Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ARSITEKTUR PEDESAAN

ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL DESA WISATA KAMPUNG BETAWI DI


SETU BABAKAN

NAMA KELOMPOK :

CHAZIEL CHERINO EDUARD P DBB 118 040


HOLONG HARTARO S DBB 118 051

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DKI Jakarta, merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia


bahkan sejak zaman kolonial Belanda. Karena factor tersebut membuat masyarakat
dari berbagai macam etnis berdatangan untuk mencari peruntungan untuk merubah
kehidupan mereka di Jakarta dan masyarakat yang disebutkan merupakan masyarakat
yang berada di luar Jakarta seperti masyarakat Jawa, Bugis, Sunda, Makasar. Dan
sebagainya. Karena hal tersebut membuat Jakarta menjadi kota yang dipenuhi dengan
masyarakat dari berbagai macam etnis yang menyebarkan budaya-budaya mereka
baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhirnya Budaya asli Jakarta yaitu
budaya Betawi menjadi tercampur bahkan hampir hilang karena terjadinya urbanisasi
para penduduk dari luar Jakarta yang datang ke Jakarta membawa budaya - budaya
asli mereka bahkan para urban membuat wilayah mereka sendiri ( bermukim) di
Jakarta seperti Kampung Ambon, Kampung Bugis, Kampung Bali, Kampung
Makassar dan masih banyak lagi. Dan dalam kesempatan kali ini akan membahas
sebuah studi arsitektur dari salah satu kampung betawi yang terdapat di Jakarta,
tepatnya berada di Setu Babakan. Desa ini disebut sebagai Desa Wisata Kampung
Betawi, Perkampungan Budaya Betawi merupakan embrio pusat kebudayaan Betawi,
suatu tempat dimana ditumbuhkembangkan keasrian alam, tradisi Betawi yang
meliputi keagamaan, kebudayaan dan kesenian Betawi. Ide dan keinginan untuk
membangun pusat kebudayaan Betawi sesungguhnya sudah tercetus sejak tahun
1990-an. Kemudian oleh Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi)
periode 1996-2001, keinginan ini dituangkan dalam sebuah rancangan program kerja
yakni Membangun Pusat Perkampungan Budaya Betawi. de dan keinginan untuk
membangun pusat kebudayaan Betawi sesungguhnya sudah tercetus sejak tahun
1990-an. Kemudian oleh Badan Musyawarah Masyarakat Betawi (Bamus Betawi)
periode 1996-2001, keinginan ini dituangkan dalam sebuah rancangan program kerja
yakni Membangun Pusat Perkampungan Budaya Betawi.

Dalam waktu belakangan ini sudah banyak rumah adat betawi di daerah
Jakarta sudah mulai menghilang, dengan kejadian seperti itu pemerintah provinsi DKI
Jakarta menetapkan sebuah desa yang terletak di Setu Babakan, Jakarta Selatan
sebagai salah satu desa yang dijadikan tempat wisata guna untuk melestarikan budaya
betawi yang masih tersisa dengan baik di Jakarta. Sejalan dengan tujuan
pembangunan kepariwisataan, Pemerintah mengembangkan desa wisata yang
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat,
menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan
sumber daya, serta memajukan kebudayaan. Pengembangan desa wisata juga
merupakan salah satu bentuk percepatan pembangunan desa secara terpadu untuk
mendorong transformasi sosial, budaya, dan ekonomi desa. Karena itu, tiap daerah
dan desa perlu mencermati potensi yang dimilikinya untuk diangkat dan
dikembangkan agar memberikan nilai tambah manfaat serta menghasilkan
produktivitas yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang, dapat di identifikasi masalah yaitu:


1. Mulai hilangnya budaya betawi di daerah Jakarta, yang notabenenya adalah
masyarakat asli dari kota Jakarta.
2. Arsitektur budaya betawi yang mulai ditinggalkan karena mulai beralih ke
bentuk yang lebih modern.
3. Hanya ada beberapa arsitektur rumah betawi yang masih bertahan, salah
satunya yang berada di Desa Wisata Kampung Betawi, Setu Babakan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan masalah dalam
analisis ini, yaitu :

1. Apa saja penerapan kebudayaan yang mempengaruhi arsitektur rumah betawi?


2. Bagaimana sejarah bentuk arsitektur di Desa Wisata Kampung Betawi?
3. Apa saja hal yang mempengaruhi hal-hal arsitektur dari kawasan Desa Wisata
Kampung Betawi?

1.4 Metodologi

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Kegiatan pengumpulan data dalam perancangan ini menggunakan metode
sebagai berikut :

Observasi langsung
Pengamatan langsung terhadap kondisi lokasi bangunan yang kami ajukan
yaitu kawasan Jakarta Selatan, Desa Wisata Kampung Betawi yang nantinya akan
digunakan sebagai data primer meliputi:
1. Kondisi yang ada pada sekitaran kawasan yang nantinya dapat berpengaruh dalam
hasil analisis baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pengambilan data gambar dari area bangunan penelitian

kemudian data sekunder meliputi :


Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau yang
berhubungan dengan proses penelitian , artikel, makalah atau jurnal serta
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Analisis ini akan menggunakan metode kualitatif yang memberikan pemahaman teori
dasar serta analisis objek.

1.5 Sistematika Penulisan

Struktur penyajian penulisan analisis Arsitektur Rumah Tinggal Desa Wisata


Kampung Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan disusun atas 5 bab, selengkapnya
adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang, ruang lingkup atau batasan
masalah, tujuan yang akan dicapai, metode analisis serta manfaat yang diharapkan
dan sistematika pembahasan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan dijelaskan secara lengkap dan jelas mengenai pengertian,
sejarah, dan arsitektur dari kebudayaan Betawi yang ada di DKI Jakarta.

BAB III : Studi Preseden

Dalam bab ini akan menjelaskan jenis penelitian, lokasi penelitian, gambaran
umum mengenai konsep rumah tinggal Betawi dan teknik pengumpulan dan
penyajian data dari penelitian ini.

BAB IV : Pembahasan

Dalam bab ini akan menjelaskan secara rinci bagaimana sebuah desain rumah tinggal
betawi disebuah desa dapat menjadi salah satu solusi dalam suatu masalah pelestarian
arsitektur rumah budaya di Jakarta Selatan dengan objek Desa Wisata Kampung
Betawi.

BAB V : Penutup

Pada bagian terakhir dari analisis ini akan berisikan kesimpulan yang berdasar pada
pembahasan penelitian dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Rumah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga, menurut UU No.4 Tahun 1992 ; tentang Perumahan
dan Permukiman. Berdasarkan pengertian diatas Rumah Tinggal Dapat diartikan
sebagai tempat tinggal yang mempunyai macam-macam fungsi untuk tempat hidup
manusia yang baik, nyaman, proporsional, serta layak untuk ditinggali.

Beberapa Pengertian Rumah Tinggal menurut para ahli, yaitu:

1. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan (struktural),
melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak,
dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai
tempat perlindungan, untuk menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria
bersama keluarga. Di dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari
kehidupannya di dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu
untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan
lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan
kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya. (Frick,2006)

2. Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan


kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat berlangsungnya proses
sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan
yang berlaku di dalam suatu masyarakat.Jadi setiap perumahan memiliki sistem nilai
yang berlaku bagi warganya.Sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan
dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah ataupun keadaan masyarakat
setempat. (Sarwono dalam Budihardjo, 1998)

2.2 Perkembangan Rumah di Pedesaan

Pada umumnya pemerintahan desa di seluruh Indonesia zaman dahulu


bentuknya menurut hukum adat adalah “collegial”. Desa adalah daerah otonom yang
paling tua, dimana desa lahir sebelum lahirnya daerah koordinasi yang lebih besar dan
sebelum lahirnya kerajaan (negara), sehingga ia mempunyai otonomi yang penuh dan
asli. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari tiga perempat penduduk Indonesia tinggal
di daerah pedesaan.

Macam-macam teori perkembangan desa menurut para ahli:


1.Teori Agropolitan (1975)
Teori Agropolitan dikemukakan oleh Friedman. Agropolitan dapat diartikan
sebagai kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya system
usaha agribisnis di desa dalam kawasan sentra produksi sebagai kota pertanian yang
memiliki fasilitas yang dapat mendukung lancarnya pembangunan pertanian (Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2008:13). Pengembangan
agropolitan menurut Friedman, memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat yaitu untuk menjamin tercapainya keamanan pangan, sandang, kesehatan,
dan pendidikan.Dalam konsep pengembangan agropolitan, petani atau masyarakat
desa tidak perlu harus pergi ke kota untuk mendapatkan pelayanan, berupa pelayanan
yang berhubungan dengan produksi dan pemasaran, kebutuhan sosial budaya serta
kebutuhan sehari-hari.
2.Teori Pertumbuhan Pertahapan Linier
Proses pembangunan ekonomi menurut W.W Rostow dibedakan dalam lima tahap:
a.Masyarakat Tradisional
Ciri-ciri tahap masyarakat tradisional adalah sebagai berikut:
1. Fungsi produksi terbatas, cara produksi masih primitive, dan tingkat
produktifitas masyarakat rendah.
2. Struktur sosial bersifat hierarkis, yaitu kedudukan masyarakat tidak berbeda
dengan nenek moyang mereka.
3. Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan
tanah.
4. Generasi ke generasi tidak ada perkembangan, antara orang tua dan anaknya
memiliki pekerjaan dan kedudukan yang sederajat.
5. Percaya akan hal ghaib, sehingga ilmu pengetahuan belum begitu banyak
dikuasai
6. System ekonominya pertanian
b.Pra kondisi tinggal landas
Model perkembangan ini merupakan hasil revolusi industri.Sebuah pra syarat
untuk pra-kondisi tinggal landas adalah revolusi industri yang berlangdsung selama
satu abad terakhir.Pembangunan ekonomi menurut Rostow adalah suatu proses yang
menyebabkan perubahan karakteristik penting suatu masyarakat, misalnya perubahan
keadaan system politik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur
ekonominya. Jika suatu perubahan tersebut sudah terjadi maka suatu masyarakat
sudah mengalami pertumbuhan ekonomi.Dimana jika pertumbuhan ekonomi tersebut
sudah sering terjadi, maka boleh dikatakan mayarakat tersebut berada pada tahap
prasyarat tinggal landas.
c.Tahap prasyarat tinggal landas
Tahap prasyarat tinggal landas didefinisikan sebagai suatu masa transisi
dimana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai pertumbuhan atas
kekuatan sendiri. Menurut Rostow, pada tahap ini, sesudahnya dan selanjutnya
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara otomatis. Namun pertumbuhan ekonomi
hanya akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat.
Kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam masa peralihan
sebelum mencapai tahap tinggal landas. Peranan sektor pertanian tersebut antara lain,
pertama, kemajuan pertanian menajamin penyediaan bahan makanan bagi penduduk
di pedesaan maupun di perkotaan. Kedua, kenaikan produktivitas pertanian akan
memperluas dari berbagai kegiatan industri.
d.Tahap landas (lepas landas)
Karakteristik utama dari pertumbuhan ekonomi ini adalah pertumbuhan dari
dalam yang berkelanjutan yang tidak membutuhkan dorongan dari luar.Seperti,
industri tekstil di Jerman, beberapa industri dapat mendukung pembangunan.Di
Jerman telah berlangsung pada akhir abad ke-17. Tiga ciri dari masa tinggal landas
yaitu:
1. Berlakunya kenaikan dalam penanaman modal yang produktif dari 5 persen
atau kurang menjadi 10 persen dari Produk Nasional Netto atau NNP,
2. Berlakunya perkembangan satu atau beberapa sektor industri dengan tingkat
laju perkembangan yang tinggi.
3. Adanya atau segera terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial dan
kelembagaan yang bias menciptakan perkembangan sektor modern dan
eksternalitas ekonomi yang bias menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus
maju.
e. Menuju kedewasaan
Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke
depan, meskipun kadang-kadang masih terjadi pasang surut. Kedewasaan
pembangunan ditandai oleh investasi yang terus-menerus anatara 40 hingga 60
persen.Dalam tahap ini muali bermunculan industri dengan teknolgi baru.
f. Era konsumsi tinggi
Pada tahap ini, sebagian masyarakat hidup makmur.Menurut Rstow
masyarakat yang mengalami era ini adalah masyarakat Barat atau Utara.Masyarakat
sudah menekankan pada kesejahteraan yang berkaitan dengan konsumsi bukan pada
masalah produksi. Ada tiga macam tujuan negara atau masyarakat:
- Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini
bias berakhir pada penjajahan tehadap bangsa lain.
- Menciptakan negara kesejahteraan dengan cara mengusahakan terciptanya
pembagian pendapatan yang lebih merata melalui system pajak yang
progresif.
- Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok yang meliputi
pula barang yang tahan lama dan barang mewah.
Pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan yang
bias menopang kemajuan secara terus-menerus. Terdapat dua kondisi sosial yang
menyabakan lahirnya orang-orang melakukan tindakan pembaharuan, yaitu:
1. Masyarakat tradisional cukup fleksibel atau memberikan kebebasan kepada
warganya untuk mencari kekayaan atau kekuasaan politik untuk menaikkan
statusnya ditengah- tengah masyarakat.
2. Masyarakat modern yang ingin mencapai kekuasaan melalui cara-cara
konvensional. Tetapi disisi lain masyarakat tradisional tidak memberikan hak
kepada masyarakat modern karena masyarakat tradisional itu primitif.
3.Transformasi Struktural
Transformasi Struktural berarti suatu proses perubahan struktur perekonomian
dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa., dimana masing-masing sektor akan
mengalami proses transformasi yang berbeda-beda. Jika terjadi proses transformasi
ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan ekonomi dan
pengembangan lebih lanjut. Sebaliknya apabila tidak terjadi proses transformasi maka
pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan perencanaan
wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusn menjadi lebih terarah agar
tujuan pembangunan tercapai. Tahapan ini diwujudkan melalui kenaikan kontribusi
sektor industri manufaktur dalam permintaan konsumen, total Produk Domestik
Nasional Bruto (PDRB), ekspor dan kesempatan kerja.
4.Teori Pembangunan Desa
Menurut Rondinelli teori pembangunan desa merupakan pemanfaatan hasil
pembangunan fisik desa, yaitu dengan membangun atau memperbaiki prasarna jalan
desa akan menciptakan atau memperbaiki kehidupan masyarakat desa. Hal tersebut
mempermudah kebutuhan masyarakat, seperti pemasaran hasil pertaniannya,
mangangkut hasil pertaniannya agar lebih mudah, dan melakukan mobilitas.
Teori Pembangunan ( Bottom Up dan Top Down)
Ilustrasi Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan.
undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Na
disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa de
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia adalah
meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan u hasil yang
optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, kebutuhan.
Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun arah, ketidakpastian, minimalisasi
infesiensi sumber daya, penetapan standard da kualitas. Proses perencanaan
merupakan suatu prosedur dan tahapan dari p dilaksanakan.Secara hierarki, prosedur
perencanaan itu dilakukan atas dasar pri Planning, yaitu proses perencanaan yang
dilakukan oleh pemimpin tertinggi s kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat
suatu perencanaan di tingk rendah.Prinsip lainnya adalah lawan dari prinsip di atas
yaitu Bottom-Up merupakan perencanaan yang awalnya dilakukan di tingkat yang
paling rendah disusun rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas
dasa bawah.
a. Perencanaan Pembangunan Bottom Up Proses perencanaan atau planning
adalah bagian dari daur kegiatan m terutama berhubungan dengan
pengambilan keputusan ( decision making )untuk m jangka panjang maupun jangka
pendek, sehubungan dengan pokok pertanya bagaimana, kapan, di mana, dan berapa,
baik sehubungan dengan lembaga yang maupun usaha-usahanya. Salah satu proses
atau rencana perencanaan yang sering dilakukan dal rencana pembangunan adalah
dengan menggunakan sistem pembangunan yang U. Button U Plannin adalah
erencanaan an dibuat berdasarkan kebutuhan

5. Teori Trickle Down Effect


Teori Trickle Down Effect adalah teori yang lahir dari aliran kapitalisme yang
dulu sangat di agung-angungkan oleh pemerintahan orde baru. Teori ini menjelaskan
tentang bagaimana sebuah pertumbuhan dampak pada kemakmuran sebuah negara.
Suatu suntikan ekspansi ekonomi akan berdampak pada multiplier effect terhadap
pelaku ekonomi dibawahnya sehingga akan berimbas pada kemakmuran.

2.3 Klasifikasi Rumah

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa klasifikasi, Berbagai jenis hunian


alternatif pun muncul. Berikut beberapa jenis hunian atau rumah yang ada di
Indonesia :

1. Jenis Rumah Tapak


Pada masa lalu, kebanyakan bangunan rumah tapak berada terpisah dengan
rumah lain. Orang umum menyebutnya sebagai rumah tunggal atau detached.
Semakin mahalnya harga tanah membuat jenis hunian ini mulai menjelma menjadi
rumah gandeng/rumah deret yang dindingnya berdempetan satu sama lain. Seiring
berjalannya waktu, istilah ini makin umum digunakan untuk menyebut rumah-rumah
yang dibangun langsung di atas tanah. Ciri utama rumah tapak ialah selain
bangunannya yang menapak langsung dengan tanah, hak kepemilikannya juga bersifat
tunggal.
2. Town House
Townhouse biasanya diartikan sebagai kompleks perumahan dengan jumlah
unit terbatas yang ada di tengah kota dengan sistem layaknya rumah cluster di mana
semua kompleks dilindungi dengan pagar atau tembok. Beberapa fasilitas penunjang
yang disediakan untuk para penghuni townhouse bisa dikatakan cukup eksklusif dan
megah seperti kolam renang, pusat kebugaran dan lain sebagainya. Townhouse
merupakan kompleks hunian di tengah kota berisi rumah yang dibangun teratur
namun dalam jumlah terbatas. Umumnya, townhouse mempunyai sistem tertutup atau
one gate system. Townhouse juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bisa
dipakai bersama sama penghuni kompleks tersebut.
Desain arsitektur rumah pada townhouse akan terlihat lebih megah dan cantik
dan disesuaikan dengan keseluruhan kompleks. Berbeda dengan rumah cluster,
biasanya townhouse tidak boleh direnovasi untuk tampilan depan rumahnya. Sistem
townhouse yang ada di Indonesia menghadirkan perumahan eksklusif yang ada di
tengah kota untuk memenuhi kebutuhan ekspatriat dan juga kaun elit yang ada di
Indonesia. Konsep townhouse, mungkin hanya akan menemukan sekitar belasan
sampai puluhan unit rumah dalam satu kompleks. Ini tentunya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kompleks rumah cluster sebab konsep eksklusif yang dijadikan
prinsip dan juga nilai jual lebih pada perumahan townhouse. Perumahan townhouse
tidak memiliki type kecil sebab biasanya memiliki konsep tingkat atau dua lantai.
3. Cluster
Perumahan merupakan komplek perumahan yang di dalamnya dibagi menjadi
beberapa kawasan atau sub komplek. Dalam sub komplek tersebut, terdapat
rumah-rumah dengan tipe yang sama dan fasilitas umum yang khusus digunakan oleh
para penghuninya. Namun di cluster tersebut juga difasilitasi tempat bermain yang
bisa digunakan oleh warga seluruh sub komplek. Ciri lain untuk mengetahui sebuah
jenis hunian disebut cluster ialah kehadiran pagar tinggi di sekitarnya. Tipe
perumahan dibuat tertutup, keluar masuk ke perumahan tersebut hanya tersedia satu
pintu gerbang utama, biasanya perumahan konsep cluster itu dilengkapi dengan pagar
pembatas yang tinggi di sekeliling perumahan. Setelah dilengkapi pagar tembok yang
tinggi di sekeliling perumahan, biasanya perumahan cluster ini sistem rumah terbuka
alias tidak ada lagi pagar kedua yakni pagar khusus di rumah, tidak hanya itu
pembatasan ukuran dari tanah rumah cluster antara satu dan yang lain biasa di batasi
dengan tembok beton saja.
Perumahan cluster biasa dibuat untuk jumlah perumahan yang memiliki unit
rumah lebih dari luas di banding rumah town house,rata-rata perumahan town house
10-30 unit rumah,dari segi jumlah unit rumah town house maksimal 30 unit rumah
saja, sedangkan perumahan cluster bisa memiliki jumlah 80 hingga ratusan unit
rumah. Fasilitas-fasilitas akan tersebar luas pada area kompleks perumahan dengan
jumlah yang lebih terbatas. Pada perumahan townhouse, beberapa fasilitas yang
tersedia adalah khusus untuk para penghuni cenderung lebih lengkap dan semuanya
bisa dinikmati dalam satu kompleks yang sama. Perumahan cluster biasanya terdiri
dari beberapa type dari mulai type paling kecil hingga paling besar dalam satu
lingkungan
4. Rumah Tunggal (Detached)
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa pada masa lalu kebanyakan
bangunan rumah berjenis tunggal. Kini, jenis hunian tunggal pun masih eksis namun
umum digunakan sebagai tempat peristirahatan di waktu senggang. Contoh dari
rumah tunggal atau detached saat ini misalnya mansion, cottage, vila, maupun
bungalow. Biasanya rumah-rumah tersebut berada di daerah pegunungan maupun
pantai baik milik pribadi maupun miliki perseorangan untuk dijadikan penginapan.
5. Rumah Kopel
Bila bermain ke daerah Jawa Barat seperti Bandung dan Garut, banyak
ditemui rumah-rumah kopel. Jenis hunian ini bagai pinang dibelah dua. Sebabnya,
rumah tersebut memiliki hanya dipisah oleh satu dinding, memiliki penampakan yang
sama, dan ukurannya pun imbang. Biarpun nampak seperti satu rumah dibagi dua,
jenis rumah ini ternyata ditinggali oleh orang berbeda.
6. Apartemen
Apartemen adalah blok bangunan bertingkat yang di dalamnya terbagi
menjadi sejumlah ruang. Hunian ini kebanyakan dibangun di tengah kota yang dekat
dengan berbagai pusat kegiatan. Orang-orang kini menyebut tiap ruangan apartemen
sebagai unit. Tipe unit apartemen yang umum dibuat ialah studio, one bed room, two
bed room, dan condominium. Dalam sebuah kompleks apartemen biasanya sudah
dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas. Contohnya seperti arena bermain,
perbelanjaan, dan arena olah raga yang mana dapat dimanfaatkan bersama oleh
penghuni.
7. Kondotel
Kondominium hotel (kondotel) merupakan hunian jenis apartemen namun
dengan fasilitas dan pelayanan layaknya hotel. Hunian ini awalnya populer di
Amerika Serikat sebagai bangunan mewah milik perorangan seperti apartemen. Pada
saat pemiliknya tidak menempati bangunan tersebut, maka kondotel disewakan
layaknya hotel. Sejak awal tahun 2000-an, jenis jenis hunian mewah ini pun mulai
dibangun di beberapa kota besar seperti Bali dan Jakarta.
8. Rumah Susun
Rumah susun (rusun) sering diartikan sebagai apartemen sederhana, walupun
sebenarnya apartemen bertingkat sendiri dikategorikan dalam jenis hunian ini. Rusun
dibuat untuk mengatasi keterbatasan lahan pemukiman di daerah perkotaan. Itulah
mengapa kini banyak rusun dibangun di daerah Jakarta dan dimasukkan ke dalam
program rumah murah.
9. Rumah Toko
Rumah toko (ruko) merupakan satu bangunan yang memiliki 2 fungsi, yaitu
sebagai rumah dan tempat usaha. Umumnya ruko dibangun lebih dari 2 tingkat.
Fungsi rumah tinggal ditempatkan di bagian atas. Sementara itu bagian bawah
digunakan sebagai pusat aktivitas usaha sang pemilik ruko.
10. Rumah Kantor
Sama halnya seperti ruko, rukan alias rumah kantor juga digunakan untuk
tempat tinggal dan aktivitas kantor. Dimensi rukan atau ruko umumnya dibuat
memanjang ke belakang dengan lebar 3-5 m2. Biasanya rukan digunakan sebagai
tempat tinggal para staf kantor bukan sang pemilik kantor.
11. Indekos
Indekos atau kosan merupakan hunian sewa yang dijadikan alternatif tempat
tinggal oleh pendatang dari kota lain. Kosan bisa berada di dalam suatu rumah yang
tergabung dengan rumah inti sang pemilik kost atau dibangun khusus satu bangunan
yang terdiri dari kamar-kamar. Biasanya, pemilik kost sudah memberikan fasilitas
tertentu di kamar kosan seperti kasur, lemari, bahkan kamar mandi di dalamnya. Ada
pula yang melengkapi bangunan kosan dengan area mencuci, dapur, dan ruang TV
bersama.
12. Kontrakan
Tidak jauh berbeda dengan Indekost, kontrakan juga merupakan hunian sewa
yang dijadikan alternatif tempat tinggal oleh pendatang dari kota lain. Kosan bisa
berada di dalam suatu rumah yang tergabung dengan rumah inti sang pemilik kost
atau dibangun khusus satu bangunan yang terdiri dari kamar-kamar. Kontrakan
sifatnya lebih privat karena disewakan berbentuk satu unit rumah. Jika terjadi
kerusakan dalam masa kontrak, pengontrak pun bertanggung jawab untuk
membetulkannya.
13. Jenis Hunian TOD
Transit Oriented Development atau TOD merupakan konsep hunian masa kini
yang terintegrasi dengan jalur transportasi umum. Jenis transportasi umum yang
dimaksud antara lain ialah commuter line, MRT, dan juga LRT. Saat ini pun
Pemerintah Indonesia sendiri tengah melakukan permbangunan proyek transportasi
berupa MRT dan LRT. Diprediksi, dua hingga tahun mendatang moda transportasi
pun sudah dapat digunakan oleh masyarakat sekitar Jakarta dan Bodetabek. Itu
sebabnya, hunian pinggir kota yang terintegrasi dengan transportasi publik makin
dibidik masyarakat menengah. Developer pun sejak beberapa tahun lalu mulai serius
dalam mengembangkan jenis hunian.

2.4 Kriteria Rumah di Pedesaan


Dari yang bisa diambil tentang rumah di pedesaan yaitu adanya beberapa kriteria,
yaitu :

a. Rumah Desa Dibangun Menyesuaikan Kondisi Alam Sekitar

Karakteristik rumah desa yang pertama adalah bagaimana rumah desa


dibangun menyesuaikan kondisi alam sekitar. Rumah desa dibangun dengan dasar
yang harmonis antara pemilik rumah, tanah didirikannya rumah tersebut, vegetasi,
juga topografinya. Dengan demikian, pembangunan rumah desa tidak akan banyak
mengusik atau merusak alam di sekitarnya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan rumah
perkotaan yang sering kali menggusur habis tanah dan apapun yang ada di atasnya
sebelum memulai pembangunan. Tidak jarang kita harus menebang pepohonan yang
sudah berumur puluhan tahun untuk sekadar membangun sebuah rumah.

b. Area Dalam Rumah Desa Dibagi Berdasarkan Jenis Kegiatan

Dalam pembangunannya, rumah desa terkenal dengan pembagian-pembagian


area yang detail. Pembagian ini biasanya didasarkan pada kegiatan yang dilakukan di
masing-masing area. Tidak heran, kita bisa menemui rumah-rumah desa dengan
bentuk yang terpisah-pisah. Seperti rumah tradisional Jawa dan Bali, kita bisa melihat
karakteristiknya yang tidak sama dengan rumah modern. Rumah desa seperti ini
memiliki konsep rumah utama dan bangunan-bangunan pendukung lainnya di sekitar
rumah utama. Rumah-rumah desa tersebut biasanya memberikan area yang spesifik
untuk aktivitas tertentu. Misalnya, area untuk beribadah, area untuk menerima tamu,
area pribadi, maupun area untuk melakukan aktivitas rumah tangga seperti memasak
dan mencuci.

c. Rumah Desa Menggunakan Lahan Secara Optimal

Karakteristik rumah desa yang berikutnya adalah mengenai lahan.


Dibandingkan dengan rumah perkotaan, rumah desa cenderung dibangun di atas lahan
yang jauh lebih luas. Jarak antara satu rumah desa ke rumah desa lain juga cukup
jauh. Hal ini membuat pemilik rumah desa dapat bereksplorasi dan mengoptimalkan
penggunaan lahan. Apalagi jika tanahnya subur dengan ketersediaan air yang cukup.
Tentu saja akan sangat disayangkan jika pemilik tidak memanfaatkan lahan ini untuk
berkebun di rumah. Dengan melakukan hal ini, Anda bisa jadi lebih produktif. Selain
dapat menanam sayur mayur sendiri untuk dikonsumsi, Anda juga bisa menjual hasil
panen kebun kecil Anda di rumah ke tetangga atau pasar-pasar tradisional. Sedangkan
di perkotaan, ketersediaan lahan adalah masalah yang cukup pelik. Bahkan untuk
sekedar menyisakan lahan kosong di belakang rumah pun kadang tidak bisa. Terlebih
bagi mereka yang tinggal di apartemen maupun rumah susun. Namun bila Anda mau,
Anda tetap bisa menanam sayuran maupun buah meski tidak ada lahan seperti halnya
mereka yang tinggal di rumah desa. Caranya yakni dengan menanam sayuran atau
buah dalam pot. Tentu akan jadi sesuatu yang spesial saat kita mengkonsumsi buah
dan sayur hasil panen sendiri meski tinggal di tengah perkotaan. Selain lahan untuk
berkebun, rumah-rumah di desa juga biasanya mempunyai lahan untuk melakukan
hal-hal produktif lainnya. Sebut saja lahan untuk beternak atau untuk kolam ikan.

d. Rumah Desa Cenderung Berbentuk Horizontal

Masih berhubungan dengan lahan, rumah desa cenderung berbentuk rumah


horizontal karena masih tersedianya lahan yang luas. Sebab itu kita akan jarang sekali
menemukan rumah desa yang dibangun bertingkat. Berbeda dengan lahan perkotaan
yang cenderung sempit, tak heran bila rumah-rumah di kota lebih banyak berdimensi
vertikal dengan dibangun menjulang tinggi dan bertingkat. Bahkan pada apartemen
maupun rumah susun, jumlah tingkatnya bisa mencapai belasan hingga puluhan.

e. Rumah Desa Tidak Menggunakan Pagar Tinggi


Karakteristik lain dari rumah desa yang sangat terlihat adalah tidak adanya
penggunaan pagar yang tinggi. Di perkotaan, pemandangan pagar-pagar tinggi bukan
lagi sesuatu yang aneh. Apalagi di dalam komplek perumahan elit, pagar-pagar tinggi
ini hampir selalu menutupi tampilan rumahnya.Tentu saja ada alasan tersendiri
mengapa rumah-rumah kota cenderung dibangun dengan pagar yang tinggi-tinggi,
misalnya karena faktor privasi dan alasan keamanan. Tingkat kriminalitas yang tinggi
di perkotaan menyebabkan orang mendesain rumah mereka agar aman. Salah satunya
dengan cara meninggikan pagar dan dinding pembatas yang ada di sekeliling rumah
mereka. Sedangkan untuk rumah desa, hampir jarang ditemui rumah dengan
pagar-pagar tinggi. Bahkan, beberapa rumah malah dibiarkan terbuka dan tidak diberi
pagar. Masyarakat desa menyukai kebersamaan dan kontak dengan tetangga di
sekitarnya, sehingga ini akan terbatasi dengan adanya pagar tinggi. Jadi, untuk
memutuskan tentang penggunaan pagar rumah, Anda harus sesuaikan dulu dengan
kondisi lingkungan sekitarnya.

2.5 Analisa Rumah Secara Fisik, Sosial, Budaya dan Ekonomi


ada beberapa analisis tentang rumah dari rumah betawi pada pedesaan yaitu :
a. Fisik
1. Rumah Kebaya Berdasarkan buku Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di
Indonesia oleh Faris Al Faisal, Rumah Kebaya atau disebut juga Rumah Bapang
memiliki ruangan seperti rumah tinggal pada umumnya. Rumah ini memiliki ruang
tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan teras. Rumah Kebaya
merupakan ciri khas suku Betawi. Atap rumah kebaya berbentuk pelana yang dilipat.
Asal mula nama Rumah Kebaya digunakan karena atap rumah dari samping terlihat
seperti lipatan kebaya.
Rumah Kebaya merupakan peninggalan budaya masyarakat Betawi dalam bidang
hunian. Rumah adat ini dilestarikan hingga saat ini. Pondasi Rumah Kebaya terbuat
dari susunan batu alam untuk menyangga tiang-tiang rumah agar bangunan menjadi
tegak dan kokoh. Genteng yang terbuat dari tanah merupakan bahan yang umum
digunakan sebagai atap rumah. Bahan lain yang dapat digunakan namun jarang adalah
anyaman daun kirai yang dibentuk seperti pelana dengan kemiringan bagian depan
yang sangat rendah. Dinding Rumah Kebaya terbuat dari material kayu nangka yang
dicat menggunakan warna cerah, seperti kuning atau hijau. Daun pintu dan jendela
dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu
semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.

2. Rumah Gudang Rumah Gudang memiliki ruang tengah berbentuk segi empat yang
memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, tetapi terdapat pula
rumah gudang yang beratap perisai. Struktur atap rumah gudang tersusun dari rangka
kuda-kuda. Struktur tersebut pada umumnya bersistem bersifat kompleks karena
terdapat dua batang yang saling bertemu pada sebuah batang yang tegak disebut
ander. Dalam rumah adat lain, tidak ditemukan struktur tersebut sehingga diduga
bahwa Belanda yang memperkenalkan struktur tersebut pada penduduk setempat.
Selain itu, pada bagian depan Rumah Gudang terdapat bagian atap yang miring
sehingga disebut topi/dak/markis. Fungsi atap tersebut adalah menahan cahaya
matahari dan air hujan hujan pada ruang depan yang selalu terbuka.
3. Rumah Joglo merupakan arsitektur hasil percampuran kebudayaan Jawa dan Betawi.
Berbeda dengan Rumah Joglo yang terdapat di Jawa Tengah, integrasi antara denah,
tiang-tiang penopang struktur atap dan struktur atap pada Rumah Joglo Betawi tidak
begitu tegas seperti pada rumah joglo di Jawa Tengah. Tiang-tiang utama yang
digunakan sebagai penopang struktur atap adalah unsur utama yang mengarahkan
pembagian ruang pada Rumah Joglo Jawa Tengah. Sedangkan pada Rumah Joglo
Betawi, hal tersebut tidak terlalu terlihat. Selain itu, pada Rumah Joglo asli di Jawa
Tengah, struktur bagian joglo dari atap disusun oleh sistem struktur temu gelang atau
payung. Sedangkan pada rumah joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda. Namun,
Rumah Joglo berbeda dengan Rumah Gudang. Sistem kuda-kuda pada Rumah Joglo
Betawi adalah kuda-kuda timur yang tidak menggunakan batang-batang diagonal
seperti yang terdapat pada Rumah Gudang.

b. Ekonomi
salah satu contoh yang dapat dicontoh tentang aspek ekonomi yang didapat
dari rumah adat betawi yaitu salah satu jenisnya adalah rumah joglo, Rumah adat
betawi ini memanjang dan berbentuk bujur sangkar. Selain itu, rumah ini terbagi
menjadi tiga bagian ruangan yang meliputi ruang depan, ruang tengah dan ruang
belakang. Ruang depan difungsikan untuk menerima tamu, ruang tengah
dipergunakan sebagai area pribadi yang terdiri dari ruang tidur dan ruang berkumpul
keluarga. Sedangkan ruang belakang dipergunakan sebagai kamar mandi dan dapur.

Dengan bentuk dan luas rumah yang bisa dibilang cukup luas, rumah adat
betawi jenis Joglo ini biasanya dimiliki oleh masyarakat dengan status sosial yang
tinggi. Rumah ini juga biasanya dibangun dengan material kayu berkualitas tinggi.
Jenis rumah ini juga biasanya terletak bukan di pinggiran kota.

c. Sosial

Pengaruh aspek sosial terhadap arsitektur rumah adat betawi yaitu


berhubungan denga terasnya, yang dapat dijelaskan bahwa Ciri khas dari rumah ini
adalah dilihat dari teras rumah yang luas. Teras tersebut berguna untuk menjamu tamu
dan menjadi tempat bersantai keluarga. Di teras, terdapat kursi bale-bale dari rotan,
bambu, atau kayu jati yang disebut amben. Lantai teras diberi nama gejogan, yang
memiliki simbol penghormatan kepada tamu.

Bagi masyarakat Betawi, gejongan ini dianggap sakral atau keramat, karena
berhubungan langsung dengan tangga masuk bernama balaksuji, yakni penghubung
rumah dengan area luar. Teras yang luas pada rumah adat betawi ternyata memiliki
makna filosofis dibaliknya. Teras atau pendopo rumah adat betawi memiliki makna
keterbukaan pemilik rumah dalam menyambut orang baru dan tamu yang datang ke
rumah. Selain itu, masyarakat Betawi juga terkenal akan pluralisme yang mana dapat
menghargai perbedaan suku maupun agama.

d. Budaya

Beragam hal yang dapat di rumah adat betawi yang selalu menjadi salah satu
budaya yang tersirat didalam rumahnya adalah, ragam hias pada rumah-rumah Betawi
berbentuk sederhana dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah
ketupat, segi tiga, lengkung, setengah bulatan, dan bulatan. Ragam hias rumah betawi
biasanya diletakkan pada lubang angin, kusen, daun pintu dan jendela, serta tiang yang
tidak tertutup oleh dinding, seperti tiang langkan, dinding ruang depan, garde (batas
ruang tengah dengan ruang depan), tangan-tangan (skur), dan teras yang dibatasi
langkan terbuat dari batu-batu atau jaro. Jaro adalah pagar yang dibuat dari bambu atau
kayu yang dibentuk secara ornamentik dan merupakan salah satu unsur arsitektur yang
paling penting pada rumah adat Betawi. Ragam hias ditemukan pada unsur-unsur dan
hubungan-hubungan struktur atau konstruksi seperti sekor, tiang atau hubungan antara
tiang dengan batu kosta. Ragam hias rumah adat Betawi memiliki konstruksi tou-kung
diadaptasi dari arsitektur Tiongkok dan diterapkan pada siku penanggap. Tou-kung juga
digunakan sebagai sentuhan dekoratif. Tiang-tiang bangunan diberi dekorasi pada
sudutnya dan ditambahkan detail pada ujung bawah yang berhubungan dengan batu.
Dekorasi juga diberikan pada ujung atas. Variasi dekorasi pada rumah adat Betawi
memiliki makna-makna tertentu. Beberapa makna berhubungan dengan pendirinya atau
lingkungan. Sementara makna lain memiliki hubungan dengan pengaruh budaya dan
sejarah. Salah satunya lambang matahari yang bermakna sebagai sumber kehidupan,
kekuatan, dan kewibawaan bagi si pemiliknya. Ada pula ragam hias yang berhubungan
dengan kebudayaan Arab dan islam. Ragam hias baji dipercaya dapat membawa
kesejukan bagi pemiliknya. Ada pula Bentuk rantai-rantai sebagai lambang
kebersamaan. Ukiran bunga-bunga melambangkan keramahan serta kedamaian pemilik
rumah. Ornamen tombak pada pagar melambangkan gunung, puncak, pencapaian yang
lebih tinggi, kewibawaan dan kekuatan untuk melindungi rumah. Penggunaan simbol
yang berlaku umum sering ditemukan juga pada elemen rumah Betawi. Misalnya, simbol
garuda pada lubang ventilasi pintu depan yang melambangkan kesetiaan dan
kebanggaan terhadap negara. Dari banyak ornamen atau ragam hias yang terdapat
pada rumah adat Betawi, ornamen gigi balang adalah ornamen yang paling populer.
Dalam Pergub No.17/2017 tentang Ikon Budaya Betawi, makna dari ornamen gigi balang
adalah sebagai lambang gagah, kokoh dan berwibawa. Ornamen gigi balang biasanya
terdapat pada lisplang rumah-rumah penduduk Betawi. Lisplang adalah bagian dari
bangunan yang berfungsi menutupi bagian atas bangunan sehingga tampak rapi.
Lisplang memiliki fungsi estetika dan konstruksi. Ada beberapa variasi ornamen gigi
balang yaitu tumpal wajik, wajik susun dua, potongan waru, dan kuntum melati. Variasi
ornamen tersebut serupa dan memiliki segitiga berjajar menyerupai gigi belalang yang
mempunyai makna bahwa hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Makna tersebut
digunakan karena belalang hanya bisa mematahkan kayu menggunakan gigi jika
dikerjakan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Secara keseluruhan, ornamen
gigi balang memiliki makna pertahanan yang kuat dan keberanian. Makna tersebut
adalah prinsip utama yang dipegang teguh oleh masyarakat Betawi.
BAB III
STUDI PRESEDEN

3.1 Pengertian Perumahan di Pedesaan

Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan


permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Sedangkan perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian
dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang
layak huni.

Permukiman Menurut Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2)


dapat diartikan sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok untuk
bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka menyelenggarakan
kehidupannya. Sedangkan Perumahan dikenal dengan istilah housing. Housing
berasal dari bahasa inggris yang memiliki arti kelompok rumah. Perumahan adalah
kumpulan rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal. Sebagai
lingkungan tempat tinggal, perumahan dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.(menurut Sadana 2014:19).

Menurut Budiharjo (1998:148) perumahan adalah suatu bangunan dimana


manusia tinggal dan melangsungkan kehidupanya, disamping itu rumah juga
merupakan tempat dimana berlangsungnya proses sosialisasi pada seorang individu
diperkenalkan norma dan adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Sebagai wadah kehidupan manusia bukan menyangkut aspek teknis dan fisik saja
tetapi juga aspek sosial, ekonomi dan budaya dari penghuninya.

Menurut Sadana (2014:20) Perbedaan nyata antara permukiman dan


perumahan terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut
memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari
nafkah bagi sebagian penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya
berupa sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para
penghuninya. Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap
sebagai tempat mencari nafkah.

3.2 Perkembangan Perumahan

Perkembangan perumahan akhir-akhir ini meningkat dengan pesat, hal


tersebut disebabkan oleh karena tuntutan yang sangat tinggi dan mendesak akan
kebutuhan perumahan sebagai tempat tinggal. Perumahan merupakan salah kebutuhan
dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia. Ini merupakan persoalan yang sangat dominan dalam kelangsungan hidup
manusia untuk menjalankan segala aktivitasnya. Dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara, ditetapkan bahwa pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan
upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk
meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi arah pada pertumbuhan wilayah,
memperluas lapangan kerja serta menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sehubungan dengan itu upaya
pembangunan perumahan dan pemukiman terus ditingkatkan untuk menyediakan
perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh
masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dan dengan tetap
memperhatikan persyaratan, minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak,
sehat, aman, dan serasi. Dalam pembangunan perumahan dan pemukiman, termasuk
pembangunan kota-kota baru, perlu diperhatikan kondisi dan pengembangan
nilai-nilai sosial budaya masyarakat, laju pertumbuhan penduduk dan penyebarannya,
pusat-pusat produksi dan tata guna tanah dalam rangka membina kehidupan
masyarakat yang maju. Pembangunan perumahan dan pemukiman harus dapat pula
mendorong perilaku hidup sehat dan tertib serta ikut mendorong kegiatan
pembangunan disektor lain

3.3 Klasifikasi Perumahan

Klasifikasi perumahan ada 4 yaitu Kondisi Sangat Mewah, Kondisi


Mewah, Kondisi Sederhana, Kondisi Sangat Sederhana. Perumahan dengan
kondisi sangat mewah memiliki fasilitas fasilitas yang lengkap didukung
dengan aksesbilitas sarana prasarana dan sistem penjagaan yang lengkap.
Rata rata harga dari perumahan ini lebih dari 500 juta. Perumahan dengan
kondisi mewah memiliki aksesbilitas dan sarana hampir mirip dengan
perumahan sangat mewah dengan rentang harga tiap rumahnya 300 sampai 500
juta. Perumahan dengan kondisi sederhana memiliki sarana yang cukup
dengan rentang harga 100 sampai 300 juta. Dan yang terakhir perumahan
dengan kondisi sangat sederhana dengan rata rata tiap rumahnya kurang dari 100
juta.

Klasifikasi Fungsi Permukiman Menurut Lewis Mumford (The Culture Of


Cities, 1938) dalam Wesnawa, 2015:27) mengemukakan 6 jenis Kota berdasarkan
tahap perkembangan permukiman penduduk kota. Jenis tersebut diantaranya:

1. Eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya
merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah kehidupan kota.
2. Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.

3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya
sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor industri.

4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota
metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan.

5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan
pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi

6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan


penduduknya.

3.4 Klasifikasi Kriteria Perumahan di Pedesaan

salah satu contoh yang dapat dijadikan studi preseden adalah rumah adat betawi yang ada di
Setu Babakan :

Berikut ini merupakan beberapa karakteristik ruangan pada rumah betawi.

● Bagian pertama dan terluar dari rumah betawi adalah teras depan. Fungsi dari teras
depan adalah sebagai tempat menerima dan menghargai tamu. Biasanya terdapat kursi
atau dipan yang terbuat dari kayu berkualitas seperti jati ataupun kayu jenis lain
seperti bambu. Bagian rumah ini akan selalu dibersihkan setiap hari sebagai bagian
penghormatan bagi tamu yang akan datang.
● Bagian berikutnya adalah paseban atau kamar yang dikhususkan untuk tamu yang
akan menginap. Jika tidak difungsikan sebagai kamar tamu, paseban juga difungsikan
sebagai ruang untuk beribadah.
● Berikutnya adalah pangkeng atau yang dikenal sebagai ruang keluarga yang berfungsi
sebagai tempat untuk berkumpul satu keluarga.
● Ruang tidur pada rumah adat betawi biasanya memiliki jumlah yang cukup banyak.
Dengan ruang yang cukup luas pada kamar utama yang dikhususkan bagi pemilik dan
kepala rumah.
● Srondoyan atau sebutan bagi dapur yang terletak pada bagian belakang. Selain
berfungsi untuk memasak, pada dapur rumah adat betawi juga difungsikan sebagai
ruang makan.

3.5 Analisa Perumahan

ada beberapa analisis tentang rumah dari rumah betawi pada pedesaan yaitu :
b. Fisik
Rumah Kebaya Berdasarkan buku Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di
Indonesia oleh Faris Al Faisal, Rumah Kebaya atau disebut juga Rumah Bapang
memiliki ruangan seperti rumah tinggal pada umumnya. Rumah ini memiliki ruang
tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan teras. Rumah Kebaya
merupakan ciri khas suku Betawi. Atap rumah kebaya berbentuk pelana yang dilipat.
Asal mula nama Rumah Kebaya digunakan karena atap rumah dari samping terlihat
seperti lipatan kebaya.
Rumah Kebaya merupakan peninggalan budaya masyarakat Betawi dalam bidang
hunian. Rumah adat ini dilestarikan hingga saat ini. Pondasi Rumah Kebaya terbuat
dari susunan batu alam untuk menyangga tiang-tiang rumah agar bangunan menjadi
tegak dan kokoh. Genteng yang terbuat dari tanah merupakan bahan yang umum
digunakan sebagai atap rumah. Bahan lain yang dapat digunakan namun jarang adalah
anyaman daun kirai yang dibentuk seperti pelana dengan kemiringan bagian depan
yang sangat rendah. Dinding Rumah Kebaya terbuat dari material kayu nangka yang
dicat menggunakan warna cerah, seperti kuning atau hijau. Daun pintu dan jendela
dibuat berukuran lebar dengan lubang udara yang tersusun secara horizontal. Pintu
semacam ini juga dikenal dengan istilah pintu jalusi.

Rumah Gudang Rumah Gudang memiliki ruang tengah berbentuk segi empat yang
memanjang dari depan ke belakang. Atapnya berbentuk pelana, tetapi terdapat pula
rumah gudang yang beratap perisai. Struktur atap rumah gudang tersusun dari rangka
kuda-kuda. Struktur tersebut pada umumnya bersistem bersifat kompleks karena
terdapat dua batang yang saling bertemu pada sebuah batang yang tegak disebut
ander. Dalam rumah adat lain, tidak ditemukan struktur tersebut sehingga diduga
bahwa Belanda yang memperkenalkan struktur tersebut pada penduduk setempat.
Selain itu, pada bagian depan Rumah Gudang terdapat bagian atap yang miring
sehingga disebut topi/dak/markis. Fungsi atap tersebut adalah menahan cahaya
matahari dan air hujan hujan pada ruang depan yang selalu terbuka.
Rumah Joglo merupakan arsitektur hasil percampuran kebudayaan Jawa dan Betawi.
Berbeda dengan Rumah Joglo yang terdapat di Jawa Tengah, integrasi antara denah,
tiang-tiang penopang struktur atap dan struktur atap pada Rumah Joglo Betawi tidak
begitu tegas seperti pada rumah joglo di Jawa Tengah. Tiang-tiang utama yang
digunakan sebagai penopang struktur atap adalah unsur utama yang mengarahkan
pembagian ruang pada Rumah Joglo Jawa Tengah. Sedangkan pada Rumah Joglo
Betawi, hal tersebut tidak terlalu terlihat. Selain itu, pada Rumah Joglo asli di Jawa
Tengah, struktur bagian joglo dari atap disusun oleh sistem struktur temu gelang atau
payung. Sedangkan pada rumah joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda. Namun,
Rumah Joglo berbeda dengan Rumah Gudang. Sistem kuda-kuda pada Rumah Joglo
Betawi adalah kuda-kuda timur yang tidak menggunakan batang-batang diagonal
seperti yang terdapat pada Rumah Gudang.

b. Ekonomi
salah satu contoh yang dapat dicontoh tentang aspek ekonomi yang didapat
dari rumah adat betawi yaitu salah satu jenisnya adalah rumah joglo, Rumah adat
betawi ini memanjang dan berbentuk bujur sangkar. Selain itu, rumah ini terbagi
menjadi tiga bagian ruangan yang meliputi ruang depan, ruang tengah dan ruang
belakang. Ruang depan difungsikan untuk menerima tamu, ruang tengah
dipergunakan sebagai area pribadi yang terdiri dari ruang tidur dan ruang berkumpul
keluarga. Sedangkan ruang belakang dipergunakan sebagai kamar mandi dan dapur.

Dengan bentuk dan luas rumah yang bisa dibilang cukup luas, rumah adat
betawi jenis Joglo ini biasanya dimiliki oleh masyarakat dengan status sosial yang
tinggi. Rumah ini juga biasanya dibangun dengan material kayu berkualitas tinggi.
Jenis rumah ini juga biasanya terletak bukan di pinggiran kota.

c. Sosial

Pengaruh aspek sosial terhadap arsitektur rumah adat betawi yaitu


berhubungan denga terasnya, yang dapat dijelaskan bahwa Ciri khas dari rumah ini
adalah dilihat dari teras rumah yang luas. Teras tersebut berguna untuk menjamu tamu
dan menjadi tempat bersantai keluarga. Di teras, terdapat kursi bale-bale dari rotan,
bambu, atau kayu jati yang disebut amben. Lantai teras diberi nama gejogan, yang
memiliki simbol penghormatan kepada tamu.

Bagi masyarakat Betawi, gejongan ini dianggap sakral atau keramat, karena
berhubungan langsung dengan tangga masuk bernama balaksuji, yakni penghubung
rumah dengan area luar. Teras yang luas pada rumah adat betawi ternyata memiliki
makna filosofis dibaliknya. Teras atau pendopo rumah adat betawi memiliki makna
keterbukaan pemilik rumah dalam menyambut orang baru dan tamu yang datang ke
rumah. Selain itu, masyarakat Betawi juga terkenal akan pluralisme yang mana dapat
menghargai perbedaan suku maupun agama.
d. Budaya

Beragam hal yang dapat di rumah adat betawi yang selalu menjadi salah satu
budaya yang tersirat didalam rumahnya adalah, ragam hias pada rumah-rumah Betawi
berbentuk sederhana dengan motif-motif geometris seperti titik, segi empat, belah ketupat, segi
tiga, lengkung, setengah bulatan, dan bulatan. Ragam hias rumah betawi biasanya diletakkan pada
lubang angin, kusen, daun pintu dan jendela, serta tiang yang tidak tertutup oleh dinding, seperti
tiang langkan, dinding ruang depan, garde (batas ruang tengah dengan ruang depan),
tangan-tangan (skur), dan teras yang dibatasi langkan terbuat dari batu-batu atau jaro. Jaro adalah
pagar yang dibuat dari bambu atau kayu yang dibentuk secara ornamentik dan merupakan salah
satu unsur arsitektur yang paling penting pada rumah adat Betawi. Ragam hias ditemukan pada
unsur-unsur dan hubungan-hubungan struktur atau konstruksi seperti sekor, tiang atau hubungan
antara tiang dengan batu kosta. Ragam hias rumah adat Betawi memiliki konstruksi tou-kung
diadaptasi dari arsitektur Tiongkok dan diterapkan pada siku penanggap. Tou-kung juga
digunakan sebagai sentuhan dekoratif. Tiang-tiang bangunan diberi dekorasi pada sudutnya dan
ditambahkan detail pada ujung bawah yang berhubungan dengan batu. Dekorasi juga diberikan
pada ujung atas. Variasi dekorasi pada rumah adat Betawi memiliki makna-makna tertentu.
Beberapa makna berhubungan dengan pendirinya atau lingkungan. Sementara makna lain
memiliki hubungan dengan pengaruh budaya dan sejarah. Salah satunya lambang matahari yang
bermakna sebagai sumber kehidupan, kekuatan, dan kewibawaan bagi si pemiliknya. Ada pula
ragam hias yang berhubungan dengan kebudayaan Arab dan islam. Ragam hias baji dipercaya
dapat membawa kesejukan bagi pemiliknya. Ada pula Bentuk rantai-rantai sebagai lambang
kebersamaan. Ukiran bunga-bunga melambangkan keramahan serta kedamaian pemilik rumah.
Ornamen tombak pada pagar melambangkan gunung, puncak, pencapaian yang lebih tinggi,
kewibawaan dan kekuatan untuk melindungi rumah. Penggunaan simbol yang berlaku umum
sering ditemukan juga pada elemen rumah Betawi. Misalnya, simbol garuda pada lubang ventilasi
pintu depan yang melambangkan kesetiaan dan kebanggaan terhadap negara. Dari banyak
ornamen atau ragam hias yang terdapat pada rumah adat Betawi, ornamen gigi balang adalah
ornamen yang paling populer. Dalam Pergub No.17/2017 tentang Ikon Budaya Betawi, makna
dari ornamen gigi balang adalah sebagai lambang gagah, kokoh dan berwibawa. Ornamen gigi
balang biasanya terdapat pada lisplang rumah-rumah penduduk Betawi. Lisplang adalah bagian
dari bangunan yang berfungsi menutupi bagian atas bangunan sehingga tampak rapi. Lisplang
memiliki fungsi estetika dan konstruksi. Ada beberapa variasi ornamen gigi balang yaitu tumpal
wajik, wajik susun dua, potongan waru, dan kuntum melati. Variasi ornamen tersebut serupa dan
memiliki segitiga berjajar menyerupai gigi belalang yang mempunyai makna bahwa hidup harus
selalu jujur, rajin, ulet dan sabar. Makna tersebut digunakan karena belalang hanya bisa
mematahkan kayu menggunakan gigi jika dikerjakan secara terus menerus dalam waktu yang
lama. Secara keseluruhan, ornamen gigi balang memiliki makna pertahanan yang kuat dan
keberanian. Makna tersebut adalah prinsip utama yang dipegang teguh oleh masyarakat Betawi.

Anda mungkin juga menyukai