Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

STUDI KASUS IDENTITAS NASIONAL

DOSEN PENGAMPU :

NENY FIDAYANTI., ST., M.Si.

NIP. 198301292012122005

OLEH :

1. ALDO IPANTRI (DAB117152)


2. MUHAMMAD IKHSAN (DAB117153)
3. MAULIDA EVY YANTI PURBA (213010501001)
4. AGUS ABDUL (213010501002)
5. PUTRI WAHYUNI (213010501003)
6. PUTRI SRI PUAH (213010501004)
7. NOVI (213010501005)
8. LEONY FITRIA HARTANTIE (213010501006)
9. LYDIA DWINANDA SINAGA (213010501007)
10. KESA ENDRI KISWORO (213010501008)
11. RIKA (213010501009)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penyusun
dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa
adanya halangan yang berarti. Makalah ini deiberi judul “Studi Kasus Identitas
Nasional”. Tugas makalah ini merupakan Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya.
Penyusun juga tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah membimbing
penyusun dalam mata kuliah ini. Dalam pemuatan makalah ini, penyusun menyadari
dalam penulisan banyak kata atau kalimat yang salah dan penyusunan yang kurang
baik. Maka dari pada itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
dapat membangun dari pembaca, dan atas konstribusinya saya ucapkan terima kasih.

Palangkaraya, Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

I. PEMBAHASAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................... 2

II. LANDASAN TEORI .......................................................................... 4

2.1. Pengertian Identitas Nasional ........................................................... 4

2.2. Faktor Pembentuk Identitas Nasional .............................................. 5

2.3. Sifat Identitas Nasional .................................................................... 7

2.4. Bentuk Identitas Nasional Indonesia ................................................ 7

2.5. Hubungan Antara Identitas Nasional dengan Karakter Bangsa ....... 11

III. PEMBAHASAN................................................................................. 15

3.1. Latar Belakang Pemberontakan G30 S/PKI ..................................... 15

3.2. Dampak Peristiwa G30 S/PKI.......................................................... 17

3.3. Analisa Kasus G30 S/PKI Terhadap Identitas Nasional .................. 18

3.4. Upaya Pemberantasan Kader PKI ............................................. 19

IV. PENUTUP .......................................................................................... 21

4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 21

4.2. Saran .................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap Negara memiliki identitas nasional yang berbeda-beda. Hal ini sama
saja seperti manusia, memiliki identitas yang berbeda setiap individunya.
Identitas ini tentunya berguna untuk membedakan setiap negara. Identitas ini bisa
disebut sebagai sifat atau jati diri yang melekat pada sesuatu. Identitas Nasional
ini merupakan hal buatan karena identitas nasional ini dibuat, dan disepakati oleh
warga dari suatu bangsa sebagai identitasnya. Identitas suatu negara merupakan
suatu hal sekunder karena identitas nasional hadir setelah identitas suatu bangsa
mempunyai identitas yang berbeda-beda.

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris Identity yang memiliki pengertian
harafiah ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau
sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam term antropologi
identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri
pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau
negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas tidak terbatas pada individu
semata tetapi berlaku pula pada suatu kelompok. Sedangkan kata nasional
merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar
yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, dan
bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan. Himpunan
kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas
bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok
(colective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-
pergerakan yang diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa
dipisahkan dari kemunculan konsep nasionalisme.

Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai
aspek kehidupan dari ratusan suku yang “dihimpun” dalam satu kesatuan
Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh
“Bhinneka Tunggal Ika” sebagai dasar dan arah pengembangannya. Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di

1
dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya
dalam aturan perundang-undangan atau hukum, sistem pemerintahan yang
diharapkan, nilai-nilai etik dan moral yang secara normatif diterapkan di dalam
pergaulan baik dalam tataran nasional maupun internasional dan lain sebagainya.
Nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam Identitas Nasional tersebut bukanlah
barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan
sesuatu yang “terbuka” yang cenderung terus-menerus bersemi karena hasrat
menuju kemajuan yang dimilki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan
implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional adalah sesuatu yang terbuka untuk
ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat.

Maka dari itu Identitas Nasional sangatlah penting untuk dipelajari hingga
diterapkan pada kehidupan sehari – hari. Agar Masyarakat di Negara tercinta ini
dapat mengubah dan memperbaiki segala kekeliruan yang terjadi, menjadikan
Negara tercinta ini lebih baik lagi dari sebelumnya. Bukanlah orang lain tetapi
kita sendiri sebagai masyarakat yang ada di Negara dan Bangsa ini yang dapat
mengubah segala kekeliruan yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari Identitas Nasional?
1.2.2 Apa saja faktor-faktor pembentukan Identitas Nasional?
1.2.3 Bagaimana sifat Identitas Nasional?
1.2.4 Bagaimana identitas Negara Indonesia?
1.2.5 Bagaimana hubungan antara Identitas Nasional dengan karakter
bangsa?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Identitas Nasional.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk Identitas Nasional.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana sifat Identitas Nasional.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana bentuk Identitas Negara Indonesia.

2
1.3.5 Untuk mengetahui hubungan antara Identitas Nasional dengan karakter
bangsa.

3
II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Identitas Nasional


Identitas Nasional merupakan istilah yang terdiri dari dua kata yaitu identitas
dan nasional. Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak
yang dimaksud sebagai suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain.
Sedangkan nasional atau Nasionalisme memiliki arti suatu paham, yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara
kebangsaan. Kata nasional adalah identitas yang melekat pada kelompok-
kelompok yang terikat karena kesamaan, baik kesamaan budaya, agama, fisik,
keinginan, atau cita-cita. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati
diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan
bangsa yang lainnya.

Menurut Kaelan (2007), identitas nasional pada hakikatnya adalah


manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri yang
khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya. Identitas
nasional mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat di suatu negara,
hal itu merupakan suatu yang terus menerus berkembang dan bersifat terbuka.

Identitas nasional dalam kosteks bangsa cenderung mengecu pada


kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu negara. Sedangkan identitas
nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol kenegaraan
seperti: Pancasila, Bendera Merah Putih, Bahasa Nasional yaitu Bahasa
Indonesia, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah negara
yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945 serta Bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Pahlawan –
pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura, Hasanudin,
Pangeran Antasari dan lain – lain.

Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah


ada padanan sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah
Identitas Nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu

4
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat kuat terutama karena
pengaruh kekuasaan internasional.

Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia


dapat mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan
negara yang merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan
sejajar dengan bangsa dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat
menunjukkan jatidiri serta kepribadiannya. Rasa solidaritas sosial, kebersamaan
sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi kemerdekaan. Dengan
identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai kejayaan
bangsa dan negara di masa depan.

2.2 Faktor Pembentuk Identitas Nasional


Lahirnya suatu Identitas Nasional bangsa pasti memiliki ciri khas sifat,
serta keunikan tersendiri yang yang sangat didukung oleh faktorfaktor
pembetuk identitas nasional. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi
identitas bersama suatu bangsa meliputi:

2.2.1 Faktor Objektif

Faktor objektif ini meliputi faktor geografis dan demografis. Kondisi


geografi yang membentuk Indonesia sebagai negara kepulauan yang
memiliki iklim tropis. Indonesia juga terletak di wilayah Asia Tenggara,
hal ini mempengaruhi adanya perkembangan kehidupan ekonomi, sosial,
dan budaya bangsa Indonesia.

2.2.2 Faktor Subjektif

Faktor subjektif ini meliputi faktor sosial, politik, kebudayaan dan


juga sejarah yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor-faktor ini sangat
mempengaruhi proses terbentuknya masyarakat Indonesia dan juga
identitas bangsa Indonesia.

2.2.3 Faktor Primer

Faktor primer ini meliputi etnis, teritorial, bahasa, dan juga agama.
Indonesia sendiri merupakan bangsa yang memiliki berbagai macam

5
budaya, bahasa dan agama. Meskipun unsur-unsur tersebut berbeda-beda
dan memiliki ciri khas masing-masing, namun hal tersebut bisa
menyatukan masyarakat menjadi bangsa Indonesia.

Persatuan yang terjadi itu tidak serta merta menghilangkan


keanekaragaman yang memang sudah ada di dalam masyarakat Indonesia,
maka dari itu lahirlah istilah Bhinneka Tunggal Ika, yang memiliki arti
berbeda-beda tapi tetap satu jua.

2.2.4 Faktor Pendorong

Faktor ini meliputi komunikasi dan teknologi, seperti lahirnya


angkatan bersenjata dalam kehidupan negara. Dalam hubungan ini, ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam suatu bangsa merupakan identitas
nasional yang dinamis.

Maka dari itu, pembentukan identitas nasional yang dinamis ini


sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan prestasi masyarakat Indonesia.
Semuanya tergantung apakah bangsa Indonesia mau dan mampu
membangun bangsa untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.

2.2.5 Faktor Penarik


Faktor penarik ini meliputi bahasa, birokrasi yang tumbuh dan sistem
pendidikan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah ditetapkan
menjadi bahasa nasional dan kesatuan nasional. Masing-masing suku
yang ada di Indonesia masih tetap menggunakan bahasa dari daerahnya
masing-masing.
2.2.6 Faktor Reaktif

Faktor reaktif ini meliputi dominasi, pencarian identitas dan juga


penindasan. Seperti yang sudah diketahui bahwa bangsa Indonesia pernah
dijajah beratus-ratus tahun oleh bangsa asing. Hal ini mewujudkan
memori bagi rakyat Indonesia. Memori akan perjuangan, penderitaan dan
semangat yang hadir dalam masyarakat untuk memperjuangkan
kemerdekaan.

Faktor-faktor di atas pada dasarnya merupakan proses dalam sebuah


pembentukan identitas nasional. Hal ini tentunya terus berkembang, mulai dari

6
era sebelum kemerdekaan, sampai saat ini. Bangsa Indonesia dibangun dari
masyarakat lama sehingga membentuk kesatuan dengan prinsip nasionalis
modern. Maka dari itu, dalam pembentukan identitas nasionalnya, sangat erat
dengan unsur-unsur sosial, ekonomi, budaya, geografis, dan juga agama.

2.3 Sifat Identitas Nasional


Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan
khas yang menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan
hidup bersama. Pada era globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia
sedang dihadapkan oleh tantangan yang sangat kuat dari kekuatan
internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Apabila
bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu mempertahankan
identitas nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan
mudah goyah dan terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang
tidak mampu mempertahankan identitas nasional akan menjadi kacau,
bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Kondisi suatu bangsa yang sedemikianrupa sudah tentu merupakan hal yang
mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas
nasional sangat mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat
mempertahankan eksistensi diri dan mencapai hal-hal yang menjadi cita-cita
dan tujuan hidup Bersama.

2.4 Bentuk Identitas Nasional Indonesia


2.4.1 Bendera Negara, yaitu Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani, warna putih berarti suci, merah berarti
berani yang melambangkan tubuh manusia, putih berarti suci yang
melambangkan jiwa manusia, keduanya saling melengkapi dan
menyempurnakan Indonesia. Lambang merah putih sudah dikenal pada
masa kerajaan di Indonesia. Bendera sang Merah Putih dikibarkan
ketika Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Bendera
Merah Putih dijahit oleh ibu Fatmawati yang merupakan istri presiden
Soekarno.

7
2.4.2 Bahasa Nasional Indonesia

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi ‘Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia’.


Bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional atau bahasa persatuan. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Seiring waktu bahasa ini selalu
berkembang dan mengalami perubahan. Bahasa Indonesia diawali sejak
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Indonesia
merupakan usulan dari Muhammad Yamin. Pada saat itu ia mengatakan
bahwa hanya ada dua bahasa yang bisa menjadi bahasa persatuan, antara
bahasa Jawa dan bahasa Melayu, namun dalam kedepannya, bahasa Melayu
lah yang akan menjadi bahasa persatuan. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa persatuan, karena bangsa Indonesia memiliki berbagai jenis bahasa.

2.4.3 Lambang Negara Garuda Pancasila

Pasal 36A UUD 1945 berbunyi ‘Lambang Negara ialah Garuda


Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika’. Garuda pancasila dan
semboyan Bhineka Tunggal Ika dipilih menjadi lambang negara dan
semboyan negara. Burung Garuda yang dikenal dari mitologi kuno
merupakan kendaraan Wishnu. Burung Garuda ini menggambarkan bahwa
Indonesia merupakan bangsa yang besar dan kuat. Burung Garuda sebagai
simbol ikatan persatuan dan menyatunya rakyat Indonesia yang heterogen.
Lambang Garuda Pancasila dirancang oleh panitia Lencana Negara yang
diketuai Sultan Hamid II. Lambang ini akhirnya disempurnakan oleh
Soekarno dan diresmikan pertama kali pada tanggal 11 Februari 1950.

Di dalam burung Garuda Pancasila terdapat simbol-simbol untuk setiap


sila. Sila pertama bergambar bintang emas, sila kedua dilambangkan
dengan tali rantai berwarna emas, sila ketiga dilambangkan dengan pohon

8
beringin, sila keempat dilambangkan dengan kepala banteng, dan untuk sila
kelima dilambangkan dengan padi dan kapas.

Melalui banyak hal mengenai lahirnya Pancasila seperti ditandai oleh


pidato yang dilakukan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno dalam
sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan). Pidatonya pertama kali mengemukakan konsep awal
Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia pada 1 Juni 1945 sehingga
di tetapkan Hari lahir Pancasila jatuh pada tanggal 1 Juni.

2.4.4 Semboyan Bangsa Indonesia

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti ‘berbeda-beda tapi


tetap satu jua’. Semboyan negara ini merupakan kutipan dari Kitab
Sutasoma dari Mpu Tantular. Semboyan ini dipilih untuk menggambarkan
persatuan negara Indonesia yang memiliki keberagaman suku, ras, agama,
budaya, dan bahasa.

2.4.5 Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Pasal 36B UUD 1945 berbunyi ‘Lagu kebangsaan ialah Indonesia


Raya’. Lagu Indonesia Raya dipilih menjadi lagu kebangsaan Indonesia.
Lagu ini diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman, dan diperkenalkan
pertama kali pada sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 di Batavia.

Lirik lagu Indonesia Raya pertama kali dipublikasi di surat kabar Sin
Po. Lagu kebangsaan Indonesia pertama kali dikumandangkan di depan
Kongres Pemuda Kedua, namun setelah itu pemerintah kolonial melarang
penyebutan lagu Indonesia Raya. Meski begitu, pemuda Indonesia tidak
gentar dan mereka tetap menyanyikan lagu Indonesia Raya.

9
2.4.6 Dasar Falsafah Negara

Pancasila menjadi dasar falsafah negara. Terdiri dari lima dasar yang
menjadi ideologi negara bangsa Indonesia. Pancasila adalah identitas
nasional Indonesia yang memiliki kedudukan sebagai ideologi dan dasar
negara.

2.4.7 Konstisusi Negara Indonesia

UUD 1945 menjadi konstitusi atau hukum dasar negara. UUD 1945
merupakan hukum yang tertulis dan memiliki kedudukan tertinggi dalam
peraturan perundangan. UUD 1945 dijadikan sebagai pedoman dalam
kehidupan dan bernegara. UUD 1945 sudah digunakan sejak Indonesia
merdeka. Sehari setelah proklamasi , atau pada tanggal 18 Agustus 1945,
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengesahkan naskah
yang kini menjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

2.4.8 Bentuk Negara Indonesia

Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berkedaulatan


rakyat. Negara indonesia berbentuk kesatuan dan memiliki bentuk
pemerintahan republik.

2.4.9 Sistem Indonesia

Sistem yang digunakan di Indonesia adalah sistem demokrasi, dengan


sistem yang menjunjung kedaulatan rakyat. Sampai saat ini sudah
disepakati bahwa Indonesia tidak akan melakukan perubahan identitas
sebagai negara kesatuan.

Makna atau arti Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


adalah kristalisasi pengalaman-pengalaman hidup dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak, perilaku, tata nilai,
pandangan filsafat, moral, etika yang telah melahirkannya. Dengan
Pancasila sebagai dasar Negara itu pula para pendiri Negara dengan genius
menyiapkan sistem ketatanegaraan NKRI sebagai “sistem sendiri”.

2.4.10 Kebudayaan Daerah

10
Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa yang berjumlah
1340 suku bangsa, jumlah bahasa yang ada di Indonesia berjumlah
724 bahasa, jumlah budaya yang ada di Indonesia berjumlah 7241
karya budaya dan jumlah ras di Indonesia ada 4 yaitu Papua
Melanozoid, Negroid, weddoid, dan Melayu Mongoloid.
Masyarakat Indonesia mendiami pulau-pulau serta berbicara dalam
ragam bahasa, mempunyai budaya daerah. Kemudian budaya
daerah ini ditetapkan sebagai budaya nasional dan identitas
nasional.

2.5 Hubungan antara Identitas Nasional dengan Karakter Bangsa


Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam
pengertian politik, yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu
bangsa (homogen), tetapi umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen).
Karena itu negara perlu menciptakan identitas kebangsaan atau identitas
nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya.
Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian
disepakati oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu atau juga
dari identitas beberapa bangsa-negara.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa-negara untuk mendukung
identitas nasional perlu ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan terus-
menerus. Warga lebih dulu memiliki identitas kelompoknya, sehingga jangan
sampai melunturkan identitas nasional. Di sini perlu ditekankan bahwa
kesetiaan pada identitas nasional akan mempersatukan warga bangsa itu
sebagai “satu bangsa” dalam negara. Sebagai warga negara Indonesia, kita
perlu mengetahui proses terjadinya pembentukan negara ini, sehingga dapat
menambah kecintaan kita pada tanah air ini. Para pendiri negara Indonesia
(the founding fathers) menyadari bahwa negara Indonesia yang hendak
didirikan haruslah mampu berada di atas semua kelompok dan golongan yang
beragam. Hal yang diharapkan adalah keinginan hidup bersatu sebagai satu
keluarga bangsa karena adanya persamaan nasib, citacita, dan karena berasal
dalam ikatan wilayah atau wilayah yang sama. Kesadaran demikian
melahirkan paham nasionalisme, paham kebangsaan, yang pada gilirannya
melahirkan semangat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
11
Selanjutnya nasionalisme memunculkan semangat untuk mendirikan negara
bangsa dalam merealisasikan cita-cita, yaitu merdeka dan tercapainya
masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang penting
bagi pembentukan bangsa Indonesia antara lain:
1. Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan
bangsa asing lebih kurang selama 350 tahun.
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu
penjajahan.
3. Adanya kesatuan tempat tinggal, yaitu wilayah nusantara yang
membentang dari Sabang sampai Merauke.
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan
suatu bangsa. Negara Indonesia tidak terjadi begitu saja. Kemerdekaan
Indonesia diraih dengan perjuangan dan pengorbanan, bukan pemberian.
Terjadinya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap yang
berkesinambungan. Rangkaian tahap perkembangan tersebut
digambarkan sesuai dengan keempat alinea dalam pembukaan UUD
1945.

Secara teoretis, perkembangan negara Indonesia terjadi sebagai berikut:


1. Terjadinya negara tidak sekadar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Bangsa
Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Inilah yang menjadi sumber
motivasi perjuangan (Alinea I Pembukaan UUD 1945).
2. Adanya perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan
panjang bangsa Indonesia menghasilkan proklamasi. Proklamasi barulah
mengantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan. Jadi, dengan proklamasi
tidaklah selesai kita bernegara. Negara yang kita cita-citakan adalah
menuju pada keadaan merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur
(Alinea II Pembukaan UUD 1945).
3. Terjadinya negara Indonesia adalah kehendak bersama seluruh bangsa
Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Di samping itu adalah
kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan
12
bangsa 11 Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya
motivasi spiritual (Alinea III Pembukaan UUD 1945).
4. Negara Indonesia perlu menyusun alat-alat kelengkapan negara yang
meliputi tujuan negara, bentuk negara, sistem pemerintahan negara, UUD
negara, dan dasar negara. Dengan demikian, semakin sempurna proses
terjadinya negara Indonesia (Alinea IV Pembukaan UUD 1945). Oleh
karena itu, berdasarkan kenyataan yang ada, terjadinya negara Indonesia
bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau
penyerahan. Bukti menunjukkan bahwa negara Indonesia terbentuk
melalui proses perjuangan (revolusi). Dokumentasi proses perjuangan
dan pengorbanan dalam pembentukan negara ini tertata rapi dalam unsur
produk hukum negara ini, yaitu Pembukaan UUD 1945. Wawasan
kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa adalah wawasan
kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu wawasan kebangsaan
yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa dan oleh karena nya
memeliki landasan moral, etik dan spiritiual serta yang berkeinginan
untuk membangun masa kini dan masa depan bangsa yang sejahtera lahir
dan batin, material dan spiritual, di dunia dan di akhirat. Dapat pula
dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan
keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian
bangsa. Jadi, filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-tiba dan
dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa, melainkan melalui suatu fase
historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan secara
formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam
kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. Menurut Notonegoro, bangsa Indonesia adalah sebagai
kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan secara formal 12 oleh para pendiri Negara untuk dijadikan
sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Proses perumusan materi
Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya
13
disahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia.

14
III. PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Pemberontakan G30 S/PKI

Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi


Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak
era Demokrasi Terpimpin diterapkan, yakni tahun 1959-1965 di bawah
kekuasaan Presiden Soekarno.

Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang


menewaskan para Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI
dan juga PKI. Pertentangan pun muncul di antara keduanya. Selain itu, desas
desus kesehatan Presiden Soekarno juga turut melatarbelakangi pemberontakan
G30S PKI.

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno


dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI
disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya menjadi partai
komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.

Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto,
beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:

3.1.1 Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan


menjadikannya sebagai negara komunis.
3.1.2 Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan
pemerintahan.
3.1.3 Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam
membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk
mewujudkan masyarakat komunis.
3.1.4 Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
3.1.5 Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian
kegiatan komunisme internasional.

Pelaksanaan G30S/PKI 1965 Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal
senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan
kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan

15
pada saat itu dipimpinoleh Letkol. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat
saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan
tersebut. Karena Aidit tahu akan jenis sakitnya Sukarno membuktikan bahwa hal
tersebut sengaja dihembuskan PKI untuk memicu ketidakpastian di masyarakat.

Pada tahun 1960 keluarlah Undang-Undang Pokok Agraria (UUPokok


Agraria) dan Undang-Undang Pokok Bagi Hasil (UU Bagi Hasil) yang
sebenarnya merupakan kelanjutan dari Panitia Agraria yang dibentuk pada tahun
1948. Panitia Agraria yang menghasilkan UUPA terdiri dari wakil pemerintah
dan wakil berbagai ormas tani yang mencerminkan 10 kekuatan partai politik
pada masa itu.

Walaupun undang-undangnya sudah ada namun pelaksanaan di daerah tidak


jalan sehingga menimbulkan gesekan antara para petani penggarap dengan pihak
pemilik tanah yang takut terkena UUPA, melibatkan sebagianmassa pengikutnya
dengan melibatkan backing aparat keamanan. Peristiwa yang menonjoldalam
rangka ini antara lain peristiwa Bandar Betsi di Sumatera Utara dan peristiwa di
Klaten yang disebut sebagai ‘aksi sepihak’ dan kemudian digunakan sebagai dalih
oleh militer untuk membersihkannya.

Keributan antara PKI dan islam (tidak hanya NU, tapi juga dengan Persis dan
Muhammadiyah) itu pada dasarnya terjadi di hampir semua tempat di Indonesia,
di Jawa Barat, Jawa Timur, dan di propinsi-propinsi lain juga terjadi hal demikian,
PKI di beberapa tempat bahkan sudah mengancam kyai-kyai bahwa mereka akan
disembelih setelah tanggal 30 September 1965 (hal ini membuktikan bahwa
seluruh elemen PKI mengetahui rencana kudeta 30 September tersebut).

Dan dalam pemberontakan ini ada beberapa isu yang tersebar dimasyarakat
pada saat itu. Yaitu sebagai berikut

3.1.6 Isu Dewan Jenderal

Pada saat-saat genting sekitar bulan September 1965 muncul isu


adanya Dewan Jenderal, yang mengungkapkan bahwa para petinggi
Angkatan Darat tidak puas terhadapSoekarno dan berniat untuk
menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno memerintahkan
pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka untuk

16
diadili. Namun secaratak terduga, dalam operasi penangkapan tersebut
para jenderal tersebut terbunuh.

3.1.7 Isu Dokumen Gilchrist

Dokumen Gilchrist diambil dari nama duta besar Inggris untuk


Indonesia, AndrewGilchrist. Beredar hampir bersamaan waktunya dengan
isu Dewan Jenderal. Dokumen ini oleh beberapa pihak dianggap
pemalsuan. Di bawah pengawasan Jenderal Agayant dari KGB Rusia,
dokumen ini menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang
mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh
pihak Barat. Kedutaan AmerikaSerikat juga dituduh memberi daftar nama
anggota PKI kepada tentara untuk "ditindaklanjuti".

3.1.8 Isu Keterlibatan Soeharto

Menurut isu yang beredar, Soeharto saat itu menjabat sebagai


Pangkostrad (PanglimaKomando Strategis Cadangan Angkatan Darat)
tidak membawahi pasukan.

3.2 Dampak Peristiwa G30 S/PKI


Terjadinya peristiwa G30 S/PKI 1965 d Indoensia telah memberikan
dampak dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia. Setelah
peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil.
Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum
mapan. Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi
konflik antar partai politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem
pemerintahan diktator.

Kehidupan ekonomi lebih suram, sehingga kemelaratan dan kekurangan


makanan terjadi dimana-mana. Presiden Soekarno menyalahkan orang – orang
yang terlibat dalam perbuatan keji yang berakhir dengan gugurnya Pahlawan
Revolusi serta korban – korban lainnya yang tidak berdosa. Namun Presiden
Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terjadi dalam suatu
revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap
Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden

17
menurun di mata Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar – besaran terjadi pada
tanggal 10 januari 1966. Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang
terkenal dengan sebutan TRITURA ( Tri Tuntutan Rakyat ), meliputi sebagai
berikut :

3.2.1 Pembubaran PKI.


3.2.2 Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur – unsur PKI.
3.2.3 Penurunan harga – harga ( Perbaikan Ekonomi ).

Tindakan Pemerintah lainnya adalah mengadakan reshuffle ( perombakan )


Kabinet Dwikora. Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari
1966 dan kemudian disebut dengan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan.
Mengingat jumlah anggota mencapai hampir seratus orang, maka kabinet itu
sering disebut dengan Kabinet Seratus Menteri. Menjelang pelantikan Kabinet
Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966, KAMI melakukan aksi serentak.
Dalam demonstrasi itu gugur seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Arief
Rahman Hakim.

Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan langsung


dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr.
Chaerul Saleh. Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, maka ketuga perwira
TNI – AD itu bersama dengan Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur
diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto yang
kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret
( Supersemar ). Isi pokoknya adalah memerintahkan kepada Letjen Soeharto atas
nama Presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya
keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya
revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden.

3.3 Analisa Kasus Pemberontakan G30 S/PKI Terhadap Identitas Nasional

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme. Agama,


dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin
diterapkan. Pemberontakan ini menimbulkan ketidakharmonisan hubungan
anggota TNI dan juga PKI. Tujuan gerakan ialah menggulingkan era
pemerintahan Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara

18
komunis. Hal ini tentu saja menyinggung dan berlawanan dengan identitas
nasional negara Indonesia. Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan
demokrasi sehingga seringkali Indonesia disebut sebagai negara demokrasi.
Sistem pemerintahan komunisme berbanding terbalik dengan sistem
pemerintahan demokrasi dimana kekuasaan tertinggi dipegang oleh penguasa
negara dan rakyat tidak memiliki kebebasan hak milik.

Selain menyinggung sistem pemerintahan, Gerakan G30 S/PKI nyatanya


juga ingin mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis. Ideologi
komunis sangat bertentangan dengan pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Penganut ideologi komunis biasanya adalah kaum atheis, kaum yang tidak
mengakui keberadaan Tuhan. Hal ini bertentangan sekali dengan Pancasila yang
dalam sila pertama mengandung arti negara Indonesia yang beragama. Di
Indonesia sendiri saat ini ada enam agama dan masyarakat diberi kebebasan
penuh dalam hak beragama.

Bila diulas kembali, kontroversi dan propaganda G30 S/PKI menghasilkan


kebingungan dan mengakibatkan adanya pergerakan semaunya sendiri tanpa
meikirkan orang lain. Perebutan kekuasaan yang terjadi dalam G30 S/PKI
mengundang permasalahan besar dalam suatu negara. Pemerintahan yang lemah
membuat suatu bangsa dan negara mudah dipecah belah dan dapat memancing
krisis-krisis baru.

3.4 Upaya Pemberantasan Kader PKI

Upaya pemerintah dalam meredam gerakan G30S/PKI adalah dengan


melakukan operasi militer dan pengejaran terhadap para pemimpin dan
pendukung PKI.

Operasi penumpasan terhadap G 30 S/PKI dimulai pada 1 Oktober 1965


pukul 19.00 WIB. Pada saat itu Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD) yang sekarang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di
bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo berhasil merebut kernbali studio
RRI pusat dan kantor pusat telekomunkasi. Melalui siaran RRI, diumumkan
bahwa perebutan kekuasaan telah dilakukan oleh PKI dengan G 30 S-nya. Dalam

19
pengumuman tersebut juga disampaikan bahwa Presiden Soekarno dan
Menkohankam dalam keadaan aman dan sehat.

Operasi militer dilanjutkan untuk membebaskan pangkalan udara Halim


Perdanakusuma. Pada 2 Oktober 1965 pangkalan ini telah dapat dikuasai.
Pembersihan juga dilakukan di sekitar Lubang Buaya. Pada 3 Oktober 1965 di
sebuah sumur tua di daerah Lubang Buaya ditemukan para korban penculikan dan
pembunuhan PKI. Akan tgtapi. pengambilan jenazah baru dilaksanakan pada 4
Oktober 1965. Selanjutnya, pada 5 Oktober 1965 jenazah korban G 30 SIPKI
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Jakarta. Para korban peristiwa
G 30 S/PKI dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi dan kenaikan pangkat setingkat
lebih tinggi secara anumerta. Penganugerahan gelar tersebut tertuang dalam
Keputusan Presiden/Pangti ABRI/KOTI Nomor III/KOTI/1965 tanggal 5
Oktober 1965. Pemerintah juga membangun monumen Pancasila Sakti untuk
mengenang pada korban. Adapun jenazah kedua perwira yang dibunuh di
Yogyakarta baru ditemukan pada 21 Oktober 1965. Akhirnya. kedua jenazah
korban dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta pada 22
Oktober 1965.

Pemberontakan G30S/PKI telah menewaskan 7 perwira angkatan darat pada


tanggal 1 Oktober 1965. Upaya pemberantasan gerakan tersebut selanjutnya
dipimpin langsung oleh Mayor Jenderal Suharto selaku Pangkostrad. Beberapa
tindakan yang diambil Mayjen Suharto dalam penumpasan G30S/PKI adalah
sebagai berikut.

3.4.1 Tindakan pertama ditujukan untuk menetralisir pasukan-pasukan yang


masih mengambil stelling di sekitar Medan Merdeka.
3.4.2 Tindakan kedua, yakni instruksi Suharto untuk menduduki kembali
gedung Pusat Telekamunikasi dan RRI. Tugas tersebut dilakukan oleh
pasukan RPKAD.
3.4.3 Tindakan ketiga, yakni penyampaian informasi secara langsung oleh
Suharto terkait situasi terkini melalui siaran radio.
3.4.4 Tindakan keempat, yakni operasi merebut pangkalan angkatan udara
Halim Perdanakusuma.

20
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setiap Negara memiliki identitas nasional yang berbeda-beda. Hal ini sama
saja seperti manusia, memiliki identitas yang berbeda setiap individunya.
Identitas ini tentunya berguna untuk membedakan setiap negara. Identitas ini bisa
disebut sebagai sifat atau jati diri yang melekat pada sesuatu. Identitas Nasional
ini merupakan hal buatan karena identitas nasional ini dibuat, dan disepakati oleh
warga dari suatu bangsa sebagai identitasnya. Identitas suatu negara merupakan
suatu hal sekunder karena identitas nasional hadir setelah identitas suatu bangsa
mempunyai identitas yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk Identitas Negara
Indonesia antara lain bendera merah putih, Bahasa Indonesia, lambang negara
Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, lagu Indonesia Raya,
Konstitusi Negara Indonesia, bentuk negara Republik Indonesia, Sistem
Demokrasi Indonesia serta kebudayaan daerah.

Dalam pembahasan penulis mempelajari studi kasus peristiwa G30 S/PKI.


Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme. Agama, dan
Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin
diterapkan. Tujuan gerakan yang menyinggung identitas nasional diantaranya
adalah mengganti sistem negara Indonesia yang semula negara demokrasi
menjadi negara komunis, dan juga mengganti ideologi negara yang semula
ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.

Gerakan G30 S/PKI berdampak pada kondisi politik Indonesia yang tidak
stabil dan sangat menyedihkan. Kehidupan ideologi nasional belum mapan.
Bahkan demokrasi terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator.

4.2 Saran

Perlunya generasi muda bangsa yang mampu mengembangkan


intelektualnya serta dapat kritis untuk melihat peristiwa G30 S/PKI sebagai
peristiwa kelam yang ingin menggantikan Pancasila. Generasi muda harus
mampu membendung dan menolak pihak-pihak seperti PKI yang masih
berkeinginan menguasai negara serta mengganti sistem dan ideologi negara.

21
Generasi muda dituntut untuk lebih bijaksana dan memfilter budaya budaya
dari dalam maupun luar negara terhadap identitas nasional. Dibutuhkan lebih
banyak lagi kesadaran bahwa menjaga stabilitas identitas nasional bukan saja
tanggung jawab pemerintah namun tanggung jawab seluruh warga negara
Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2021. “Identitas Nasional : Pengertian, Faktor, Jenis, dan Unsur-


Unsurnya”, https://www.gramedia.com/literasi/identitas-nasional/ diakses
pada 17 februari 2022 pukul 19.17 WIB.

Ari Astawa, Putu. 2017. “Materi Kuliah Kewarganegaraan Identitas Nasional”,


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/20bb958d430cc7d21ef
6c2b58d14da41.pdf/ diakses pada 17 Februari 2022 pukul 16.57 WIB.
Dosen, Pendidikan. 2022. “Dampak G30S PKI”
https://www.dosenpendidikan.co.id/dampak-g30s-pki, diakses pada 27 Februari 2022
pukul 14.58 WIB.

Kristina. 2021. “G30S PKI: Sejarah, Tujuan, Kronologi, dan Latar Belakangnya”,
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5747435/g30s-pki-sejarah-tujuan-
kronologi-dan-latar-belakangnya/ diakses pada 27 Februari 2022 pukul 14.49
WIB.
Pariwara, Intan. 2020. “Upaya Penumpasan G30SPKI”,
https://rumahinfo.my.id/upaya-penumpasan-g-30-s-pki/ diakses pada 27 Februari
2022 pukul 16.17 WIB.
Sukrisno. 2021. “Makalah G30SPKI”,
https://id.scribd.com/document/370093149/makalah-g-30-s-pki / diakses pada 27
Februari 2022 pukul 15.40.

Anda mungkin juga menyukai