Anda di halaman 1dari 4

Awal Berdirinya Dinasti Fatimiyah

Setelah tiadanya Khulafaur Rasyidin, benyak dinasti-dinasti yang bermunculan


diantaranya Dinasti Umayah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Ummayah di Spanyol, Dinasti
fatimiyah di Mesir, Dinasti Saffawiyah, Dinasti Ustmani di Turki, Dinasti Mongol di India
dan masih banyak lagi1. Tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa dinasti tersebut diantaranya
mampu membawa kemajuan terhadap Islam

Peradaban Islam mulai mengalami perubahan dan kemajuan ketika Dinasti Ummayah
berdiri yang kemudian disusul oleh Dinasti Abbasiyah. Berdirinya kedua dinasti tersebut
kemudian melopori pula berdirinya dinasti-dinasti kecil. Salah satu dinasti yang baru berdiri
pada saat itu adalah Dinasti Fatimiyah.

Dinasti Fatimiyah pada awalnya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang


berkedudukan di Afrika Utara yang kemudian pindah ke Mesir. Dinasti ini berdiri pada tahun
910 M hingga 1171 M2. Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Sa’id ibn Husain (Ubaidillah al-
Mahdi) yang merupakan keturunan pendiri kedua sekte Ismailiyah, pendirian Dinasti ini
sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yaitu Bani Abbasiyah yang berpusat
di Baghdad3.

Pada awalnya Dinasti Fatimiyah merupakan dinasti yang tercakup dalam daerah
propinsial yang berada dibawah naungan kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Daerah kekuasaa
Abbasiyah yang sangat luas memungkinkan untuk mendorong banyak ibu kota propinsial
untuk melepaskan diri dari wilayah kekuasaan Abbasiyah dan berkeinginan mendiirkan
dinasti yang mandiri. Dengan banyaknya dinasti-dinasti yang berkeinginan untuk melepaskan
diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah maka lambat laun Dinasti Abbasiyah mengalami
kemunduran.

Latar belakang nama Dinasti Fatimiyah dikarena dinasti ini dinisbatkan nasabnya
kepada puteri Rasulullah SAW Fatimah Az-Zahra, istri dari Ali bin Abi Thalib. Dinasti
Fatimiyah didirikan oleh Ubaidillah Al-Mahdi (w. 934 M) yang merupakan cucu dari Ismail
bin Ja’far Shadiq (w. 765 M). Sedangkan Ismail sendiri merupakan Imam Syiah yang ke-
Tujuh. Menurut mereka sesudah Jafar as Shidiq yakni imam yang ke enam imamah itu tidak
1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm 253
2

Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), 1997, hlm. 116
3

Fuji Rahmadi, Dinasti Fathimiyah Di Mesir (Analisis Pertumbuhan, Perkembangan dan


Pengaruhnya), 2017, Jurnal Al-Hadi, Volume II No 02, hlm. 425
diberikan kepada puteranya yaitu Musa al-Kazim (w. 799 M) akan tetapi berpindah pada
puteranya yang lain yang bernama Ismail4.

Silsilah Dinasti Fatimiyah berasal dari Ismail bin Ja’far, ia kemudian mempunyai
anak bernama Muhammad bin Ismail atau Maimun al Qaddah yang ditunjuk untuk
melanjutkan kekuasaan ayahnya. Kekuasaan selanjutnya beralih kepada Abudllah bin
Maimun yang dan sebelum meninggal ia menunjuk Husyan bin Abdullah. Kemudian pada
tahun 909 muncul Said bin Husain (Ubaidillah al Mahdi) yang meproklamirkan diri sebagai
khalifah pertama Dinasti Fatimiyah.

Berdirinya Dinasti Fatimiyah dengan khalifah pertamanya yakni Ubaidillah al mahdi


d Afrika Utara pada tahun 909 M, Fatimiyah menduduki Ifriqiya (Tunisia) sebagai pusat
pemerintahannya dikarenakan wilaayah ini sebelumnya merupakan pusat pemerintahan
Dinasti Aghlabiyah yang telah mereka taklukkan. Akibat penaklukkan ini, Dinasti
Aghlabiyah terpaksa mengasingkan diri ke pulau Sicilia dan memindahkan ibukotanya ke
Palemo. Dengan demikian wilayah Afrika Barat dan Afrika Utara dapat dikuasai oleh Dinasti
Fatimiyah5.

Dengan berdirinya Dnasti Fatimiyh, mampu menjadi pesaing bagi Dinasti Abbasiyah
di Baghdad dan Dinasti Ummayah di Spanyol. Dinasti Fatimiyah mampu membawa islam
pada kemajuan peradaban, hal ini terbukti dengan adanya tempat-tempat yang menjadi pusat
pusat peradaban Islam, yakni dengan lahirnya Dinasti Fatimiyah menjadikan Mesir sebagai
pusat peradaban Islam.

Awal pembentukan dinasti dilakukan dengan penaklukkan kota, dimana dengan


adanya penaklukan maka dinasti penakluk akan menmindahkan segala adeministrasi
pemerintahan ke wilaah dinasti yang telah ditaklukkan. Dalam ha ini, kota yang telah
ditaklukkan bisanya akan menjadi lebih makmur dan terjadi peningkatan ekonomi di berbagai
sektor dari masa dinasti seblumnya6. Cara ini lah yang kemudian juga diguakan oleh Dinasti
Fitimiyah unutk memperluas kekuasaan nya. Dinasti Fitimiyah melakukan propaganda
hingga mampu menancapkan kekuasaanyya di Afrika Utara .

A. Syalibi, Sejarah Kebudayaan Islam 2, (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru 2008), hlm 186
5

H.M Joesoef Sou’yb, Syiah Studi Tentang Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokohnya, (Jakarta : PT. Al
Husna Zikra. 2008) Hlm 173
6

Albert Hournain, Sejarah Bangsa Bangsa Muslim, (Bandung : Mizan, 2004) hlm. 271- 272
Kekuasaan Dinastit Fatimiyah terbagi menjadi dua periode yakni periode Afrika Utara
(909-974 M) dan periode Mesir (975-1171 M). Di Afrika Utara, Dinasti Fatimiyah berkuasa
kurang lebih selama 65 tahun dan di Mesir selama 196 tahun. Pada masa kekuasaanya di
Afrika Utara, Dinasti Fatimiyah mampu melakukan perluasan wilayah. Dalam perluasaan
wilayah ini, khalifah al Mahdi menerapkan kebijakan untuk melakukan perluasaan wilayah
dan pembangunan wilayah-wilayah dengan cara menekankan kinerja publik.

Dia awal masa pemerintahannya, al Mahdi mulai menguasai Dinasti Rustamiyah dan
menyerang Dinasti Idrisiyah yang pada saat itu sedang menguasai Maroko. Iskandariah dapat
dikuasainya pada tahun 914 M dan Delta dapat ditaklukkan pada tahun 916 M. Di tahun yang
sama, al Mahdi juga mengirimkan delegasinya ke Sisilia yaitu seorang gubernur baru dari
suku Kitamah untuk menjalin hubungan pertemanan dengan seorang pemberontak yang
bernama Ibn Hafshun di Spanyol. Selain Spanyol, hal yang sama juga dilakukan ke Malta,
Sardania, Corsica, Balearic, dan wilayah lain yang menjadi daerah bekas kekuasaan Dinasti
Aghlabiyah7.

Pada tahun 920 M masih dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan setelah
melakukan ekspansi dan berhasil menaklukkan beberapa daerah, Ubaidillah al mahdi
mendirikan sebuah kota di persisir pantai Tunisia yang diberi nama kota al Mahdi. Ambisi
untuk memperluas wilayah juga diperlihatkan dengan ambisinya yang juga ingin menaklukan
Mesir, namun upaya tersebut masih mengalami kegagalan8.

Bidang Ekonomi

Mata pencaharian masyarakat pada masa pemerintahan Dinasti Fatimiyah adalah


pertanian, industri, dan perdangangan. Mesir menjadi negara agraris dengan potensi alam
yang sangat sbur, tak heran jika pemerintah pada saat itu memberikan perhatian lebih kepada
sektor pertanian. Perhatian pemrintah pada sektor pertanian dibuktikan dengan pembangunan
saluran irigasi dari sungai Nil untuk dialirkan ke lahan-lahan pertanian. Komoditas pertanian
yang dihasilkan diantaranya kurma, gandum, kapas, tebu, bawang dan lainnya.

Dibidang industri komoditas yang dihasilkan diantranya adalah tekstil, kain sutra dan
wol yang kesemuanya itu kemudian diekspor ke Eropa. Hasil lain dari bidang industri yaitu

Philip K Hitti, History Of The Arab, Terj.Cecep Lukman Dan Dedi Slamet Riyadi. (Jakarta : Serambi
Ilmu Pustaka. 2008), hlm.789
8

Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, (Depok : PT Huta Parhapuran 2007),
hlm.240
berupa kerajinan yang bermutu seperti kiswah Ka’bah yang disulam dengan benang emas,
hasil kerjainan keramik, kristal. Selain itu Dinasti Fatimiyah pada masa itu juga mendapat
income dari hasil tambang besi, baja, dan tembaga. Pada bidang perdangan mendapat
perkembangn yang sangat pesat dimana hal ini diperngaruhi oleh hadirnya pedagang dari
berbagai penjuru yang datang ke Mesir yang pada masa itu menjadi pusat perdagangan.
Pendapatan lain Dinasti Fatimiyah juga datang dari sektor pajak yang diperoleh pemerintah
mencapai dua juta dinar per tahun9.

Bidang Pendidikan

Pada perkembangan pendidikan pada masa Dinasti Fitimiyah dipelopi oleh Ibn Killis
yang pada masa itu mendirikan sebuah universitas yang mengahabiskan dana yang besar tiap
bulannya. Dalam memperlancar penyebaran ajaran Syi’ah, Dinasti Fatimiyah juga
membangun Dar-al-Hikmah (rumah kebijaksanaan) atau Dar-al-Ilm (rumah ilmu) yang
didirikan oleh al-Hakim pada tahun 1005 M sebagai pusat penyebaran ajaran Syi’ah.

Kegiatan yang diadakan di Dar al-Hikmah diantaranya adalan diskusi, telaah,


mengarang dan menulis buku. Tokoh-tokoh ilmuawan yang terkenal di masa itu dintaranya
adalah Abu Hanifah al-Maghribi yang merupakan seorang ahli agama dari kalangan Syi’ah
Isma’iliyah. Selain itu juga ada Hasan Ibn Ali bin Zulhaq dan Abu Hasan Ali al-Syabsyata
yang keduanya ahli dibidang sejarah ulama. Dibidang filsafat terdapat al-Rizal, al-Kindi, Abu
Ya’qub, Ja’far Ibn Mansur. Dibidang Kedokteran terdapat Abu Abdullah, dalam bidang
matematika terdapat Abu Ali Muhammad al-Haitami, tokoh astronomi Ali bin Yunus dan Jiz
bin Yunus. Ahli optik yang menulis buku tentang penyakit mata ke dalam bahasa latin adalah
Ibn Haitami dan al-Hazan dengan bukunya al- Manazir, Amri Ali dengan bukunya al-
Muntakhab fi ‘Ilaj al-‘Aini. Tokoh yang muncul di bidang sastra adalah Abu al-Hamid al-
Anthaqi, Ibn Hani, Ibn Abi Jar, Abu Hamid Ahmad, dan Abdul Wahab Ibn Nashr10.

Rahimah, Sejarah Islam di Mesir: Ringkasan Sejarah Pada Masa Fathimiyah dan Napoleon (Medan:
USU Digital Library 2003), h. 7.
10

Ibid, hlm 8

Anda mungkin juga menyukai