Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEBERAGAMAN DI INDONESIA
”Diajukan untuk memenuhi tugas makalah sistem pemerintahan Indonesia”
Dosen : Drs. H. Asmungi, S.H., M.Si.

OLEH
MELLYA GINTA
32.0327/F-1.14

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
KAMPUS SUMATERA BARAT
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin
dan kekuatan kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Keberagaman di Indonesia”.

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya,


tetapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa saya
sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing saya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada reka-rekan dikelas F1 dan F2 yang
juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada orang
banyak dari hasil makalah ini.

Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Baso, 18 November 2022

Mellya Ginta

i
DAFTAR ISI

hal

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah...........................................................................................2
1.3. Batasan Masalah.................................................................................................2
1.4. Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.5. Tujuan Masalah..................................................................................................3
1.6. Manfaat Penulisan..............................................................................................3
BAB II : KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN......................................................4
2.1. Konsep Teor.......................................................................................................4
2.1.1. Pengertian Kebudayaan.............................................................................4
2.2. Pembahasan........................................................................................................5
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan......................................5
2.2.2. Keberagaman Budaya Indonesia...............................................................6
2.2.3. Bukti Sejarah Kebudayaan di Indonesia....................................................8
2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia........................9
2.2.5. Manfaat Keberagaman Budaya...............................................................10
2.2.6. Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia.......................14
BAB III : PENUTUP...................................................................................................20
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................20
3.2. Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang
dari Aceh sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan
Republik Indonesia, yang terdiri atas 8.651 pulau yang bernama dan 8.853 pulau yang
belum bernama.(Ruskhan 2007) Sebagai negara yang multikultur, keberagaman di
Indonesia harus betul-betul dijaga dan diharapkan tetap eksis dalam persatuan dan
kesatuan berbangsa dan bernegara.(Rahman dkk. 2020) Negara Indonesia adalah
negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa, agama dan budaya yang
berbeda. Ada banyak sekali keragaman yang ada didalamnya, salah satunya yakni
kebudayaan.(Lintang dan Najicha 2022)

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di


bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai
kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah
penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia.
Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi.
Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga
perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok
sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan- pertemuan
dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia
turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara
dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi.
Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga
keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan
kewilayahan.

1.2. Identifikasi Masalah


Dari masalah diatas dapat saya identifikasikan bahwa :
a. Keberagaman budaya di Indonesia sangatlah banyak dan memiliki coraknya
masing-masing,akibat dari keberagaman itu sering terjadi konflik akibat
perbedaan dalam budaya di tiap daerahnya.
b. Perkembangan zaman juga merupakan salah satu faktor lunturnya budaya
lama.
c.
1.3. Batasan Masalah
Saling menghormati satu sama lain untuk kebersatuan bangsa dan negara agar
tetap utuh.
1.4. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas dapat saya rumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan?
b. Apa saja faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan?
c. Bagaimana Keberagaman Budaya Indonesia?
d. Bagaimana bukti Sejarah Kebudaayaan di Indonesia?
e. Apa faktor-faktor penyebab Keberagaman Budaya Indonesia?
f. Apa manfaat Keberagaman Budaya?
g. Bagaimana contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia?

2
1.5. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat saya simpulkan tujuan dari pembahasan
dalam maklah ini sbeagai berikut :
a. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Kebudayaan
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan
c. Untuk mengetahui Keberagaman Budaya Indonesia
d. Untuk mengetahui bukti Sejarah Kebudaayaan di Indonesia
e. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab Keberagaman Budaya Indonesia
f. Untuk mengetahui manfaat Keberagaman Budaya
g. Untuk mengetahui contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia

1.6. Manfaat Penulisan


Dari tujuan diatas dapat diambil manfaat daripada penulisan makalah ini,
yaitu sebagai berikut :
a. Agar mengetahui yang dimaksud dengan Kebudayaan
b. Agar mengetahui faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan
c. Agar mengetahui Keberagaman Budaya Indonesia
d. Agar mengetahui bukti Sejarah Kebudaayaan di Indonesia
e. Agar mengetahui faktor-faktor penyebab Keberagaman Budaya Indonesia
f. Agar mengetahui manfaat Keberagaman Budaya
g. Agar mengetahui contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia

3
4
BAB II

KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1. Konsep Teori


2.1.1. Pengertian Kebudayaan
Sebelum kita memahami keberagaman kebudayaan Indonesia, terlebih dahulu
patut kiranya kita memahami arti kebudayaan itu sendiri, kata kebudayaan dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan
di artikan sebagai hal hal yang bersankutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan
dalam bahasa inggris diterjemhkan dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di
sebut cultuur. Kedua bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah. Dengan demikian culture
atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan manusiauntuk mengolah dan mengubah
alam. ada pula yang berpendapat bahwa kata budaya dari budi daya yang berarti daya
dari budi, yaitu berupa cipta, karsa, dan rasa.

Definisi kebudayaan menurut para ahli, sebagai berikut:

1. Melville J. Herkovits

Memandang bahwa kebudayaan suatu yang superorganic karena kebudayaan


yang turun-temurun dari generasi ke generasi yang tetap hidup terus walaupun orang-
orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan
kematian dan kelahiran.

2. Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi

Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta


masyarakat.
3. E. B Taylor

Mengidentifikasikan bahwa kebudayaan sebagai komplikasi (jalinan) dalam


keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan,
hukum, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat.

4. Andes Eppink

Kebudayaan merupakan keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu


pengetahuan serta keseluruhan struktur sosial, dan religius.

5. Koentjaraningrat

Kebudayaan merupakan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia


dalam rangka memenuhi kehidupan manusia dengan cara belajar.

2.2. Pembahasan
2.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan
Fischer menyatakan bahwa pembentukan kebudayaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut:

1. Lingkungan Geografis
2. Induk Bangsa
3. Kontak Antar Bangsa dengan Berbagai Kebudayaan

5
Sifat-sifat dari kebudayaan, adalah sebagai berikut:

1. Adaftif

Kebudayaan bersifat adaptif, artinya kebudayaan selalu mampu menyesuaikan


diri, sifat adaptif ini akan melengkapi manusia pendukungnya dengan menyesuaikan
diri pada hal- hal seperti kebutuhan fisiolologis badan mereka sendiri, lingkungan
fisik-geografis dan lingkungan sosial.

2. Integratif

Kebudayaan bersifat Integratif artinya kebudayaan memadukan semua unsur


dan sifat- sifatnya menjadi satu, bukan sekumpulan kebiasaan yang terkumpul secara
acak-acakan saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam suatu kebudayaan
tidak dapat dengan mudah dimasukan kedalam kebudayaan lain.

3. Dinamis

Kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan terus
bergerak mengikuti dinamika kehidupan sosial budaya masyarakat. Dinamika
kehidupan sosial budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia dengan
lingkungan sekitar, penafsiran-penafsiran atau interpretasi yang berubah tentang
norma-norma, dan nilai-nilai sosial budaya yang berlaku

2.2.2. Keberagaman Budaya Indonesia


Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia .
keragaman budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri
keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan
kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan
daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan
kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.

6
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai
potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara
sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga
meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten
pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan dunia internasional pada saat itu.

Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang
penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas
bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa
Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah
singgungan antar peradaban itu.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di
pulau-pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hingga perkotaan.

Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok


sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan
dengan budayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di
Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga
mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah
salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya kelompok

7
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai


keungulan di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia mempunyai potret
kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social
budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang di rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan di
jalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda,namun juga
meiliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal portugis di banten
pada abad pertengahan missal nya telah membuka diri Indonesia pada lingkup
pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang Gujarat dan
pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar
peradaban yang ada di Indonesia. Singungan-singungan peradaban ini pada dasarnya
telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan
perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan
mengembangkan budaya local di tengah-tengah singgunagn antar peradaban itu.

2.2.3. Bukti Sejarah Kebudayaan di Indonesia


Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara
berdampingan saling mengisi, dan ataupun berjalan secara parallel. Misalnya
kebudayaan kraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara parallel dengan
kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat terentu. Dalam konteks kekinian
dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan parallel
dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu
yang jauh hidup terpencil. Hubungan- hubungan antar kebudayaan tersebut dapat
berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai
bahwa konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman
kemlompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan. Didasari pula
bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih 700’an suku bangsa di

8
seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta
keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang
sesunguh nya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang di
milikinya maka potensi konflik yang di punyai juga akan semakin tajam.
Perbedaan=perbedaan yang ada dalam masyarakat akan terjadi pendorong untuk
mempekuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dan keragaman
kebudayaan

2.2.4. Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia


Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budaya
Indonesia sebagai berikut:

1. Latar Belakang Historis

Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia


berasal dari Yunani (wilayah Cina Bagian Selatan). Sebelum tiba di Nusantara
mereka berhenti di berbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu yang lama,
bahkan mungkin hingga beberapa generasi. Selama bermukim di tempat-tempat
tersebut, mereka melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Mereka
mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan-keterampilan khusus
sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaan pengalaman dan pengetahuan
telah menyebabkan timbulnya perbedaan suku bangsa dengan budaya yang
beranekaragam di Indonesia.

2. Perbedaan Kondisi Geografis

Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku bangsa


dan keberagaman budaya Indonesia. Hal itu berkaitan dengan : Pola kegiatan
ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan, pertanian,
kehutanan, dan perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan corak
kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka tanpa
mengganggu kebudayaan yang lainnya.

9
3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar

Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat dari
besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia.

Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di susul
oleh bangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang
beranekaragam. Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling
cepat megalami perubahan. karena:

a. Dengan semakin banyaknya sarana dan prasaranatransportasi


b. Hubungan antar kelompok semakin intensif
c. Semakin sering mereka melakukan pembauran

Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak banyak
terpengaruh budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan corak khas.

Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan
yang cukup beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit budaya
Cina, Arab, dan India. Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang
datang/singgah di kota ini sehingga terjadinya pembauran kebudayaan.

2.2.5. Manfaat Keberagaman Budaya


Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh
negara Indonesia. Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat bagi
bangsa kita.

Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut:

10
1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa
daerah dapat memperkaya perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.
2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek
dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.

Masalah yang timbul akibat keberagaman budaya

Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang


memiliki keanekaragaman budaya. Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya
tersebut membuat masyarakat multikultural memiliki karakteristik umum sbb:

1. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.


2. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus.
3. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut
secara relatif rigid dan murni.
4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki


karakteristik umum sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering


memiliki sub- kebudayaan yang satu sama lain berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-
nilai yang bersifat dasar.
4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang
satu dengan yang lainnya.
5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di
dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

11
Keberagaman merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan fenomena
baru yang positif dan negatif (tidak diinginkan). Namun jika keduanya kita telusuri
dan kita kaji lebih jauh, merupakan gejala-gejala yang wajar terjadi dalam
masyarakat. Selain membawa manfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak
negatif dengan dasar berbeda-beda itu tidak dapat bergaul satu sama lainnya. Potensi
terpendam untuk terjadinya konflik karena ketegangan antar suku bangsa dan
golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik pada


masyarakat Indonesia sebagai berikut:

1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh:


konflik Aceh dan Papua.
2. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup
antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi di
sambas.
3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku
terhadap warga suku bangsa lain. Contoh: konflik yang terjadi di sampit.
4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat. Contoh:
konflik antar suku di papua.
5. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa bentuk konflik, sbb:

1. Konflik Rasial

Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka terhadap


individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja disebabkan oleh perbedaan
ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang juga diperuncing oleh perbedaan dan
benturan dalam hal sosial, ekonomi, politik, atau karena jumlah ras tertentu lebih
banyak dari ras lainnya.

12
2. Konflik Antar Suku Bangsa

Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada juga
perbedaan adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian yang dikembangkan,
sistem kekerabatan yang dianut, dan penguasaan tekhnologi.

Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran dalam


beberapa hal, misalnya dalam hal ekonomi yang diikuti oleh kecurigaan-kecurigaan
terhadap suku tertentu atas penguasaan sumber-sumber ekonomi politik.

3. Konflik Antar Agama

Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan perbedaan-


perbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan, adat pernikahan, hukum
waris, kesenian, dan atribut-atribut keagamaan lainnya.

Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan benar inti dari
ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama-agama mereka, akan sangat potensial
untk terjadinya konflik, bahkan sampai pada tingkat konflik politik. Konflik seperti
ini juga sangat dipengaruhi oleh keseimbangan jumlah penganut agama tertentu
dalam suatu masyarakat.

Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari
13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang
berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem
kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat
mengatakan bahwa Indonesia memiliki kebudayaan lokal yang sangat beragam.

13
2.2.6. Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia
Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di Indonesia:

1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda

Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami propinsi


Jawa Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal sistem Parental, yaitu
mengikuti garis keturunan kedua orang tua, ayah, dan ibu. Bahasa percakapan yang
dipakai adalah bahasa Sunda. Bahasa ini mengenal tingkatan dari bahasa yang paling
halus sampai kasar. Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis,
Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur. Bahasa sunda
yang tidak halus berkembang di daerah Banten, Karawang, Bogor, dan Cirebon.
Bahasa Sunda yang dipakai oleh masyarakat Badui do Banten Selatan disebut bahasa
Sunda Buhun (Kuno).

Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat musik


tradisional masyarakat Sunda adalah angklung. Alat musik Sunda juga memiliki
pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang pencak, dan sejumlah tarian-
tarian seperti tari jaipong dan tari topeng. Kesenian tradisional tersebut umumnya
dipertunjukkan pada upacara selamatan pernikahan, sunatan, meruwat rumah, dan
syukuran.

2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger

Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa yang mendiami
wilayah sekitar Pegunungan Bromo, Jawa Timur. Masyarakat mempunyai ciri khas
yang dapat dilihat dari dialek bahasa, upacara adat yang berdasarkan sistem
kepercayaannya, serta perilaku yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam
kehidupan orang Tengger mempunyai kebiasaan mengangkat orang luar menjadi

14
warga baru atau sesepuh masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini dilakukan
melalui upacara wisuda yang dipimpin oleh ketua adat atau kepala dukun.

Sebagian masyarakat Tengger beragama Hindu Mahayana. Setiap tahun,


mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka pengiriman kurban
kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo. Puncak upacara Kasodo
berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu berupa pemilihan dukun-dukun baru.
Setelah itu, dilakukan pelemparan Ongkek (persembahan penduduk) ke kawah
Bromo. Acara ini mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung hingga
subuh menjelang matahari terbit.

3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi Pulau
Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau karena banyak yang
mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-kota besar. Meskipun tersebar di
berbagai daerah, suku bangsa Batak dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan
sekalipun tidak tinggal di kampung halamannya.

Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam seni ukir
dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang rumah adat yang
memiliki srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat berbagai lagu-lagu daerah dan tari-
tarian. Tarian tradisional yang cukup terkenal adalah tarian Mandula dan tari Sekar
Sirih. Tari Mandula adalah tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen,
sedangkan tari Sekar Sirih adalah tarian menyambut tamu.

4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis

Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sulawesi
Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa Pelaut, sehingga
mereka juga tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan. Di beberapa daerah,
seperti di Flores dan Kalimantan, suku bangsa Bugis membentuk perkampungan

15
sendiri. Pada naskah-naskah kuno bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara
Lontara. Setelah masuknya pengaruh Islam pada abad ke-17, naskah-naskah
kebanyakan ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.

Kesenian msyarakat Bugis dapat dilihat dari bentuk arsitektur rumah dan ukir-
ukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat dilihat pada bentuk-bentuk
kerajinan rumah tangga seperti tenunan sarung yang sudah cukup dikenal luas di
Indonesia serta seni tarik suara dan tarian.

5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak

Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau Kalimantan.
Masyarakat Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu mengikuti garis keturunan laki-
laki dan perempuan. Sebagian besar anak laki-laki atau perempuan yang sudah
menikah akan tetap tinggal bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga
luas (ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya menikah
dengan laki-laki suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal bersama keluarga
istrinya.

Masyaraka Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik, tarian, seni
ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa dipakai umumnya terbuat dari
bambu atau kayu yang dimainkan dengan cara dipikul berirama mengikuti tarian dan
lagunya. Tarian-tarian masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean Dades, dan
Bungai. Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacara- upacara adat. Seni
ukir dapat dilihat pada tiang-tiang rumah yang diukir dengan tangan dan memiliki
simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni ukir masyarakt Dayak berupa patung-patung
yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain tenun yang terkenal terbuat dari bahan kapas
dan kulit kayu.

6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio

16
Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau Flores,
NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang disebut “SUKU”.
Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang dipuncaknya duduk
kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh anak laki-laki sulung. Selain
berstatus sebagai “orang tua”, ia juga sebagai “ahli waris”.

Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional. Dalam seni


pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang disebut Sao Ria.
Selain itu, mereka juga membuat patung yang disebut Anadeo yang dikeramatkan
sebagai penunggu ruah adat. Mereka juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional
dengan motif yang khas pada kain sarung, selimut, dan selendang.

7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat

Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah pegunungan Papua


Selatan. Suku bangsa Asmat umumnya dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat
Hulu. Suku bangsa Asmat Hilir hidup di dataran rendah di sepanjang pantai yang
masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di daerah dataran
tinggi yang berbukit-bukit dengan padang rumput yang cukup jelas.

Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya tinggal di rumah-rumah


panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan Asmat terdiri atas 10-
15 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat yang di sebut yew. Yew berfungsi
sebagai rumah keramat dan tempat upacara keagamaan. Masyarakat Asmat juga
mengenal pemimpin adat yang disebut aipem. Pemimpin adat biasanya orang-orang
yang pandai, bijaksana, dan kuat. Orang yang pandai dalam berburu. Orang yang
pandai dalam membuat patung (wow-iptis) akan menjadi pemimpin para pembuat
patung. Kesenian masyarakat Asmat identik dengan kepercayaan dan upacara-
upacara keagamaan terutama seni ukir patung, topeng, dan perisai.

8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

17
Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera Barat. Tersebar
juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya. Garis keturunan masyarakat
Minangkabau diperhitungkan menurut garis matrilineal (Suatu adat masyarakat yang
mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil
adalah Paruik.

Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat masyarakat yang
menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah. Penganut adat patrilineal di
Indonesia sebagai contohnya adalah suku Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.

9. Kebudayaan Masyarakat Aceh

Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung ke dalam
bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu, We, Breuh, dan pulau-
pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang Aceh disebut Gampong. Setiap
gampong terdiri atas 100-500 rumah.

10. Kebudayaan Masyarakat Jawa

Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari Kraton.


Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai pemerintahan dan kaum
terpelajar (priyayi) menempati posisi lapisan sosial atas, sementara petani di desa dan
masyarakat kebanyakan yang digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan tingkat
kepala desa (petinggi) dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu

1) Carik : bertindak sebagai sekretaris desa


2) Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampung
3) Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang menyampaikan segala
hal terkait kebijakan kepala desa untuk menyampaikan kepada
masyarakatnya.
4) Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan, dan
kematian

18
11. Kebudayaan Masyarakat Bali

Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan Bali
Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang mendapat pengaruh dari
kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan umumnya mendiami daerah-daerah
pegunungan. Sedangkan Masyarakat Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di
daerah-daerah dataran dan menjadi mayoritas Bali.

12. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar

Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi.


Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang Makasar
menggunakan bahasa Mangasara.

19
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan bersama yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yang merupakan puncak tertinggi dari kebudayaan-kebudayaan daerah.
Kebudayaan nasional sendiri memiliki banyak bentuk karena pada daasarnya berasal
dari jenis dan corak yang beraneka ragam, namun hal itu bukanlah menjadi masalah
karena dengan hal itulah bangsa kita memiliki karakteristik tersendiri.

Untuk memelihara dan menjaga eksisitensi kebudayaan bangsa kita, kita bisa
melakukan banyak hal seperti mengadakan lomba-lomba dan seminar-seminar yang
bernafaskan kebudayaan nasional sehigga akan terjagalah kebudayaan kita dari
keterpurukan karena persaingan dengan budaya luar. Dan dalam menyikapi
keberagaman yang ada kita harus bisa bercermin pada inti kebudayaan kita yang
beragam itu karena pada dasarnya segalanya bertolak pada ideology pancasila.

Untuk menghadapi dampak negatif keberagaman budaya tentu perlu


dikembangkan berbagai sikap dan paham yang dapat menikis kesalahpahaman dan
membangun benteng saling pengertian. Gagasan yang menarik untuk diangkat dalam
konteks ini adalah multikulturalisme dan sikap toleransi dan empati.

3.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu para pembaca
disarankan untuk membaca tentang merancang dan mengelola saluran pemasaran
teritegrasi pada referensi–referensi lainnya, agar pengetahuan pembaca semakin
banyak sehingga memperluas khazanah keilmuan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi 1. Jakarta : UI Press

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan

Lintang, Fitri Lintang Fitri, dan Fatma Ulfatun Najicha. 2022. “NILAI-NILAI SILA
PERSATUAN INDONESIA DALAM KEBERAGAMAN
KEBUDAYAAN INDONESIA.” Jurnal Global Citizen : Jurnal
Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 11(1):79–85. doi:
10.33061/jgz.v11i1.7469.

Rahman, Muhammad Fathur, Safinatun Najah, Nur Dewi Furtuna, dan Anti Anti.
2020. “BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI BENTENG
TERHADAP RISIKO KEBERAGAMAN BANGSA
INDONESIA.” Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan
6(2). doi: 10.35673/ajdsk.v6i2.1183.

Ruskhan, Abdul Gaffar. 2007. “Pemanfaatan Keberagaman Budaya Indonesia


dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
(BIPA).” dalam Makalah yang disajikan dalam Seminar
Pengajaran Bahasa Indonesia Pertemuan Asosiasi Jepang-
Indonesia di Nanzan Gakuen Training Center, Nagoya, Jepang.
Vol. 10.

21

Anda mungkin juga menyukai