Kampung di Desa Balingasal. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
S.Sos. M.A.P selaku dosen mata kuliah administrasi pemerintahan kampung yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Namun demikian penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di kemudian hari.
Elisa Riza Umami
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Desa/kampung adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung di
bawah camat dan berhak menyelenggaakan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Rebublik Indonesia.
Administrasi desa menurut Nurcholis (2011) adalah proses kegiatan
pencatatan data dan informasi pada penyelenggaraan desa yang di catat dalam
buku administrasi desa. Kemudian, berdasarkan aturan dijelaskan melalui
Pasal 1 Permendagri 47/2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa,
bahwa administrasi pemerintahan desa adalah keseluruhan proses kegiatan
pencatatan data dan informasi mengenai pemerintahan desa pada buku register
desa yang meliputi administrasi umum, administrasi penduduk, administrasi
keuangan, administrasi pembangunan, dan administrasi lainnya.
2.2 Asal Usul Berdirinya Desa Balingasal
Sunan Jati merupakan salah satu murid Sunan Kalijogo yang ditugaskan
untuk mesyiarkan agama islam ke daerah barat. Setelah melewati pejalanan
panjang Sunan kalijogo bersama muridnya Sunan Jati tiba di daerah hutan
belantara, dan beristirahat di tepi sungai yang sangat besar sekali. Tidak lama
kemudian setelah beristirahat Sunan Kalijogo menancapkan tongkatnya
dipinggir aliran sungai yang besar yaitu aliran Sungai Bengawan. Di daerah
hutan itu masih jarang ada penduduk yang bertempat tinggal disana dan hanya
berapa orang yang bisa ditemui di daerah tersebut. Pada umumnya mereka
masih menganut agama hindu.
Setelah selesai beristirahat dan akan melanjutkan perjalanannya Sunan
Kalijogo mengambil tongkatnya yang ditancapkan, bekas tancapan
tongkatnya ternyata tumbuh tunas pohon jati. Setelah sekian lama pohon jati
tersebut tumbuh menjadi sangat besar dan tinggi. Dengan adanya kejadian
yang langka ini maka masyarakat setempat akhirnya menamakan daerah
tersebut menjadi nama Jatiteken. Jatiteken itu sendiri diambil dari kata jati
yang artinya pohon jati, dan teken yang berarti tongkat.
Pohon jati tersebut tumbuh di pinggir Sungai Bengawan yang sangat
deras alirannya sehingga lama kelamaan terkikislah tanah di sekitar pohon
jati. Sampai suatu ketika pohon jati tersebut roboh dan terbawa arus Sungai
Bengawan dan entah kenapa pohon jati tersebut kembali lagi ke asalnya atau
pokolnya. Saat itu pernah beberapa kali pohon jati terbawa arus sungai yang
deras tetapi tetap saja pohonnya selalu kembali ke tempat tumbuh semula.
Maka di tempat tersebut terdapat petilasan Sunan Kalijogo yang sampai saat
ini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Dilihat dari kejadian seringnya
pohon jati yang terbawa arus dan selalu kembali lagi ke tempat awal tumbuh,
disinilah asal mulanya nama Balingasal. Bali yang artinya kembali dan ngasal
yang berarti asal yakni kembali keasalnya. Sekitar tahun 1700-an terbentuk
suatu tempat yang bernama Balingasal namun pada saat itu belum dijadikan
pemerintahan desa.
Aliran Sungai Bengawan bersumber dari mata air Gunung Kembang
Wadaslintang, Wonosobo. Di masa itu Sungai Bengawan sangatlah luas dan
aliran arusnya sangat deras. Konon katanya di Sungai Bengawan mempunyai
penjaga sungai atau ili-ili (merawat sungai). Penjaga tersebut diketahui
bernama Mbah Begawan. Sungai Bengawan melewati Wadaslintang,
Sendangdalem, Rahayu, Jatiteken, Bleber, Kabuaran, Korowelang, dan
sampai pantai selatan. Seiring dengan berjalannya waktu Sungai Bengawan
terus terkikis lalu mengecil dan saat ini Sungai Bengawan dikenal atau ganti
nama menjadi Sungai Bleber. Dilihat dari sejarah bahwa ada kaitannya antara
Sunan Kalijogo dan Sungai Bengawan. Maka dari itu di Balingasal juga
terdapat makamnya Mbah Begawan yang masih dilestraikan dan dirawat oleh
masyarakat.
Sebelum nama Desa Balingasal ada, pada tahun 1850-an terdapat empat
wilayah kecil yang mempunyai pemerintahan masing-masing. Diantaranya
wilayah Kenayan, Pepedan, Kalapacung, Bleber, Jatiteken.Wilayah kenayan
dengan kepala pemerintahan atau Pak lurahnya bernama Mbah Mentayuda
yang berakhir tahun 1875-an. Dinamakan Kenayan karena sawae mung sak
eyan (lahan sawahnya cuma sedikit). Geografis tanah wilayah Kenayan terdiri
dari sawah dan lahan yang sangat kecil. Wilayah Pepedan dengan kepala
pemerintahnya yang pertama atau Pak lurahnya Mbah Pringga Yudha yang
berakhir sekitar tahun 1875-an. Dinamakan wilayah Pepedan karena
wilayahnya pating slempit (saling terjepit). Di masa pemerintahan sebelum
penggabungan, lurah Pepedan yang terakhir yaitu Mbah Pringga Wangsa
sekitar 1900-an. Geografis wilayah Pepedan kebanyakan lahan tanah dan
sedikit sawah. Wilayah Kalapacung dengan kepala pemerintahnya atau lurah
pertama Dul Sujak, beliau wafat di tanah suci mekkah saat melaksanakan
ibadah haji sebelum masa pemerintahnya berakhir dan pemakamannya pun di
tanah suci. Dinamakan wilayah Kalapacung karena seneng rebutan itung
(senang berebut hitung). Geografis wilayahnya kebanyakan tanah tegalan.
Wilayah Bleber dengan kepala pemerintahan atau lurah saat itu yang pertama
bernama Klentheng yang berakhir massa pemerintahannya sekitar 1900-an.
Beliau merupakan satu-satunya lurah perempuan saat itu dan tidak
mempunyai keturunan. Asal usul Bleber di jaman peperangan seringnya di
uber-uber meng penjajah (di kejar-kejar oleh penjajah). Wilayahnya terbagi
menjadi dua yakni Bleber Gunung (atas) dan Bleber Jurang (bawah).
Geografisnya wilayahnya sedikit sawah, ada sungai dan tegalan. Wilayah
Jatiteken dengan kepala pemerintah atau lurah pertama bernama Mbah
Wirakerta yang berakhir sekitar tahun 1900-an. Wilayah paling luas diantara
pewilayahan lainnya. Saat ini wilayah Jatiteken dibagi menjadi dua yaitu
Jatiteken Wetan (Timur) dan Jatiteken Kulon (Barat). Geografis wilayahnya
terdiri dari hutan, dataran tinggi, dan satu satunya yang tidak mempunyai
lahan sawah.
Pada tahun 1901 baru ada pemblengketan atau penyatuan diantara 5
perwilayahan menjadi nama Desa Balingasal yang secara resmi disepakati
oleh kelima wilayah tersebut. Nama Desa Balingasal diambil dari sejarah
terbentuknya tempat Balingasal. Kepala desa pertama saat itu glondong (lurah
yang sudah menjabat berkali-kali) bernama Cohdwiryo menjabat dari tahun
1901 sampai dengan 1922. Pada saat itu Desa Balingasal terdiri dari enam
wilayah perkadusan yang masing masing mempunyai kepala wilayahnya
bernama bayan atau kadus. Diantara enam wilayahnya yaitu untuk
pewilayahan 1) Dusun kenayan, pewilayahan 2) Dusun Pepedan, Pewilayahan
3) Dusun Jatiteken Wetan, pewilayahan 4) Dusun Jatiteken Kulon,
pewilayahan 5) Dusun Bleber dan pewilayahan 6) Dusun Kalapacung.
Pada tahun 1922 awal mula pemilihan lurah di Desa Balingasal dengan
cara tongkrongan (duduk dibelakang jago atau calon lurah). Saat itu ada 3
calon lurah, diantaranya Sumodwiryo, Mbah Pariareja, dan Mbah Yaman.
Kemudian pemilihan tersebut dimenangkan oleh Sumodwiryo. Sumodwiryo
merupakan putra dari mbah Cohdwiryo. Jabatan Mbah Sumodwiryo berakhir
sekitar tahun 1948. Sesudah itu diadakan pemilihan lagi kepala desa dengan
sistem jiting (lidi yang dipotong kecil-kecil). Setiap pemilih memasukkan
jiting ke dalam botol milik masing-masing calon kepala desa. Saat itu
dimenangkan oleh Mbah Kadirin dan kepemimpinnya berakhir pada tahun
1980-an. Kini Desa Balingasal memiliki tatanan pemerintah yang baik dan
sistematis. Sampai sekarang sudah ada 7 kepemimpinan di Desa Balingasal.
Pertama Sahroni yang memimpin dari tahun 1980-1994, Kedua Misran Fauzi
yang memimpin dari tahun 1994-2002, ketiga Ruminah yang memimpin dari
tahun 2002-2004, Keempat dan Kelima Sumarno memimpin selama dua
periode dari tahun 2004-2014, Keenam Priyatini yang memimpin dari tahun
2014-2019, dan Ketujuh Manang dari tahun 2019 sampai sekarang. Begitulah
sejarah singkat terbentuknya Desa Balingasal. Sejarah lokal ini sudah
sepatutnya dapat memberikan kesadaran bagi masyarakat dan generasi muda,
karena sejarah di lingkungan sekitar akan menumbuhkan rasa bangga dan
cinta akan budaya masa lalu di suatu daerah. Harapannya dengan mengetahui
sejarah, generasi muda juga bisa mendapatkan pengetahuan masa lampau
yang dijadikan sebagai referensi ke depan. Sebagai generasi muda juga
dituntut agar terus melestarikan sejarah sebagaimana kata Bung Karno yang
terkenal “Jas Merah” jangan sekali-kali lupakan sejarah.
2.3 Gambaran Umum Desa Balingasal
Desa Balingasal Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen, Jl.
Wadaslintang Km. 07 Balingasal, Padureso, Kebumen Kode POS : 54397.
Menurut Letak Geografis Desa Balingasal terletak di 7.6637 LS dan
109.7938 BT. Desa Balingasal merupakan salah satu dari 9 desa di Kecamatan
Padureso Kabupaten Kebumen yang memiliki luas wilayah 262,5 Ha. Secara
Topografi terletak pada ketinggian 12 meter di atas permukaan air laut. Posisi
Desa Balingasal berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Merden dan Desa Sidototo Kecamatan Padureso
Sebelah Timur : Desa Pecarikan Kecamatan Prembun
Sebelah Selatan : Desa Kabuaran Kecamatan Prembun
Sebelah Barat : Desa Pejengkolan Kecamatan Padureso
Luas Wilayah Desa Balingasal 262,50 Ha atau 10,28% Luas wilayah
Kecamatan Padureso, lahan desa sebagian besar tanah kering 85% dan tanah
sawah sebesar 15%
2.4 Kepala Desa dan Perangkat Desa Balingasal
NO NAMA JABATAN
4. SLTP/SMP/SEDERAJAT 559
5. SLTA/SMA/SEDERAJAT 281
6. DIPOMA I/II 2
7. AKADEMI/DIPLOMA III/S. MUDA 18
JUMLAH : 1887
BELUM MENGISI : 1133
TOTAL : 3020
2.7 Lembaga yang ada di Desa Balingasal
Adapun beberapa lembaga yang terdapat di desa Balingasal diantaranya:
KPAD, BPD, Rukun Kampung dan Rukun Warga, Karang Taruna, LKMD,
SATLINMAS, TP.PKK, POSYANDU, POKDAKAN, Kelompok Tani,
GAPOKTAN, KPMD dan TKP2Kdes.
2.8 Agenda Desa
Beberapa agenda desa yang kiranya akan dilaksanakan pada bulan maret
di tahun 2023 antara lain proses pengajuan sampai penerimaan Siltap, laporan
penyelenggaraan dan pemerintahan desa atau LPP Desa dan LKPP Desa,
kegiatan semua bidang sesuai RKP Desa dan APB Desa tahun berjalan,
kegiatan pembangunan desa yang bersumber dari program sektoran dan/atau
Pemerintah Daerah yang disepakati Pemerintah Desa(apabila ada), pelayanan
publik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan, berdasarkan makalah ini Desa/kampung adalah
suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi pemerintahan langsung di bawah camat dan berhak
menyelenggaakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Rebublik Indonesia. Administrasi desa menurut Nurcholis (2011) adalah
proses kegiatan pencatatan data dan informasi pada penyelenggaraan desa
yang di catat dalam buku administrasi desa.
Desa Balingasal Kecamatan Padureso Kabupaten Kebumen, Jl.
Wadaslintang Km. 07 Balingasal, Padureso, Kebumen Kode POS : 54397.
Dengan dipimpin oleh kepala desa yaitu bapak Manang dan dibantu oleh
perangkat desa lainnya yang bertugas sesuai tupoksinya. Dengan membuat
agenda yang akan dilaksanakan kemudian diimplementasikan sesuai kegiatan
kerja yang sudah di rancang.
3.2 Saran
Saran saya yaitu alangkah lebih baik jika di Kota Merauke meniru cara
Desa Balingasal agar para kepala kampung membuat website berisikan data
dan identitas mengenai kampung masing-masing dan diupdate setiap harinya.