PS. ARSITEKTUR-UNUD
GEDUNG PUSDOK
d. Tata bangunan :
- sosok/wujud refleksi Tri Angga (ATB) x universal (AMK)
- bentuk Bali ornamentalis (ATB) x bebas, polos/puritis (AMK)
- skala dan proporsi humanis, nuansa rural, poetic dan total (ATB) x
nuansa urban, prosaic dan parsial (AMK)
- ornamen dan dekorasi penting, sebagai harmonisasi, handicraft,
sence of
beauty (ATB) x AMK tidak perlu, rasional, fungsional, materialistis,
karakter
mesin
3. NILAI-NILAI LEBIH :
Nilai-nilai ATB sebagai agen pelestari atas dasar keselarasan buana alit
buana agung (statis, intuitif, handicraft, poetic-sence dan total); AMK
agen pem-baru-an dan dapat memenuhi sifat-sifat manusia yang
selalu menggandrungi ke-kini-an dan didukung IPTEK (logikal,
analitikal, hitech, prosaic dan partial)
….............‘rampatan nilai……………….’
1. PRINSIP-PRINSIP ‘PERKAWINAN’
a. Integrasi / Keterpaduan
b. Potensi alam dan sosial-budaya masyarakat.
MOKSA
2. Perpaduan/hibrida langgam :
HARMONIS
TATWAM ASI
SANG
HYANG
BKKBN
BKKBN
KANTOR BTDC
PADA ATB
PADA AMK
……………………………”p e n j e l a j a h a n’’
RUMUSAN MASALAH :
1. Nilai-nilai ATB mana yang dapat diaplikasikan masa kini?
2. Bagaimana rumusan aplikasinya?
3. Konskuensi aplikasi ATB pada Arsitektur Masa Kini / AMK
…………………………..‘p e n j e l a j a h a n’’
NISTA MADYA UTAMA
MADYA
NISTA
DATARAN
LAUT
[ TRI LOKA ]
MATI HIDUP LAHIR
[ TRI MANDALA ]
M.N
N.N
M.M
N.M
KOMBINASI
M.U
N.U
9 NILAI ZONING
dengan arsitektur yaitu :
NATAH NATAH
POLA
SWASTIKA-SANA
[ GO-CAD ]
POLA DASAR
KOMPOSISI MASSA
HUNIAN TRADISIONAL
PENGEMBANGAN
POLA KOMPOSISI
MASSA HUNIAN
2
9
3
7
9 MARGIN 9
NATAH T.SUCI
8 [ MARAJAN ] 8
7 7
6 SUMANGGEN
LUMBUNG
6
KLOD
KAJA
4 4
NATAH
3 PAWON 3
ANGKUL - ANGKUL
PAWON
BALE DAUH
2 2
1
PENUNGGUN
KARANG
KALA RAKSA
MARGIN
KAUH
ANGKUL - ANGKUL
RUDRA RAKSA
1
2
9
3
5
HULU Kangin
2. Buah Loka/ Paumahan Jaba Tengah Tegak Umah/ Pengawak/ Badan Badan
TENGAH
3. NISTA/ Bhur Loka/ Setra Jaba Pisan Teba/Sesa Batur Kaki
TEBEN Laut/Klod/Kauh
………….…………………………….PEMAHAMAN
‘p e n j e l a j a h a n’’
6. Sosok/wujud dan bentuk fisik ruang dan bangunan
tradisional muncul dari upaya penyeimbangan yang
harmonis antara manusia selaku isi (bhuana alit) dengan
ruang dan bangunan selaku wadah (bhuana agung).
Sosok dan bentuk dianalogikan sebagai proporsi
fisik/angga manusia yakni Tri Angga (kepala nilai utama,
badan nilai madya dan kaki nilai nista). Pembagian ini
diberlakukan secara konsisten dan konskuen hingga ke
bagian yang sekecil-kecilnya dari unsur-unsur sosok dan
bentuk. Komponen bentuk bangunan tradisional Bali
merupakan bagian-bagian ornamentalis.