
6
Divide etimologi di (two, twice, double) + videre (to separate), dari
Proto-Indo-European. Impera (Latin: imperium, empire). Divide et impera: divide
and conquer (membagi dan menaklukkan). Sumber: http://wiktionary.org/ diakses
pada 30 Mei 2015 pkl. 11:26 WIB.
7
Boxer, C.R. op.cit. 102.
8
G. Moedjanto. 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta:
Univertsitas Sanata Dharma, hlm. 62.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
Tuhan dalam bentuk wahyu, disampaikan dari penguasa yang satu kepada
yang disengaja demi mencapai tujuan yang dikehendaki. Dalam sejarah Jawa
dikenal Ken Angrok yang menyamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. Dari
elit politik di Kartasura melibatkan campur tangan asing, dalam hal ini VOC
ketika konflik internal yang bermuatan kekuasaan sudah tidak mampu lagi diatasi.
VOC waktu itu memiliki kekuatan militer yang cukup disegani. Untuk
keterlibatan tersebut, VOC meminta bayaran yang tidak sedikit dan disahkan
9
Soemarsaid Moertono. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa
Masa Lampau: Studi tentang Masa Mataram II, Abad XVI sampai XIX. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, hlm. 161.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
Danureja yaitu perdana menteri mendiang ayah Pakubuwana II, hingga ia telah
Ageng (ibu) dan Ratu Mas Balitar atau Ratu Pakubuwana (nenek suri). Dari
memimpikan kelahiran ‘Sultan Agung’ pada diri raja baru tersebut. Ratu Mas
sejarah dipandang sebagai suatu gerakan menuruti garis lurus yang berjalan
Dalam filsafat sejarah, hal tersebut disebut sebagai gerak siklis.13 Mengacu pada
10
Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, hlm. 561.
11
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, hlm. 197. Sementara dalam The Seen and Unseen Worlds
in Java, 1726-1749: History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II.
Honolulu: Allen & Unwin and University of Hawai'i Press, hlm. 335 ditegaskan,
“The reign of Pakubuwana II before 1742 was probably the second attempt to
make Mataram dynasty kings into model Sufi monarchs. The first was in the reign
of Sultan Agung.”
12
Benedict R.O’G. Anderson “Gagasan tentang Kekuasaan dalam
Kebudayaan Jawa” dalam Mirriam Budiardjo (ed.). 1984. Aneka Pemikiran
tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, hlm. 66.
13
Sartono Kartodirdjo. 1959. Catatan tentang Segi-segi Mesianistis dalam
Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
konsep tersebut, gagasan Ratu Mas Balitar untuk memunculkan kembali sosok
Arya Mangkunegara yang dipandang lebih layak menduduki takhta kerajaan. Pada
inisiatif Patih Danureja. Nasib yang sama kemudian mengakhiri karir Patih
Danureja ketika ia dibuang oleh VOC ke Afrika Selatan pada tahun 1733.
Danureja yang digantikan oleh Patih Natakusuma pada akhirnya tetap tidak
Pakubuwana II (1726-1749) terdapat beberapa faksi pada elite Mataram. Faksi ini
14
Ceylon (Sri Lanka) dalam Babad Kartasura disebut dengan Selong.
Lihat BK II, hlm. 334.
15
Taufik Abdullah, et.al. (ed.). 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah:
Kolonisasi dan Perlawanan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, hlm. 343-345 .
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
bersikap anti-VOC dan berusaha mengusir VOC dari Jawa. Disebutkan oleh
pada awal tahun 1741 sebagian besar pelarian kelompok-kelompok Tionghoa dari
dan Jayakusuma, beserta sekitar 200 anggota keluarga keturunan Amangkurat III
atau Sunan Mas (1703-1705). Keluarga ini semula dibuang ke Sri Lanka.
syarat pusaka-pusaka keraton yang dibawa oleh mendiang Amangkurat III ke Sri
16
Aminuddin Kasdi. Huru-Hara Cina Meluas ke Mataram (Kartasura)
dalam Ibid, 343.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
Jepara. Kedua adipati ini dikenal sebagai pemuka etnik Tionghoa dan menguasai
jalur perdagangan seperti beras, gula, kayu dan lada. Keduanya memiliki
pengaruh cukup besar di pesisir utara Jawa. Mereka memiliki jaringan dagang
dengan adik kandungnya, Raden Ayu Siti Sundari atau Ratu Ayunan. Sayang, hal
daerah Jawa Timur, mulai dari Gunung Lawu hingga kawasan timur.
diberlakukannya politik divide et impera atau politik adu domba oleh VOC.17
17
Salah satu faksi yang disoroti cukup tajam sebagai pihak yang
dimanfaatkan oleh VOC dengan politik divide et impera-nya adalah Cakraningrat
IV. Hal ini dipertegas oleh Aminuddin Kasdi melalui tulisannya, “Cakraningrat
IV dan Pengembalian Kartasura kepada Pakubuwana II: Politik divide et impera
VOC” dalam Taufik Abdullah, et.al. (ed). op.cit. 349-350. Lalu menurut
Poespaningrat, Pranoedjoe. 2012. Kisah Para Leluhur dan Yang Diluhurkan.
Yogyakarta: BP. Kedaulatan Rakyat, hlm. 71 dijelaskan, “Ketika istana terpecah-
pecah menjadi beberapa faksi, Cakraningrat IV menolak panggilan menghadap
Pakubuwana II; bahkan, untuk beberapa waktu menolak mengirimkan istri
(saudari Raja) atau anak mewakilinya. Selain itu, kekuasaannya di Jawa Timur
semakin besar sehingga mengancam kekuasaan Bali di Ujung Timur. Sekali lagi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Perang saudara hingga perebutan takhta menjadi salah satu contoh dari model
tersebut, dikatakan bahwa awal mula kerusakan di Tanah Jawa sebab orang kafir
orang di Tanah Jawa bersabar dengan kegaduhan yang dibuat dengan berdirinya
dibelah sama dan menjadi milik kedua raja tersebut. Itu siasat orang kafir yang
Cakraningrat IV minta jadi vassal VOC, tetapi tetap ditolak karena VOC tidak
memberi kendali lebih banyak di kawasan pesisir timur kepadanya maupun anak
keturunannya.” Alasan bahwa Cakraningrat IV menjadi cikal bakal penyebab
pemberlakuan politik divide et impera ditegaskan Ricklefs, M.C. 2008. op.cit.
206, yang mencatat bahwa dalam keadaan putus asa, VOC berpaling kepada satu-
satunya kekuatan militer besar yang menawarkan diri menjadi sekutu:
Cakraningrat IV dan laskar Maduranya. Masih menurut Ibid, 217 paska Perjanjian
Giyanti VOC segera mengetahui bahwa pembagian kerajaan memungkinkan
dijalankannya kebijakan divide et impera.
18
Hal tersebut ditulis Pangeran Diponegoro dalam Buku Catatan Makasar
(Sejarah Ratu Jawa) I: 170: "Iku awitnya rusak ing Tanah Jawa, sabab kapir wus
mélu masésa sarupané Tanah Jawa, padha sabar iku saparoné ing Tanah Jawa
ginadhuh dénaturaken pametuné marang kang jumeneng Ratu ing Pajang
(Surakarta) lawan Mataram (Yogyakarta), kang saparoné kang jumeneng bumi
Jawa iku dénpara padha, rasané kaduwé ing ratu loro. Iku akalé kapir
laknatullah” yang artinya: “Itu awalnya kerusakan di Tanah Jawa, sebab orang
kafir mulai memerintah di Tanah Jawa. Bersabarlah separuh Tanah Jawa
diributkan dengan berdirinya Raja Pajang (Surakarta) melawan Mataram
(Yogyakarta). Separuh bumi Jawa dibelah sama dan menjadi milik kedua raja
tersebut. Itu siasat orang kafir yang dikutuk Allah!”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
dipandang sebagai nila sehingga penelitian terhadap kasus sejenis seakan tabu
untuk dikaji di kalangan sejarawan Indonesia. Akan lebih mudah menuding pihak
dari luar sebagai biang kerok daripada melihat borok di dalam. Citra mentalitas
dan karakter yang lemah dari para pemegang kekuasaan dipandang mampu
tersebut berbanding terbalik dengan pikiran para sejarawan di Asia Timur. Bagi
pengaruh luas hingga hari ini. Salah satunya, selepas masa kepemimpinan
melalui Palihan Negari atau yang dikenal dengan Perjanjian Giyanti pada tahun
1755 yang berujung pada pembagian wilayah Mataram menjadi Yogyakarta dan
Surakarta. Jejak kedua keraton tersebut hingga hari ini masih bisa dilihat.
19
Lihat Bauer, Susan Wise. 2011. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-
Cerita Tertua sampai Jatuhnya Roma. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hlm.
332. Pandangan tersebut menyangkut tumbangnya kerajaan Chou dan digantikan
oleh Dinasti Zhou pada awal abad ke-11. Para sejarawan di Tiongkok tidak
memandang pemberontakan Zhou sebagai sebuah makar terhadap kerajaan, dan
merayakan kemenangannya atas sang tiran, sebaliknya justru memujinya karena
memulihkan norma dan tata tertib yang dipandang benar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
dipenuhi dengan ketegangan dan intrik politik. Hal ini terjadi sejak awal
Secara spesifik, kajian skripsi ini akan dipusatkan pada interaksi mendasar di
Untuk ruang lingkup penulisan skripsi secara temporal dibatasi pada periode
di Kartasura;
C. Perumusan Masalah
suatu permasalahan yang menjadi fokus penelitian pada periode Kartasura (1726-
D. Tujuan Penelitian
Pakubuwana II;
E. Manfaat Penelitian
berujung pada Palihan Negari (pembagian negara) dalam Perjanjian Giyanti pada
1755. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memantik penelitian berikutnya yang
F. Kajian Pustaka
Di antara karya tulis yang menyoroti situasi politik Kartasura pada sekitar
awal abad ke-18 adalah Emperor Pakubuwana II, Priyayi & Company and the
Chinese War karya W.G.J. Remmelink. Buku tersebut menyoroti seputar masa
kaum bangsawan, juga sifat megalomaniak dan pribadi raja.20 Karya tersebut
kemudian diikuti lagi dengan Perang Cina dan Runtuhnya Negara Jawa 1725-
1743.21 Dalam buku ini diperkenalkan secara umum tentang dinamika politik dan
di era tersebut dan lembaga kerajaan pada intinya. Bagian ini merupakan
formulasi yang sangat jelas pada sifat kenegaraan Jawa, sebagaimana kerja-kerja
20
Remmelink, Willem. 1990. Emperor Pakubuwana II, Priyayi &
Company and The Chinese War. Leiden: Proefschrif aan Rijksuniverseit te
Leiden, hlm. 25.
21
Remmelink, Willem. 2002. Perang Cina dan Runtuhnya Negara Jawa
1725-1743. Yogyakarta: Penerbit Jendela.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Anderson. Namun lebih lanjut tulisan ini hanya menyusun setiap detil rincian
Salah satu elemen penting dari kehidupan politik Jawa hampir tidak dijelaskan.
Remmelink lebih fokus pada adanya jaringan yang kompleks dari Kolonial
Belanda sebagai sekutu dan hubungan antar pemerintah daerah dan peran penting
sumber VOC. Dalam bab terakhir, ia menggunakan wacana babad untuk diuji
dengan fakta-fakta yang disajikan VOC. Sayangnya, babad yang digunakan hanya
Kartasura Chronicle and Related Materials karya Ricklefs yang terbit pada tahun
1978 berisi kajian terhadap Babad ing Sangkala yang memberi gambaran
History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II yang terbit 20 tahun
selepas itu, Ricklefs menelaah periode masa akhir Mataram Kartasura. Karya ini
unseen diwakili oleh kepercayaan kepada Nyai Rara Kidul. Bědhaya suci yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
untuk memohon kehadiran Nyai Rara Kidul guna menjamin nasib baik bagi
dinasti dengan bantuan pasukan terkuat dari dunia gaib Jawa.22 Hal ini
Amangkurat III sejak 1705 dalam pelariannya hingga ia dibuang di Ceylon pada
penggubahan beberapa karya sastra, seperti Serat Menak gubahan dari Hikayat
Di pihak lain, Ratu Pakubuwana alias Ratu Mas Balitar, nenek dari pihak
ibu sunan muda, berkomitmen untuk memperkenalkan moral dan etika politik sufi
di istana. Tidak hanya itu, kekuatan ini diwakili pula oleh kepercayaan kepada
Nyai Rara Kidul dan wayang. Ricklefs menjelaskan bahwa sisi unseen banyak
memberi pengaruh dalam diri raja muda. Di antara yang mendominasi adalah
teks-teks sufi seperti Carita Sultan Iskandar (kisah Sultan Iskandar), Carita Nabi
jabatan dan tanggap terhadap kepentingan VOC. Buku The Seen and Unseen
22
Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 13.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
Worlds sangat membantu penelitian ini karena rentang periodenya sama dan
masalah yang sangat esensial bagi keberadaan suatu negara atau kerajaan.23 Hal
berbagai krisis itu, campur tangan VOC kian memperlemah kondisi politik,
ekonomi, militer, dan teritorial Mataram. Inti kajian Prof. Dr. Aminuddin Kasdi
fokus penelitian, bahwa titik tolak melemahnya kekuatan Kartasura didorong oleh
intrik dan konflik yang terjadi di dalam istana. Artinya, tinjauan aktivitas konflik
internal tidak berpusat pada Cakraningrat IV semata sebagai tokoh sentral namun
gambaran historis yang cukup gamblang dari kajian tersebut karena periodisasi
1743: Persekutuan Tionghoa Jawa Melawan VOC karya Daradjati yang terbit
23
Aminuddin Kasdi. 2003. Perlawanan Penguasa Madura atas Hegemoni
Jawa: Relasi Pusat-Daerah pada Periode Akhir Mataram (1726-1745).
Yogyakarta: Jendela, hlm. vii.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
pada tahun 2013. Dalam buku itu, Daradjati menggambarkan peristiwa Perang
orang-orang Tionghoa di Kartasura karena banyak orang Jawa yang ikut terlibat.
Laskar yang awalnya berjumlah ratusan, mampu merekrut ribuan penduduk Jawa
untuk menjadi bagian dari mereka. Hal tersebut merupakan reaksi terbuka atas
Semarang, agar Kompeni segera mengirim pasukan garnisun Kartasura yang baru.
24
Tokoh sentral dalam kronologi tersebut adalah Kapitan Sepanjang. Lihat
Daradjati. op.cit., xxviii-xliii. Menurut Didi Kwartanada, nama asli Kapitan
Sepanjang adalah Souw (Oey) Phan Ciang, Wang Tai Pan, atau Tay Wan Soey,
lihat “Bukan Incorrigible Opportunists, Melainkan Kawan Seperjuangan!
Mengambil Hikmah dari Aliansi Tionghoa-Jawa Vs Kompeni (1741-1743)”. Ibid.,
hlm. xii-xxvii.
25
Ibid, 6.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
Yang perlu digarisbawahi di sini, fokus yang diambil dari skripsi ini
berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada, yakni studi tentang konflik
sudut penelitian yang berbeda, diharapkan skripsi ini akan memberi kontribusi
G. Landasan Teori
propositions that bind the empirical data in a causal, teleological, or any other
untuk mempersempit fakta-fakta yang harus diteliti. Setiap peristiwa sejarah, pada
dan perangkat definisi, lalu menyediakan hipotesis, dan membuat kriteria yang
26
Wolman, Benyamin B. 1973. The Psychoanalitic Interpretation of
History dalam makalah Teuku Ibrahim Alfian. “Dimensi Teori dalam Wacana
Ilmu Pengetahuan”, hlm. 7.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
kepentingan baru yang saling bertentangan dan dalam kondisi tertentu rentan
Lampau: Studi tentang Masa Mataram II, Abad XVI sampai XIX akan membantu
kepercayaan dan agama menjadi daya dukung paling kuat untuk kedudukan raja.
Dasar kedudukan raja berlandaskan agama. Menurut konsep Mataram Kuno, raja
27
Soerjono Soekanto, et.al. 1988. Fungsionalisme dan Teori Konflik
dalam Perkembangan Sosiologi. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 79.
28
Ibid.
29
Soemarsaid Moertono. op.cit. 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
1. Hubungan pribadi yang akrab yang disertai oleh perasaan saling mengasihi
komunikasi sosial;
dilahirkan sebagai abdi atau tuan. Akibatnya ialah bahwa manusia tidak
ditentukan oleh takdir. Kedua faktor ini menghasilkan suatu jenis praktek
ke dalam bentuk keris sebagai senjata kebesaran. Alhasil, pusaka merupakan salah
Jawa sehingga setiap raja-raja Jawa selalu memilikinya sebagai simbol dari
30
Ibid, 17, dijelaskan bahwa menurut bahasa Jawa Kuna, kawula berarti
orang jaminan, pelayanan; sementara menurut bahasa Jawa modern berarti lebih
luas yakni rakyat umumnya. Sedangkan gusti menurut bahasa Jawa Kuna artinya
pemilik tanah, tuan; sedangkan menurut bahasa Jawa modern berarti raja dan
Tuhan Allah.
31
Ketiga konsep tersebut dikemukakan oleh Soemarsaid Moertono, Ibid,
31-32.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
kekuasaan yang diemban. Keris terdiri dari warangka dan curiga. Warangka atau
sarung merupakan simbol rakyat dan curiga atau mata adalah raja. Hubungan ini
mutlak harus ada untuk mencapai kesempurnaan. Satu sama lain saling
kehilangan kekuasaan.
sejarah Mataram hingga sistem politik patrimonial atau konsep trah dalam
dapat dirunut melalui dua hal, yaitu (1). Kekuasaan raja-raja Mataram begitu besar
tersebut diimbangi dengan (2). Berbudi bawa leksana, ambeg adil para marta
(meluap budi luhur mulia dan sifat adilnya terhadap semua yang hidup, atau adil
dan penuh kasih).33 Artinya, kekuasaan raja yang bersifat absolut, mutlak dan
32
G. Moedjanto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh
Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
33
Ibid, 77-78.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
begitu besar dapat berjalan apabila diimbangi dengan sifat adil. Apabila raja
rakyat akan diuntungkan. Sebaliknya kalau hanya sebagian dari isi konsep itu
Merunut pada tinjauan historis, sebenarnya tidak sedikit karya tulisan dari
negara Asia tersebut kesusasteraan yang mencakup bahasan politik mulai akhir
abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat
yang dibawa oleh negara-negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat dan
khususnya pada pola-pola tingkah laku politik dari masa lalu, akan mungkin
diperoleh sebuah gambaran bahwa suatu keadaan telah berkembang atau stagnan.
Hal lain yang ingin digarisbawahi sebagai landasan teori dari skripsi ini
tradisional tidak ditemui penjelasan lengkap tentang teori politik lokal. Alhasil,
sistematis tentang teori politik. Ketiadaan itu tidak menyurutkan penelitian atas
karya ini. Pandangan ini didukung oleh gagasan Parsuadi Suparlan, bahwa semua
34
Ibid, 82.
35
Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.
Gramedia, hlm. 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
bidang antropologi yang berasal dari kata Latin pater atau patris yang berarti
bapak. Sistem patrimonial berarti sistem pewarisan menurut garis ayah; akan
tetapi dapat juga diberi arti yang lebih luas, sistem pewarisan dari nenek moyang
sistem tersebut dapat dirunut hingga masa Ki Gede Pemanahan, sebelum masa
Sultan Agung (1613-1645), ketika keraton beribukota di Kota Gede (Pasar Gede).
Menurut adat Jawa, seorang raja yang meninggal digantikan oleh putra
mahkota yang bergelar Pangeran Adipati (Dipati) Anom.38 Putra mahkota adalah
keturunan laki-laki. Maka dari kurun itu, Mataram tidak pernah dipimpin oleh
masyarakat Jawa, pemakaian gelar mempunyai efek sosial yang kuat. 39 Gelar
36
Parsuadi Suparlan dalam pengantar buku Balandier, Georges. 1986.
Antropologi Politik. Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, hlm. v.
37
Keterangan singkat tentang patrimonial, Student’s Standard Dictionary
dan The Consolidated Webster Encyclopedic Dictionary dalam G. Moedjanto.
1987. op.Cit. 101.
38
Ibid, 30.
39
Ibid, 21.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
seperti menerima daerah kekuasaan atau tanah lungguh40 seluas beberapa ratus
raja tidak berkenan, maka penerima gelar dapat kehilangan gelar beserta tanah
sebuah ruang intrik, di antaranya jika permaisuri tidak mempunyai keturunan laki-
laki, penerus takhta adalah putra dari selir-selir raja yang tertua, tidak menutup
kemungkinan ia berasal dari selir keberapapun. Hal ini memicu bahwa pangeran
adipati anom terkadang tidak lantas dinobatkan menjadi raja. Pada kasus seperti
itu, tidak sedikit keturunan laki-laki yang merasa lebih berhak sebagai penerus
takhta. Hal tersebut terjadi karena keturunan garis laki-laki bersifat istimewa.
internal hingga konflik suksesi menunjukkan bahwa konsep pewarisan takhta dan
40
Soemarsaid Moertono. op.cit. 136 menjelaskan bahwa tanah lungguh
(apanage) menurut definisi Van Vollenhoven sebagai daerah yang telah
diserahkan dan yang menerima penyerahan mempunyai hak atas keuntungan dari
tanah itu dan dari penduduk; di sini raja dapat menarik keuntungan-keuntungan
(pajak, jasa-jasa, penghasilan dari daerah milik sendiri), tapi raja tidak memiliki
hak atas tanah itu sendiri.
41
BK II. op.cit. 336 dijumpai pemberian gelar dan pangkat beserta
lungguh-lungguhnya di antaranya kepada:
1. Pangeran Mangkunagara namanya diganti dengan Pangeran
Wiramanggala.
2. Pangeran Wiramanggala mendapatkan dongkol dengan bagian
lungguhnya dua ratus.
3. Pangeran Tepasana mendapatkan lungguh seribu.
4. Raden Jayakusuma mendapatkan lungguh tigaratus.
Sedangkan sentana raja yang bungsu mendapatkan jabatan sebagai menteri muda,
lungguhnya lima puluh.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
beranggapan bahwa ada beragam faktor yang ikut berpengaruh menjadi penyebab
dilihat sebagai masyarakat feodal yang korup yang sangat kuat budayanya dengan
sistem birokrasi sangat kompleks. Para priyayi lebih tertarik pada hal-hal mistik
lebih disebabkan oleh pembagian policy (kebijaksanaan) dan alokasi yang tidak
merata.45
sejarah yang bisa menerangkan bentuk-bentuk perilaku politik di masa lalu yang
Pakubuwana II. Secara implisit, kajian ini diperkuat oleh gagasan Benedict R.O’G
42
G. Moedjanto. 2002. op.cit. 62.
43
Sutherland, Heather. 1979. The Making of a Bureaucratic Elite: The
Colonial Transformation of the Javanese Priyayi. Singapura: Heinemann
Educational Books (ASIA) Ltd., hlm. vii.
44
Ibid, vii.
45
Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.
Gramedia, hlm. 13.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
politik, yang memberikan penjelasan sistematis dan logis tentang tingkah laku
politik, dalam bentuk yang berbeda sekali dari perspektif ilmu politik modern, dan
diketahui juga bahwa konsepsi-konsepsi politik Jawa, unsur demi unsurnya, tidak
bisa dilihat bersifat khas Jawa semata sebab kebudayaan Jawa secara keseluruhan
melibatkan suatu unsur gabungan yang unik, sebagai contoh unsur magis-
religius47.
Dari berbagai pandangan dan studi kasus tersebut, dapat ditarik garis
takhta. Penerus takhta keraton didukung oleh elemen-elemen magis sebagai salah
46
Benedict R.O’G. Anderson “Gagasan tentang Kekuasaan dalam
Kebudayaan Jawa” dalam Mirriam Budiardjo (ed.). 1984. Aneka Pemikiran
tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, hlm. 45.
47
Pandangan tentang unsur magis-religius dalam kekuasaan Jawa dapat
dijumpai dalam Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 15, “There was an intimate
connection between the unseen world and the temporal realm in Java, so courtly
ideas of supernatural were not suspended in some metaphysical ether, but were
embedded in the hard world of Realpolitik.” Hal ini ditegaskan juga oleh
Soemarsaid Moertono. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa
Lampau: Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sampai XIX. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
Untuk itu kita tinjau terlebih dahulu kasus Puger. Pangeran Puger dapat
naik takhta dengan menggeser kedudukan Amangkurat III sebagai raja sah
Kartasura meski bukan dari sistem pewarisan langsung dari ayah (patrimonial). Ia
adalah paman Amangkurat III. Puger mendapat dukungan dari VOC baik secara
sebagaimana yang disebut Sutherland. Dalam hal ini peralihan kekuasaan dari
Amangkurat III ke Puger didasarkan atas wahyu keraton yang diterimanya. Hal
tersebut juga ditulis dalam Babad Tanah Jawi. Dari situ dapat diketahui bahwa
kekuasaan raja. Wahyu bisa sebagai bentuk klaim sepihak demi melanggengkan
dalam hal ini bukan karena ia didukung oleh VOC melainkan ia menjunjung
melanggengkan kekuasaannya.
H. Metode Penelitian
proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
terdiri atas empat tahap, yaitu 1) Heuristik, mencari dan menemukan sumber-
sumber sejarah, 2) Kritik, menilai otentik atau tidaknya sesuatu sumber dan
seberapa jauh kredibilitas sumber itu, 3) Auffassung, sintesis dari fakta yang
diperoleh melalui kritik sumber atau disebut juga analisis sumber, dan 4)
sumber primer yang digunakan adalah Babad Kartasura II atau disebut BK II. BK
naskah yang asli, dan hanya tergantung pada naskah yang sudah dilatinkan karena
yang diterima tidak lengkap.50 Tentu hal itu dipahami sepenuhnya, sehingga
48
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. 1975.
Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, hlm. 32.
49
Bernheim, Ernst. 1903. Lehbuch der histosirchen Methode und der
Geschichtsphilosophie dalam makalah Teuku Ibrahim Alfian. “Paradigma dalam
Merekonstruksi Suatu Fenomena Sejarah”. 2003, hlm. 6.
50
Bambang Purwanto. 2006. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris?!.
Yogyakarta: Penerbit Ombak, hlm. 94-95.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30
Berg:
adalah dengan mendudukkan babad pada tempat penting dalam konteks sejarah
bagi penelitian sejarah Jawa dan Indonesia. Bagi M.C. Ricklefs, semua sumber
baik lokal maupun asing harus diperlakukan sama, yang penting adalah perlu
diterapkannya kritik sejarah yang normal dan kritis terhadap sumber-sumber itu.52
memandang sebelah mata pada sumber tradisi maupun sumber kolonial karena
melalui dokumen-dokumen tersebut tabir masa lalu yang jaraknya cukup lama
bisa disingkap. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah babad merupakan
51
C.C. Berg. 1985. Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara, hlm. 2-3.
52
Bambang Purwanto. op.cit. 96.
53
Ibid, 98.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
Secara metodis, berita dari luar atau arsip kolonial dapat dihubungkan
dengan babad untuk memperoleh gambaran sejarah secara lebih komprehensif dan
dari sumber baik arsip kolonial maupun babad, maka akan ditemukan gambaran
Untuk sampai pada tujuan tersebut, setidaknya masih perlu disadari betapa
kuat dalam genealogi, tetapi lemah dalam kronologi dan detil-detil biografis, b)
sekuler maka nampak adanya persamaan dalam hal perhatian pada kingship
(konsep mengenai raja) serta tekanan diletakkan pada kontinuitas dan loyalitas
dan metodologi sebagai mengetahui bagaimana harus mengetahui (to know how to
know)55 ibarat pisau bedah dalam penelitian sejarah. Karenanya dua hal tersebut
menjadi sangat penting. Namun, ada empat perangkat yang perlu terlebih dahulu
54
Taufik Abdullah (red.). 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan
Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 9.
55
Sartono Kartodirdjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi
Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 1-4.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
Babad Kartasura57 yang dialih aksara dari aksara Jawa ke aksara Latin dan
primer ketika mengkaji persoalan Kartasura. Babad Kartasura versi ini terbagi ke
dalam dua buah buku, yakni Babad Kartasura I dan Babad Kartasura II.
karya-karya tersebut ditulis oleh segelintir orang atau ditulis oleh beberapa orang
diketahui dari dokumen-dokumen VOC dan dari tradisi-tradisi Jawa ialah Carik
Braja (juga dikenal sebagai Tirtawiguna), yang aktif di istana Kartasura sejak
sekitar tahun 1718 serta menjadi penasihat utama raja pada tahun 1730-an dan
1740-an lalu menjabat sebagai patih hingga wafat pada tahun 1751. Ia telah
56
Teuku Ibrahim Alfian, op.cit. 11.
57
Babad Kartasura I dan II dialih aksara dan bahasa oleh Moelyono
Sastronaryatmo dan diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
pada tahun 1981.
58
Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 110.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
M.C. disebutkan ada kemungkinan Babad Kartasura ditulis ulang kembali pada
Sebagian malah ada yang ditulis pada masa Hamengkubuwono. Di sini, temuan
Amangkurat IV dan PB II. Teks mulai dengan penobatan Amangkurat III tahun
1703.62
kemungkinan babad ditulis oleh pujangga lain yang mungkin berbeda zaman.
Narasi dalam Babad Kartasura II ditulis terhenti begitu saja ketika Kanjeng Ratu
dituduh makar, yakni pada sekitar tahun 1737.63 Memang, sekali lagi, tidak
diketahui dengan pasti mengapa naskah tersebut tidak selesai ditulis. Dalam hal
59
Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 33 dijelaskan, “A remarkable reference
pointing in a different direction occur in a Babad Kartasura written in Surakarta in
AD 1798 (1869). Here it is said that the person who yasa the work was a
European named Tuwan Naheis (Nahuys), while he who was ordered to copy it
was named Jayengpremadi.”
60
Lindsay, Jennifer, et.al. 1987. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara
Jilid 2: Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
61
Behrend, T.E. (ed.). 1990. Katalog Naskah-naskah Nusantara Jilid 1:
Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Penerbit Djambatan.
62
Lindsay, Jennifer, et.al. op.cit. 105.
63
BK II. op.cit. 338-340.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
ini, disadari masih perlunya penelitian lebih lanjut mengenai versi asli dari Babad
Kartasura tersebut.
kondisi tidak lengkap. Lalu seberapa terpercaya Babad Kartasura bisa dijadikan
lain atau sumber sekunder sebagai pembanding, dalam hal ini digunakan
Stamford Raffles, M.C. Ricklefs, Aminuddin Kasdi dan Daradjati. Hal ini
primer dilandaskan pada ruang lingkup kajian skripsi secara temporal dibatasi
saudara Kanjeng Ratu Kancana, dituduh makar, atau sekitar tahun 1737. Periode
berikut: terdiri dari dua bagian, yaitu Bahasa Jawa yang terdiri atas 7 (tujuh) Bab
dengan susunan Pupuh 1: Durma (242 bait), Pupuh 2: Sinom (145 bait), Pupuh 3:
Pangkur (73 bait), Pupuh 4: Sinom (82 bait), Pupuh 5: Dhandhanggula (103 bait),
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
Pupuh 6: Asmaradana (118 bait), dan Pupuh 7: Sinom (30 bait); dan bagian kedua
dalam versi Bahasa Indonesia yang hadir dari halaman 203-340. Babad Kartasura
kehidupan keraton, jabatan, hingga detil arsitek seperti interior dan fungsi
bangunan di dalam keraton yang dimuat dari halaman 341-378. Pada bagian akhir
primer ini diperoleh dari Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dengan nomor
I. Sistematika Penulisan
yaitu:
keraton.
BAB II
SITUASI MATARAM PADA MASA PAKUBUWANA II
Dalam tulisan ini dibicarakan perihal konsep politik dan faktor-faktor yang
menurut periodisasi yakni (a). sebelum tahun 1726, dan (b). sepanjang kurun
dilakukan untuk mengetahui akar historis dari kecenderungan perilaku elit politik
yang berkembang di Kartasura pada masa sebelum dan semasa Pakubuwana II.
Perilaku elit politik pada masa susuhunan tidak bisa dilepaskan dari perilaku elit
politik para pendahulunya. Dari tinjauan tersebut, di bagian akhir bab, diuraikan
Kartasura.
Pemanahan pada tahun 1575. Mataram awalnya adalah vassal1 dari Pajang,
1
Penggunaan istilah vassal dapat dijumpai dalam G. Moedjanto. 2002.
Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Vassal
juga berarti orang yang memegang perdikan; orang yang berhutang kesetiaan dan
pelayaan kepada tuan feodal. Dalam Claessen, H.J.M. 1987. Antropologi Politik:
Suatu Orientasi. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 40-41 vassal bertujuan
mengenai perlindungan dan/atau tanah dengan hubungan timbal balik antara
kesetiaan dan jasa. Perlindungan tersebut harus dibayar, diminta balas jasa,
terutama jasa dalam peperangan.
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
namun kemudian melepaskan diri dari kekuasaan Pajang dan berdiri sebagai
monos yang berarti satu dan archein yang berarti pemerintahan, satu pemerintah.
Dalam sistem kekuasaan tersebut, raja memerintah seumur hidup dan jabatan
diwariskan secara turun temurun. Dalam konsep monarki secara umum, keturunan
yang menjadi pewaris takhta tidak mutlak laki-laki. Penguasa monarki ada yang
Kraton berasal dari kata ke-ratuan yang artinya tempat pemimpin, pimpinan atau
tempat menyelenggarakan kepemimpinan. Ratu dari kata rat yang artinya jagad,
dunia, yang hayu atau damai. Kraton merupakan pusat jagad raya. Menurut
Darsiti Soeratman, istilah kraton memiliki beberapa arti, di antaranya adalah (1)
negara atau kerajaan, (2) pekarangan raja, meliputi wilayah di dalam tembok
Baluwerti, dan (3) termasuk mencakup wilayah yang lebih luas, yakni alun-alun.2
Amangkurat II (1677-1703) tak lepas dari konflik. Sebagian besar konflik yang
raja membuat dinamika sejarah politik di dalam istana tidak pernah reda dari
2
Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939.
Yogyakarta: Penerbit Tamansiswa, hlm. 1.
3
Merujuk pada istilah yang digunakan oleh G. Moedjanto yang berarti
pergantian. Dalam konteks sejarah, hal tersebut berkaitan dengan pergantian raja
atau penguasa. Lihat G. Moedjanto. op.cit. 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
(1704-1719), dan meletuslah konflik yang terkenal sebagai Perang Suksesi Jawa I
VOC pertama kali dengan kraton Jawa terjadi saat mengatasi serangan Trunajaya
Perebutan Takhta Jawa Pertama (1704-1708), kemudian terjadi dua perang besar
Takhta Jawa Kedua (1719-1723), dan Perang Perebutan Takhta Jawa Ketiga
(1746-1757).
Sosok Puger sebelumnya pernah dituduh sebagai salah satu tokoh pemicu
menyatakan diri sebagai raja dengan gelar Prabu Panatagama. Puger dituduh
Amangkurat III (1703-1708).6 Puger adalah paman Amangkurat III. Puger dikenal
sosok yang suka mbalelo. Beberapa kali upaya Puger untuk melemahkan kekuatan
sebagai sosok yang cukup kontroversial, Puger akhirnya berhasil menjadi raja di
4
Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta, hlm. 187.
5
G. Moedjanto. op.cit. 76.
6
M.C. Ricklefs. op.cit. 186.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Kartasura meski sebelumnya pihak VOC sempat dikecewakan oleh Kartasura atas
Puger. Dikemukakan pula bahwa Puger mendapat dukungan dari sebagian besar
dari Madura. Puger juga menekankan perihal persekutuan antara Amangkurat III
7
Penelitian tentang peristiwa ini dilakukan oleh De Graff, H.J. melalui
disertasinya tahun 1935 yang kemudian diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti
pada 1989 dengan judul Terbunuhnya Kapten Tack: Kemelut di Kartasura Abad
XVII. Tulisan tersebut menyajikan peristiwa terbunuhnya Kapten François Tack
pada 8 Februari 1686 dalam suatu huru-hara yang disulut oleh Surapati bersama
gerombolannya di Kartasura dan dikaitkan dengan aspek-aspek sosial, ekonomi,
dan politik pada masa pemerintahan Amangkurat II. Di masa Amangkurat II,
sikap politik susuhunan sebagai pemimpin Kartasura terhadap VOC dinilai
mendua atas peristiwa tersebut. Di satu sisi Amangkurat II dikenal sebagai ‘anak
emas’ Kompeni, namun di sisi lain susuhunan ‘merestui’ gerombolan Surapati
membunuh Kapten Tack. Tack adalah sosok duta istimewa VOC untuk Kartasura.
Dari penelitian tersebut disimpulkan jika yang membunuh Kapten Tack adalah
Surapati. Namun dalam versi Babad Tanah Jawi Buku III, hlm. 189 dikisahkan
kehebatan Puger melawan dan mengalahkan Kapten Tack dengan menggunakan
tombak Kiai Plered. Di situ dijelaskan ia melakukan penyamaran seperti pasukan
Surapati. Ricklefs, M.C. op.cit. 182 menyebutkan, “Pangeran Puger-lah, yang
keselamatannya menjadi perhatian khusus VOC, yang sebenarnya membunuh
Tack.”
8
M.C. Ricklefs, “Surat Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian
kepada Pemerintah Agung, 5 Mei 1704”, dalam Harta Karun, Khazanah Sejarah
Indonesia dan Asia-Eropa dari Arsip VOC di Jakarta, dokumen 4. Jakarta: Arsip
Nasional Republik Indonesia, 2013. Diakses melalui http://www.sejarah-
nusantara.anri.go.id/media/dasadefined/HartaKarunArticles/HK004/Doc_4_Ind.p
df pada 9 September 2014 13:37 WIB.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
Semarang pada tanggal 19 Juni 1704.9 Puger dan kekuatannya mulai bergerak ke
Kartasura pada September 1705. Amangkurat III yang terdesak, akhirnya lari ke
kerajaan.10
(1704-1719) mangkat. Dari narasi tersebut dapat dianalisis bahwa naiknya Puger
suksesi. Waktu itu, Amangkurat III adalah pewaris sah dengan gelar putra
mahkota dan dinobatkan sebagai raja pada tahun 1703. Menurut konsep politik
patrimonial dalam kerajaan yang merunut pada garis ayah sebagai pewaris takhta,
hal itu tidak selaras. Karenanya, Puger merasa perlu memperkuat legitimasinya. Ia
berupa sinar yang memancar dari organ vital jenazah Amangkurat Amral, yang
hanya dilihat oleh si penganggap-diri calon penerima wahyu kraton itu sendiri.11
9
Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, hlm. 542.
10
Ricklefs, M.C. op.cit. 189 menulis bahwa “Amangkurat III mungkin
telah membagi-bagikan pusaka-pusaka tersebut kepada para pengikutnya,
menyembunyikannya di Jawa Timur, atau menyelundupkannya ke tempat
pengasingan bersamanya, atau meleburnya.” Namun dalam Babad Tanah Jawi
disebutkan kisah heroik Puger yang mengalahkan Kapten Tack dengan tombak
Kyai Plered. Menurut G. Moedjanto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa:
Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius, hlm. 32 tombak
tersebut diperoleh Puger dari Amangkurat I, ayahnya: “Sebagai tanda pemberian
kekuasaan Amangkurat I memberikan pusaka kerajaan antara lain tombak Kyai
Plered.” Untuk pendapat mengenai pusaka dapat dilihat kembali di hlm. 21.
11
Poespaningrat, Pranoedjoe. 2012. Kisah Para Leluhur dan Yang
Diluhurkan. Yogyakarta: BP. Kedaulatan Rakyat, hlm. 66. Hal senada juga
dikemukakan dalam G. Moedjanto. 2002. op.cit. 85.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
takhta, ia mencabut gelar pangeran adipati dari Pangeran Purbaya dan Pangeran
Bandar, Sigaluh dan Dersanan. Dikisahkan bahwa kondisi Kartasura sedikit sepi
memilih bergerak sendiri dan tidak bergabung dengan kedua saudaranya yang
12
BK II. Alih aksara dan bahasa oleh Moelyono Sastronaryatmo. 1981.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, lokasi ini awalnya disebut
Nagari Kartawinatan, lalu oleh Purbaya diganti menjadi Nagari Kartasari.
13
Ibid, 208. Dalam Ricklefs, M.C. 1998. The Seen and Unseen Worlds in
Java, 1726-1749: History, Literature and Islam in the Court of Pakubuwana II.
Honolulu: Allen & Unwin and University of Hawai'i Press, hlm. 311
diungkapkan, “In 1719 Png. Blitar rebelled with his brother Png. Purbaya against
Susuhunan Amangkurat IV. The rebels were driven from Kartasura to Mataram.”
14
BK II, op.cit. 209.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Demang Kenceng, amatlah murka hatinya sebab merasa dirinya diremehkan oleh
yang memecah-belah persaudaraan. Balitar wafat pada tahun 1721. Nasib dua
Panembahan Herucakra
Wus binucal dhateng Pulo Kap anenggih
Punika putra tuwa18
Terbukti Panembahan Herucakra sebagai putra tertua Ingkang Sinuhun Kartasura dengan
sengaja membantu atau mendorong Pangeran Balitar mengadakan makar terhadap
kekuasaan yang sah di Kartasura. Hukuman yang dijatuhkan, dibuang ke Pulo Kap. 19
Panembahan Purbaya
Aneng beteng Ngalang-alang ing Betawi
Saputra garwanira20
15
Ibid, 224.
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Ibid, 137.
19
Ibid, 299.
20
Ibid, 137.
21
Ibid, 300.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
kepemimpinan Pakubuwana II ibarat puncak ‘bola salju’ dari intrik yang terus
menggelinding dari periode ke periode. Konflik internal yang terjadi pada masa
pemerintahan Pakubuwana II dipicu oleh faktor dan alasan yang lebih beragam
22
Ibid, 307 disebutkan tahun kematian Amangkurat IV adalah pada tahun
1677. Mengacu pada Daradjati. 2013. Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan
Tionghoa-Jawa Melawan VOC. Jakarta: Kompas, hlm. 125, Amangkurat IV tutup
usia pada tahun 1726. Hal ini senada dengan pendapat Ricklefs, M.C. 2008.
op.cit. 194, tahun kematian Amangkurat IV disebut juga pada tahun 1726.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Raja yang sedang sakit, bukannya tambah baik malahan sebaliknya. Semua
abdidalem raja berjaga-jaga, segala sesuatunya sudah dipersiapkan manakala setiap saat
raja mangkat.
Suatu ketika raja memanggil Patih Danureja, di samping istri-istri raja yang
sudah menghadapnya. Kepada Patih Danureja, Raja berpesan, “Danureja, sudah dekat
waktunya aku akan menghadap Tuhan Yang Mahaesa. Padamu kuperintahkan:
1. Sesurud saya, putraku Pangeran Adipati Anom Amangkunagara-lah yang kupilih
mengganti takhta kerajaan. Untuk itu sewaktu-waktu aku mangkat, laksanakanlah
penobatannya dengan baik-baik.
2. Akan halnya, putraku yang terlahir dari Kanjeng Ratu Ageng, si Pangeran Adipati,
sudah menjadi takdirnya tak dapat menggantikan takhtaku. Tuhan tak
mengijinkannya.
3. Salah seorang dari keempat putranya, diharapkan raja untuk menjadi adipati di
samping penunjukan raja pada adiknya Pangeran Adipati Mangkunagara yang
bernama Buminata.
4. Pada Patih Danureja, raja mengharapkan selekas mungkin untuk melaporkan perihal
24
tersebut ke Betawi, guna minta persetujuan Gubernur Jenderal.
Atas dasar titah tersebut, Patih Danureja menemui Kanjeng Ratu Ageng
Dijelaskan di situ bahwa Ratu Ageng sendiri menerima keris pusaka dari
raja. Kanjeng Ratu Ageng sebenarnya tidak menghendaki Kanjeng Pangeran Arya
23
BK II. op.cit. 145-146.
24
Ibid, 305-306. VOC pada periode ini dipimpin oleh Gubernur Jenderal
Mattheus de Haan (1725-1729). Profil lebih lengkap mengenai dia dapat dilihat
melalui http://www.vocsite.nl/geschiedenis/personalia/dehaan.html diakses pada
tanggal 4 Mei 2015 pkl. 18:16 WIB.
25
Ibid, 306: “Ratu Ageng, terimalah keris pusaka ini. Anakku Pangeran
Adipati Arya Amangkunagaralah yang berhak untuk memakainya.” Tidak ada
penjelasan lebih lanjut mengenai detil pusaka tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
istana.28
sebagai berikut:
26
Ibid, 308.
27
Ibid, 305 dan 365. Dikebonkan berarti dipindah tempat kediamannya,
biasanya keluar lingkungan istana.
28
Ibid, 309-311.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
29
Ibid, 143-144 disebutkan bahwa susuhunan memiliki dua puluh delapan
orang putera-puteri, delapan orang puteri dan duapuluh orang putera. Pangeran
Adipati Anom Amengkunagara terlahir dari istri pertama. Sementara dari Kanjeng
Ratu Ageng memiliki dua orang anak, satu putera bernama Raden Mas
Prabayeksa dan seorang lagi wanita. Raja juga memperistri adik perempuan
Kanjeng Ratu Ageng yang kemudian diberi nama Ratu Kancana (Ratu Kadipaten)
dan memiliki empat orang putera. Sisanya adalah anak-anak yang lahir dari garwa
ampeyan (selir) raja.
30
Ibid, 311.
31
Ibid, 312 ditandai dengan candrasengkala, “Warsi Tinata Rasa Tunggal”
yang menunjuk angka tahun 1656 AJ atau 1731 AD. Peristiwa penobatan
Pakubuwana II ini versinya berbeda dari beberapa sumber sekunder seperti dalam
Daradjati, op.cit. 127 yang menyebut, “Pada hari Minggu, 2 Juni 1726, bertepatan
dengan rakyat Mataram merayakan Idul Fitri, Pangeran Adipati Anom akhirnya
naik takhta.” Sementara Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 194 secara implisit
menyebutkan bahwa Pakubuwana II memerintah sejak tahun 1726.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Purbaya32, yakni Raden Ajeng Suwiyah, atau Kanjeng Ratu Kancana. Menurut
ramalan ahli nujum, kelak di kemudian hari cucunda Panembahan Purbaya akan
jadi raja, dan Kartasura akan berpindah ke timur di sebelah barat bengawan.33
dengan Amangkurat IV, ayahandanya. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pada
untuk menjaga hubungan baik, rekonsiliasi, atau ruang diplomasi dan menekan
ancaman bahaya seperti kudeta yang mungkin akan dilakukan oleh saudara-
32
Sejak tertangkap dalam pemberontakan melawan Amangkurat IV,
Purbaya ditawan di beteng alang-alang Betawi (Batavia) dan dikirim kembali ke
Kartasura dalam keadaan meninggal pada tahun 1737. Dalam rombongan
Panembahan Purbaya, ikut serta putra-putri, istri-istri dan punggawa Kapurbayan.
Lihat BK II. op.cit. 316-317.
33
Ibid, 313.
34
Versi Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 5 menyebutkan bahwa peristiwa
penobatan Pakubuwana II menjadi raja adalah sekaligus peristiwa pernikahannya
dengan permaisuri Kanjeng Ratu Kancana, “His (Pakubuwana II) marriage to his
uncle Purbaya’s 14-year-old daughter was also announced on that day (2 June
1726), and was subsequently celebrated on 10 June.”
35
Konsep pembinaan kekuasaan ini merujuk pada pandangan G.
Moedjanto. 1987. op.cit. 89. Pandangan ini hampir senada dengan gagasan P.J.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Perkawinan bisa menjadi sarana untuk menghindari konflik. Selain dengan trah
Amangkurat III. Upaya tersebut menunjukkan hasil, ketika pada tahun 1737,
seperti Serat Menak, Carita Sultan Iskandar, Carita Nabi Yusuf dan Serat
cucunya, Pakubuwana II.38 Tindakan Ratu Mas Balitar menciptakan regalia baru
merupakan sosok yang sangat berpengaruh dan disegani.39 Di kurun dua tahun
38
Aminuddin Kasdi, op.cit. 70.
39
Ibid, 69.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51
hanya dalam membenarkan dan memperkokoh kekuasaan raja, tetapi juga dalam
hubungan antara raja dan rakyatnya.40 Menurut Van Baal, konsep religi tersebut
diterima kebenarannya dan berhubungan dengan realitas yang tidak dapat dikaji
duniawi, dalam hal ini antara masyarakat tradisional dengan kosmos.42 Dalam
regalia. Penciptaan konsep regalia baru, menurut pandangan Ratu Mas Balitar,
terbukti tidak diterima oleh seluruh unsur kekuasaan di istana. Ironi yang muncul
di Kartasura adalah, saat raja naik takhta usianya baru empat belas tahun dan
belum menikah43.
40
Soemarsaid Moertono. op.cit. 2.
41
Claessen, H.J.M. op.cit. 51.
42
Ibid, 54.
43
Raffles, Thomas Stamford. op.cit. 561. Mengenai usia Pakubuwana II
saat naik takhta ada beberapa versi. Ricklef, M.C. 2008. op.cit. 194 menyebutkan
bahwa Pakubuwana II baru berusia enam belas tahun ketika diangkat menjadi
raja. Sedang G. Moedjanto. 2002. op.cit. 114 menulis hampir senada dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
segi kewibawaan, Ratu Mas Balitar menjadi sosok yang berperan menempatkan
religius. Dari segi militer, susuhunan didukung oleh VOC dengan komandan
garnisun di Surakarta yang dipimpin oleh Kapten Johan Andries Baron von
pengaruh (influence) adalah bentuk lunak dari kekuasaan.44 Biasanya orang yang
kekuasaan orang tersebut. Namun bisa saja orang yang tidak mempunyai
munculnya faksi di dalam kraton. Faksi terkuat secara perlahan dan pasti mulai
Ricklefs, “Pada waktu muda, ia bernama R.M. Prabayasa dan ketika naik takhta
baru berumur 16 tahun.” Adapun menurut BK II, tidak dijelaskan secara rinci usia
Pakubuwana II ketika naik takhta. Namun dapat dijumpai ucapan Jendral Matiyus
Daham kepada Patih Danureja di Betawi mengenai hal tersebut, “Bukankah raja
masih muda, dan masih banyak kekurangannya perihal mengelola pemerintahan?”
(hlm. 322-333).
44
Miriam Budiardjo, op.cit. 36.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
II. Untuk membina kekuasaan raja, Patih Danureja berusaha mengumpulkan dan
adalah sosok yang dipandang memiliki kewibawaan lebih dari susuhunan. Dalam
BK II, Arya Mangkunegara disebut dengan Pangeran Arya dengan gelar pangeran
bangsawan di istana. Mencium gelagat tersebut, Patih Danureja yang sejak awal
terlibat affair dengan salah satu selir susuhunan. Skandal tersebut memungkinkan
lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu
menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan itu,45 maka di titik ini, susuhunan lebih banyak dipengaruhi oleh orang-
45
Ibid, 35.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
berpusat pada raja.46 Bahkan ikatan kekeluargaan dengan raja tidak akan
menjamin seseorang menduduki suatu jabatan, kalau dia tidak berkenan kepada
raja.47
adalah seperti bapak terhadap anak dan kerabat. Ia memiliki kemuliaan sekaligus
kekuasaan seperti dewa. Ia juga bertindak sebagai wakil Allah. Hal ini tidak
dijumpai dari diri Susuhunan Pakubuwana II. Demi untuk membina kekuasaan
raja, ditempuhlah berbagai cara seperti raja melakukan pengawasan ketat atas
VOC. Ini terlihat ketika kekuatan militer susuhunan Pakubuwana II tak sanggup
Pacinan (1740-1743).
46
P.J. Suwarno. op.cit. 27.
47
Ibid, 27.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
masing yang diawali oleh polarisasi kepentingan faksi Patih Danureja dan
BAB III
PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK DAN KONFLIK
INTERNAL DI SEPUTAR PAKUBUWANA II:
ANTARA KEBIJAKAN DAN SIKAP INKONSISTEN
peristiwa politik dan konflik internal yang terjadi di seputar Pakubuwana II (1726-
Uraian akan dimulai dari Cakraningrat IV, sosok yang kemudian dikenal sebagai
adalah sosok yang dipandang sebagai saingan berat susuhunan dalam takhta. Ia
tahun 1728, dua tahun setelah susuhunan berkuasa, memicu reaksi dari seputaran
1
Wilayah kerajaan Jawa direncanakan menurut lingkaran konsentris.
Susunannya adalah sebagai berikut: negara (ibukota), nagaragung (daerah inti)
dan mancanagara termasuk pesisir (daerah luar) serta tanah sabrang (tanah di
seberang laut). Raja memiliki tuntutan kewilayahan yang lebih kuat di negara dan
nagaragung. Penjelasan lebih lanjut lihat Soemarsaid Moertono. 1985. Negara
dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau: Studi Tentang Masa Mataram II,
Abad XVI Sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 130-131.
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
dipandang tidak diharapkannya. Dari situ konflik internal di dalam Kartasura terus
kepentingan. Politik memang dibuat oleh elit politik, akan tetapi hakekatnya
bahkan mengikuti dan membantu segala hal yang ingin dicapai oleh penguasa.
Di antara hal tersebut, diperlukan kebijakan yang bisa diterima oleh semua
2
Claessen, H.J.M. 1987. Antropologi Politik: Suatu Orientasi. Jakarta:
Penerbit Erlangga, hlm. 22.
3
Hal tersebut disebut oleh Ricklefs, M.C. 1998. The Seen and Unseen
Worlds in Java, 1726-1749: History, Literature and Islam in the Court of
Pakubuwana II. Honolulu: Allen & Unwin and University of Hawai'i Press, hlm.
xxiii yang juga ditegaskannya dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008.
Jakarta: Serambi, hlm. 194: “Bulan Maret 1726, raja jatuh sakit. Sebelum sempat
memutuskan siapa di antara keluarganya dan para pembesar kraton yang
meracuninya, dia wafat pada tanggal 20 April.” Dalam BK II, hal tersebut tidak
dijumpai. Hanya disebutkan bahwa raja jatuh sakit. “Raja yang sedang sakit,
bukannya tambah baik malahan sebaliknya semua abdidalem raja berjaga-jaga,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Kartasura ke sebuah era baru yang lebih jernih dari intrik dan konflik internal di
Perebutan Takhta Jawa Kedua (1719-1723). Dua tahun pada awal masa
Menurut Aminuddin Kasdi, ada dua faksi besar yang saling berebut
yakni faksi Patih Danureja dan faksi Ratu Pakubuwana I. Keduanya memiliki
terjang dan profil mereka dipandang memiliki pengaruh tidak hanya di diri
susuhunan tetapi juga para pengikut mereka. Menurut gosip yang beredar,
dapat menjadi alasan mengapa pihak Ratu Mas Balitar memiliki kepentingan
tahun memerintah, muncul keberanian dari susuhunan untuk melepaskan diri dari
segala sesuatunya sudah disiapkan manakala setiap saat raja mangkat. Lihat hlm.
305.
4
Aminuddin Kasdi. 2003. Perlawanan Penguasa Madura atas Hegemoni
Jawa: Relasi Pusat-Daerah pada Periode Akhir Mataram (1726-1745).
Yogyakarta: Jendela, hlm. 125.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
atas beberapa wilayah di bagian timur, yaitu Pasuruan, Bangil dan Probolinggo.
Pakubuwana II:
berkuasa atas beberapa wilayah di bagian timur, yaitu Pasuruan, Bangil, dan
Probolinggo.5 Keinginan tersebut didorong atas dasar untuk melepaskan diri dari
5
Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, hlm. 561. Dalam BK II, op.cit. 321 wilayah tersebut adalah
Pasedahan, Bangil dan Prabalingga.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
melepaskan diri dari pengaruh Patih Danureja bisa dinilai sebagai sebuah
susuhunan. Dari segi politis, peran Ratu Mas Balitar bukan untuk memperoleh
Raden Ayu Bengkring atau Raden Ayu Siti Sundari yang nantinya lebih dikenal
dengan Kanjeng Ratu Maduretna7 adalah sebuah upaya sentralisasi kekuasaan dari
distribusinya tidak sesuai dengan ketetapan awal, pada akhirnya berdampak pada
6
Claessen, H.J.M. op.cit. 23.
7
Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 16, “Danureja said that this marriage was
necessary to avoid future trouble.”
8
Ibid, 180.
9
Balandier, Georges. 1986. Antropologi Politik. Jakarta: Penerbit CV.
Rajawali, hlm. 74.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
munculnya konflik. Hal ini memicu awal instabilitas politik, termasuk ketegangan
Tiga tahun kemudian, pada 1729, Kanjeng Ratu Maduretna diceraikan oleh
10
BK II, op.cit. 321-323, dijelaskan pandangan Gubernur Jenderal VOC
dan Patih Danureja (dalam kunjungan patih tersebut ke Batavia pada tahun 1726)
mengenai keputusan Pakubuwana II untuk menjadi wedana yang berkuasa atas
tiga wilayah sekaligus. Gubernur Jenderal VOC juga menanyakan sebab-sebab
mengapa rencana tersebut terhenti atau alasan mengapa wilayah-wilayah tersebut
tidak jadi diberikan kepada Cakraningrat IV. Patih Danureja menegaskan jika,
saat ini, Adipati Cakraningrat IV telah menjadi ipar dari susuhunan dan menjadi
bagian dari sentana kerajaan. Dalam pandangan Gubernur Jenderal VOC, “Saya
rasa Dipati Cakraningrat akan sakit hatinya. Sekarang bayangkan, akibat sakit
hatinya kemungkinan Dipati Cakraningrat akan berbuat sesuatu yang jelas akan
mengganggu ketentraman. Umpamanya, mengadakan makar pada raja.”
11
Daradjati. 2013. Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-
Jawa Melawan VOC. Jakarta: Kompas, hlm. 141.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
ambisi sekutunya tersebut. VOC tidak segera memberikan hak untuk Cakraningrat
menundanya. VOC lebih senang bersekutu dengan raja yang lemah dari Mataram,
yang pada waktu itu tak ada yang lebih lunak ketimbang Pakubuwana II.13
pembayaran beras dan cukai pelabuhan dari Jawa Timur kepada VOC.14 Setahun
pada Juli 1744, adipati tersebut diturunkan dari takhta dan diperlakukan sebagai
untuk menguasai sebagian besar Jawa Timur, pada akhirnya kandas setelah ia
12
Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 208. Sementara pada saat yang bersamaan,
sekutu Pakubuwana II yakni VOC tidak memiliki kekuatan setara untuk
melumpuhkan pemberontak hingga akhirnya menggunakan kekuatan
Cakraningrat IV dan pasukannya untuk merebut kembali Kartasura. Hal ini
dijelaskan Ricklefs, M.C. 1998. op.cit., hlm. 289, “The VOC was anxious about
Cakraningrat IV’s intentions, and preferred that VOC forces retake the court. But
the Company had not enough men to break through to Kartasura itself.”
13
Poespaningrat, Pranoedjoe. 2012. Kisah Para Leluhur dan Yang
Diluhurkan. Yogyakarta: BP. Kedaulatan Rakyat, hlm. 74.
14
Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 210. Sementara dalam Ricklefs, M.C. 1998.
op.cit. 307 dijelaskan, “The Company’s suspicions of Cakraningrat IV led to
tension and finally to open warfare in 1745. This ended, after difficult
campaigning, in the defeat and exile of Cakraningrat IV in 1746.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
hubungan yang tidak pantas dengan salah satu selir susuhunan.17 Raden
15
Ibid, 307 menegaskan bahwa, “Never again did the lords of Madura play
a major role in Javanese dynastic affairs.”
16
Raffles, Thomas Stamford. op.cit., hlm. 561.
17
Dugaan bahwa skandal tersebut adalah suatu rancangan jebakan atas
Pangeran Arya Mangkunegara dikemukakan oleh Ricklefs, M.C. 2008. op.cit.
195: “Pada tahun 1728, Danureja merancang suatu jebakan terhadap Pangeran
Arya Mangkunegara. Dia dituduh mencoba menjalin hubungan gelap dengan
salah seorang istri Raja. Raja pun meminta supaya VOC membuangnya.” Dalam
BK II. op.cit. 316-318, jebakan yang dimaksud Ricklefs, M.C. lebih mengarah
pada peristiwa penangkapan Pangeran Arya Mangkunegara. Namun secara politis,
hal ini dapat diasumsikan bahwa upaya penangkapan Pangeran Arya
Mangkunegara adalah untuk menyingkirkan salah satu saingan terkuat
Pakubuwana II dalam kekuasaan, maka dapat diterima jika alasan terjadinya
peristiwa tersebut dibuat oleh sebuah skenario yang dalam hal ini diprakarsai oleh
Patih Danureja: “Berita perihal kesedihan raja, yang disebabkan tingkah Pangeran
Adipati (Arya Mangkunegara) yang menghendaki bekas ampil raja terdengar pula
oleh Patih Danureja. Patih Danureja sebagai pamong raja, sangat tertusuk hatinya
akan ulah Pangeran Dipati. Dipandangnya tidak pantas dan patut. Oleh sebab itu
tekad Kyai Patih Danureja tak ada lain kecuali akan membekuk Pangeran Adipati.
Dengan perangkap yang dipasangnya, berhasillah Pangeran Adipati digiring
masuk loji untuk selanjutnya ditangkap dan dijebloskan dalam penjara.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
Dugaan kuat pembuat skenario adalah Patih Danureja, namun perlu digarisbawahi
bahwa tidak semua orang yang berperan serta dalam proses politik harus
mengetahui tujuannya. Demikian juga tujuan itu tidak perlu jelas untuk setiap
orang.19
susuhunan.22 Danureja mengklaim bahwa telah banyak yang tahu perihal bahwa
18
Ibid, 318.
19
Claessen, H.J.M. op.cit. 23.
20
BK II disebut dengan Jenderal Matiyus Daham. Pada periode ini VOC
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Mattheus de Haan.
21
Ibid, 318.
22
Raffles, Thomas Stamford. op.cit, hlm. 561.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Kartasura disinyalir karena campur tangan Ratu Mas Balitar yang sengaja ingin
menjauhkan susuhunan dari patihnya. Dalam hal ini, Ratu Mas Balitar memiliki
kedekatan dengan VOC karena peran besar lembaga tersebut dalam kenaikan
Afrika Selatan sebesar dua ratus real setiap tahun. Untuk selanjutnya, ia
Upaya Ratu Mas Balitar untuk menjauhkan pengaruh Patih Danureja atas
23
Dari September 1728 hingga September 1729, Patih Danureja diutus ke
Batavia. Sepanjang kurun itu, pemerintahan Kartasura mengalami kekosongan
salah satu patihnya.
24
Ibid, 324. Selepas Gubernur Jenderal Mattheus de Haan, VOC kemudian
dikepalai oleh Gubernur Jenderal Diederik Durven (1729-1731).
25
Ibid, 327 disebutkan kalau Patih Danureja kembali ke Kartasura pada
tahun 1707 dalam bentuk Candrasengkala. Menurut versi Ricklefs, M.C. 2008.
op.cit. Patih Danureja kembali ke Kartasura pada tahun 1729. Mengacu pada masa
pemerintahan Pakubuwana II (1726-1749), pandangan Ricklefs, M.C. lebih bisa
diterima.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
hari raja menyetujui usulan dari Adipati Pakalongan Jayaningrat dalam sebuah
pasowanan27. Beberapa bagian dari haknya santana raja, sebanyak 1.000 cacah28
hak-haknya sebagai bupati.30 Putusan raja dianggap tidak ada. Hal itu terjadi
setelah selang beberapa hari sesudah Patih Danureja menghadap raja. Sikap feodal
26
Ibid, 197.
27
Pada waktu-waktu tertentu masuk ke kraton, dinamakan sowan. Hari
pasowanan, ialah hari masuk (tugas, dinas) ke kraton. Konon setiap hari Senin,
Kamis, dan lain sebagainya. Kadangkala, pada hari pasowanan (masuk untuk
menghadap), raja tampak juga. Namun belum tentu pada hari pasowanan itu
menghadap raja. Lihat BK II. op.cit. 374.
28
Cacah: 1. Jumlah orang yang mendapat bagian tanah komunal di daerah
tertentu: 2. Ukuran tanah untuk perpajakan.
29
Aminuddin Kasdi. op.cit. 109 disebutkan: Puspanagara pernah membuat
kisruh karena pengangkatannya sebagai bupati Batang menjadi penyebab
pemecatan Danureja adalah adik Ki Pusparaga alias Jayaningrat I. Ia memerintah
hingga 1733 untuk kemudian digantikan oleh Jayaningrat II. Sementara dalam
Raffles, Thomas Stamford. op.cit., peristiwa kesalahpahaman ini dijelaskan
dengan gamblang pada hlm. 562-563.
30
BK II, op.cit. 331.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Konflik ini meruncing ketika raja mendapat laporan dari Tirtawiguna dan
Danureja ditahan oleh VOC pada tahun 173332 atas pengaduan Susuhunan
diri di depan pangeran dan memohon untuk segera dihukum karena ia berpikir
Ratu Kencana (ibu ratu) dan Ratu Mas Balitar (nenek) yang berseberangan paham
keislaman. Pihak lain adalah VOC yang pernah dirugikan atas kebijakan Patih
Danureja yang membuat nilai mata uang VOC terdevaluasi dan berdampak
31
Ibid., hlm. 331-332: “Beritakan maksud-maksudku: 1) Ternyata Patih
Danureja, bukannya membantu saya, tetapi jelas merintangi kehendakku sebagai
raja. 2) Aku sudah tak sudi memakai tenaga Patih Danureja lagi. Untuk
kelanjutannya, dia kuserahkan kepada kompeni. 3) Aku menghendaki, Patih
Danureja secepat mungkin harus disingkirkan keluar Tanah Jawa.” Dalam
Raffles, Thomas Stamford. op.cit, hlm. 563 dijelaskan bahwa Danureja
diberangkatkan ke Ceylon dengan menggunakan kapal yang sama untuk
membawa Pangeran Arya Mangkunegara. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1733.
32
Tindakan hukum terhadap Patih Danureja itu dilaksanakan pada hari
Kamis Legi, bulan Sura tahun 1733 tanggal 17 sebagaimana dalam BK II, hlm.
332. Ricklefs, M.C. 1998. op.cit. 335 mengemukakan, “Danureja influence over
the king was diminishing by 1730 and eliminated by his exile in 1733.”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68
Kanjeng Susuhunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III dan dibawa kembali
ke Tanah Jawa. Alasannya, raja ingin segala pusaka yang dibawa oleh
Natakusuma pergi ke Batavia. Pada tahun 1736, rombongan dari Ceylon tiba di
33
BK II, op.cit. 333.
34
Daradjati. op.cit. 138.
35
Ibid, 335.
36
Ibid, 336. Sementara dalam Raffles, Thomas Stamford. op.cit, hlm. 563
dijelaskan, “Pada kesempatan tersebut, juga diberikan beberapa gelar yang
termasyhur dan kekuasaan atas tanah yang cukup luas kepada sejumlah orang
kepada Mangkunegara, Sang Susuhunan menganugerahkan nama Wiramenggala,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69
Pengaruh besar Purubaya yang semakin kuat membuat beberapa sentana waspada
kemudian dipindahkan dan ditempatkan di suatu tempat yang jauh dari ibukota
kerajaan.37 Akhirnya, setelah istri Pakubuwana II, Kanjeng Ratu Kancana, saudara
perempuan Purubaya tutup usia pada tahun 1737, Purubaya diserahkan oleh
susuhunan kepada VOC dan akhirnya dibuang kembali ke Sri Lanka pada tahun
1738 atas dugaan makar. Ketika ada tanda-tanda ia akan berbuat makar pada raja,
ia kehilangan bukan hanya gelar tetapi juga semua harta miliknya. 38 Jabatannya
yang kemudian lebih dikenal dengan peristiwa Muara Angke. Peristiwa ini
merupakan peristiwa pembantaian terhadap etnis Tionghoa selama tiga hari yang
Tionghoa.
keputusan apa yang mesti diambilnya menghadapi dua kekuatan sekaligus, VOC
beberapa bupati. Sikap dari seluruh pemimpin yang hadir pada waktu itu terbagi
ke dalam dua kubu. Kelompok yang satu, dipimpin oleh Patih Natakusuma,
Sementara itu, kelompok para pemimpin daerah pesisir seperti Jayaningrat, Bupati
susuhunan adalah agar Raja memilih berpihak kepada Laskar Tionghoa. Dalam
39
Dalam menanggapi peristiwa tersebut, Susuhunan Pakubuwana II
meminta pertimbangan dari seluruh bupati yang kebetulan sedang berada di
kraton untuk memperingati perayaan Mulud, “Apakah perlu memberikan bantuan
kepada tentara Belanda ataukah kepada orang Tionghoa?” Lihat detilnya di
Raffles, Thomas Stamford. op.cit. 568.
40
Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 204.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71
hal ini pengaruh Patih Natakusuma cukup dominan41. Dari peristiwa tersebut,
berpandangan bahwa lebih baik susuhunan tidak mencari pengakuan tersebut dari
VOC yang telak memberinya beban hutang yang tetap harus dibayar dengan
dengan adanya pengaruh dari Patih Natakusuma sehingga keputusan awal raja
Ketegangan dari kedua kubu tersebut awalnya masih bisa dihindari namun
41
Raffles, Thomas Stamford. op.cit. 568-572 menggambarkan peristiwa
pertemuan antara Patih Natakusuma dan beberapa bupati, setelah mengetahui
bahwa susuhunan membutuhkan saran dari beberapa bupati mengenai sikap yang
semestinya diambil menghadapi peristiwa tersebut. Terdiskripsi dengan jelas
pandangan Natakusuma yang berpihak kepada kelompok Tionghoa: “Pendapat
tersebut kemudian disampaikan kepada Sang Susuhunan pada keesokan harinya
oleh Raden Adipati (Natakusuma). Lebih lanjut, ia menyarankan kepada Sang
Susuhunan bahwa akan sangat baik apabila mereka dapat mendorong orang-orang
Tionghoa tersebut agar segera berperang melawan Belanda.” Mengenai
keterlibatan Patih Natakusuma secara langsung dalam peristiwa tersebut, di
antaranya adalah ketika ia memerintahkan Mertapura ke Grobogan untuk
mendorong orang-orang Tionghoa agar melawan Belanda sambil menjanjikan
pada mereka bahwa Sang Susuhunan bersedia bergabung dengan mereka supaya
mereka memperoleh kemenangan. Di sini, Raffles, berpegang pada sumber
historiografi tradisional memaparkan bahwa Jayaningrat, Bupati Pakalongan,
awalnya berpendapat, “Sang Susuhunan akan memberikan bantuan kepada
Belanda, tetapi hanya dengan ketentuan bahwa mereka bersedia membebaskan
Sang Susuhunan dari seluruh biaya yang telah dibebankan kepada pendahulunya.”
42
Alex Sudewa. 1995. Dari Kartasura ke Surakarta: Studi Kasus Serat
Iskandar. Yogyakarta: Lembaga Studi Asia, hlm. 241.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72
bulan Agustus 1741, Raja Mataram yang bertakhta di Kartasura memberi perintah
untuk membebaskan diri dari VOC dan sekaligus merangkul para pembesar yang
anti persahabatan dengan VOC.44 Sementara itu, partai pendukung VOC di bawah
Mataram.46
43
Daradjati. op.cit. 2.
44
Alex Sudewa, op.cit. 241.
45
Aminuddin Kasdi. op.cit. 345.
46
Daradjati, op.cit. 2.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
terhadap raja.
adalah Patih Natakusuma. Pada 14 Maret 1742, Hugo Verijsel melalui perjanjian
mengirim suatu detasemen kecil yang dipimpin oleh Kapten Andries Baron van
kedudukannya.
47
Ibid, 9.
48
Ricklefs, M.C. 2008. op.cit. 206. Dalam Aminuddin Kasdi, op.cit. 348
disebut dengan jelas bahwa Natakusuma sebagai aktor intelektual gerakan pro-
Tionghoa dan anti-VOC.
49
Claessen, H.J.M. op.cit. 19.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
pemberontak mengangkat raja baru, cucu laki-laki Amangkurat III, Raden Mas
Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama. Usianya kala itu dua belas tahun. Sosok
Sunan Kuning yang mendapat dukungan penuh dari komunitas Tionghoa adalah
Semula, keluarga tersebut pernah dibuang ke Ceylon pada tahun 1734 di masa
pusaka kraton yang dibawa oleh mendiang Amangkurat III ke Sri Lanka
yang kembali dari Sri Lanka ke Kartasura pada 1737 dibunuh semua.51 Jelaslah
politik.52 Keluarga Tepasana menjadi salah satu korban dari faksi yang
50
Taufik Abdullah, et.al. (ed.). 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah:
Kolonisasi dan Perlawanan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, hlm. 344.
51
Aminuddin Kasdi. op.cit. 346.
52
Claessen, H.J.M. op.cit. 23.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Keluarga Tepasana terdiri dari lima orang, yang tertua bernama Raden
Dumilah yang diperistri raja, seorang putri diperistri oleh Buminata dan si bungsu,
Raden Mas Garendi.53 Raden Mas Garendi, anak Tepasana, lolos dari
Pakubuwana II.
berhasil lolos ke arah timur dan terus melakukan perlawanan. Namun di Kediri,
dukungan Raden Mas Said dan Buminata, meskipun pasukan ini kecil, gerak
mereka cukup menyulitkan VOC. Ini adalah satu-satunya pasukan sisa Laskar
53
Ibid, 337-338.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
Mangkubumi.
kekuasaan, dan (3) makar dan suksesi. Untuk menggalang simpati atas ketiga
silsilah atau politik perkawinan, politik gelar, hingga politik sayembara demi
mempertahankan kekuasaannya.
dampak konkrit adalah ketika sebagian besar rakyat bergabung dan memperkuat
susuhunan tersingkir dari kraton. Perlahan dan pasti, legitimasinya sebagai gusti
BAB IV
DAMPAK KONFLIK INTERNAL PADA MASA
PAKUBUWANA II
bagi Kartasura pada masa kepemimpinan Pakubuwana II. Gejolak konflik internal
1749) yang memicu terjadinya Perang Perebutan Takhta Jawa Ketiga (1746-
semacam itu bukan kali pertama dalam sejarah Mataram. Kekalahan susuhunan
menyurutkan citra bahwa raja yang ideal semestinya adalah pusat segala
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
VOC, karena pada saat yang bersamaan VOC dihadapkan pada peristiwa Muara
Angke 1740 dan masih berdampak luas, terlihat dengan jelas bahwa
II melarikan diri ke arah Timur. Sementara Ibu Suri dan para putri yang tertinggal
Kartasura ada yang hendak mengungsi dari kraton dan banyak yang kembali
Kartasura dari Sunan Kuning pada bantuan militer dari VOC yang dalam hal ini
1
Babad Pacina IV, hal. 10. Lebih detil runutan peristiwa ini dideskripsikan
dalam historiografi tradisional yakni Babad Pacina I-V. Sedang dalam
historiografi modern dapat diperoleh dari Remmelink, Willem. 2002. Perang Cina
dan Runtuhnya Negara Jawa 1725-1743. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Penelitian
terbaru mengenai Geger Pacinan dapat dibaca buku Daradjati. 2013. Geger
Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC. Jakarta:
Kompas.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
2
4. VOC memperoleh hak membuat uang.
Rembang, Jepara dan mengizinkan VOC untuk menguasai jalur pesisir selebar
600 tombak. VOC juga diperbolehkan membuat kebijakan sendiri, tidak sebatas
membuat mata uang sendiri, melainkan kebijakan militer, dan lain-lain. Bahkan
dengan sekutunya tersebut. Pada awal Perang Perebutan Takhta Jawa Ketiga
1. Tegal dan Pekalongan harus diserahkan kepada VOC (jadi bukan hanya daerah
pantai);
2. VOC memperoleh hak memungut penghasilan semua daerah pantai dengan ganti
rugi kepada susuhunan sebanyak 5.000 real setiap tahun;
3. Semua hak pemungutan bea pengangkutan sepanjang jalan dan sungai dimiliki
VOC dengan ganti rugi yang tetap setiap tahun 9.000 ringgit untuk susuhunan
dan 2.000 ringgit untuk adipati anom dan 1.000 ringgit bagi punggawa kraton
lainnya.
4. Tiap bulan Oktober para bupati pesisir harus menghadap pembesar VOC di
3
Jakarta (sebagai pengganti menghadap susuhunan tiap bulan Mulud).
2
G. Moedjanto. 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, hlm. 117.
3
Ibid, 120.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
legitimasi susuhunan.
istana. Hal ini terlihat pada keterlibatan masyarakat pribumi dengan menyokong
kalangan istana dan menunjukkan sisi positif serta legacy yang tidak bisa
4
Ricklefs, M.C. menyebut kondisi pemerintahan Pakubuwana II sebagai
“perhaps the most disastrous of the entire Mataram dynasty.” Lihat Ricklefs, M.C.
1998. The Seen and Unseen Worlds in Java, 1726-1749: History, Literature and
Islam in the Court of Pakubuwana II. Honolulu: Allen & Unwin and University of
Hawai'i Press, hlm. 1.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
dalam bentuk babad dan serat yang berhasil digubah di antaranya: Babad
Serat Yusup (kisah Nabi Yusuf)6, dan Serat Cabolek7. Periode Pakubuwana II
menjadi cikal bakal lahirnya pujangga-pujangga besar Jawa dari era Tirtawiguna
Von Hohendorff lari dari kraton ke arah timur hingga tiba di Ponorogo. Serangan
5
Roman sejarah mengisahkan riwayat hidup Sultan Iskandar, raja
Ngerum. Sultan Iskandar menjadi raja pendeta yang besar dan memerintah sekian
ratus tahun. Pemrakarsa utama dari teks ini adalah Kanjeng Ratu Pakubuwana I.
Perintahnya kepada pujangga untuk mengarang Serat Iskandar Dulkarnen
diberikan pada masa pemerintahan Pakubuwana II dan masih terus dilakukan pada
masa Pakubuwana III dan selesai penggarapannya pada masa Pakubuwana IV,
sekitar tahun 1791. Lihat Behrend, T.E. (ed.). 1990. Katalog Naskah-naskah
Nusantara Jilid 1: Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Jakarta: Penerbit
Djambatan, hlm. 82-83. Lebih lanjut mengenai Serat Iskandar dapat dibaca hasil
penelitian Alex Sudewa. 1995. Dari Kartasura ke Surakarta: Studi Kasus Serat
Iskandar. Yogyakarta: Lembaga Studi Asia.
6
Sastra roman bercorak Islam yang mengisahkan kehidupan Nabi Yusuf.
Teks ini babonnya merujuk pada angka tahun 1717 adalah milik Pakubuwana
yang dulunya dibuat atas prakarsa K. Ratu Pakubuwana, garwa dalem
Pakubuwana I. Lihat Ibid, 424-429.
7
Kisah didaktik berisi diskusi mistik Jawa antara Haji Ahmad Mutamakin
dari Cabolek (Tuban) dan berbagai ulama raja Pakubuwana II di bawah ketib
Anom Kudus. Pada sebagian teks ada bahasan dan tafsiran Suluk Dewa Ruci.
Lihat Lindsay, Jennifer, et.al. Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 2:
Kraton Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hlm. 191-192.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Sunan Kuning dan Laskar Tionghoa pada 30 Juni 1742 tersebut meruntuhkan
sebagai raja sehari setelah penyerbuan. Mulai tanggal 1 Juli 1742 Sunan
ibukota Mataram.8
baru dari keadaan yang sudah tercerai-berai tersebut. Hal tersebut dimaksudkan
mengakibatkan kekuasaan surut dari pusat sehingga dinasti kehilangan hak untuk
8
Daradjati. 2013. Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa
Melawan VOC. Jakarta: Kompas, hlm. 226.
9
Lihat Benedict R.O’G. Anderson “Gagasan tentang Kekuasaan dalam
Kebudayaan Jawa” dalam Mirriam Budiardjo (ed.). 1984. Aneka Pemikiran
tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, hlm. 67.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
mendirikan kraton di Desa Sala. Proses pemusatan kembali itu sekaligus untuk
merupakan pertemuan dua sungai yakni Sungai Pepe dan Sungai Bengawan Sala.
Sungai sejak dahulu memiliki arti penting sebagai penghubung jalur ekonomi
hingga militer. Sampai pada abad XIX bepergian lewat sungai ternyata lebih aman
Surakarta dilakukan ketika kraton baru itu masih dalam keadaan belum selesai.12
10
Sepanjang kurun Kraton Mataram Islam, istana pernah mengalami
beberapa kali perpindahan. Dari Plered ke Kartasura, dan dari Kartasura ke
Surakarta. Perpindahan ini beberapa didorong oleh kehancuran fisik kraton akibat
dari bencana atau peperangan. Dalam sejarah, Sunan Amangkurat II (1677-1703),
ia memindahkan kraton dari Plered ke Kartasura setelah diduduki oleh Trunajaya
bersama laskar Makasar. Demikian halnya dengan perpindahan Kraton Kartasura
ke Surakarta salah satu alasannya adalah kondisi kraton yang porak-poranda pasca
diduduki oleh pemberontak Tionghoa dan dikuasai Sunan Kuning.
11
Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-
1939. Yogyakarta: Penerbit Tamansiswa, hlm. 19.
12
Ibid, 25.
13
Poespaningrat, Pranoedjoe. 2012. Kisah Para Leluhur dan Yang
Diluhurkan. Yogyakarta: BP. Kedaulatan Rakyat, hlm. 75.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
diharapkan.
Pada akhir tahun 1749, kondisi Surakarta tak lebih baik dari keadaan
mengambil sebuah kebijakan yang cukup ironis. Hal tersebut dipicu oleh
pada 11 Desember 1749 yang tercatat dalam dokumen sebagai Perjanjian 1749
kondisi susuhunan dalam keadaan tidak sehat. Kondisi tersebut oleh G. Moedjanto
14
Ibid, 79, perjanjian tersebut disebut Het Allerbelangrijkste Contract.
Menurut Poepaningrat, penandatanganan perjanjian tersebut tidak mengikuti
aturan dasar yang berlaku di Kartasura bahwa setiap keputusan strategis harus
diambil melalui konsensus elit kraton.
15
G. Moedjanto. 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma, hlm. 122.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
“Hinggih sakalangkung gen kawula hanitipaken putra putri kawula kang kantun
kantun punnapa denning Pangerannadipati Hanom kawula lindungngaken dumateng
17
hahub hing Kumpni.”
pihak, baik VOC maupun kalangan kraton. VOC berpandangan bahwa isi
mencapai sebuah hasil yang besar pada semua interferensi politik secara
keseluruhan, penguasaan atas negeri ini.18 Hal ini didasarkan pada apa yang
16
Artinya: “Bukan karena dipaksa, diserahkan kepada Kompeni.”
17
Artinya: “Untuk selanjutnya, saya titipkan putra putri saya khususnya
Pangeran Adipati Anom saya mintakan perlindungan pada Kompeni.”
18
Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java. Yogyakarta:
Penerbit Narasi, hlm. 579.
19
Isi keseluruhan perjanjian termuat dalam lampiran 6a buku Soekanto,
1952. Perjanjian Gianti: Perang Pahlawan Dipanegara. Jakarta: N.V.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
mengalahkan R.M. Said dari 3.000 cacah menjadi hanya 1.000 cacah sehingga
Soeoengan, hlm. 178-179. dan disertakan juga sebagai lampiran dalam skripsi ini.
G. Moedjanto op.cit. 121-123 merujuk sebagian isi Perjanjian 11 Desember 1749,
“... Paprentahan Mataram punika, sarta sawengkonipun sedaya, kang ing mangke
sampun kawula hasta, punika sedaya sami kahaturaken dhumateng Kumpeni ...
Inggih sakalangkung nggen kawula nitipaken putra-putra kawula kang kantun-
kantun punapa dene Pangeran Adipati Anom kawula lindhungaken dhumateng
habubing Kumpeni ...” (note:33). Raffles, Thomas Stamford. op.cit, 579 juga
mencatat, “Selama dirinya dan para warinsnya turun dari takhta kerajaan,
kekuasaan negeri ini diberikan kepada Pemerintah Belanda Hindia Timur, dan
menyerahkan kekuasaannya kepada mereka untuk mengaturnya, di masa depan,
kekuasaan akan diserahkan kepada orang yang mempunyai kemampuan untuk
memerintah dan untuk kebaikan bagi Kompeni dan juga bagi Jawa.”
20
G. Moedjanto. op.cit. 123.
21
Poespaningrat, Pranoedjoe. op.cit. 76 mendeskripsikan bahwa, Van
Imhoff membenarkan pokal (perilaku) Pringgalaya untuk menahan pemberian
hadiah tanah Sokawati karena dikhawatirkan akan memberikan kekuasaan yang
terlalu besar bagi Mangkubumi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
Pangeran Adipati Anom menjadi Pakubuwana III pada 15 Desember 174922. Saat
Mataram terbelah menjadi dua. Selang lima hari selepas penobatan Pakubuwana
dalam kehidupan manusia. Realitas pada hari ini, tidak dapat sepenuhnya
Kartasura dan yang paling menyolok adalah Perang Perebutan Takhta Jawa
Mangkubumi dan R.M. Said yang berlangsung sepanjang 19 Mei 1746 sampai
22
Raffles, Thomas Stamford. op.cit. 580 menjelaskan bahwa Pakubuwana
III naik takhta pada usia 9 tahun.
23
Ulasan mengenai Perang Perebutan Takhta Jawa Ketiga (1746-1757)
dapat dijumpai dalam G. Moedjanto. op.cit. 103-134.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
raja Mataram yang berkraton di Yogyakarta dapat dinilai sebagai sebuah upaya
yang diingkari oleh susuhunan. Akibat perang saudara yang dikenal sebagai
Perang Perebutan Takhta Jawa Ketiga (1746-1757) yang terus menerus tersebut,
VOC semakin mudah ikut campur tangan di Jawa. Persentuhan ini disadari atau
diatur dalam perjanjian resmi dengan VOC. Dalam realisasinya, kuatnya pengaruh
khususnya dalam aliran kebudayaan yang dipengaruhi oleh VOC. Bisa dilihat hal
24
Kloos 1971, hlm. 184 dalam Claessen, H.J.M. 1987. Antropologi
Politik: Suatu Orientasi. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 118.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Perjanjian Giyanti lahir atas dampak perseteruan antara R.M. Said25 dan
muncul sebagai sosok yang berhasil meredam gerakan R.M. Said. Namun
Agar perang tak berlangsung lebih lama, VOC dalam hal ini Gubernur
Nicolaas Hartingh dengan juru runding Seh Ibrahim alias Tuan Sayid Besar26
melakukan kontak pertama dengan Mangkubumi pada bulan April 1754. Dalam
pertemuan itu, Mangkubumi berkenan menerima gelar sultan supaya tidak ada
Inilah awal praktek dari politik divide et impera secara resmi diberlakukan oleh
25
Ibid, 580-581, ia disebut juga Pakunagara.
26
Ricklefs, M.C. op.cit. 216 menjelaskan sosok Seh Ibrahim sebagai
seorang penengah berkebangsaan Turki.
27
G. Moedjanto. op.cit. 129.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91
Keduwang di sebelah tenggara Surakarta serta sebagian Kedu yang dibagi dua. 29
Selo (daerah Grobogan), Warung (di Blora), Bagelen, Rema (Karanganyar), serta
Kasultanan Yogyakarta pada 1755 ternyata bukan babak akhir dari merosotnya
28
Ibid, 129-130.
29
Harto Juwono. 2011. Persewaan Tanah di Kesunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta 1818-1912: Penerapan Prinsip Konkordari di Wilayah
Projo Kejawen. Disertasi Universitas Indonesia. unpublished, hlm. 125. dalam
skripsi Rechardus Deaz Prabowo.2013. Sejarah dan Perkembangan Stasiun
Kereta Api Tugu di Yogyakarta 1887-1930. Universitas Sanata Dharma, hlm. 21.
30
Raffles, Thomas Stamford, op.cit. 581.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92
masih menghadapi goncangan dari R.M. Said. Puncak konflik dua keturunan
besar Mataram ini akhirnya dapat diselesaikan melalui Perjanjian Salatiga pada
17 Maret 1757 yang membelah wilayah Surakarta menjadi dua bagian lagi dengan
Pada kesempatan itu, Pakunagara, yang lebih umum dikenal sebagai Mas Said,
sepanjang kurun dua belas tahun. Akhir babak yang mirip nantinya akan menimpa
Hamengkubuwono II yang memerintah kala itu, dan diakui sebagai pangeran yang
kembali (berkuasa) pada tahun 1816, kerajaan Mataram lama telah terpecah
31
Ibid.
32
Lebih lanjut lihat Selo Soemardjan. 1986. Perubahan Sosial di
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hlm. 20-21.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93
Pakualaman.33
dari gejolak konflik internal di Kartasura sungguh tidak kecil. Konflik internal dan
intrik di dalam istana bukan semata mampu memecah belah kekuatan yang ada di
33
Ibid, 21.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94
BAB V
KESIMPULAN
Skripsi ini adalah sebuah hasil studi tentang konflik internal masa
internal pada masa kraton secara mendasar dipicu oleh sistem birokrasi kraton,
monarki tanpa aturan suksesi yang jelas akan selalu memunculkan konflik
karena merasa berhak. Maka pada setiap periode kepemimpinan, setiap raja
Sebab secara mendasar kemudian melalui skripsi ini diketahui bahwa konflik
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95
yang bersamaan, pemimpin daerah tidak mau lagi berkiblat ke pusat dan memilih
mengendalikan wilayah jalur ekonomi di sebelah utara Jawa digagalkan oleh Patih
Cakraningrat IV tidak puas dan memutuskan untuk berbelok arah dan bersekutu
untuk tetap mengumpulkan pusaka-pusaka kraton dari masa Amangkurat III yang
dibuang ke Ceylon. Sedangkan gagasan regalia baru yang diprakarsai oleh Ratu
sedari awal disadari oleh Pakubuwana II. Ia menggalang simpati dan dukungan
menganugerahkan berbagai gelar dan tanah lungguh melalui politik gelar dan
konflik.
Angke pada tahun 1740 di Batavia yang berimbas hingga ke wilayah Surakarta
kehilangan legitimasinya sebagai sosok raja ketika ia melarikan diri ke Timur dan
sosial dari sikap susuhunan yang awalnya mendukung laskar tersebut, namun
atas VOC.
menimbulkan situasi yang mengakibatkan munculnya konflik baru. Hal ini terjadi
mensahkan apa saja demi tercapainya tujuan yaitu kekuasaan. Kerugian yang
mesti diderita oleh Keraton Kartasura dari konflik internal sepanjang kurun
terpecahnya keraton menjadi dua wilayah yakni Surakarta dan Kartasura di tahun
tahun 1757. Era ini baru dapat disebut sebagai pemberlakuan politik divide et
sebagai berikut:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98
yang lain adalah dengan cara dibunuh atau dicabut gelar dan
kedudukannya.
serupa terlebih ketika menjumpai sejumlah data sejarah yang rancu. Kerancuan
membuat proses penelitian lebih hati-hati dalam menerima fakta sejarah yang
berhasil menyodorkan serangkaian fakta yang menarik untuk dikaji dari sisi intrik
DAFTAR PUSTAKA
BABAD
BUKU
Alex Sudewa. 1995. Dari Kartasura ke Surakarta: Studi Kasus Serat Iskandar.
Yogyakarta: Lembaga Studi Asia
Balk, G.L., et.al. 2007. The Archives of the Dutch East India Company (VOC) and
the Local Institutions in Batavia (Jakarta). Arsip Nasional Republik
Indonesia, Leiden, Boston
Bauer, Susan Wise. 2011. Sejarah Dunia Kuno: Dari Cerita-Cerita Tertua sampai
Jatuhnya Roma. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Boxer, C.R. 1983. Jan Kompeni: Dalam Perang dan Damai 1602-1799. Jakarta:
Penerbit Sinar Harapan
Carey, Peter. 2011. Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan
Lama di Jawa, 1785-1855. Jakarta: KPG bekerja sama dengan KITLV
Jakarta
C.C. Berg. 1985. Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
_________. 1987. Runtuhnya Istana Mataram. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti
Mirriam Budiardjo (ed.). 1984. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa.
Jakarta: Penerbit Sinar Harapan
Remmelink, Willem. 1990. Emperor Pakubuwana II, Priyayi & Company and
The Chinese War. Leiden: Proefschrif aan Rijksuniverseit te Leiden
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101
Taufik Abdullah, et.al. (ed.). 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah: Kolonisasi dan
Perlawanan. Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve
Taufik Abdullah (red.). 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan
Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia
Ricklefs, M.C. “Surat Pangeran Puger yang sedang dalam pelarian kepada
Pemerintah Agung, 5 Mei 1704”, dalam Harta Karun, Khazanah Sejarah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102
WEB:
http://www.sejarah-nusantara.anri.go.id/media/dasadefined/HartaKarunArticles
/HK004/Doc_4_Ind.pdf
http://gallica.bnf.fr/
http://wiktionary.org/
http://www.vocsite.nl/geschiedenis/personalia/dehaan.html
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105
LAMPIRAN
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104
PERDJANJIAN 1749*)
punnika, mila kawula hasuka tanda tapak tangan, sartta hetjap kawula
kangngageng.