Oleh :
Ni Luh Putu Dean Novithayanti
1805521015
Kelas A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TATA NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI
Konsepsi perancangan arsitekturnya didasarkan pada tata nilai ruang yang dibentuk
oleh 3(tiga) sumbu, yaitu ;
Dengan adanya pegunungan di tengah, maka untuk Bali Selatan, kaja adalah ke arah
gunung di utara, kelod ke arah laut di selatan. Untuk Bali Utara, kaja adalah kea rah
gunung di selatan, kelod kea rah ;laut di utara. Kedua sumbu lainnya berlaku sama.
Dalam suatu desa Adat, Kahyangan Tiga sebagai jiwa, Krama desa
(penduduk) sebagai tenaga, dan Pekraman desa (teritori/wilayah desa) sebagai
fisiknya. Di dalam suatu desa adat, ada ikatan-ikatan kependudukan yang disebut
nyama (keluarga), soroh (klan), pisaga (tetangga), braya (keluarga luar), tunggal
dadia (satu keturunan) dan lainnya.
Di dalam territorial desa adat penduduk di Bali juga terdiri dari beberapa
tingkatan strata sosial Hindu yang disebut Kasta, yaitu
1. zona ‘sakral’ dibagian kangin (timur) arah terbitnya matahari sebagai arah
yang diutamakan.
2. zona ‘provan’ dibagian kauh (barat) arah terbenamnya matahari.
Faktor kondisi dan potensi alam, nilai utama ada pada arah gunung dan kearah
laut dinilai lebih rendah. Faktor sosioekonomi juga berpengaruh, bahwa desa nelayan
menghadap ke-arah laut, desa petani menghadap kearah persawahan atau
perkebunannya. Terjadi hubungan yang erat dan seimbang antara pola desanya
dengan area tempat kerjanya.
Pada kondisi lain di Bali, pola permukiman ada yang berpola Pempatan Agung
yang disebut pula Nyatur Desa atau Nyatur Muka. Dua jalan utama yang menyilang
Desa, Timur – Barat dan Utara – Selatan, membentuk silang perempatan sebagai
pusat desa (cross road). Balai Banjar sebagai pusat pelayanan sub lingkungan
meneliti kearah sisi desa dengan jalan-jalan sub lingkungan sebagai cabang-cabang
jalan utama.
Di pempatan agung sebagai pusat lingkungan Pura Desa dan Pura Puseh atau
Puri menempati zona kaja kangin, Balai Banjar atau wantilan desa ditempatkan di
zone kaja kauh, lapangan desa menempati zone kelod kangin dan zone kelod kauh di
tempati pasar desa. Kuburan desa dialokasikan di luar desa pada arah kelod atau arah
kauh yang meru[pakan zona dengan nilai rendah. Tata letak perumahan dan
bangunan-bangunan pelayanan disesuaikan dengan keadaan alam dan adat kebiasaan
setempat.
Beberapa desa ada yang berpola khusus, plaza di tengah (Desa Tenganan-
Karangasem), plaza dengan jalan lingkar sisi (Desa Julah-Singaraja), plaza dengan
lorong-lorong dari plaza ke-arah tepi (Desa Bugbug- Karangasem) dan beberapa
desa lainnya. Potensi dan kondisi alam lingkungan lokasi desa banyak
mempengaruhi pola-pola perkampungan/desa di Bali.