LAPORAN PENELITIAN
STUDI KASUS : DESA TUMBANG RUNGAN
Nama Kelompok :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmatnya, kami dapat menyelesaikan
laporan kegiatan yang berjudul "Laporan Penelitian Studi Kasus : Desa Tumbang Rungan"
dengan tepat waktu, guna untuk memenuhi Tugas Besar dari mata kuliah “Arsitektur
Pedesaan”.
Kami juga berterimakasih kepada Bapak Dr. Herwin Sutrisno., ST., MT, atas bimbingan
selama mengajar mata kuliah Arsitektur Pedesaan
Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran dan kritik yang membangun agar kami menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga laporan penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi
pembaca.
Kelompok 1
ABSTRAK
Kalimantan Tengah yang beribu kotakan Palangkaraya memiliki beberapa desa, salah satu
desanya adalah Tumbang Rungan, desa ini memiliki letak yang bersebrangan dengan sungai
Kahayan. Desa sendiri memiliki makna perwujudan atau kesatuan geografis yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat
di situ (suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan
daerah lain. Pada penelitian ini kami akan mengidentifikasi desa Tumbang Rungan dari pola
ruang desa, karakteristik ruang, fisik permukiman dan bentuk ragam hias huniannya. Tujuan
penelitian ini ialah mengidentifikasi model permukiman di kawasan tepian sungai, kasus
kawasan permukiman tepian sungai di desa Tumbang Rungan. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian ekplorasi kualitatif lapangan (a qualitative exploratory
research) berdasarkan ekplorasi data lapangan (field observation) nilai historis kawasan
melalui survei, wawancara dan identifikasi potensi kawasan. Hasil penelitian ialah
teridentifikasi model permukiman tepian sungai yang relevan yang akan digunakan sebagai
pengkayaan model permukiman khususnya di kawasan-kawasan tepian sungai Indonesia di
masa mendatang.
ABSTRACT
Central Kalimantan, which has Palangkaraya as the capital city, has several villages, one of
which is Tumbang Rungan, this village is on the opposite side of the Kahayan river. The
village itself has the meaning of embodiment or geographical unity caused by the
physiographical, social, economic, political and cultural elements contained there (an area)
in relation to and their mutual influence with other regions. In this study, we will identify the
village of Tumbang Rungan from the village spatial pattern, spatial characteristics, physical
settlements and the decorative forms of the dwellings. The purpose of this study is to identify
the settlement model in the riverbank area, the case of the riverbank settlement area in the
village of Tumbang Rungan. This research method uses a qualitative exploratory research
method based on field data exploration (field observation) of the historical value of the area
through surveys, interviews and identification of area potential. The result of the research is
the identification of relevant riverside settlement models that will be used as an enrichment of
settlement models, especially in Indonesia's riverbank areas in the future.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Dari hasil laporan yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. menambah literatur baru tentang pola ruang, karakteristik desa dalam bidang
arsitektur pedesaan dengan objek Desa Tumbang Rungan
2. Sebagai bahan rujukan dan referensi yang relevan bagi mahasiswa dan
pemerintah daerah setempat dalam mengembangkan dan mengidentifikasi
pedesaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Paul Landis : Desa merupakan wilayah yang berpenduduk kurang dari 2500
jiwa dengan ciri-ciri pergaulan hidup yang saling mengenal, mempunyai
pertalian perasaan, cara penghidupannya agraris terpengaruh alam dan iklim
dan memiliki pekerjaan sambilan non agraris.
Dalam suatu kawasan pedesaan biasanya terdapat pola ruang yang dipengaruhi
oleh geografi lingkungan alam setempat, karena pedesaan sendiri masih bergantung
dengan kondisi alam sekitarnya sebagai salah satu tempat untuk bertahan hidup,
berikut adalah pola ruang desa menurut Daldjoeni (1987), yaitu :
a. Linear
Bentuk desa linear biasanya memanjang mengikuti alur jalan atau alur
sungai. Pola ini bisa ditemukan di desa dataran rendah. Misalnya desa dengan
banyak sawah. Dengan bergantung pada sarana transportasi, desa linear punya
mobilitas yang mudah.
b. Desa Memanjang
biasanya ditemukan di desa nelayan yang hidup di pinggir laut.
Pembangunannya mengikuti garis pantai. Setelah pantai, biasanya ada daerah
kawasan industri kecil. Di belakangnya baru rumah-rumah penduduk.
c. Terpusat
Bentuk terpusat biasa ditemukan di wilayah pegunungan. Warga di
desa ini biasanya punya garis keturunan yang sama.
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina
rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan
menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status lambang sosial (Azwar,
1996; Mukono, 2000). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa rumah
adalah tempat tinggal yang memiliki berbagai fungsi untuk tempat hidup manusia
yang layak.
Desa memiliki segi skala yang dapat dibagi menjadi tiga yaitu Makro, Mikro
dan Messo. Berikut adalah pengertian dari ketiga karakteristiknya :
a. Mikro
Bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni,
sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,serta aset bagi
pemiliknya.
Variabel Mikro:
1. Umur bangunan
2. Pola kepemilikan, tanah
3. Tipe hunian
4. Fisik hunian
5. Level sanitasi
b. Messo
Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu- satuan
perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungi lain di kawasan perkotaan
Variabel Messo :
c. Makro
Variabel Makro :
Pada pembahasan kali ini akan mengenai pola dari ruang desa, dari data yang didapat
dan juga berdasarkan hasil lapangan, dapat dibuktikan bahwa desa Tumbang Rungan
memiliki pola keruangan desa dengan pola memanjang atau menjalur.
Pengertian dari pola memanjang/menjalur (Line Village Community) adalah pola desa
yang arah pembangunannya secara memanjang atau mengikuti arah dari keadaan
alam/lanskap didaerah tersebut. Pola ini biasanya mengikuti jalur utama seperti sungai,
pantai, dan jalan. Di daerah sungai yang agak landau, pemukiman bisa tumbuh dan ada yang
menjalur. Penduduk sungai umumnya akan bermata pencaharian sebagai nelayan atau
bergerak dalam bidang perdagangan.
Desa Tumbang ini dapat dilihat bahwa pola dari ruang desa ini adalah pola
memanjang karena mengikuti jalur sungai, dan karena keadaan geografis dari desa ini yang
letaknya berada di tepian sungai maka dari itu pola dari desa ini menerapkan pola Line
Village Community.
3.2 Karakteristik Ruang Makro, Mikro, dan Messo
Dalam skala ruang Makro yang akan dibahas adalah permukiman. Menurut
Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Pasal 3, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan
yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Satuan lingkungan permukiman adalah
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang,
prasarana dan sarana lingkungan yang terstruktur. Sedangkan dalam Pasal 4 menyebutkan
bahwa penataan perumahan dan permukiman bertujuan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;
b. Mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat,
aman, serasi, dan teratur;
c. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;
d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang lain.
Dalam penentuan lokasi suatu permukiman, perlu adanya suatu kriteria atau persyaratan
untuk menjadikan suatu lokasi sebagai lokasi permukiman. Kriteria tersebut antara lain:
(Sumber : “Pedoman Teknik Pembangunan Permukiman Tidak Bersusun Kementerian
Pekerjaan Umum)
a. Tersedianya lahan yang cukup bagi pembangunan lingkungan dan dilengkapi dengan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial.
b. Bebas dari pencemaran air, pencemaran udara dan kebisingan, baik yang berasal dari
sumber daya buatan atau dari sumber daya alam (gas beracun, sumber air beracun,
dan sebagainya).
c. Terjamin tercapainya tingkat kualitas lingkungan hidup yang sehat bagi pembinaan
individu dan masyarakat penghuni.
d. Kondisi tanahnya bebas banjir dan memiliki kemiringan tanah 0-15 %, sehingga dapat
dibuat sistem saluran air hujan (drainase) yang baik serta memiliki daya dukung yang
memungkinkan untuk dibangun perumahan.
Skala Makro studi kasus Desa Tumbang Rungan ini dapat dianalisa dengan poin diatas yaitu :
Kesediaan Lahan
Desa Tumbang Rungan ini memiliki kesediaan lahan yang masih terbilang masih
sangat banyak untuk dijadikan lahan pembangunan rumah, didesa Tumbang Rungan ini juga
memiliki fasilitas prasarana lingkungan, utilitas umum, dan juga fasilitas sosial. Contoh
fasilitas yang terdapat di Desa Tumbang Rungan adalah :
Desa Tumbang Rungan memiliki kondisi dari kualitas air yang sedikit kurang baik,
namun memiliki kondisi udara serta kebisingan yang baik karena lokasinya yang tidak terlalu
padat dan juga rendahnya jumlah kendaraan yang lalu lalang sehingga kondisinya masih bisa
terjamin kualitasnya dari pencemaran.
Dengan kondisi eksisting alam yang cukup baik membuat kondisi lingkungan hidup
di Desa Tumbang Rungan ini menjadi baik dan juga sehat untuk masyarakat yang berdomisili
di desa ini. Di Desa Tumbang Rungan ini juga didukung oleh adanya Puskesmas Pembantu
Tumbang Rungan untuk menjadi salah satu fasilitas pendukung kesehatan bagi masyarakat
Tumbang Rungan
Kondisi tanah dari dari Desa Tumbang Rungan ini termasuk tanah aluvial yang
disebabkan oleh tanah endapan sungai, namun Desa Tumbang Rungan ini sangat rawan banjir
karena kondisinya yang berada ditepian sungai sehingga saat hujan turun kemungkinan air
akan pasang cukup besar sehingga berdampak pada sekitaran lingkungan, dikarenakan hal
tersebut terdapat solusi bagi masyarakat yaitu dengan membangun rumah panggung,
sehingga meminimalisir akan masuknya air ke rumah saat sungai dalam kondisi pasang yang
mengakibatkan banjir.
(Gambar 3.3 Kondisi Desa Tumbang Rungan Saat Banjir, sumber : Google.com)
Dalam Skala Ruang Mikro dapat disimpulkan yang akan dibahas adalah bangunan rumah dan
arsitektur yang terdapat di pemukiman pedesaan. Rumah sebagai bangunan merupakan
bagian dari suatu permukiman yang utuh, dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung
untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik belaka, melainkan
juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat setelah menjalani perjuangan hidup
sehari-hari. (C. Djemabut Blaang, Perumahan dan Permukiman,1986: 28).
Berikut adalah variabel dalam skala mikro, yaitu :
a. komponen bangunan
b. Pola kepemilikan tanah
c. Tipe hunian
d. Fisik hunian
e. Level sanitasi
Berikut adalah hasil dari analisa mikro di Desa Tumbang Rungan:
Komponen bangunan
Dengan kondisi alam yang berada ditepian sungai, masyarakat Tumbang Rungan
memilih untuk membangun dengan bahan yang terdapat disekitaran bangunan, rata-rata dari
bangunan atau hunian masyarakat Tumbang rungan dibangun dengan material kayu,
walaupun dengan kondisi bangunan yang kurang optimal, komponen yang digunakan dapat
cukup menjadi hunian yang dapat ditinggali dengan proporsional. Bangunan ini
menggunakan prinsip dengan rumah panggung, karena menyesuaikan kondisi lingkungan
yang berada di tepian sungai yang rawan akan banjir.
Dengan komponen yang digunakan kurang optimal membuat bangunan atau hunian
masyarakat memiliki umur, sehingga memerlukan pembaharuan komponen karena kayu akan
menjadi rapuh karena kayu memiliki umur.
Dalam analisa desa Tumbang Rungan ini, kepemilikan tanah ada yang dimiliki oleh
PEMDA Kota Palangka Raya. Dalam UUD 45 Pasal 28 Butir H, UU No.1 Tahun 2011, Butir
7 bahwa Setiap warga negara memiliki hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau
memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.
Rumah yang dibangun diatas tanah PEMDA ada yang dibuat untuk fasilitas umum
didesa Tumbang Rungan ada pula yang dijadikan tempat hunian bagi masyarakat yang berada
di tepian sungai.
Tipe Hunian
Tipe dari hunian yang berada di Desa Tumbang Rungan ini termasuk sebagai RSS atau
disebut juga Rumah Sangat Sederhana. Rumah ini termasuk rumah yang bisa dikatakan
sebagai rumah tradisional, karena bangunan tipe hunian adalah tipikal rumah yang dibangun
menyesuaikan kondisi alam sekitarannya, maka dari itu bentuk yang dibangun adalah bentuk
tipe turun temurun, hanya saja ada beberapa bangunan yang dibuat dengan material beton dan
lainnya yang ditujukan agar rumah lebih kokoh dan menjadi tipe rumah sederhana.
Fisik Hunian
Bentuk fisik dari hunian yang terdapat di Desa Tumbang Rungan adalah rumah
panggung, rumah ini memiliki pondasi kayu yang merupakan sistem konstruksi dengan
bidang lantai yang terangkat dari permukaan tanah atau air, dengan tiang-tiang penopangnya.
ciri dari rumah panggung ini dibuat dengan kayu. kemudian bentuk fisik dari bangunan ini
mayoritas berbentuk memanjang. dan juga bagi masyarakat yang persis berada ditepian
sungai memiliki tambak sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat desa Tumbang
Rungan.
(Gambar 3.6 Fisik Hunian Desa Tumbang Rungan)
Level Sanitasi
Dari data yang didapat sekitar 63% level sanitasi di desa Tumbang Rungan memiliki
sanitasi yang layak, level sanitasi yang kurang baik karena desa Tumbang Rungan ini terletak
di tepian sungai. Hal ini didukung dengan data dari Pengelola Program Pengawasan Kualitas
Air Minum (PKAM) dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Tengah, Kartinus, mengatakan rumah tangga yang belum memiliki
sanitasi layak paling banyak mereka yang tinggal di daerah bantaran sungai.
Dalam ruang messo kita membahas perkembangannya, rumah bukan hanya dilihat dari aspek
kuantitatif, tetapi juga berkembang dari segi kualitasnya. Dalam artian luasannya disesuaikan
dengan kebutuhan sosial, ekonomi, institusional, serta perkembangan keluarga yang
bersangkutan (Budihardjo, 2006).
Dalam klasifikasi perumahan, Terdapat keterkaitan antara kondisi ekonomi seseorang dengan
skala prioritas kebutuhan hidup (perumahan). Dalam hal ini menentukan kebutuhan rumah
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) berdasarkan skala prioritas antara lain:
a. Prioritas utama pada lokasi rumah yang dekat dengan tempat yang memberi
kesempatan kerja
b. Status kepemilikan rumah dan lahan
c. Bentuk dan kualitas rumah.
Prioritas lokasi dekat tempat kerja bagi masyarakat berpenghasilan rendah adalah prioritas
utama sebagai penopang kebutuhan sehari-hari, dalam tahap ini tersedianya rumah untuk
berlindung dan beristirahat dalam upaya mempertahankan hidup
Dan dipembahasan kali ini, menyangkut studi kasus pada Desa Tumbang Rungan. Dapat di
klasifikasikan menurut skala prioritas, yaitu :
a. Prioritas utama pada lokasi rumah yang dekat dengan tempat yang memberikan
kesempatan kerja
- Masyarakat pada desa ini rata-rata adalah nelayan atau pembudidaya ikan,
karena lokasinya yang bersebelahan dengan sungai, yang menjadikan prioritas
utama dari mata pencahariannya yaitu pekerjaan yang berhubungan dengan
air/sungai.
b. Status Kepemilikan Rumah
- Masyarakat Desa Tumbang Rungan dalam status kepemilikan masih ada yang
beberapa merupakan bangunan yang sudah diturunkan oleh keluarga
sebelumnya. Untuk status kepemilikan rumah rata-rata rumah ini sudah
memiliki status kepemilikan yang valid.
c. Bentuk dan Kualitas rumah
- Rata-rata dari penduduk di Desa Tumbang Rungan berpenghasilan cukup
menengah kebawah, karena penghasilan yang tidak cukup tinggi, maka dari itu
kualitas dan bentuk dari rumah ini dibuat dengan sesuai kebutuhan dari
masyrakat yang meninggali rumah di desa ini. Kualitasnya bisa terbilang
cukup baik walaupun kondisinya beberapa sudah mulai membutuhkan
renovasi. Mayoritas rumah di desa ini menggunakan bentuk rumah panggung
yang dibuat karena mengantisipasi air sungai yang pasang saat hujan agar
tidak terendam banjir.
3.3 Fisik Permukiman
Kondisi fisik dari permukiman Desa Tumbang Rungan cukup baik dengan jalan yang sudah
di paving block dan juga sudah memiliki cukup banyak fasilitas umum yang dapat
menunjang kebutuhan sehari-hari. Permukiman merupakan upaya peningkatan taraf hidup
masyarakat, diusahakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan juga sebagai upaya menggerakan kepedulian masyarakat terhadap sesama.
Berikut adalah beberapa gambaran dari bukti fisik permukiman Desa Tumbang Rungan:
- Desa ini memiliki pola menjalur, karena mengikut bentuk dari jalur sungai, yang
merupakan salah satu tempat mata pencaharian dari masyarakat Desa Tumbang
Rungan
(Gambar 4.1 Pola Fisik Permukiman Desa Tumbang Rungan, sumber: Google.com)
- Prasarana lingkungan didaerah ini cukup memadai karena adanya pembangunan yang
direncanakan setiap tahunnya agar desa ini menjadi desa yang layak untuk menjadi
sebuah permukiman, di permukiman desa Tumbang Rungan ini sudah ada fasilitas
prasarana lingkungan fisik berupa: sekolah, posko kesehatan/puskemas pembantu,
kantor kelurahan, sarana ibadah , dermaga, dan lainnya.
(Gambar 4.2 Prasarana Fisik Permukiman Desa Tumbang Rungan)
Pada Desa Tumbang Rungan ini memiliki hunian yang cenderung berbentuk rumah panggung
karena memiliki pondasi yang tidak tertanam di tanah, rumah panggung sendiri memiliki arti
seperti rumah yang dibangun diatas permukaan tanah atau air. Di Desa Tumbang Rungan
rata-rata huniannya berbentuk seperti rumah panggung. Tujuan rumah ini dibangun dengan
konsep panggung karena memiliki fungsi untuk mengatasi apabila hujan terjadi dan air
sungai pasang maka rumah tersebut tidal terendam banjir, sehingga rumah ini dimaksimalkan
kegunaan karena kondisi lingkungan yang berada di tepian sungai.
Berikut adalah contoh ragam hunian yang ada di Desa Tumbang Rungan :
Rata-rata dari jenis rumah yang ada di Desa Tumbang Rungan ini memiliki pondasi dari kayu
yang memiliki panjang ketinggian sekitar 1,5 meter sampai 2 meter. Dengan pondasi yang
cukup tinggi diharapkan akan menanggulangi efek dari hujan deras yang berdampak pada
kondisi sungai yang kemungkinan akan meluap.
Rumah pada Desa Tumbang Rungan ini di dominasi oleh material kayu, yang membuat
kelembaban lebih baik dibandingkan rumah modern di lingkungan tersebut. Ini menandakan
rumah panggung tradisional masih lebih baik dalam soal kelembaban, penghuni pun dapat
hidup lebih sehat bila pencahayaan pun diperhatikan. Banyaknya bukaan juga membuat udara
dan cahaya dapat masuk secara maksimal dan dapat mengurangi kebutuhan listrik bagi
penghuni rumah di Desa Tumbang Rungan ini.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari identifikasi desa Tumbang Rungan ini adalah pola ruang yang menjalur
karena kondisi lingkungan yang bersebelahan dengan tepian sungai, sehingga membuat
polanya menjadi menjalur, kondisi ini juga karena disebabkan rata-rata dari penduduk desa
Tumbang Rungan berprofesi sebagai nelayan, tambak ikan dan lainnya. Kemudian dari segi
messo,mikro, dan makro dapat disimpulkan kondisi dari permukiman pedesaan Tumbang
Rungan ini cukup layak karena hanya ada beberapa aspek yang kurang memadai contohnya
adalah kondisi air dan level sanitasi di desa yang tidak begitu baik. dan untuk identifikasi
hunian dapat dipastikan bahwa rumah yang ada didesa ini mayortitas adalah rumah panggung
karena rumah ini berfungsi untuk menanggulangi efek dari banjir apabila terjadi hujan yang
deras hingga air dari sungai meluap.
DAFTAR PUSTAKA
Google Maps,
https://www.google.com/maps/@-2.1700864,113.9239063,3a,45y,122.7h,54.35t/data=!3m8!1
e1!3m6!1sAF1QipOul-WahsyQmWTI5YfvC7r1E-o1ZX1zXINQ2Ey6!2e10!3e11!6shttps:%
2F%2Flh5.googleusercontent.com%2Fp%2FAF1QipOul-WahsyQmWTI5YfvC7r1E-o1ZX1z
XINQ2Ey6%3Dw203-h100-k-no-pi-0-ya200.7005-ro0-fo100!7i4096!8i2048, Diunduh 9 Mei
2022, Jam 18.44
Definisi Perumahan,
file:///Users/mac/Downloads/10.%20BAB%20II.pdf, Diunduh 9 Mei 2022, Jam 15.23