Anda di halaman 1dari 18

Pemukiman Wilayah DKI Jakarta

“Kearifan Lokal”

Disusun oleh:
Alifah Ayra Fauziah
Alvaro Daffa Bahtiar
Arlika Nurfalisha
Dian Azkiya
Laudya Hasyim
Milea Qiesya
Muhammad Fikri Fahlevi
Muhammad Melvin Afandi
Nayla Safira Aritoa
Rizqita Tyas Damayanti

SMA HANG TUAH 1 JAKARTA


Jl. Ciledug Raya, Komplek Seskoal
Jakarta Selatan
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan
Penelitian Permukiman Wilayah DKI Jakarta” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada projek P5. Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang permukiman di wilayah
DKI Jakarta bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Terlebih dahulu, penulis mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing
kami yaitu Bapak Farel Herbert, M.Th dan Ibu Beti Retnowati, S.Si yang telah
membimbing dalam pembuatan laporan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
kepada seluruh teman - teman kelompok kami yang sudah mau berkerja keras, serta
guru - guru yang ikut mendukung dan membimbing, dan kepada orang tua dari masing-
masing anggota kelompok yang kami tidak bisa sebutkan satu per satu, yang telah
mendoakan dan mendukung kami dalam pembuatan laporan percobaan ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dan pembaca dapat menambah
pengetahuan sesuai tema yang ditentukan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya
sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas ini. Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

Jakarta, 21 November 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I: Pendahuluan................................................................................................ 3
A. Latar Belakang............................................................................................. 3
B. Rumusah Masalah........................................................................................ 3
C. Tujuan Masalah........................................................................................... 3
D. Manfaat......................................................................................................... 3
BAB II: Kajian Pustaka........................................................................................... 5
A. Landasan Teori........................................................................................... 5
BAB III: Metode Penelitian..................................................................................... 8
A. Metode Penelitian................................................................................... 8
B. Waktu dan Tempat................................................................................ 8
BAB IV: Pembahasaan............................................................................................ 9
A. Hasil......................................................................................................... 9
BAB V: Penutup....................................................................................................... 12
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
C. Lampiran-Lampiran Foto .................................................................... 12
D. Daftar Pustaka ....................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu kota yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Jumlah penduduk Betawi di DKI
Jakarta mencapai 2.700.722 jiwa. Kepadatan penduduk Betawi di DKI Jakarta
memiliki kebutuhan lahan sebagai tempat tinggal juga meningkat. Namun
karena industri yang makin maju sehingga terjadi alih fungsi lahan dan
menyebabkan lahan permukiman di DKI Jakarta terus berkurang. Hal ini
mengakibatkan munculnya permukiman kumuh.
Permukiman yang kumuh cenderung memiliki lingkungan dan tingkat
Kesehatan masyarakat masih rendah. Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi penduduk dalam menentukan lokasi tempat tinggalnya. Terdapat
beberapa dampak pada permasalahan permukiman kumuh ini. Maka dari itu,
penulis akan meneliti faktor yang mempengaruhi penduduk untuk tinggal
dipermukiman kumuh dan penyelesaian dari masalah pemukiman kumuh
tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan permukiman yang ada di DKI Jakarta?
2. Apa dampak dari permasalahan permukiman kumuh?
3. Bagaimana cara pemerintah menyelesaikan permasalahan tersebut?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui dan memahami keadaan permukiman di DKI Jakarta.
2. Mengetahui jumlah penduduk Betawi yang ada di DKI Jakarta.
3. Mengetahui dan memahami dampak permasalahan permukiman kumuh yang
ada di permukiman DKI Jakarta.
4. Mengetahui solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di DKI
Jakarta

D. Manfaat
A. Manfaat untuk penulis dari penelitian ini adalah:
1. Menuntaskan tugas laporan penelitian Projek P5 yang telah diberikan.
2. Menambah pengetahuan kepada penulis tentang permukiman di DKI
Jakarta dan bagaimana mencari solusi menyelesaikan permasalahan
permukiman.

3
B. Manfaat untuk pembaca dari penilitian ini adalah:
1. Mengetahui keadaan permukiman yang ada di DKI Jakarta.
2. Mengetahui semua permasalahan permukiman yang ada di DKI Jakarta.
3. Mengetahui cara penyelasaian dari permasalahan permukiman yang ada
di DKI Jakarta.
4. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai permukiman di
DKI Jakarta.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pengertian Perumahan dan Permukiman
Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan
permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana (DPR RI). Secara fisik perumahan merupakan
sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal di mana
dimungkinkan terjadinya interaksi sosial di antara penghuninya. Permukiman
sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Perumahan memberikan kesan
tentang rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya. Permukiman yang
berasal dari kata “to sattle” atau berarti menempati atau mendalami ini
berkembang menjadi sebuah proses yang berkelanjutan, yaitu permukiman tidak
menetap, semi menetapkan dengan permukiman sementara atau musiman.
Perumahan didefinisikan pula sebagai satu sisi rumah yang disatukan di sebuah
kawasan pertempatan. Di dalam unsur perumahan terdapat beberapa sub unsur
rumah-rumah dengan segala kemudahan fisikal seperti kedai-kedai, sekolah dan
lain-lain. Di kawasan perumahan, masyarakat hidup berkelompok dan
bersosialisasi antara satu sama lain (Sastra M., 2007). Delapan perumahan dan
permukiman mempunyai makna yang berbeda, karena makna permukiman itu
lebih luas di bandingankan dengan perumahan permukiman memiliki sifat yang
mencakup batasan wilayah yang lebih luas (Wahyuni Lasniah, 2010).
Pemukiman ada karena terbentuknya kesatuan di antara manusia dan
lingkungan. Menurut Wahyuni Lasniah (2010) faktor-faktor yang membentuk
kesatuan terssbut terdiri atas adalah :
a. Alam, alam yang sangat memengaruhi lokasi tempat kita untuk membuat
bangunan dan harus dengan pertimbangan dan kondisi yang ada, kemiringan
lahan akan memengeruhi keamanan dan kenyamanan pada lokasi serta
menghindari dari timbulnya bahaya.
b. Manusia, adalah pemeran utama dalam adanya sebuah permukiman atau
perumahan karna rumah merukan kebutuhn biologis bagi manusia. Persepsi
manusia akan memengaruhi terhadap jenis rumah.
c. Masyarakat, adalah sekelompok orang di salah satu permukiman yang
membentuk komunitas tertentu. Masyarakat juga akan membentuk kelompok
sosial dengan cara kebudayaan tertentu yaitu dengan cara mengembangkan
ekonomi, kesehatan dan pendidikan.

5
d. Rumah, tidak hanya bangunan saja namun juga fasilitas sosial seperti
perdagangan, rekreasi, pusat perbelanjaan ,kesehatan, fasilitas pendidikan dan
sebagaimya.
e. Networks, terkait dnegan permukiman adalah adanya suatau sistem oprasional
penunjang untuk berkativitas seperti jaringan air bersih, jaringan listrik, dan
drainase. Sembilan rumah menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting
bagi manusia karena menjadi penunjang dalam berkelanjutan hidup manusia.
Selain itu manusia harus juga memperhatikan elemen-elemen yang membentuk
kesatuan dengan unsur yang berbeda tetapi saling melengkapi satu sama lain.

2. Teori Lokasi Perumahan


Pemilihan dan penentuan sebuah lokasi perumahan bagi setiap individu
berbeda-beda sesuai dengan pertimbagan masing-masing setiap individu.
Kesimpulan mengenai pemilihan lokasi perumahan menurut beberapa ahli
adalaha sebagai berikut (Richardson, 1978):
a. Filter Down Theory, teori ini muncul pada tahun 1920 oleh EW Burgess yang
menerangkan pola permukiman di Chicago, menurut EW. Bugerss,
perkembangan CBD yang sangat pesat membuat pusat kota menjadi tidak
menarik sehingga menyebabkan tanah menjadi mahal, macet, polusi.
b. Hipotesis Tiebout (1956), Tiebout mengemukakan bahwa seseorang memilih
lokasi perumahan di kota atau di kabupaten yang memiliki pajak atau pelayanan
publiknya bagus.
c. Trade off Model oleh Alonso (1964) dan Solow (1972,1973), secara
sederhana diartikan sebagai adanya trade off aksesibilitas terhadap ruang yang
dipilih rumah tangga sebagai lokasi untuk properti perumahan. Model ini juga
mengasumsikan bahwa kota melingkar dengan sebuah pusat tenaga kerja dan
transportasi yang tersedia di mana-mana, semua lokasi dipertimbangkan secara
homogen kecuali jarak ke pusat kota. Sepuluh Rumah tangga akan bersedia
membayar lebih untuk properti dengan lokasi yang lebih dekat dengan CBD
karena biaya commuting lebih rendah.
d. Ellis (1967), Ellis menekankan pentingnya preferensi lingkungan dan
karakteristik sekitar dalam memilih lokasi perumahan.
e. Senior dan Wilson (1974), Senior dan Wilson menyatakan bahwa untuk
beberapa rumah tangga, kemudahan pencapaian ke tempat kerja tidak berarti
sama sekali.
f. Little (1974) dan Kirwan & Ball (1974), mereka meneliti mengenai implikasi
dari keinginan sebagian besar keluarga untuk hidup dengan tetangga yang
homogen.
g. Sosial Aglomeration Theory (1985), dikemukakan bahwa orang memilih
rumah dengan pertimbangan utama bahwa dia akan nyaman bersama dengan

6
kelompok sosial tertentu di mana kelompok ini bisa terbentuk berdasarkan ras,
pendapatan, usia, dan lain sebagainya, yang kemudian timbul segregasi.
Pemilihan lokasi untuk bertempat tinggal menjelaskan suatu usaha setiap
individu untuk menyeimbangkan dua pilihan yang bersifat bertentangan,
diantaranya yaitu kemudahan ke pusat kota dan luas tanah yang dapat di peroleh.
Terdapat kriteris yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi tempat tinggal
(Catanese dan Synder, 1989) :
1. Hukum dan lingkungan, adalah hukum yang di berlakukan untuk
mengizinkan pendirian gedung dengan ukuran tertentu, persyaratan tempat
parkir, batasan- batasan kemunduran, tinggi maksimum sebuah gedung dan
kendala lain yang saling bekaitan.
2. Sarana, dalam suatu proyek membutuhkan pemasanhan air, listrik, telepon,
gas, tanda bahaya (alrm), dan jaringan drainase.
3. Faktor teknis, yang berarti bagaiman keadaan topografi, tanah, dan drainase
yang memengaruhi terhadap desain tempat atau desain bangunan
4. Lokasi, yang menjadi pertimbangan adalah pemasarannya, aksesibilitas,
dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan umum
5. Estetika, yang menjadi pertimbangan adalah pemandangan yang menarik.
6. Masyarakat, yang menjadi pertimbangan adalah dampak yang dihasilkan oleh
pembangunan real estate terhadap masyarakat yang ada di sekitar, kemacetan
lalu lintas dan kebisingan
7. Fasilitas pelayanan, yang menjadi pertimbangan adalah pemadam kebakaran,
pembungan sampah, sekolah, dan aparat kepolisian. Tahapan pengembangan
pada permukiman secara besar dibagi ke dalam tahapan perencanaan awal dan
pada tahap oprasional (ketia permukiman telah mulai di huni). Dilihat dari sisi
lingkungan, (Sudharto P Hadi, 2005) sebagai berikut : 1. Apakah daerah tersebut
layak secara ekologi. Karena banyak perumahan atau permukiman yang
dibangun di daerah resapan air atau pegunungan sehingga dapat menimbulkan
banjir dan berkurangnya cadangan air pada tanah. 2. Permukiman yang dibangun
oleh suatu badan usaha (real estate) hamper sebagian besar berada di pinggiran
kota. Menurut Leaf (1995), kondisi tersebut membawa dampak buruk bagi
perkotaan. Karena menciptakan penghuni kota akan bergantung kepada alat
transportasi seperti motor, dan terutama mobil.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis adalah:
1. Penelitian Deskriptif
Dalam metode penelitian ini, nantinya pihak peneliti akan berusaha memberikan
secara sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta aktual serta sifat dari populasi
tertentu. Sesuai namanya, maka cara penyampaiannya adalah dalam bentuk
deskriptif.
2. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study and Field Research)
Metode penelitian ini fokus pada suatu kasus secara insentif dan terperinci
mengenai latar belakang keadaan yang tengah dipermasalahkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan, dan interaksi lingkungan pada unit sosial, yakni individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat.
3. Penelitian Sosial
Penelitian sosial adalah penelitian yang secara khusus diperuntukkan pada
bidang sosial, seperti ekonomi, hukum, pendidikan, sosiologi, dan lain-lain.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan semenjak tanggal 21 November 2022 hingga
selesai dan tempat penelitian di pemukiman wilayah DKI Jakarta. Kami
melakukan penelitian di beberapa tempat, yaitu:
1. Jl. Lahab 2B. Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, pada tanggal 26
November 2022 pukul 10.00 WIB
2. Jl. Kangkung Ujung RT 15/ RW 06, Jakarta Selatan, pada tanggal 28
November 2022 pukul 14.30 WIB
3. Jl. Pesanggrahan, RT 5/RW 12, Cipulir . Kec Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan, pada tanggal 29 November 2022 pukul 14.30 WIB

8
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil penelitian yang diambil dari internet (buku digital) dan penelitian
yang kami lakukan langsung ke lapangan sebagai berikut:
Permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia untuk
menunjukkan suatu tujuan tertentu. Manusia yang bermukim di permukiman
adalah penduduk di permukiman tersebut. Permukiman di DKI Jakarta tiap
tahunnya akan ada pertambahan penduduk. Penduduk yang bertambah tersebut,
terdapat banyak penduduk Betawi. Jumlah penduduk Betawi di seluruh DKI
Jakarta mencapai 2.700.722 jiwa. (Tempo/ M Yusuf Manurung)
Kepadatan penduduk Betawi di DKI Jakarta memiliki kebutuhan lahan
sebagai tempat tinggal juga meningkat. Namun karena industri yang makin maju
sehingga terjadi alih fungsi lahan dan menyebabkan lahan permukiman di DKI
Jakarta terus berkurang.
Kepadatan penduduk di permukiman menimbulkan lebih banyak dampak
negatif. Dampak negatif tersebut bisa berupa permasalahan yang ada di
permukiman. Beberapa permasalahan di permukiman DKI Jakarta, yaitu
permukiman kumuh, banjir, masalah ekonomi (karena air), tumpukan sampah,
penggusuran, dan lebih banyak lagi.
Permasalahan permukiman kumuh tersebut ada di seluruh DKI Jakarta.
Di Jakarta Pusat terdapat delpan belas kelurahan, di Jakarta Utara dan Jakarta
Timur terdapat dua puluh dua kelurahan, di Jakarta Selatan terdapat dua puluh
kelurahan, dan di Jakarta Barat terdapat tiga puluh kelurahan. ( Sri Pari Eni )
Permukiman kumuh pada tahun 2022 masih terdapat dua ratus dua puluh
lima RW atau sebelas koma dua puluh sembilan persen dari luas total Jakarta.
Permasalahan permukiman kumuh ini menimbulkan dampak lain. Beberapa
dampak dari permasalahan kumuh ini adalah banjir, masalah ekonomi karena
air, tumpukan sampah, dan relokasi atau penggusuran.
Salah satu dampak dari permukiman kumuh adalah banjir. Banjir
merendam permukiman padat penduduk di Jatinegara, Jakarta Timur. Air
dengan ketinggian satu meter lebih membuat sebagian warga mengungsi ke
posko yang telah disediakan. Hujan dengan intensitas tinggi di wilayah
Jabodetabek, hingga Sabtu (16 Juli 2022) pagi, mengakibatkan banjir di
sejumlah titik.
Salah satunya di Kebon Pala Jatinegara, Jakarta Timur. Ketinggian mulai
dari delapan puluh sentimeter hingga satu meter lebih, merendam permukiman
di bantaran Kali Ciliwung. Selain hujan, luapan Kali Ciliwung yang mendapat
kiriman air dari hulu, menjadi salah satu penyebab banjir. Posko pengungsian

9
telah disediakan, untuk mengantisipasi meningkatnya ketinggian air di wilayah
ini.
Selain di Kebon Pala Jakarta Timur, banjir juga terjadi di permukiman di
Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Banjir akibat hujan di lokasi ini sempat
surut. Namun, luapan air Kali Mookervart yang menampung kiriman air dari
wilayah sekitar, kembali membuat permukaan banjir naik. Praktis, aktivitas
warga terganggu. Warga juga harus memindahkan barang berharganya ke
tempat yang lebih tinggi agar tidak terkena banjir.
Banjir merendam permukiman warga di Kompleks Ciledug Indah,
Tangerang, Banten. Ketinggian air tiga puluh hingga empat puluh sentimeter
hingga satu meter. Warga Kompleks Ciledug Indah masih bertahan dilantai dua
rumah mereka. Kawasan ini kerap jadi langganan banjir tiap Kali Angke
meluap.
Selain banjir, dampak dari permukiman kumuh adalah masalah ekonomi
karena air. Di Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, warga
harus melewati situasi menyedihkan, yaitu saluran air rusak dan tempat
pembuangan air tersumbat. Karena hal itu warga harus menambah pengeluaran
mereka. Warga akhirnya terpaksa menumpang kamar mandi mushola.
Menumpang kamar mandi juga harus mengeluarkan biaya pemakaian kamar
mandi tersebut.
Lalu dampak dari permukiman kumuh juga adalah tumpukan sampah.
Warga di Kampung Bengek, Penjaringan, Jakarta Utara tinggal dan bermukim di
atas tumpukan sampah. Sampah yang menumpuk berasal dari sampah rumah
tangga yang dibuang oleh warga sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
fasilitas pembuangan akhir.
Dan yang terakhir, dampak dari permukiman kumuh adalah relokasi atau
penggusuran. Relokasi atau penggusuran di Ibu kota pasti akan terjadi dan tidak
bisa dihindari. Namun Relokasi atau penggusuran jika harus dilakukan tidak
boleh dilakukan dengan kekerasan. Kampung dengan konsep rumah susun
(rusun) itu diperuntukkan bagi warga eks Bukit Duri yang dahulu digusur untuk
proyek normalisasi Sungai Ciliwung pada tahun 2016. Politisi non-parpol itu
juga menegaskan, proses relokasi harus dikomunikasikan dengan baik kepada
warga yang terdampak.
Menurutnya, perencanaan relokasi juga harus dibahas dengan matang
bersama warga. Jika dikomunikasikan secara benar, proses relokasi bakal
berjalan dengan baik.
Untuk diketahui, Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung terdiri dari
tujuh puluh lima unit hunian dengan luas masing-masing tiga puluh enam meter
persegi. Satu unit memiliki dua ruang tidur, satu toilet, satu dapur, dan lainnya.

10
Dampak – dampak dari permasalahan permukiman kumuh ini akan
merugikan warga yang menempati permukiman. Tetapi, warga tersebut harus
tinngal dan hidup di permukiman kumuh karena ekonomi yang tidak mampu.
Hasil penelitian dan wawancara langsung ke Jl. Lahab 2B. Petukangan
Selatan, Jakarta Selatan, dengan Bapak Arifin pada tanggal 26 November 2022
pukul 10.00 WIB, sebagai berikut:
1. Apakah di permukiman yang bapak tinggali mengalami saluran air
mampat? Dan bagaimana bapak atau warga mengatasi masalah
tersebut?
Jawaban: Menurut bapak Arifin, saluran air mampat biasanya
menjadi salah satu permasalahan yang sering terjadi di permukiman.
Penyebab saluran air tersumbat karena minyak olahan rumah tangga,
sisa makanan (lemak), dan warga yang membuang buang sampah ke
saluran air.
2. Menurut Bapak apa yang terjadi jika permukiman ini terusmenerus
bertambah penduduknya?
Jawaban: Menurut bapak Arifin, jikalau penduduknya makin padat
akan menyebabkan meningkatnya volume sampah di sekitar
permukiman.
3. Menurut bapak apakah daerah sekitar sini sering terkena banjir?
Jawaban: Iya, daerah sekitar sini lumayan sering terkena banjir
jikalau hujan besar. Tetapi, jika hujan biasa atau gerimis tidak banjir.
4. Menurut Bapak bagaimana mengatasi masalah penumpukan sampah
tersebut?
Jawaban: Menurut bapak Arifin, warga setempat melakukan kerja
bakti dalam mengurangi penumpukan sampah yang ada di sekitar
permukiman.
5. Kira-kira banjir di permukiman ini disebabkan apa ya pak?
Jawaban: Contohnya penyebab banjir di permukiman yaitu, saluran
air yang tersumbat karena banyak sampah.
6. Kalau ada kepadatan penduduk di permukiman ini, menurut bapak
bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban: Menurut bapak Arifin, cara mengurangi kepadatan
penduduk dengan melakukan program transmigrasi yaitu dengan
berpindah ke suatu daerah agar tidak terjadi kepadatan di suatu
daerah saja.

11
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari permukiman di DKI Jakarta
yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa permukiman di DKI
Jakarta tiap tahunnya akan makin padat. Sehingga, banyak ditemukannya
pemukiman kumuh di DKI Jakarta. Dampak dari permasalahan
permukiman kumuh yang paling banyak ditemukan di permukiman
adalah tumpukan sampah dan banjir.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, adapun saran – saran yang perlu
dicantumkan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah melakukan program transmigrasi bagi daerah
yang mengalami masalah kepadatan penduduk.
2. Mengurangi kepadatan penduduk dengan menerapkan
program Keluarga Berencana.
3. Untuk mengurangi permukiman kumuh, masyarakat bisa
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan,
kemudian merelokasi daerah kumuh menjadi rusunawa.
4. Mengoptimalkan peran BUMN dalam kegiatan
perekonomian, agar perekonomian di sebuah permukiman
terbantu.
5. Pemerintah perlu memproritaskan masyarakat yang tinggal
dipermukiman kumuh dengan membuatkan program rumah
subsidi.

C. Lampiran Foto

Foto 1: Rumah kumuh (Jl.


Lahab 2B. Petukangan Selatan,
Jakarta Selatan).

12
Foto 2: Tumpukan sampah di sekitar
rumah warga (Jl. Lahab 2B, Petukangan
Selatan, Jakarta Selatan)

Foto 3: Foto bersama narasumber, Bapak


Arifin (Jl. Lahab 2B, Petukangan
Selatan, Jakarta Selatan)

Foto 4: Tumpukan sampah di sekitar sungai (Jl. Kangkung


Ujung RT/RW 15/06, Cipulir, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan)

Foto 5: Kepadatan penduduk (Jl.Kangkung Ujung RT/RW


15/06, Cipulir, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan)

13
Foto 6: Banjir di sekitar rumah
warga (Jl. Kali Pesanggrahan
RT/RW 05/12, Cipulir, Kec.
Kebayoran Lama, Jakarta
Selatan)

14
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. Suryana, M.Si. (2010). Metodologi Penelitian: Model
Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan
Indonesia

“Perumahan Dan Kawasan Permukiman.” dpr.go.id. (2011, Januari


11). https://www.dpr.go.id/jdih/index/id/238

“Pemukiman Padat Penduduk di Jakarta.” aa.com.tr (2018, Juli 11)


https://www.aa.com.tr/id/pg/Galeri-Foto/pemukiman-padat-penduduk-di-
jakarta

“Sejumlah Kali di Jakarta Meluap Hingga Rendam Permukiman,


Posko Pengungsian Disiapkan!” youtu.be (16 Juli 2022)
https://youtu.be/TtAoF3gSwpM

“Profil Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Khusus Ibukota


Jakarta” perkim.id (12 Juni 2020) https://perkim.id/profil-pkp/profil-
provinsi/profil-perumahan-dan-kawasan-permukiman-daerah-khusus-
ibukota-jakarta/

“Reyhan Apriathama. 9 Wilayah Pemukiman Elit di Jakarta untuk


Sultan, Mimpi Bisa Jadi Kenyataan!”. Rumah123.com (11 Februari 2022).
Diakses pada 23 November 2022 dari https://artikel.rumah123.com/9-
wilayah-pemukiman-elit-di-jakarta-untuk-sultan-mimpi-bisa-jadi-
kenyataan-73380

“Hidup Berdampingan di Tengah Lautan Sampah Jakarta” youtu.be (1


September 2019) https://www.youtube.com/watch?v=H4cHwQHFGc0

“Kampung Rawa Indah Butuh Perhatian Pemerintah! Puluhan Tahun


Di Atas Tumpukan Sampah!” youtu.be (21 September 2021)
https://www.youtube.com/watch?v=HW2L_s_V3G0

15
Muhammad Naufal. “Anies Sebut Penggusuran di Jakarta Tak
Terhindarkan, Yang Penting Jangan Sampai Ada Kekerasan”.
Kompas.com(25 Agustus 2022)
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/25/19243131/anies-sebut-
penggusuran-di-jakarta-tak-terhindarkan-yang-penting-jangan?
page=all&jxconn=1*1q9co8k*other_jxampid*V2NMa1pRazJSQVFRR1l6
TzJBQjFjR3JpR3M4QmpOZVJ5T0l0SnZmc2RXUzVmblpxRERERERHd
zFSU2ZkVkg2Vg..#page2

Arrjial Rachman. “Daftar Titik Macet Parah Jakarta, Jadi Alasan


Polisi Usul Pengaturan Jam Masuk Kerja”. Metro.tempo.co (22 Juli 2022)
https://metro.tempo.co/amp/1614690/daftar-titik-macet-parah-jakarta-jadi-
alasan-polisi-usul-pengaturan-jam-masuk-kerja

“Pemukiman Tak Tersinari Matahari”. youtu.be (28 Mei 2022)


https://www.youtube.com/watch?v=YGYwE42IQ0s
Rifda Arum. “Klasifikasi Jenis-Jenis Metode Penelitian Yang Sering
Dipakai” gramedia.com (30 April 2022) https://www-gramedia-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.gramedia.com/literasi/jenis-metode-
penelitian/amp/?
amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#1_Penelitian_Kuantitatif=&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.gramedia.com%2Fliterasi%2Fjenis-metode-penelitian%2F

Nur Indah Farrah Audina. “Kawasan Kumuh di Jakarta tersisa 225 RW,
Pemrov DKI Temui Sejumlah Permasalahan Besar” Jakarta.tribunews.com
(23 September 2022) https://jakarta.tribunnews.com/2022/09/23/kawasan-
kumuh-di-jakarta-tersisa-225-rw-pemprov-dki-temui-sejumlah-
permasalahan-besar#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16692516040844&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F
%2Fjakarta.tribunnews.com%2Famp%2F2022%2F09%2F23%2Fkawasan-
kumuh-di-jakarta-tersisa-225-rw-pemprov-dki-temui-sejumlah-
permasalahan-besar%23amp_tf%3DDari%2520%25251%2524s%26aoh
%3D16692516040844%26referrer%3Dhttps%253A%252F
%252Fwww.google.com%26ampshare%3Dhttps%253A%252F
%252Fjakarta.tribunnews.com
%252F2022%252F09%252F23%252Fkawasan-kumuh-di-jakarta-tersisa-
225-rw-pemprov-dki-temui-sejumlah-permasalahan-besar

16
“Betawi Menjelang Lima Abad”. Kompas.id (28 juni 2018)
https://www.kompas.id/baca/metro/2018/06/28/betawi-menjelang-lima-
abad-jakarta

Antara. “Orang Betawi Asli Tinggal 3 Juta, Begini Kata Anies


Baswedan” tempo.co. (30 Juli 2018)
https://metro.tempo.co/read/1111771/orang-betawi-asli-tinggal-3-juta-
begini-kata-anies-baswedan#amp_tf=Dari
%20%251%24s&aoh=16696929920312&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fmetro.tempo.co
%2Fread%2F1111771%2Forang-betawi-asli-tinggal-3-juta-begini-kata-
anies-baswedan

17

Anda mungkin juga menyukai